Tahap Program Jaminan Kesehatan Jembrana

lembaga JKJ dapat memberikan sanksi berupa skorsing selama beberapa bulan. Apabila sanksi tetap di langgar, maka pihak Lembaga JKJ dapat melakukan pemutusan hubungan kontrak.

2. Tahap Program Jaminan Kesehatan Jembrana

Pada tahap awal program JKJ tahap 1, Lembaga JKJ hanya menangani subsidi pemkab saja dimana subsidi Pemkab kepada masyarakat besarnya berawal dari Rp. 1.080,-per orang per bulan tahun 2003, pada tahun 2004 sebesar Rp. 1.600.,-per orang per bulan dan tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 2.500 per orang per bulan. Dengan modal yang tidak besar ini lembaga JKJ menciptakan sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat dimana dengan sistem ini, memungkinkan setiap PPK akan berkompetisi secara sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Khusus untuk masyarakat sesuai nama-nama pada SK Bupati yang masih berlaku, pelayanan di tanggung oleh JKJ mulai dari pelayanan PPK-1 swasta dan pemerintah sampai di PPK-3 pemerintah, dan ini berlaku sejak tahun 2003, mulai saat berdirinya JKJ sampai seterusnya. Sampai saat ini, program bantuan untuk kesehatan orang miskin, baik yang saat ini ditangani oleh PT. Askes maupun yang sebelumnya, semua dana pusat untuk Gakin dikelola oleh lembaga JKJ atas penugasan dari Bupati Jembrana. Hal ini sudah dilaporkan ke Depkes dan dimintakan izin, tetapi tidak pernah dijawab dan izinnya belum pernah turun saat ini, pelaksanaan pelayanan di lapangan sudah diatur oleh lembaga JKJ sehingga tidak terjadi kebocoran dana seperti misalnya kunjungan ulang penyakit dengan diagnosa yang sama, hanya boleh di klaim ke JKJ bila waktu kunjungannya lima hari atau lebih. Bila pasien tidak puas dan berkunjung sebelum lima hari, hal itu menjadi tanggung jawab PPK atau dokter bersangkutan, dan tidak boleh di klaim k JKJ. Bila PPK tetap mengajukan klaimnya, JKJ tidak akan membayar bahkan PPk akan kena sanksi sesuai aturan yang berlaku. Program JKJ tahap 2 adalah tertuju pada pelayanan rawat inap bagi masyarakat Jembrana. Dalam perhitungan yang dikoordinasikan dengan pihak RSUD Negara, pihak profesi kesehatan, dan pejabat struktural Dinas Kesehatan dan Kesos, dihasilkan bahwa seluruh masyarakat wajib mengikuti asuransi JKJ tahap 2. Dengan ketentuan antara lain sebagai berikut : 1. Setiap orang diwajibkan membayar premi sebesar Rp. 70.000,- setahun dengan hak peserta : bebas biaya pelayanan di seluruh PPK-1 JKJ selama setahun, bebas segala biaya pelayanan kesehatan di RSUD Negara dengan hak rawat inapopname di ruangkelas II 2. Dalam satu KK, seluruh anggota harus mengikuti program ini, dengan sistem pembayaran diatur sbb; pada saat pembayaran pertama, KK harus membayar premi minimal 50 atau lebih, sisanya dapat dicicil maksimal sampai 5 kali cicilan, sedangkan anggota lainnya membayar minimal Rp. 10.000, sisanya dapat dicicil maksimal 4 bulan. 3. Pemanfaatan fasilitas di PPK-1 bisa digunakan segera setelah pembayaran premi pertama, sedangkan pemanfaatan fasilitas rawat inap diberikan setelah anggota membayar 50 dari total premi 4. Pelayanan fasilitas rawat inap di RSUD Negara ditanggung sebanyak-banyaknya 5 kali dalam setahun dengan lama tiap kali rawat inap maksimal 5 hari. Hasil dari pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Jembrana JKJ - Menurunnya bed occupation ratio BOR RSU Negara dari 47,25 pada tahun 2003 menjadi 42,42 pada awal tahun 2004. Hal ini dapat disebabkan karena telah tertanganinya sejak dini penyakit yang dialami masyarakat oleh PPK-1 sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. - Menurunnya angka kesakitan kasar 15,25 pada tahun 2001 menjadi 14,16 pada tahun 2003 - Peningkatan produktivitas masyarakat dengan menurunnya jumlah KK miskin dari sejumlah 12.206 KK di tahun 2001 menjadi 7.261 KK di tahun 2003 - Menurunnya Angka kematian balita dari 7,85 pada tahun 2002 menjadi 7,6 pada tahun 2003. Dari hasil program pelaksanaan JKJ, dapat dilihat bahwa program JKJ berperan dalam penanggulangan kemiskinan di Jembrana dan dapat meningkatkan derajat kesehatan.

3. Masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan