Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor

PERENCANAAN ULANG RUANG PUBLIK UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS LANSKAP KSATRIAN
BATALYON ARTILERI MEDAN 10, BOGOR

LISTYA ADERINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa usulan penelitian berjudul Perencanaan
Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon
Artileri Medan 10, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016
Listya Aderina
NIM A451114021

RINGKASAN
LISTYA ADERINA. Perencanaan Ulang Ruang Publik untuk Meningkatkan
Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor. Dibimbing oleh
SETIA HADI dan SITI NURISJAH
Ksatrian, merupakan suatu kawasan permukiman untuk prajurit beserta
keluarganya. Berbeda dengan permukiman biasa, di dalam ksatrian terdapat
aktivitas kemiliteran, sehingga umumnya pada setiap ksatrian tidak hanya terdiri
dari area perumahan, namun juga dilengkapi dengan area perkantoran,
pergudangan, garasi kendaraan militer, dan area latihan fisik atau sarana olahraga.
Ruang-ruang tersebut kemudian disebut sebagai ruang privat. Citra ruang yang
tegas, kaku, dan monoton sengaja dimunculkan pada ruang privat sebagai ciri
fisik atau penanda bahwa area tersebut bersifat terbatas dan hanya orang tertentu
yang boleh mengaksesnya. Akan tetapi, kesan tersebut cenderung ditangkap oleh
masyarakat umum sebagai kesan dari keseluruhan ruang ksatrian, termasuk ruang
publik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi dan menganalisis

lebih lanjut mengenai kondisi ruang, aktivitas ruang, dan pengguna ruang saat ini,
serta menganalisis persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang publik
Kstarian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi dan menganalisis aspek legal pemanfaatan ruang, kondisi ruang,
dan kondisi pengguna ruang publik, sebagai bahan rencana penataan peningkatan
kualitas lanskap ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor.
Penelitian ini dilakukan pada ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri
Medan 10, Bogor dengan luas area 166 765.8 m2. Pengumpulan data primer dan
sekunder dilakukan dalam periode bulan Januari 2015 sampai dengan September
2015. Data primer berupa data hasil observasi dan hasil survei menggunakan alat
bantu kuisioner dan in-depth interview, sedangkan data sekunder merupakan hasil
dari penelusuran dokumen terkait. Data legal dianalisis secara deskriptif, data tata
guna lahan dianalisis secara spasial, data visual dianalisis dengan menggunakan
SBE, data fungsional ruang dianalisis dengan Indeks Keragaman Simpson dan
Likert, data persepsi dan preferensi warga dianalisis dengan uji Chi-square dan
deskriptif. Hasil analisis selanjutnya digunakan sebagai data untuk menyusun
rencana penataan ruang terbuka publik pada tapak penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan area ruang publik yang tersebar dengan
selang ukuran area 5 422.3 m2 – 130 731.6 m2, fungsi dan model pemanfaatan
yang suboptimal, elemen pembentuk ruang yang kurang beragam, dan terdapat

aturan khusus tentang pemanfaatan area. Luas ruang terbuka publik 133 944.1 m2
atau 47.8% dari lahan total ksatrian. Secara fisik, kualitas lingkungan juga masih
rendah, yang dinyatakan dari nilai THI dan SBE. Dari segi pemanfaatan, warga
membutuhkan ruang terbuka publik sebagai ruang sosial, ruang bermain anak
sekaligus tempat mengasuh anak. Untuk menghasilkan ruang terbuka publik yang
fungsional, maka kebutuhan dan keinginan sosial dari warga pengguna perlu
diakomodasi dalam penatagunaan ruang, guna mendukung perbaikan kualitas
tapak sesuai dengan aturan yang berlaku pada ksatrian tersebut.
Perencanaan ruang terbuka publik dilakukan dengan menggunakan seluruh
lahan ksatrian (280 000 m2) sebagai tapak perencanaan, sehingga ruang terbuka
publik menjadi bagian lahan yang tidak terpisahkan dari total ruang. Elemen

vegetasi yang berfungsi ekologis dan arsitektur, serta fasilitas sosial yang
diinginkan warga akan ditingkatkan jumlah dan fungsinya. Guna mendukung
peningkatan kualitas kondisi lingkungan dan kebutuhan sosial warga ksatrian,
ruang terbuka publik dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona sosial (130 731.6 m2),
zona olahraga (5 422.3 m2), dan zona rekreasi (8 031.9 m2). Tiga zona ini saling
terhubung dengan bagian ruang terbuka publik lainnya dengan jalan atau koridor
hijau penghubung yang fungsional.
Kata kunci : perencanaan, ksatrian, militer, ruang terbuka publik, peningkatan

kualitas

SUMMARY
LISTYA ADERINA. Public Space Replanning to Increase the Landscape Quality
in Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor. Supervised by SETIA HADI
and SITI NURISJAH
Ksatrian, a settlement area for soldiers and their families. Unlike the usual
settlement, in ksatrian there is military activity, so each ksatrian not only consists
of a residential area, but is also equipped with an office area, warehouses, garages
military vehicles, and the area of physical exercise or sports facilities. Those
spaces are referred as a private space. The image of assertive, rigid and
monotonous deliberately raised in private spaces as physical traits or markers that
the area is limited and only certain people are allowed to access it. Therefore,
researchers are interested in identifying and analyzing more about the current
space condition, activity, and users, as well as analyze the users perceptions and
preferences of public space in Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor.
The purpose of this study is to identify and analyze the legal aspects of space
utilization, space conditions, and the condition of users of public space. Those are
become the subject of restructuring plan to improve the quality of public space in
Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor.

This study was conducted in a public space in Ksatrian of 10th Field
Artillery Battallion, Bogor, with an area of 166 765.8 m2. Primary and secondary
data collection is done in the period from January 2015 until September 2015. The
primary data consist of data from observation and surveys using a questionnaires
tools and in-depth interviews. The secondary data consists of data from document
retrieval. Legal data were analyzed descriptively, land use data analyzed spatially,
visual data analyzed using the SBE, space functional data were analyzed by
Simpson Diversity Index and Likert Index, the perception and preferences of
residents were analyzed by Chi-square test and descriptively. Further results of
analysis used as the data for planning the public open space at research sites.
The results showed the areas of public space are scattered with a range of
sizes of area 5 422.3 m2 – 130 731.6 m2, suboptimal functionality and utilization
model, the space-forming elements are less diverse, and there are specific rules on
the use of the area. The size of public open spaces is 133 944.1 m2 or 47.8% of the
total area of ksatrian. Physically, the environmental quality is still low, it can be
seen from the value of THI and SBE. In terms of utilization, the residents need a
public open space as a social space, a children's playground and a place of
parenting. To generate a functional public open space, then the social needs and
desires of the residents need to be accommodated in spacial planning, to support
the improvement of the quality of the site in accordance with the applicable rules

at the ksatrian.
Public open space planning is done using the whole area of ksatrian (280
000 m2) as site planning, so the public open space as an integral part of the total
space. Vegetation elements that have ecological and architecture functions, as
well as the social amenities that desired by the residents will be increased the
number and function. In order to support the improvement of the environmental
and social needs of residents, public open space is divided into three zones,
namely the social zone (130 731.6 m2), sports zone (5 422.3 m2), and a recreation

zone (8 031.9 m2). These three zones are connected with other parts of public
open space with a functional linking track, roads or a green corridor.
Keywords : planning, Ksatrian, military, public open space, quality improvement

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERENCANAAN ULANG RUANG PUBLIK UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS LANSKAP DI KSATRIAN
BATALYON ARTILERI MEDAN 10, BOGOR

LISTYA ADERINA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi Ujian Tesis:

Dr Ir Aris Munandar, MS

Judul Tesis

Nama
NIM

: Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan
Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10,
Bogor
: Listya Aderina
: A451114021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Setia Hadi, MS
Ketua


Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Arsitektur Lanskap

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 4 April 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian dengan judul Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan
Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor dipilih karena
terdorong oleh keinginan penulis untuk dapat memberikan kontribusi kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya Tentara Nasional Indonesia.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Setia Hadi, MS dan Dr Ir
Siti Nurisjah, MSLA yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
kegiatan penyusunan tesis ini. Terima kasih atas kesabaran dan kebaikan hati Bapak
dan Ibu selama ini. Kepada Dr Ir Aris Munandar, MS dan Dr Ir Nizar Nasrullah,
MAgr sebagai dosen penguji yang memberikan banyak masukan untuk tesis ini.
Kepada Pranawita Karina, Saputri Sapta, Balqis Tish Nailufar, Aini dan rekanrekan Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Secara spesial penulis memberikan penghargaan tertinggi
kepada Master Pangeran Ray March Syahadat dan Priambudi Putra yang telah
banyak sekali membantu serta tidak bosan mendorong penulis tetap berjuang
sampai akhir. Kepada keluarga yang telah memberikan dorongan yang tulus baik
moril maupun materil, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Tesis ini penulis dedikasikan untuk si kecil Garuda Wiratama
dan ayahnya, Lettu Arm Indra Wiratama. Semoga kita semua terus memberikan
yang terbaik bagi masyarakat, bangsa, negara, dan dunia.


Bogor, Mei 2016
Listya Aderina

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Data dan Metode Analisis
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Peraturan Terkait Pemanfaatan Ruang Ksatrian
Ruang Publik Ksatrian
Pengguna dan Aktivitas Ruang Publik Ksatrian
Perencanaan Ruang Publik
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

i
ii
1
1
2
3
3
3
4
4
4
5
11
11
20
25
29
42
54
54
54
55

ii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis data, metode, dan teknik analisis data
Contoh skala Likert
Klasifikasi penilaian indikator kualitas ruang publik
Tata guna lahan
Kegiatan rutin Batalyon Artileri Medan 10
Standar dan kondisi ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10
Luas ruang publik dan ruang privat Ksatrian Batalyon Artileri Medan
10
8. Kategori ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 dan fungsinya
9. Kategori pengguna ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10
10. Jenis aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi Ruang Publik 1
11. Jenis aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi Ruang Publik 2
12. Kategori pengguna ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10
13. Hasil uji Chi-square untuk variabel aktivitas dan kategori usia
pengguna ruang publik
14. Hasil uji Chi-square untuk variabel aktivitas dan jenis kelamin
pengguna ruang publik
15. Indeks Likert dalam penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang publik
16. Indeks Keragaman Simpson dalam penilaian keragaman pengguna
pada ruang publik
17. Indeks Keragaman Simpson dalam penilaian keragaman aktivitas
pengguna pada ruang publik
18. Fungsi, lokasi, dan jenis vegetasi dalam perencanaan

7
9
14
17
21
26
26
27
29
31
31
33
35
36
39
40
40
52

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran
2. Lokasi penelitian
3. Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan untuk sarana
olahraga (a) lapangan sepak bola dan (b) lapangan tenis
4. Tapak dengan kontur berlembah dimanfaatkan untuk area (a)
pergudangan dan (b) garasi
5. Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan untuk area (a)
permukiman prajurit dan (b) perkantoran
6. Denah Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10
7. Struktur organisasi
8. Lambang Batalyon Artileri Medan 10
9. Denah ruang dan jalur pada ksatrian berdasarkan sifatnya
10. Gerbang utama Batalyon Artileri Medan 10
11. Denah sebaran ruang Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10,
Bogor
12. Fasilitas ruang publik ksatrian. Area (a) latihan fisik, (b)
lapangan voli, (c) permainan anak, dan (d) lapangan tenis

5
6
12
13
13
16
19
20
24
25
28
29

iii

13. Aktivitas tidak sesuai pada Ruang Publik 1 (a) bersepeda pada
jalur track lari, (b) bermain layangan di tepi lapangan bola saat
ada pertandingan
14. Aktivitas tidak sesuai pada Ruang Publik 2 (a) bersepeda di
lapangan basket, (b) bersepeda di gudang roket, dan (c)
membakar sampah di tepi lapangan basket
15. Saung buatan warga di area perumahan
16. Aktivitas tidak sesuai pada Ruang Publik 4 (a) menyuapi anak di
jalan depan rumah, (b) bermain bola di lahan kosong perumahan,
(c) bermain di tengah jalan perumahan, (d) duduk bercakapcakap di tepi jalan
17. Diagram hubungan aktivitas dan kategori usia penguna pada (a)
Ruang Publik 1 dan (b) Ruang Publik 4
18. Grafik hasil analisis SBE ruang publik Ksatrian Batalyon Armed
10
19. Panorama Ruang Publik 1
20. Panorama Ruang Publik 2
21. Panorama Ruang Publik 3
22. Panorama Ruang Publik 4
23. Diagram persepsi pengguna terhadap jalur sirkulasi ruang publik
24. Diagram preferensi pengguna terhadap kebutuhan fasilitas ruang
publik
25. Denah integrasi ruang dan keinginan pengguna ruang
26. Tingkat keeratan hubungan antar ruang publik pada Ksatrian
Batalyon Artileri Medan 10, Bogor
27. Bagan sirkulasi antar zonasi perencanaan ruang publik ksatrian
28. Block plan integratif antara ruang dan keinginan pengguna
ruang
29. Ilustrasi pocket park pada blok perumahan
30. Ilustrasi tandon air dan area hijau di sekitarnya
31. Ilustrasi Bangku penonton portable
32. Ilustrasi vegetasi peredam bising dan penyaring polutan
33. Site Plan Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor

31

32
33

34
36
37
37
38
38
38
41
42
44
46
46
48
50
50
51
52
53

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelompok militer merupakan sebuah komponen penting kenegaraan karena
menjadi garda terdepan perlindungan negara dalam hal pertahanan dan keamanan.
Kelompok ini merupakan angkatan bersenjata yang dibentuk khusus oleh suatu
negara. Militer Indonesia lebih dikenal sebagai TNI atau Tentara Nasional
Indonesia. Secara teknis, prajurit TNI tinggal di lokasi kompleks militer yang
telah ditentukan oleh negara. Umumya prajurit TNI diberikan fasilitas tempat
tinggal di dalam suatu komplek militer atau disebut juga sebagai ksatrian.
Ksatrian, merupakan suatu kawasan permukiman untuk prajurit beserta
keluarganya. Berbeda dengan kompleks permukiman biasa, di dalam ksatrian
terdapat aktivitas kemiliteran, sehingga umumnya sebuah kompleks militer atau
ksatrian tidak hanya terdiri dari area perumahan, namun juga dilengkapi dengan
area perkantoran, pergudangan, garasi kendaraan militer, dan area latihan fisik
atau sarana olahraga (Prosedur Tetap Nomor 20/V/2015 milik Batalyon Artileri
Medan 10). Hal yang membedakan lainnya adalah aturan atau aspek legal yang
mengikat aktivitas di dalamnya. Pada ksatrian, aturan yang diterapkan mengacu
pada aturan tertulis atau dikenal sebagai Prosedur Tetap (Protap) yang telah
disusun dan disetujui oleh komandan batalyon selaku pimpinan tertinggi. Selain
aturan tertulis, beberapa norma militer juga melekat dalam setiap aspek kehidupan
di dalam ksatrian.
Dominansi peraturan atau aspek legal dalam kehidupan ksatrian bertujuan
untuk menjaga keamanan dan kedisiplinan lingkungan. Hal ini terlihat dari nuansa
kerapihan, keseragaman, kebersihan, dan ketegasan yang cukup khas yang muncul
pada setiap ksatrian. Nuansa tegas yang muncul tidak jarang menciptakan persepsi
tersendiri bagi masyarakat luar, yaitu kesan kaku, statis cenderung monoton, dan
dingin. Meskipun citra tegas, kaku, dan monoton sengaja dimunculkan pada
ksatrian terutama untuk memberikan ciri fisik pada area privat sebagai area yang
tidak sembarang orang boleh mengaksesnya, namun seringkali kesan yang
ditangkap oleh masyarakat umum sebagai kesan keseluruhan ruang ksatrian
termasuk pada area atau ruang publik.
Ruang dalam ksatrian terbagi menjadi dua berdasarkan sifat
penggunaannya, yaitu ruang privat dan ruang publik. Ruang privat merupakan
ruang dimana hanya prajurit yang diperbolehkan untuk mengaksesnya, dan ruang
publik adalah ruang yang jangkauan penggunanya lebih luas tidak terbatas pada
prajurit saja. Kenyataannya, pada mayoritas ksatrian, batasan dan nuansa antara
kedua ruang tersebut tidak terlalu jelas karena pengorganisasian ruang yang tidak
dibedakan baik dari segi penataan maupun pemilihan elemen ruangnya. Fungsi
adanya perbedaan nuansa antara ruang privat dan ruang publik tidak hanya
sebagai batasan fisik antar ruang, namun juga sebagai salah satu faktor
optimalisasi fungsi dari masing-masing ruang.
Simonds (1983) menyatakan bahwa perbedaan pengorganisasian ruang
dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap psikologi manusia. Ruang
privat pada ksatrian yang berfungsi sebagai area produktif prajurit batalyon
memerlukan elemen disiplin dan ketegasan. Hal ini bertujuan agar aktivitas di

2

dalamnya berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Berbeda pada ruang publik,
sebagai wadah interaksi sosial (Madanipour 1996) dan aktualisasi diri (Sukawi
2007) tidak hanya prajurit namun juga keluarganya, memerlukan elemen humanis
sehingga di dalam ruang tersebut dapat tercipta suatu kenyamanan fisik maupun
psikologis untuk penggunanya.
Menurut Gutek (1991) dalam Aycan dan Eskin (2005), terdapat hubungan
antara faktor pekerjaan dan faktor kehidupan sosial. Selain didukung dengan
lingkungan kerja yang baik, kinerja prajurit juga dipengaruhi oleh kehidupan
sosialnya. Kehidupan sosial prajurit yang baik akan diperoleh dari lingkungan
sosial yang baik. Oleh karena itu, ksatrian yang merupakan ruang bekerja
sekaligus tempat tinggal dan bersosialisasi prajurit, harus memiliki kualitas yang
baik agar dapat mendukung kinerja maupun kehidupan sosial prajurit beserta
keluarganya.
Tanpa mengabaikan aturan yang berlaku di dalam ksatrian, peneliti tertarik
untuk mengidentifikasi dan menganalisis lebih lanjut mengenai kondisi ruang,
aktivitas, dan pengguna ruang publik saat ini, serta menganalisis persepsi dan
preferensi terhadap ruang publik kompleks militer atau ksatrian dengan studi
kasus di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor.
Hasil identifikasi dan analisis akan digunakan sebagai dasar dalam
perencanaan ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, sehingga
didapat suatu perencanaan lanskap ruang publik yang berkualitas, harmonis dan
sejalan dengan aturan yang berlaku. Peningkatan kualitas ruang bertujun untuk
memberikan dampak positif bagi peningkatan produktivitas tidak hanya prajurit
namun juga seluruh warga yang tinggal di dalamnya. Dengan terpenuhinya
kualitas kawasan yang baik, maka diharapkan kinerja prajurit menjadi lebih baik,
hubungan antar warga dapat terjalin dengan baik dan anak-anak dapat bermain
dengan baik sehingga mendukung terbentuknya suatu keluarga militer yang baik
dan berkualitas.
Perumusan Masalah
Ruang publik yang berkualitas merupakan ruang publik yang mampu
merespon kebutuhan manusia dari berbagai aspek dan sendi kehidupan (Budiarsa
2011), atau menurut Madanipour (1996) harus mampu menyediakan akses fisik
maupun visual kepada semua penggunanya. Terpenuhinya suatu ruang publik
yang berkualitas pada suatu kawasan, diharapkan akan membawa peningkatan
kualitas bagi hidup maupun kehidupan manusia di dalamnya.
Berdasarkan pra survei yang dilakukan peneliti terkait penelitian ini,
pemanfaatan ruang Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, terlihat belum optimal
terutama pada pemanfaatan ruang publik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
beberapa area yang kurang produktif atau tidak dimanfaatkan. Pada beberapa
ruang publik ksatrian yang telah tersedia terlihat kurangnya minat warga untuk
berkumpul, bersantai, dan bersosialisasi di luar jam kegiatan batalyon. Begitu juga
dengan aktivitas anak-anak warga yang cenderung memilih area di sekitar
rumahnya sebagai tempat bermain atau bahkan bermain di area-area yang privat
dan beresiko. Dalam hal estetika, terkesan masih kurang diperhatikan terutama
pada area-area publik yang masih muncul kesan kaku dan monoton dan kurang
menarik.



3

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan arsitektural atau keruangan dan pendekatan pengguna. Kondisi ruang,
pengguna ruang, dan aktivitas di dalamnya diamati dan dibahas berdasarkan teori
ilmu arsitek ruang serta pemanfaatannya. Untuk didapat suatu perencanaan
lanskap ruang publik yang berkualitas, maka lebih lanjutnya perlu teliti mengenai:
1. bagaimana aspek legal yang mengatur pemanfaatan ruang publik di di
Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini?
2. bagaimana kondisi ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat
ini?
3. bagaimana kondisi pengguna dan aktivitas ruang publik di Ksatrian
Batalyon Artileri Medan 10 saat ini?
4. bagaimana perencanaan lanskap yang dapat meningkatkan kualitas kawasan
Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
pada subbab sebelumnya mengenai ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri
Medan 10, Bogor, maka penulis termotivasi dalam melakukan penelitian untuk:
1. mengidentifikasi dan menganalisis aspek legal pemanfaatan ruang publik di
Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini;
2. mengidentifikasi dan menganalisis kondisi ruang publik di Ksatrian
Batalyon Artileri Medan 10 ;
3. mengidentifikasi dan menganalisis kondisi pengguna dan aktivitas ruang
publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini; dan
4. menyusun perencanaan ruang publik Ksatrian Artileri Medan 10 untuk
meningkatkan kualitas kawasan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu memberi banyak manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. dapat memperkaya ilmu pengetahuan, terutama ilmu perencanaan dalam
arsitektur lanskap, khususnya di bidang lanskap kawasan militer;
2. dapat dijadikan masukkan kepada pihak Batayon terutama dalam penataan
ruang publik ksatrian yang dapat meningkatkan kualitas kawasan;
3. dapat berkontribusi dalam usaha meningkatkan kualitas SDM prajurit
beserta warga melalui peningkatan kualitas kawasan ksatrian; dan
4. dapat menjadi masukan kepada TNI dalam rencana pembangunan atau
pengembangan ksatrian-kesatrian di Indonesia di masa yang akan datang.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di Ksatrian Batalyon Artileri
Medan 10, Bogor, Jawa Barat. Pertimbangan peneliti memilih lokasi penelitian
pada Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 adalah karena satuan Artileri Medan
merupakan satuan yang memiliki elemen tempur paling lengkap jenisnya. Tidak
hanya persenjataan perorangan namun juga sarana transportasi seperti truk, bus,
serta alutsista seperti meriam dan roket. Banyaknya elemen tempur yang dimiliki,



4

menuntut Satuan Artileri Medan memiliki penataan ruang kesatrian yang lebih
kompleks dibandingkan satuan lainnya. Fasilitas di dalam kesatrian harus dapat
mendukung proses penyimpanan dan perawatan senjata perorangan, transportasi
maupun alutsista dengan sesuai standar yang ditentukan.
Ruang yang dijadikan objek dalam penelitian perencanaan ini adalah ruang
publik ksatrian, yaitu ruang yang bersifat fleksibel penggunaannya dibandingkan
ruang-ruang lainnya dan dapat diakses oleh masyarakat umum dengan prosedur
tertentu. Dalam pembahasan penelitian terutama pada subbab sintesis, difokuskan
pada kebutuhan faktor-faktor penunjang peningkatan kualitas lingkungan hidup
manusia secara umum melalui hasil analisis data observasi, kuesioner, dan
wawancara sebelumnya. Pengguna kawasan publik pada penelitian ini dibatasi
pada status warga yang bertempat tinggal di lingkungan dalam ksatrian, yang
diatur dalam Prosedur Tetap Yonarmed 10.
Hasil penelitian ini dilakukan sampai pada tahap perencanaan tapak yaitu
berupa perencanaan (siteplan) ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10,
Bogor, Ciluar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar
menjelaskan bahwa dalam setiap ksatrian terdapat aspek legal yang mengatur
kehidupan di dalamnya, termasuk dalam penataan ruang. Ruang ksatrian etrbagi
menjadi ruang privat dan ruang publik menurut sifatnya. Objek dalam penelitian
difokuskan pada ruang publik ksatrian. Ruang publik memiliki dua elemen utama,
yaitu lahan sebagai fisik ruang dan warga sebagai pengguna ruang. Pada
penelitian ini, secara fisik ruang akan diidentifikasi dan dianalisis fungsi dan
fasilitas di dalamnya. Dari segi pengguna, aktivitas warga juga akan diidentifikasi
dan dianalisis aktivitas pasif dan aktifnya. Hasil identifikasi dan analisis tersebut
akan digunakan sebagai input konsep perencanaan ruang publik Ksatrian Batalyon
Artileri Medan 10. Keberadaan area privat ksatrian akan tetap menjadi bagian dari
perencanaan, sehingga diharapkan hasil perencanaan ruang publik akan harmonis
dan sejalan dengan fungsi dan tujuan utama batalyon sebagai sebuah kompleks
militer.

2 METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Jalan
Cimandala Raya, Desa Cimandala, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Peta
lokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Secara geografis lokasi penelitian berada di bagian selatan khatulistiwa, yaitu di
antara koordinat 6°30' – 6°31’ Lintang Selatan dan di antara 106°49’ – 106°50’
Bujur Timur. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 8 bulan dimulai pada
Januari 2015 sampai dengan September 2015.



5

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Data dan Metode Analisis
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder.
Data primer yaitu data hasil observasi, survei menggunakan kuisioner dan
wawancara mendalam. Data sekunder adalah data hasil dari metode penelusuran
dokumen. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, kuisioner, dan
pengamatan perilaku masyarakat pengguna, teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Jenis data, metode, dan teknik analisis data
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Dalam mengidentifikasi dan menganalisis kualitas ruang publik dilakukan
tiga macam pendekatan, yaitu melalui pendekatan ruang, pendekatan pengguna
dan aspek legal pemanfaatan ruang publik. Pada pendekatan ruang dilakukan
identifikasi tata guna lahan, fasilitas dan daya dukung ruang publik ksatrian.
Adapun metode yang digunakan adalah observasi partisipatori dan studi literatur,
dengan analisis yang digunakan adalah perhitungan daya dukung, standar ruang
publik menurut SNI, analisis deskriptif, dan spasial.
Pada pendekatan pengguna ruang digunakan dua macam indikator yaitu
kualitas visual dan kualitas fungsional ruang yang dilengkapi dengan preferensi
pengguna terhadap fasilitas ruang publik. Metode yang digunakan adalah
observasi, survei dengan alat bantu kuesioner dan in-depth interview. Kuesioner
dilakukan terhadap responden secara acak namun tetap mewakili struktur yang
ada (random stratified sampling). Responden terdiri laki-laki dan perempuan yang
merupakan warga ksatrian berumur dewasa, dan daro masing-masing golongan



6

pangkat prajurit, yaitu perwira, bintara, dan tamtama diambil sampel
perwakilannya. Adapun latar belakang pendidikan responden antara lain SMP,
SMA, D3, D4/S1, dan S2.

Yonarmed 10

wikimapia.com

Google Earth

Gambar 2 Lokasi penelitian
(Sumber: maps.google.com)
Metode kuesioner digunakan untuk mendapatkan data preferensi pengguna
terhadap fasilitas, dan persepsi mengenai visual ruang. Jumlah responden untuk
mendapatkan data preferensi fasilitas dan persepsi visual ruang adalah sebanyak
50 orang responden yang merupakan warga ksatrian sebagai pengguna ruang.
Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas pengguna pada ruang publik



7

mengadopsi metode Pratiwi dan Gunawan (2014) yang dimodifikasi. Pengamatan
aktivitas pengguna dilakukan di 4 lokasi ruang publik batalyon, yaitu Ruang
Publik 1 (lapangan bola, lapangan voli batalyon, track lari, area pohon dan rumput
sekitar lapangan bola, lapangan sepak takraw), Ruang Publik 2 (lapangan basket,
taman persit, lapangan tenis, area penghijauan batalyon), Ruang Publik 3 (kolam
renang, taman bermain anak, lapangan rumput tepi kolam, kantin markas,
koperasi, halaman koperasi), dan Ruang Publik 4 (jalan perumahan, lahan kosong
tepi jalan perumahan). Masing-masing lokasi ruang publik diamati aktivitas
penggunanya dalam satu hari tertentu pada waktu sore (15.00 – 17.00). Pemilihan
hari pengamatan didasarkan pada hari dimana ruang publik paling optimal
digunakan oleh warga batalyon, yaitu hari Jumat. Metode pengambilan sampel
pengamatan yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengguna yang
merupakan warga batalyon yang beraktivitas di sekitar lokasi pengamatan. Dalam
tahapan ini dilakukan observasi lokasi dan aktivitas pengguna ruang publik. Data
perubahan aktivitas pengguna dicatat dalam tabel dan didokumentasikan dengan
menggunakan kamera digital. Aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi ruang
publik dapat dikatakan sebagai ketidaksesuaian pemanfaatan ruang oleh pengguna.
Dari data yang didapat kemudian dilakukan uji Chi-square untuk mengetahui
hubungan antara aktivitas dan jenis pengguna ruang publik.
Tabel 1 Jenis data, metode, dan teknik analisis data
No
1

2

2

4

Tujuan Penelitian
Identifikasi dan
analisis aspek
legal terkait
pemanfaatan
ruang publik
ksatrian
Identifikasi dan
analisis kondisi
ruang publik
ksatrian
Identifikasi dan
analisis kondisi
pengguna ruang
publik ksatrian

Penyusunan
perencanaan
ruang publik
untuk
meningkatkan
kualitas kawasan

Jenis Data

Metode

Teknik Analisis

Aturan resmi Instansi
Yonarmed 10,
kebijakan komandan
dan norma yang
berlaku setempat

Studi literatur dan
in-depth interview

Deskriptif

Luas dan peta tata
guna lahan, fasilitas

Observasi
partisipatori dan
studi literatur

standar perencanaan ruang
publik, standar SNI,
deskriptif, dan spasial

Nilai kualitas visual
dan fungsional ruang
publik

Survei dengan alat
bantu kuesioner
dan observasi
lapang

Data preferensi
responden terhadap
fasilitas ruang publik

Survei dengan alat
bantu kuesioner,
observasi lapang,
in-depth interview
Metode
perencanaan
lanskap

SBE (Scenic Beauty
Estimation), Indeks
Keragaman Simpson,
analisis scoring Indeks
Likert
Uji Chi-square, statistik
deskriptif

Fisik, biofisik dan
sosial

Analisis spasial (Konsep
Hubungan Ruang, Konsep
Sirkulasi, Konsep Tata
Hijau, Konsep Fasilitas)

Pengukuran kualitas visual ruang digunakan analisis Scenic Beauty
Estimation (SBE) dengan responden adalah warga ksatrian sebagai pengguna
ruang. Pengukuran kualitas fungsional ruang publik pada penelitian ini
memodifikasi metode pengukuran GPSI (Good Public Space Index) dan scoring



8

kesesuaian pemanfaatan ruang publik oleh pengguna dengan analisis Skala Likert.
Dari keenam variabel kualitas ruang, penelitian ini hanya menggunakan dua
variabel yaitu keragaman pengguna dan keragaman aktivitas dengan analisis
Indeks Keragaman Simpson. Hal ini dikarenakan tapak penelitian merupakan
suatu ruang publik pada ksatrian dengan aturan yang meregulasi penggunaan
ruang baik waktu, durasi, maupun penggunanya, sehingga pada variabel seperti
intensitas penggunaan ruang, sebaran aktivitas pengguna, intensitas aktivitas
sosial, dan durasi aktivitas pengguna terbatasi oleh aturan waktu penggunaan dari
pihak pengelola.
Scenic Beauty Estimation (SBE)
Penilaian visual menggunakan metode sceenic beauty estimation (SBE).
Instrumen yang digunakan untuk SBE ini yaitu sebanyak 30 responden dihadirkan
pada tapak untuk melihat panorama dan memberikan penilaian dengan skala 1-10.
Nilai 1 menunjukkan kualitas visual lanskap yang rendah sedangkan nilai 10
menunjukkan kualitas visual yang tinggi. Penilaian yang dilakukan langsung di
tapak memiliki alasan untuk menghindari bias akibat kesalahan pengambilan titik
pandang (Bodnar 2011). Penilaian kualitas visual dengan menghadirkan
responden langsung pada tapak pernah juga dilakukan oleh Syahadat et al. (2015).
Hasil penelitian yang dilakukan Nailufar et al. (2015) juga mendukung pernyataan
bahwa perbedaan titik pandang memengaruhi hasil penilaian kualitas visual pada
metode SBE.
Masing-masing objek dihitung frekuensi (f), frekuensi kumulatif (ef),
peluang kumulatif (cp), nilai z untuk setiap foto atau gambar dan nilai z rata-rata.
Potensi pembanding dalam perhitungan SBE ini adalah objek yang memiliki nilai
z rata- rata terkecil. Selanjutnya nilai SBE suatu foto atau gambar dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SBEx = (ZLS-x – ZLS-p) x 100
Keterangan:
SBEx : Nilai pendugaan keindahan pemandangan ke – x
ZLS-x : Rata-rata nilai z untuk gambar atau foto ke – x
ZLS-p : Rata-rata nilai z untuk gambar atau foto pembanding
Hasil akhir masing-masing SBE adalah nilai kuantitatif dari keindahan
pemandangan untuk foto atau gambar. Selanjutnya keindahan yang telah dinilai,
dikelompokan menjadi tiga tingkatan keindahan yaitu tingkat keindahan tinggi,
sedang, dan rendah dengan menggunakan nilai tengah dan standar deviasi sebagai
berikut:

Keterangan:

: Nilai tengah
Yi
: Nilai pengamatan ke – i
n
: Jumlah pengamatan



9

Keterangan:
s
: Standar deviasi

: Nilai tengah
Yi
: Nilai pengamatan ke – i
n
: Jumlah pengamatan
Klasifikasi kualitas visual ruang didasarkan pada klasifikasi menurut Daniel
dan Boster (1976) yaitu jika nilai SBE di bawah – 20 termasuk buruk, jika nilai
SBE di antara – 20 hingga 20 termasuk sedang, dan jika nilai SBE melebihi 20
termasuk baik.
Skala Likert
Pada penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang publik oleh warga, digunakan
metode penilaian dengan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan
untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai
sebuah peristiwa atau fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian. Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
menjadi dimensi, yang kemudian dijabarkan menjadi sub variabel. Kemudian sub
variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator
ini dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan
atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden atau penilai (Tabel 2).
Tabel 2 Contoh skala Likert
Pernyataan
……

Tidak Puas
1

Kurang Puas
2

Puas
3

Sangat Puas
4

Dari data observasi aktivitas pengguna ruang yang telah terkumpul
kemudian dilakukan skala pengukuran dan pemberian skor. Skala pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu dari 1
sampai 3. Skala pengukuran untuk variabel kesesuaian aktivitas dengan fungsi
dan fasilitas ruang publik. Selanjutnya dibagi ke dalam tiga kategori yakni:
1. Sangat sesuai diberi skor 3
2. Agak sesuai diberi skor 2
3. Tidak sesuai diberi skor 1
Setelah skor diperoleh lalu dicari rata-rata skor per ruang publik, kemudian
dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi dan diubah dalam bentuk persen,
sehingga didapat persentase tingkat kesesuaian pemanfaatan ruangnya.
Rumus Index Likert (%) = Total Skor / Y x 100
Indeks Keragaman Simpson
Keragaman pengguna dan keragaman aktivitas pada ruang publik diukur
dengan menggunakan metode Indeks Keragaman Simpson (Simpson’s Diversity
Index). Simpson’s Diversity Index adalah teknik yang lazim dipergunakan dalam



10

analisis keanekaragaman hayati dalam ranah ilmu lingkungan. Meskipun begitu,
teknik ini dapat dipergunakan dalam pengukuran pemanfaatan ruang publik
karena memiliki kesamaan prinsip. Keanekaragaman hayati memiliki dua faktor
utama, yaitu kekayaan (richness) dan ke-rata-an (evenness). Prinsip ini juga sesuai
dengan prinsip dasar yang dipergunakan dalam mendefenisikan sifat “publik”
ruang sebagaimana digagaskan oleh Parkinson (2012). Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kekayaan (richness). Dalam ranah kajian keanekaragaman hayati, kekayaan
dapat diinterpretasikan sebagai jumlah dari jenis organisme yang muncul di
suatu kawasan. Hal yang sama juga ditemukan dalam konteks pemanfaatan
ruang publik, berupa keanekaragaman jenis aktivitas atau keanekaragaman
karakteristik pengguna ruang (user).
2. Ke-rata-an (evenness). Dalam ranah kajian keanekaragaman hayati,
kekayaan (richness) harus diimbangi oleh kesamaan jumlah individu dari
setiap jenis organisme yang muncul. Jumlah jenis organisme yang banyak
tetapi apabila individu-individunya mengelompok di salah satu jenis, hal ini
tidak dapat dikatakan sebagai komunitas yang beranekaragam. Konteks
yang sama juga harus dipenuhi dalam konteks pemanfaatan ruang publik,
dimana ruang publik harus semaksimal mungkin menampung aktivitas dan
pengguna yang beragam dan tidak boleh ada dominansi individu atau
aktivitas didalamnya. Sebaik mungkin keberagaman aktivitas terjadi secara
merata, demikian juga tidak ada individu yang dominan.
Formula Simpson’s Diversity Index adalah sebagai berikut :
Simpson’s Diversity Index = 1 – D
…. (7)
…. (8)
Keterangan:
n
: jumlah individu dalam kategori tertentu
N
: jumlah total individu dari semua kategori
Persamaan (7) dipergunakan apabila populasi bersifat tertentu dan
persamaan (8) dipergunakan apabila populasi bersifat tak tentu. Hasil perhitungan
dengan nilai indeks 0 s.d. 0.3 dikatakan memiliki keragaman rendah, hasil
perhitungan dengan nilai indeks 0.31 s.d. 0.67 dikatakan memiliki keragaman
sedang, dan hasil perhitungan dengan nilai indeks 0.67 s.d. 1 dikatakan memiliki
keragaman tinggi.
Uji Khi kuadrat (Chi -square)
Hasil observasi pengguna dan aktivitas pengguna pada ruang publik akan
diolah dengan statistika deskriptif dan untuk melihat adanya dua variabel yang
berkaitan maka akan diuji dengan chi-square (Faisal 2008). Untuk menjamin
ketepatan dan konsistensi kuisioner penelitian yang disusun maka dilakukan uji
validitas instrumen dengan menggunakan validitas konstruksi dan pengujian



11

reabilitas dengan metode belah dua (Rianse dan Abdi 2009). Perangkat lunak
yang digunakan dalam menggolah data survei antara lain Microsoft Excel 2007,
SPSS 16, dan MINITAB 14. Adapun formulasinya sebagai berikut:

Keterangan:
X2
: Chi-square
O
: Frekuensi hasil observasi
E
: Frekuensi yang diharapkan
Adanya hubungan antara latar belakang pengguna dan ketidaksesuaian
aktivitas pengguna menunjukkan bahwa masih adanya pengguna dengan latar
belakang tertentu (gender dan atau usia) yang belum terakomodasi kebutuhannya
pada ruang publik tersebut. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi bagian
dasar perencanaan ruang publik terutama dalam memenuhi kebutuhan fasilitas
dan aktivitas pengguna ruang.
Perencanaan ruang publik ksatrian
Hasil dari analisis aspek legal, ruang, dan pengguna ruang, selanjutnya
akan digunakan untuk merencanakan ruang publik ksatrian dengan menggunakan
metode tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana (Rachman
1984). Proses ini meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep,
perencanaan dan perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Penelitian ini
dibatasi sampai pada tahap perencanaan dengan tetap mengacu pada Protap
batalyon sebagai aturan baku kehidupan di dalam ksatrian.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lokasi dan aksesibilitas
Batalyon Artileri Medan 10 merupakan satuan tempur di bawah Kostrad
TNI AD yang terletak di Jalan Cimandala Raya, Desa Cimandala, Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara administratif, Desa Cimandala
berbatasan dengan Desa Nanggewer Mekar, Kecamatan Cibinong di sebelah
Utara, Desa Pasir Laja, Kecamatan Sukaraja di sebelah Timur, Desa Ciluar dan
Desa Ciparigi sebelah Selatan, dan Desa Cilebut serta Desa Karadenan di sebelah
Barat. Tapak jalan dapat diakses melalui Jalan Raya Bogor maupun dari Jalan
Raya Karadenan. Informasi orbitrasi Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, yaitu,
jarak ke Ibukota Kabupaten Bogor 6 km, jarak ke Ibukota Kota Bogor 11 km,
jarak ke Ibukota Provinsi ± 120 km dan jarak ke Ibukota Negara ± 52 km.
Dalam menentukan lokasi pembangunan sebuah ksatrian batalyon, menurut
Letkol Czi Decky, selaku Kabalakada (Kepala Bagian Pelaksana dan Pengadaan)
ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama artileri medan sebagai satuan
tempur. Ksatrian Batalyon Artileri Medan ditempatkan di daerah-daerah strategis



12

yang tidak terlalu jauh dari ibukota daerah dengan tujuan agak alutsista dan
mobilisasi pasukan dapat bergerak dengan mudah menuju area vital jika terjadi
penyerangan. Diutamakan posisi ksatrian diletakkan di kontur tinggi sehingga
personil batalyon memiliki jarak pantau yang luas dan leluasa dalam mengamati
pergerakan musuh. Menurut teori peperangan, ketika musuh dalam keadaan
terdesak, maka kecenderungan musuh akan mencari tempat berlindung, dan
tempat berlindung yang paling ideal adalah di atas atau di punggung bukit. Oleh
karena itu, batalyon artileri medan diharapkan mampu menghancurkan musuh
sebelum musuh sempat berlindung dan kembali menyusun kekuatan.
Meskipun Ksatrian Batalyon Armed 10 tidak berada tepat di bukit yang
tinggi, namun jika dilihat dari kontur sekitar tapak, batalyon ini memiliki posisi
strategis berbukit dan bertebing dengan jarak pandang yang cukup untuk
mengamati lingkungan sekeliling (360o). Batas tapak sebelah barat diperjelas
dengan akses jalan raya yang terbuat dari aspal, sedangkan batas tapak sebelah
barat laut diperjelas dengan tebing dengan akses jalan setapak yang kecil dan
curam dari desa tetangga. Batas tapak sebelah timur agak membaur dengan
perumahan dan sawah milik warga desa tetangga karena hanya ditanam pohon
bambu sebagai penghalang pandangan dari luar tapak, namun pada bagian
tenggara sudah mulai dibangun batas tembok besar yang jelas membatasi wilayah
terutama untuk area pergudangan roket dan munisi.
Topografi
Tapak memiliki koordinat 6o31’28,32”S 106o49’13,25”E dan berada di
ketinggian 100 mdpl berkontur membentuk bukit dan lembah kecil yang
berbatasan langsung dengan aliran sungai dan tebing. Keadaan topografi
berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan pada tapak. Kondisi saat ini, bagian
tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan sebagai area sarana olahraga bersama
seperti lapangan bola, lapangan tenis, lapangan voli, lapangan sepak takraw, dan
kolam renang (Gambar 3). Untuk tapak dengan kontur berlembah lebih banyak
dimanfaatkan sebagai area pergudangan, garasi, dan latihan tembak (Gambar 4).
Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan mayoritas sebagai area perkantoran
dan perumahan (Gambar 5).

(a)
(b)
Gambar 3 Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan untuk sarana olahraga (a)
lapangan sepak bola dan (b) lapangan tenis
Lahan kosong yang tersedia pada tapak lebih banyak dimanfaatkan sebagai
perkebunan untuk menghindari erosi. Dengan kontur tapak yang berbukit dan
berlembah, pembangunan saluran drainase harus menjadi perhatian utama untuk



13

menghindari bahaya banjir dan akibat erosi. Tapak dengan kontur berbukit
dimanfaatkan sebagai area olahraga terbuka agar air hujan dapat teresap secara
optimal, juga meminimalisasi bahaya longsor akibat adanya beban bangunan.
Tujuan pemilihan tapak berlembah sebagai tempat penyimpanan munisi dan
alutsista adalah agar lokasinya tidak mudah diketahui oleh musuh karena tertutup
dengan vegetasi pohon dan semak sebagai penghalang. Secara tidak langsung,
kontur tanah yang bergelombang ini menciptakan batas-batas alami antara ruang
privat dan ruang publik.

(a)
(b)
Gambar 4 Tapak dengan kontur berlembah dimanfaatkan untuk area (a)
pergudangan dan (b) garasi

(a)
(b)
Gambar 5 Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan untuk area (a)
permukiman prajurit dan (b) perkantoran
Tanah
Tapak memiliki jenis tanah latosol merah. Tanah latosol terbentuk di daerah
dengan curah hujan antara 2000 – 7000 mm/tahun. Tanah latosol berwarna coklat
hingga merah, memiliki profil tanah yang dalam, berstruktur remah dan gembur.
Tanah ini mempunyai bahan induk tuff volkan yang banyak dijumpai pada daerah
dengan topografi bergelombang, berombak, berbukit, dan bergunung. Tekstur
tanahnya sedang sampai berat dengan kandungan liat yang tinggi, dimana fraksi
liat didominasi oleh kaolinit dan mengandung seskuioksida bebas. Latosol
bereaksi masam sampai sedang (pH 4,5 – 6,5), kadar bahan organik rendah dan
memiliki kesuburan tanah rendah sampai sedang. Memiliki KTK 10-20 me/100
gram, serta kandungan basa seperti Ca rendah, K dan Na sedang, serta N dan P
yang rendah. Tanah ini merupakan tanah pertanian yang penting dan banyak
digunakan untuk budidaya tanaman di Indonesia (Soepraptohardjo 1961).



14

Menurut Arsyad (1989), sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah
tekstur, struktur, bahan organik dan kesuburan tanah. Tanah latosol mempunyai
jenis tekstur tanah yang didominasi oleh lempung berdebu hingga lempung berliat.
Dengan tekstur ini maka tanah Latosol mempunyai kapasitas infiltrasi yang baik
sehingga butis hujan yang jatuh pada bidang tanah akan mudah masuk ke dalam
lapisan tanah dan menekan besarnya aliran permukaan tanah. Fenomena tersebut
menyebabkan tanah Latosol mempunyai nilai kepekaan erosi yang sangat rendah
yaitu dengan skor 0.02 – 0.04.
Kondisi tanah di lokasi penelitian terlihat stabil dengan adanya tanaman
tutupan lahan di setiap kemiringan sehingga meminimalkan terjadinya erosi
maupun terjadinya proses pencucian lapisan tanah atas (top soil) pada saat hujan.
Untuk kebutuhan tanaman hias dan tanaman sayur rumah tangga, kondisi
kesuburan tanah di ksatrian sudah mencukupi, walaupun akan lebih baik jika
diberikan bahan tambahan seperti bahan organik dari pupuk kompos untuk
meningkatkan nutrisi pada tanaman maupun memperbaiki struktur tanah. Pada
area kritis akan lebih baik jika ditindaklanjuti secara serius untuk mencegah
terjadinya longsor. Menambah vegetasi yang tumbuh di area tebing dan tidak
membuat kolam pada sisi atas tebing, merupakan beberapa cara teknis yang dapat
dilakukan pihak batalyon untuk mencegah terjadi longsor. Sebagai tindakan
pencegahan, menghindari pembangunan permukiman warga di area-area kritis
(baik pada bagian atas tebing maupun bawah tebing) juga dapat meminimalkan
timbulnya korban dari warga setempat jika terjadi longsor. Sedangkan untuk
penanganan lebih lanjut seperti pembuatan bangunan penahan tebing harus
dilakukan secara serius bersama dengan pemerintah daerah.
Tata guna lahan
Batalyon Artileri Medan 10 memiliki luas kawasan ksatrian sebesar 280 000
2
m , dengan luas bangunan yang dapat dihuni oleh seluruh anggota seluas 22 058
m2. Tata guna lahan di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 menurut Protap atau
Prosedur Tetap Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 6 menunjukkan
denah ruang hasil inventarisasi tapak.
Tabel 3 Tata guna lahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan
Luas bangunan
Luas jalan
Luas selokan
Luas lapangan olahraga
Luas taman
Luas halaman dipelihara
Luas perkebunan
Luas lapangan tembak
Luas Total

Satuan (m2)
22 058
8 499
510
17 044
1 500
10 000
202 389
18 000
280 000

Sumber: Data Logistik Armed 10
Iklim
Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Dramaga Bogor, tapak memiliki tingkat
curah hujan sebesar 3321 – 4502 mm per tahun dengan curah hujan terbesar pada
bulan Desember dan Januari. Suhu udara rerata harian adalah 28 - 30oC dengan
kelembaban udara 64 - 68%. Curah hujan yang cukup tinggi di area Ksatrian



15

Batalyon Artileri Medan 10 membawa manfaat terutama dalam pemeliharaan
tanaman di dalam ksatrian. Tidak memerlukan penyiraman khusus kecuali pada
masa kering atau saat curah hujan sangat rendah.
Indikator kenyamanan termal suatu ruang dapat dilihat dengan
menggunakan rumus THI atau Thermal Humidity Index dari Niewolt (1998). Jika
dihitung berdasarkan data rerata iklim mikro secara umum di Ksatrian Batalyon
Artileri Medan 10, Bogor, maka:
THI = 0.8 TRata-rata + (RHRata-rata x TRata-rata) = 0.8 (29) + (67.5 x 29)
500
500
= 23.2 + 3.92 = 27.12
Tapak memiliki angka Indeks Kenyamanan Termal sebesar 27.12. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi iklim mikro pada tapak tergolong sedang atau netral,
dan masih dalam toleransi nyaman bagi warga penghuni. Menurut Kurnia et al.
(2010) bahwa indeks kenyamanan untuk kondisi nyaman dan ideal bagi manusia
di Indonesia yaitu berada pada kisaran THI 19,9 – 27. Nilai THI p