Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq. ) Di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan
PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS
PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Oleh
WENNY WIDYAWATI
A24050928
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
WENNY WIDYAWATI. Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq. ) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara
Enim, Sumatera Selatan. (Di bawah bimbingan ADE WACHJAR).
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT
Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari
tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009. Tujuan kegiatan magang
adalah menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman
kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu,
untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit
pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari
pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah melaksanakan
seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perkebunan kelapa sawit baik secara
teknis maupun secara manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari
karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping
asisten afdeling. Selain itu, dilakukan juga pengambilan data primer dan data
sekunder perusahaan. Data primer meliputi data kegiatan panen dengan
pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari studi literatur dan laporan manajemen perusahaan.
Pada saat menjadi KHL penulis melaksanakan seluruh kegiatan yang ada
di kebun. Saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling
penulis melakukan pengawasan kegiatan di tingkat KHL dan observasi TBS yang
diperoleh pemanen.
Produktivitas TBS di PT Cipta Futura sudah baik, hal tersebut ditandai
dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan
sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan
sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit.
Kualitas panen ditentukan oleh brondolan tinggal, TBS matang yang
dipanen, TBS tertinggal pada pokok, pemotongan gagang panjang, TBS mentah
terpanen, serta pengangkutan TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di
Afdeling 7 PT Cipta Futura sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan
gagang panjang, TBS matang yang dipanen, dan organisasi panen. Akan tetapi
kualitas panen di Afdeling 7 tersebut belum seluruhnya sesuai dengan standar
perusahan, masih terdapat 2.4 % TBS mentah, 2.7 % TBS tertinggal di pokok, dan
brondolan tertinggal diberbagai lokasi yang jumlahnya masih di bawah standar
yang ditetapkan oleh perusahaan. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kualitas
panen Afdeling 7 masih perlu ditingkatkan lagi.
PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS
PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Wenny Widyawati
A24050928
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul
: PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN UJAN MAS
PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATRA SELATAN
Nama
: WENNY WIDYAWATI
NIM
: A24050928
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Dr Ir Ade Wachjar, MS)
NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui :
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,
(Dr Ir Agus Purwito, MSc)
NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari seorang ayah yang bernama
Didi Sukard dan ibu bernama Ice Winarsih. Penulis lulus dari SDN Cimanggu
Kecil pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan
pendidikan dari SMP Negeri 8 Bogor untuk selanjutnya masuk ke SMA Negeri 3
Bogor pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur
USMI. Pada tahun 2006, saat penulis tingkat dua, penulis berhasil diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, yang
merupakan angkatan pertama kurikulum mayor-minor.
Selama di bangku SMP penulis aktif dalam kegiatan PMR SMP Negeri 8
Bogor. Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Agronomi (Himagron) masa jabatan 2007/2008 sebagai anggota divisi
internal. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan mahasiswa
antara lain pada acara Festival Tanaman XXIX (Festa) tahun 2008, SAUNG
TANI 07 pada masa orientasi Fakultas Pertanian Angkatan 43 pada tahun 2007,
dan masa orientasi Departemen Agronomi dan Hortikultura tahun 2007. Penulis
juga pernah mengikuti kegiatan magang liburan di Kebun Raya Bogor pada tahun
2007 dan pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar
Agronomi pada tahun akademik 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena
rahmat, hidayah serta kekuatanNya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan
magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Karya ilmiah yang penulis susun berjudul “Pengelolaan Pemanenan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Ujan Mas PT
Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran
mengenai kegiatan magang yang penulis laksanakan dalam menyelesaikan tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mama serta kedua adik Donny Winardi dan Febri Gunardi yang
tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan
baik moril maupun material.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar MS, selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir Supijatno MS dan Dr Ir Iskandar Lubis MS, selaku dosen penguji
skripsi.
4. Bapak Herry Tantiono selaku Enterprise Provost PT Cipta Futura Plantation,
Muara Enim, Sumatera Selatan.
5. Bapak Sutan Hutasoit SP selaku asisten Afdeling 7 PT Cipta Futura
Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan yang telah banyak membantu
dalam pelaksanaan magang dan banyak memberikan pelajaran hidup serta
ilmu dunia kerja perkebunan.
6. Semua pihak yang terlibat dalam membantu dalam penyusunan serta
penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
ix
PENDAHULUAN.............................................................................................
Latar Belakang..............................................................................................
Tujuan............................................................................................................
1
1
3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
Botani Kelapa Sawit.....................................................................................
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit……................................................................
Pemanenan.....................................................................................................
4
4
5
6
METODE MAGANG........................................................................................
Tempat dan Waktu........................................................................................
Metode Pelaksanaan......................................................................................
Pengumpulan Data dan Informasi................................................................
Analisis Data dan Informasi..........................................................................
9
9
9
9
10
KONDISI UMUM..............................................................................................
Letak Geografis dan Administrasi................................................................
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim.........................................................
Tata Guna Lahan...........................................................................................
Keadaan Pertanamaman dan produksi.........................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.....................................................
11
11
11
12
13
14
PELAKSANAAN MAGANG...........................................................................
Aspek Teknis.................................................................................................
Perawatan Parit.................................................................................
Pembuatan Parit................................................................................
Pembuatan Tapak Timbun...............................................................
Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit..................................
Pengendalian Gulma.........................................................................
Pengendalian Hama..........................................................................
Pemupukan.......................................................................................
Pemanenan........................................................................................
Pruning (Penunasan/Pemangkasan)............................................
Aspek Manajerial..........................................................................................
Pendamping Mandor........................................................................
Pendamping Asisten Afdeling..........................................................
16
16
16
16
17
18
19
22
25
30
43
44
45
47
PEMBAHASAN.................................................................................................
Persiapan Panen.............................................................................................
Pelaksanaan Panen.........................................................................................
49
50
53
Penanganan Pasca Panen...............................................................................
57
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................
Kesimpulan....................................................................................................
Saran..............................................................................................................
60
60
60
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
61
LAMPIRAN.......................................................................................................
62
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta
Futura dari tahun 2005 – 2008................................................................... 14
2
Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Plantation Bulan Mei 2009...................................................................... 15
3.
Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun
2009............................................................................................................ 30
4.
Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7....................................
5
Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan 32
Maret 2009.................................................................................................
6.
Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki Oleh Pemanen....................
35
7.
Pengamatan Kualitas Potong Gagang Panjang TBS di Afdeling 7......
37
8.
Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7.....................................
38
9.
Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7...............................
38
10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009...........................
39
11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7.....................................
40
12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura.....................
42
13. Fraksi dan Derajat Kematangan TBS.......................................................
54
14. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan................
58
32
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Penampang Melintang Parit..................................................................
17
2.
Pembuatan Tapak Timbun....................................................................
18
3.
Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).................................................
19
4.
Penyemprotan Gulma............................................................................ 20
5.
Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran.................................
6.
Beberapa Spesies Ulat Api.................................................................... 23
7.
Pengutipan Kepompong.......................................................................
24
8.
Penyemprotan Hama............................................................................
24
9.
Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)...................
25
10.
Jalur Pokok Sample Analisis Daun....................................................... 26
11.
Pelangsiran Pupuk................................................................................
27
12.
Peralatan Pemupukan...........................................................................
28
13.
Denah Cara Aplikasi Pupuk pada Lahan............................................
29
14
Pemupukan Muriate of Potash (MOP)................................................
29
15.
Penghitungan Jumlah Karung...............................................................
30
16.
Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit...................................
31
17.
Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit................
33
18.
Regu Kerja (RK) Panen........................................................................
34
19.
Kopelan Pelepah Pemanen.................................................................... 41
21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di
Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan....................
63
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di
Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan..................
65
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Afdeling di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra
Selatan..................................................................................................
66
Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura
Plantation..............................................................................................
68
Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim, Sumatera
Selatan.................................................................................................
69
Struktur Organisasi Tingkat Afdeling
7 PT Cipta Futura
Plantation..............................................................................................
70
7
Denah Jalur Deteksi Hama...................................................................
71
8
Contoh Blanko Deteksi Hama.............................................................
72
9
Contoh Blanko Bon Gudang................................................................
73
10
Luas Areal Tanam di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara
Enim, Sumatera Selatan, Tahun 2009..................................................
74
11
Data Sensus TBS Masak di Afdeling 7 Bulan Maret 2009.................
75
12
Luas dan Jumlah Hanca Panen Setiap Blok di Afdeling 7 PT Cipta
Futura...................................................................................................
76
13
Contoh Blanko Laporan Kerja Mandor Panen...................................
77
14
Contoh Blanko Data Muat Buah..........................................................
78
15
Contoh Blanko Surat Pengantar Buah..................................................
79
16
Contoh Blanko Surat Tugas Sopir........................................................
80
2
3
4
5
6
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar.
Produksi CPO sampai tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19 440 291
ton dari 11 875 418 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena
Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa
sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia. Iklim tropika basah di Indonesia
menjadi potensi besar untuk budidaya kelapa sawit. Selain itu Indonesia yang
merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau besar dan ribuan pulau
kecil yang membentang di sekitar khatulistiwa, memiliki lahan yang cukup luas
untuk pengembangan kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas
areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit mencapai 5 597 158 ha dan
meningkat pada tahun 2009 menjadi seluas 7 321 897 ha (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2009).
Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia
setelah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan rakyat di
Indonesia mencapai 1.396 ton/ha/tahun dan produktivitas untuk perkebunan besar
sebesar 3.50 ton/ha/tahun. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi
bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain (Fauzi et al., 2008).
Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan
pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen.
Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus
dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam
pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan.
Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga
pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang
2
menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang
pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit
akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan
memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas
(Fauzi et al., 2008).
Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas
tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian
produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan
potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak
dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi
kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan
panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal, insentif
yang disediakan, dan lain-lain. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007)
menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen
tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan
sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak
terpisahkan satu sama lain.
Kualitas panen perlu mendapat perhatian, karena kehilangan minyak dan
penurunan
kualitas
sebagian
besar
terjadi
pada
kegiatan
pemanenan,
pengangkutan dan selama pengolahan di pabrik (Lubis, 1992).
Menurut Hutabarat (1965) tandan buah yang dipanen disebut tandan buah
segar (TBS). TBS kelapa sawit yang dapat dipanen ialah tandan yang dalam
pengolahannya di pabrik menghasilkan rendemen minyak yang tinggi juga
memiliki mutu minyak yang baik. Pernyataan yang sama diungkapkan juga oleh
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) bahwa panen harus berorientasi terhadap
kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dan kernel yang
optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, TBS tidak menginap dan
pengangkutan ke pabrik lancar.
TBS yang telah dipanen selanjutnya diangkut ke pabrik untuk diolah lebih
lanjut menjadi minyak sawit. Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan pada
3
saat hari panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). TBS harus segera diangkut
ke pabrik untuk diolah, paling lambat delapan jam setelah panen dilaksanakan
(Fauzi et al., 2008).
Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan
dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa
sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi
kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis
akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya
yang lebih tinggi dalam proses pemucatan
(Lubis, 1992). Oleh karena itu
kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak
sawit yang berkualitas.
Tujuan
Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit ini
untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman
kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu,
untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit
pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari
pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan dalam kegiatan magang.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu disebut Palmae),
subfamili Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis,
1992).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia. Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani.
Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), dan Jacq berasal dari kata
Jacquin yang merupakan Botanist Amerika (Lubis, 1992). Spesies lain dari Elaeis
adalah Elaeis oleifera dan Elaeis odora.
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri
atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuarterner (Pahan, 2008a).
Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah
tanah. Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping
dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tersier dan akar kuarterner yang
berada dekat dengan permukaan tanah (Lubis, 1992).
Kelapa sawit tumbuh tegak lurus, dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m
dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal
pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1)
sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; (2) sebagai sistem
pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil
fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi
sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008a).
Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas
beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian
(lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun
melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan
batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di
5
sekitar pelepah berkisar 200 – 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada
umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu sehingga
dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 – 50 daun
(Fauzi et al., 2008).
Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga
jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan
keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada
umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang
(Lubis, 1992).
Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari
penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 – 6 bulan.
Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian
kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang
mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang
pelindung inti (Fauzi et al., 2008).
Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan
atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa
sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan
psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang
proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat
kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil.
Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk
menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk
menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 – 500 m di atas
permukaan laut. Suhu udara optimum 24 – 28 oC dengan suhu maksimal 32 oC
dan suhu minimum 18 oC sepanjang tahun. Curah hujan tahunan optimum untuk
6
tanaman kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm dan merata sepanjang tahun
(Fauzi et al., 2008).
Lama penyinaran matahari yang optimal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 5 – 7 jam per hari dan kelembaban optimum 80 persen. Kecepatan angin
5 – 6 km per jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al.,
2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik,
Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial
(Lubis, 1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung
berdebu dan lempung liat berpasir, dengan kedalaman efektif tanah yang baik
lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi terbaik pada
pH 5.0 – 5.5 dengan kandungan unsur hara tanah tinggi (Lubis, 1992).
Pemanenan
Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari
pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah
pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,
pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pengangkutan hasil
ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman
belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan.
Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman
menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen
mencapai lebih dari 60 persen. Pada keadaan tersebut berat tandan sudah
mencapai tiga kilogram dan pelepasan brondolan dari tanaman lebih mudah.
Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah
mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan
bersih, buah tidak menginap, angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2007).
7
Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan
tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan,
pengangkutan, data kerapatan panen, dan sarana panen. Peralatan panen tediri atas
dodos, kampak, egrek, dan galah. Sarana panen meliputi pengerasan jalan,
pembuatan jembatan panen, jalan panen (pikul), dan pembuatan tempat
pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan
tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Menurut Lubis (1992) kriteria panen yang dipakai jika sudah ada dua buah
(dua brondolan) lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk tiap
kilogram tandan. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan
parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah
perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang
terjadi adalah dari hitam atau hijau kemudian berubah menjadi merah mengkilat
atau orange.
Tandan yang telah dipanen disimpan di TPH dan brondolan dikumpulkan
serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 – 10 tandan per
baris, gagang tandan menghadap ke atas dan brondolan telah dimasukkan ke
dalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanen.
Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan
TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah
tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan
ALB dari 0.2 – 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 – 0.1 %
setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik
akan semakin baik (Lubis, 1992).
Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi
yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu
pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan
kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991).
Peran pengangkutan ke pabrik sangat penting agar TBS dapat masuk
sesegera mungkin ke pabrik pada hari panen. Kebutuhan truk dapat diketahui
8
berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH,
jumlah dan nomor TPH serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik
kemudian diperiksa dan disortasi lalu ditimbang. Hasil sortasi dan penimbangan
dilaporkan kepada kepala afdeling yang bersangkutan. Tanggung jawab dan
kegiatan berakhir sampai pada pemeriksaan buah di pabrik (Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, 2007).
9
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT
Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari
tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan
yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun
aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian
lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling.
Kegiatan sebagai KHL berlangsung pada dua bulan pertama dengan
melaksanakan semua kegiatan, yaitu pembuatan dan perawatan parit, pembuatan
tapak timbun, penyusunan janjang kosong kelapa sawit, pengendalian gulma,
pengendalian hama, pemupukan, pemanenan dan pruning. Seluruh kegiatan saat
penulis menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan.
Jenis pekerjaan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan
dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian
administrasi afdeling (Lampiran 2). Pada satu bulan terakhir penulis menjadi
pendamping asisten afdeling. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping
asisten afdeling yaitu melakukan observasi TBS hasil panen di TPH (Lampiran 3).
Pada pelaksanaan magang dilakukan juga pengamatan terhadap kegiatan
yang menjadi topik utama yaitu pengelolaan pemanenan, dan pengumpulan data
primer serta data sekunder.
Pengumpulan Data dan Informasi
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
observasi lapangan dan kegiatan di kebun. Data primer berupa hasil pengamatan
10
khusus pada kegiatan panen pada beberapa unit contoh pengamatan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum
perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi,
luas areal dan tata guna lahan, serta organisasi dan manajemen, penerapan teknik
budidaya dan peta kebun. Selain dari laporan manajemen, data sekunder juga
diperolah dari studi pustaka.
Sebagai objek pengamatan untuk mendapatkan data primer digunakan
tenaga pemanen sebagai sampel yang diambil secara acak pada lima kemandoran
dalam satu wilayah afdeling. Dari masing-masing kemandoran ditentukan enam
tenaga pemanen sampel, sehingga tenaga pemanen sampel yang diamati
seluruhnya berjumlah 30 orang tenaga pemanen.
Pengamatan dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan
dengan pengelolaan pemanenan di lapangan produksi yang meliputi:
(1)
Kriteria panen.
(2)
Rotasi panen, sistem panen dan tenaga kerja panen.
(3)
Tata cara pelaksanaan panen.
(4)
Kualitas panen dengan parameter pengamatan berupa buah matang panen,
buah mentah, buah tinggal di pokok, pengutipan brondolan, dan
pemotongan gagang panjang.
(5)
Upah dan denda panen.
(6)
Organisasi dan administrasi panen.
(7)
Pengangkutan TBS hasil panen.
Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif
dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara
deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada
perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu,
penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik yang telah ditetapkan oleh
kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai
tingkatan pekerjaan mulai dari KHL sampai dengan asisten afdeling.
11
KONDISI UMUM
Letak Geografis dan Administratif
PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan kelapa sawit swasta
milik keluarga yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Cipta Futura Plantation
berjarak 35 km dari kota terdekat Muara Enim dan ± 218 km dari kota Palembang
dengan jarak tempuh 3 – 4 jam.
Sebelah utara Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation berbatasan
dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Muara Enim, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Badung yang terletak di
Kecamatan Ujan Mas dan sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan
Persada (MHP) yang terletak di Kabupaten Lahat.
Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation termasuk salah satu afdeling dengan
batas sebelah timur adalah Desa Ulak Badung di Kecamatan Ujan Mas, sebelah
barat berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8. Sebelah selatan berbatasan
dengan Afdeling 1 dan sebelah utara berbatasan dengan PT Surya Bumi Agro
Langgeng. Peta Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim
Kebun Ujan Mas terletak pada dataran rendah dengan ketinggian ± 100 m
di atas permukaan laut. Topografi perkebunan dari mulai datar, bergelombang
hingga berbukit dengan derajat kemiringan lahan 7 – 9 persen. Pada perkebunan
ini terdapat beberapa tempat yang berawa dan termasuk daerah cekungan yang
bila hujan deras akan tergenang termasuk di Afdeling 7. Secara umum,
Perkebunan Ujan Mas didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning
(PMK) dengan fraksi liat yang tinggi dan tekstur liat berdebu. Jika musim hujan
tanah akan menjadi sangat licin yang menyebabkan mobil selip, sedangkan bila
musim kemarau kondisi tanah akan sangat berdebu. Derajat kemasaman (pH)
tanah berkisar antara 6.0 – 6.5.
12
Kebun Ujan Mas memiliki suhu rata-rata 28 0C. Curah hujan merata
sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir (1999 2008) adalah 2 909 mm per tahun. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006
yaitu 2 172 mm, sedangkan untuk curah hujan tertinggi adalah 3 824 mm terjadi
pada tahun 2004. Jumlah hari hujan rata-rata 148.6 hari per tahun atau 12.4 hari
per bulan. Berdasarkan klasifikasi Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Perkebunan
Ujan Mas termasuk dalam kategori iklim B (basah). Data selengkapnya mengenai
curah hujan di Kebun Ujan Mas dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tata Guna Lahan
Luas total Kebun Ujan Mas mencapai 8 381 ha berdasarkan surat
keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96 dengan status
Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Pembukaan lahan dimulai tahun 1990
dan penanaman pertama dimulai pada tahun 1992 seluas 19.79 ha dan perluasan
lahan terus berlanjut sampai sekarang.
Penggunaan lahan di Kebun Ujan Mas terdiri atas areal pertanaman untuk
kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69 % dari luas total), areal pembibitan seluas
12.29 ha (0.15 % dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30 % dari luas
total). Total areal yang ditanami seluas 7 219.31 ha (86.14 % dari luas total). Luas
yang dimanfaatkan untuk bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4 % dari luas
total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96 % dari luas total), dan terdapat enclave
seluas 746.20 ha (8.90 % dari luas total).
Perkebunan Ujan Mas dibagi menjadi empat afdeling yaitu Afdeling 1,
Afdeling 6, Afdeling 7 dan Afdeling 8. Afdeling 1 memiliki luas 809.80 ha,
Afdeling 6 memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling 7 memiliki kebun seluas 1 885.17
ha dan untuk Afdeling 8 seluas 1 948.28 ha.
Afdeling 7 memiliki areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 1 857.93
ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2
seluas 4.08 dan areal TBM 1 seluas 14.46 ha. Lahan di Perkebunan Ujan Mas
dibagi ke dalam blok dan petak. Blok di Afdeling 7 sebanyak 20 blok. Luas
13
rata-rata satu blok adalah 100 ha dengan dibagi dalam empat petak A, B, C, dan D
sehingga rata-rata luas per petak adalah 25 ha.
Afdeling 7 merupakan afdeling percontohan yang terdiri atas fasilitas
perumahan karyawan, sekolah, lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan
bulu tangkis, dan koperasi.
Keadaan Pertanaman dan Produksi
PT Cipta Futura Plantation bergerak dalam bidang perkebunan dengan
komoditas utama kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di
perusahaan tersebut merupakan kelapa sawit hasil persilangan antara Dura dan
Psifera yang bibitnya berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM),
Bahlias Research Satation (BLRS) PT London Sumatra (Lonsum), Dami dan
berasal dari PT Socfindo.
Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m
dengan tata tanam segitiga sama sisi. Populasi tanaman kelapa sawit standar
ditetapkan 135 pokok per ha, akan tetapi lima pokok diasumsikan terpakai untuk
jalan, maka perusahaan menetapkan populasi rata-rata kelapa sawit per ha adalah
130 pokok.
Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1992 yang dilakukan secara
bertahap. Di Afdeling 7, penanaman kelapa sawit dimulai pada tahun 1993 di
Blok 69 dan 70.
Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh
masing-masing afdeling. Setiap tahun kepala afdeling akan selalu berusaha
meningkatkan produktivitas panen. Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan
berbagai cara agar target panen terpenuhi. Produktivitas panen di Afdeling 7 dapat
dilihat pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT
Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008
Produksi
(ton)
2005
1 619.78
43 550
2006
1 619.78
32 709
2007
1 857.93
41 852
2008
1 857.93
37 108
Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)
Tahun
Luas
(ha)
Produktivitas
(ton)
26.89
20.19
22.52
19.97
Produktivitas TBS di Afdeling 7 cenderung mengalami penurunan.
Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya penurunan curah
hujan dan perluasan areal tanaman menghasilkan sehingga berpengaruh terhadap
berat tandan yang dihasilkan.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Cipta Futura Plantation adalah perusahaan kelapa sawit swasta milik
keluarga. Bagian produksi kebun di perusahaan ini dipimpin oleh seorang chief
magister yang diangkat berdasarkan keputusan direktur utama. Chief magister
bertanggung jawab kepada direksi.
Tenaga kerja di PT Cipta Futura Plantation terdiri atas staf, non staf dan
karyawan harian lepas (KHL). Pengelolaan kebun di tingkat afdeling dipimpin
oleh asisten afdeling. Asisten afdeling merupakan karyawan staf yang memiliki
tanggung jawab yang besar dalam melakukan pengelolaan kebun di afdelingnya
agar memperoleh hasil yang tinggi dan bermutu sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh
supervisor afdeling yang membawahi supervisor perawatan dan supervisor panen.
Supervisor perawatan merupakan atasan dari para mandor perawatan. Mandor
yang berada di bawah supervisor perawatan adalah mandor pupuk, mandor
semprot, mandor hama dan penyakit, mandor dongkel, serta mandor rawat jalan.
Supervisor panen merupakan supervisor yang membawahi mandor panen dan
krani buah.
15
Mandor di Afdeling 7 terdiri atas mandor pupuk, mandor panen, mandor
semprot, mandor rawat jalan, mandor deteksi hama dan penyakit, dan mandor
dongkel. Karyawan lain yang setingkat mandor dan berada di bawah supervisor
adalah krani buah. Struktur organisasi pada PT Cipta Futura dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Di perusahaan ini sistem pengupahan KHL berbeda dengan karyawan non
staf (personil) dan karyawan staf. KHL adalah karyawan yang bekerja dengan
sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL yaitu Rp 50 000,- per hari
yang disesuaikan dengan prestasi kerja yang diperoleh. Adapun jumlah
keseluruhan tenaga kerja di Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Plantation Bulan Mei 2009
No
Bagian
Karyawan Staf :
- Asisten Afdeling
- Supervisor Afdeling
- Supervisor Panen
- Supervisor Pemeliharaan
Jumlah
2.
Karyawan Non Staf :
- Mandor Panen
- Krani Afdeling
- Krani Buah
- Mandor Pemeliharaan
- Administrasi Afdeling
Jumlah
3.
Karyawan Harian Lepas :
- Tenaga Kerja Pemanenan
- Tenaga Kerja Pemeliharaan
- Pemuat Buah
- Supir Truk
Jumlah
Total Karyawan
Sumber : Administrasi Afdeling 7
Jumlah
(orang)
1.
1
1
1
1
4
4
1
4
4
2
15
75
140
19
20
254
273
16
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Perawatan Parit
Perawatan parit bertujuan agar parit bersih dari gulma dan benda-benda
lain yang dapat menghalangi kelancaran aliran air. Kedalaman parit harus
memenuhi standar agar dapat menunjang kelancaran jalannya air. Perawatan parit
pada kegiatan magang dilakukan pada kelapa sawit TM 1 di Blok 83 P. Alat yang
digunakan untuk perawatan parit adalah dodos, cangkul, meteran dan parang.
Perawatan parit dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma yang
ada pada tepi parit sejauh 1.5 m dari tepi parit. Dinding parit diratakan dengan
menggunakan dodos serta lumpur yang ada pada dasar parit diangkat ke atas tepi
parit yang telah bersih dari gulma. Kedalaman parit dibuat sampai mencapai tanah
keras kurang lebih 1 m.
Norma kerja untuk perawatan parit adalah 20 m/HK. Kegiatan rawat parit
dilakukan penulis selama 7 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 20 m/HK.
Pembuatan Parit
Pembuatan parit di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual oleh tenaga
manusia dengan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang digunakan
adalah cangkul, dodos, dan meteran. Standar ukuran parit di Kebun Ujan Mas
adalah lebar permukaan atas parit 1.5 m, kedalaman parit 1 m, lebar permukaan
bawah parit 1.5 m.
Norma kerja untuk pembuatan parit 10 m/HK. Kegiatan pembuatan parit
dilakukan penulis di Blok 70 perluasaan selama 3 hari kerja dengan prestasi kerja
rata-rata 5 m/HK.
Selain itu penulis juga melakukan pembuatan parit sirip ikan. Parit sirip
ikan adalah parit pembuangan di pinggir jalan untuk membuang kelebihan air
yang tergenang pada badan jalan. Parit sirip ikan memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan parit yang terdapat pada kebun kelapa sawit. Standar ukuran
17
parit sirip ikan adalah lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman 50 cm, dan lebar
dasar 50 cm, sehingga parit sirip ikan berbentuk trapesium. Penampang melintang
parit dan parit sirip ikan disajikan pada Gambar 1.
1.5 m
60 cm
1m
50 cm
1.5 m
50 cm
(a) Parit
(b) Parit Sirip Ikan
Gambar 1. Penampang Melintang Parit
Norma pembuatan sirip ikan adalah 10 m/HK. Kegiatan pembuatan sirip
ikan dilakukan penulis selama satu hari kerja dengan prestasi kerja 8 m/HK.
Pembuatan Tapak Timbun
Tapak timbun merupakan salah satu upaya perawatan tanaman kelapa
sawit pada daerah rendahan dan daerah rawa dengan tujuan mencegah tanaman
kelapa sawit (pokok) dari genangan air, memudahkan pemupukan tanaman,
memperbaiki drainase di sekitar perakaran tanaman serta memperkokoh tanaman
agar tidak doyong.
Alat yang digunakan dalam pembuatan tapak timbun adalah cangkul,
parang, serta potongan pelepah kelapa sawit. Tata cara dalam kegiatan pembuatan
tapak timbun adalah menaikkan permukaan tanah di sekitar pokok tanaman
dengan pola membentuk “kue donat”. Jari-jari bagian dalam tapak timbun yang
membentuk cekungan berukuran 0.5 m diukur dari pokok kelapa sawit, sedangkan
jari-jari dari pokok sampai dengan ujung timbunan terluar berukuran 2 m. Ukuran
tinggi timbunan adalah 0.5 m. Kegiatan pembuatan tapak timbun dapat dilihat
pada Gambar 2.
18
2
m
0,5 m X
(a) Tampak Atas Tapak Timbun
(b) Hasil Pembuatan Tapak Timbun
Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun
Kegiatan pembuatan tapak timbun dilakukan pada daerah rendahan di
Blok 95 perluasan. Norma pembuatan tapak timbun 2 tapak timbun/HK,
sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 0.4 tapak timbun selama satu hari kerja.
Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit
Aplikasi janjangan kosong (JJK) di Kebun Ujan Mas dilakukan secara
manual pada areal TM di Blok 106, 107, 108. Pengangkutan JJK dari pabrik
dilakukan dengan truk sekembalinya dari pabrik setelah mengantar TBS.
JJK disusun membentuk huruf U pada gawangan kelapa sawit dengan cara
membentuk lapisan kotak dengan jumlah 12 JJK untuk panjang ke bawah dan 10
JJK untuk lebar ke samping gawangan. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi
pasar hidup. JJK disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan
untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan JJK. Pelaksanaan penyusunan
JJK dapat dilihat pada Gambar 3.
Susunan JJK tidak boleh lebih dari satu lapisan karena akan merangsang
perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Rotasi aplikasi JJK pada lahan yang
sama minimal 1 tahun atau menunggu lapisan JJK pada lahan tersebut melapuk.
Bobot rata-rata JJK yang diangkut dalam satu truk berkisar 3 – 3.5 ton.
Dari satu truk tersebut dapat dihasilkan 4 – 5 lapisan janjangan. Satu lapisan JJK
diaplikasikan pada tengah gawangan antara dua pokok sawit sehingga dosis JJK
rata-rata yang aplikasikan berkisar 375 kg – 500 kg/pokok.
19
(a) Kegiatan Penyusunan JJK
(b) Hasil Penyusunan JJK
Gambar 3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).
Alat yang digunakan untuk mengangkut (melangsir) JJK dari tumpukan
buangan truk ke dalam gawangan sawit adalah angkong. Alat lain yang digunakan
adalah tojok atau gancu untuk menyusun dan meratakan JJK dalam lapisan.
Prestasi kerja untuk karyawan janjangan adalah 5 ton/HK dengan besar
upah yang diterima adalah Rp 10 000,-/ton. Sedangkan untuk prestasi kerja
penulis dalam kegiatan penyusunan janjangan kosong adalah 3 ton/ HK.
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang keberadaannya sangat
merugikan tanaman pokok. Kompetisi gulma dengan tanaman kelapa sawit dapat
terjadi baik pada piringan, pasar 2:1 maupun pada tempat pengumpulan hasil
(TPH). Di Perkebunan Ujan Mas pengendalian gulma dilakukan dengan cara
penyemprotan di pasar 2:1 dan TPH serta dongkel anak kayu (DAK).
Penyemprotan pasar 2:1 dan TPH. Pasar 2:1 dan TPH merupakan
sarana yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit, terutama dalam kegiatan
panen. Pasar 2:1 merupakan jalan pada gawangan kelapa sawit yang dapat dilalui
oleh orang dan angkong (jalan setapak). Gulma pada pasar 2:1 berpengaruh
terhadap kelancaran pengangkutan tandan dari piringan ke TPH. Gulma yang ada
pada TPH dapat menyebabkan kurang jelasnya keberadaan tandan dan brondolan
di TPH untuk diangkut oleh truk.
20
Penyemprotan gulma pada pasar 2:1 dan TPH menggunakan herbisida
yang mengandung glifosat dengan merk dagang “Smart”. Dosis herbisida yang
digunakan 250 ml/ha dengan konsentrasi 7 ml/l.
Penyemprotan TPH dilakukan secara merata ke seluruh bagian TPH.
Jumlah TPH standar setiap pasar adalah dua TPH yang terdapat pada bagian
ujung-ujung pasar.
Standar kerja penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah 5 ha/HK. Prestasi
kerja penulis adalah 3 ha/HK. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 dilakukan pada
areal TM di Blok 107 C. Penyemprotan gulma yang dilakukan penulis disajikan
dalam Gambar 4.
(a) Penyemprotan Pasar 2:1
(b) Penyemprotan TPH
Gambar 4. Penyemprotan Gulma
Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah
knapscak sprayer Solo kapasitas 15 liter, masker sebagai pengaman agar larutan
herbisida tidak terhirup, botol mineral bekas atau wadah yang dapat digunakan
untuk mengambil air sabagai pelarut herbisida. Sebelum dilakukan penyemprotan
harus dilakukan pengecekan knapscak sprayer untuk mengetahui apakah ada
kebocoran atau kerusakan pada alat tersebut. Hasil penyemprotan pasar 2:1 dan
TPH akan terlihat paling cepat empat minggu kemudian.
Dongkel anak kayu (DAK). Dongkel anak kayu adalah kegiatan
pengendalian gulma secara manual dengan cara mencabut semua gulma berkayu
sampai ke akar-akarnya. Jenis gulma yang harus didongkel adalah jenis gulma
berdaun lebar yang berkayu yaitu Clidemia hirta, Mikania micrantha,
Chromolaena odorata dan Melastoma affine, gulma golongan rumput dan teki
21
yaitu Scleria sumatrensis, Cyperus sp., Fimbristilis sp., dan lain-lain. Selain
gulma
(Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS
PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Oleh
WENNY WIDYAWATI
A24050928
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
WENNY WIDYAWATI. Pengelolaan Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq. ) di Perkebunan Ujan Mas PT Cipta Futura, Muara
Enim, Sumatera Selatan. (Di bawah bimbingan ADE WACHJAR).
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT
Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari
tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009. Tujuan kegiatan magang
adalah menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman
kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu,
untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit
pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari
pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang adalah melaksanakan
seluruh kegiatan yang sedang berlangsung di perkebunan kelapa sawit baik secara
teknis maupun secara manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari
karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping
asisten afdeling. Selain itu, dilakukan juga pengambilan data primer dan data
sekunder perusahaan. Data primer meliputi data kegiatan panen dengan
pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari studi literatur dan laporan manajemen perusahaan.
Pada saat menjadi KHL penulis melaksanakan seluruh kegiatan yang ada
di kebun. Saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling
penulis melakukan pengawasan kegiatan di tingkat KHL dan observasi TBS yang
diperoleh pemanen.
Produktivitas TBS di PT Cipta Futura sudah baik, hal tersebut ditandai
dengan baiknya kondisi kebun dengan populasi tanaman yang optimum dan
sistem pengelolaan teknik budidaya tanaman mulai dari kegiatan pemeliharaan
sampai dengan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit.
Kualitas panen ditentukan oleh brondolan tinggal, TBS matang yang
dipanen, TBS tertinggal pada pokok, pemotongan gagang panjang, TBS mentah
terpanen, serta pengangkutan TBS ke PKS. Secara umum, pengelolaan panen di
Afdeling 7 PT Cipta Futura sudah cukup baik dilihat dari nilai pemotongan
gagang panjang, TBS matang yang dipanen, dan organisasi panen. Akan tetapi
kualitas panen di Afdeling 7 tersebut belum seluruhnya sesuai dengan standar
perusahan, masih terdapat 2.4 % TBS mentah, 2.7 % TBS tertinggal di pokok, dan
brondolan tertinggal diberbagai lokasi yang jumlahnya masih di bawah standar
yang ditetapkan oleh perusahaan. Nilai tersebut menggambarkan bahwa kualitas
panen Afdeling 7 masih perlu ditingkatkan lagi.
PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS
PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Wenny Widyawati
A24050928
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul
: PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN UJAN MAS
PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATRA SELATAN
Nama
: WENNY WIDYAWATI
NIM
: A24050928
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Dr Ir Ade Wachjar, MS)
NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui :
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura,
(Dr Ir Agus Purwito, MSc)
NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari seorang ayah yang bernama
Didi Sukard dan ibu bernama Ice Winarsih. Penulis lulus dari SDN Cimanggu
Kecil pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis berhasil menyelesaikan
pendidikan dari SMP Negeri 8 Bogor untuk selanjutnya masuk ke SMA Negeri 3
Bogor pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur
USMI. Pada tahun 2006, saat penulis tingkat dua, penulis berhasil diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, yang
merupakan angkatan pertama kurikulum mayor-minor.
Selama di bangku SMP penulis aktif dalam kegiatan PMR SMP Negeri 8
Bogor. Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Agronomi (Himagron) masa jabatan 2007/2008 sebagai anggota divisi
internal. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan kegiatan mahasiswa
antara lain pada acara Festival Tanaman XXIX (Festa) tahun 2008, SAUNG
TANI 07 pada masa orientasi Fakultas Pertanian Angkatan 43 pada tahun 2007,
dan masa orientasi Departemen Agronomi dan Hortikultura tahun 2007. Penulis
juga pernah mengikuti kegiatan magang liburan di Kebun Raya Bogor pada tahun
2007 dan pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar
Agronomi pada tahun akademik 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena
rahmat, hidayah serta kekuatanNya lah penulis dapat menyelesaikan kegiatan
magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Karya ilmiah yang penulis susun berjudul “Pengelolaan Pemanenan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Ujan Mas PT
Cipta Futura, Muara Enim, Sumatera Selatan”. Skripsi ini memberikan gambaran
mengenai kegiatan magang yang penulis laksanakan dalam menyelesaikan tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mama serta kedua adik Donny Winardi dan Febri Gunardi yang
tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan
baik moril maupun material.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar MS, selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir Supijatno MS dan Dr Ir Iskandar Lubis MS, selaku dosen penguji
skripsi.
4. Bapak Herry Tantiono selaku Enterprise Provost PT Cipta Futura Plantation,
Muara Enim, Sumatera Selatan.
5. Bapak Sutan Hutasoit SP selaku asisten Afdeling 7 PT Cipta Futura
Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan yang telah banyak membantu
dalam pelaksanaan magang dan banyak memberikan pelajaran hidup serta
ilmu dunia kerja perkebunan.
6. Semua pihak yang terlibat dalam membantu dalam penyusunan serta
penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
ix
PENDAHULUAN.............................................................................................
Latar Belakang..............................................................................................
Tujuan............................................................................................................
1
1
3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
Botani Kelapa Sawit.....................................................................................
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit……................................................................
Pemanenan.....................................................................................................
4
4
5
6
METODE MAGANG........................................................................................
Tempat dan Waktu........................................................................................
Metode Pelaksanaan......................................................................................
Pengumpulan Data dan Informasi................................................................
Analisis Data dan Informasi..........................................................................
9
9
9
9
10
KONDISI UMUM..............................................................................................
Letak Geografis dan Administrasi................................................................
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim.........................................................
Tata Guna Lahan...........................................................................................
Keadaan Pertanamaman dan produksi.........................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan.....................................................
11
11
11
12
13
14
PELAKSANAAN MAGANG...........................................................................
Aspek Teknis.................................................................................................
Perawatan Parit.................................................................................
Pembuatan Parit................................................................................
Pembuatan Tapak Timbun...............................................................
Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit..................................
Pengendalian Gulma.........................................................................
Pengendalian Hama..........................................................................
Pemupukan.......................................................................................
Pemanenan........................................................................................
Pruning (Penunasan/Pemangkasan)............................................
Aspek Manajerial..........................................................................................
Pendamping Mandor........................................................................
Pendamping Asisten Afdeling..........................................................
16
16
16
16
17
18
19
22
25
30
43
44
45
47
PEMBAHASAN.................................................................................................
Persiapan Panen.............................................................................................
Pelaksanaan Panen.........................................................................................
49
50
53
Penanganan Pasca Panen...............................................................................
57
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................
Kesimpulan....................................................................................................
Saran..............................................................................................................
60
60
60
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
61
LAMPIRAN.......................................................................................................
62
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT Cipta
Futura dari tahun 2005 – 2008................................................................... 14
2
Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Plantation Bulan Mei 2009...................................................................... 15
3.
Realisasi Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun
2009............................................................................................................ 30
4.
Pengamatan Kualitas Potong TBS di Afdeling 7....................................
5
Perbandingan Hasil Panen dan Hasil Sensus TBS di Afdeling 7 Bulan 32
Maret 2009.................................................................................................
6.
Alat-alat Panen TBS yang Harus Dimiliki Oleh Pemanen....................
35
7.
Pengamatan Kualitas Potong Gagang Panjang TBS di Afdeling 7......
37
8.
Pengamatan Brondolan Tertinggal di Afdeling 7.....................................
38
9.
Pengamatan TBS Tertinggal di Pokok di Afdeling 7...............................
38
10. Inspeksi Harian Panen di Afdeling 7 Bulan April 2009...........................
39
11. Jenis Kesalahan dan Sanksi Panen di Afdeling 7.....................................
40
12. Kandungan ALB pada Minyak Sawit di PT Cipta Futura.....................
42
13. Fraksi dan Derajat Kematangan TBS.......................................................
54
14. Rendemen dan ALB dari TBS yang Menginap di Lapangan................
58
32
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Penampang Melintang Parit..................................................................
17
2.
Pembuatan Tapak Timbun....................................................................
18
3.
Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).................................................
19
4.
Penyemprotan Gulma............................................................................ 20
5.
Dongkel Anak Kayu dan Pembuatan Bokoran.................................
6.
Beberapa Spesies Ulat Api.................................................................... 23
7.
Pengutipan Kepompong.......................................................................
24
8.
Penyemprotan Hama............................................................................
24
9.
Penanaman Bunga Pukul Delapan (Turnera subulata)...................
25
10.
Jalur Pokok Sample Analisis Daun....................................................... 26
11.
Pelangsiran Pupuk................................................................................
27
12.
Peralatan Pemupukan...........................................................................
28
13.
Denah Cara Aplikasi Pupuk pada Lahan............................................
29
14
Pemupukan Muriate of Potash (MOP)................................................
29
15.
Penghitungan Jumlah Karung...............................................................
30
16.
Jembatan pada Areal Tanaman Kelapa Sawit...................................
31
17.
Pengkodean Hanca Panen pada Tanaman Kelapa Sawit................
33
18.
Regu Kerja (RK) Panen........................................................................
34
19.
Kopelan Pelepah Pemanen.................................................................... 41
21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di
Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan....................
63
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di
Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra Selatan..................
65
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Afdeling di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Sumatra
Selatan..................................................................................................
66
Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura
Plantation..............................................................................................
68
Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation Muara Enim, Sumatera
Selatan.................................................................................................
69
Struktur Organisasi Tingkat Afdeling
7 PT Cipta Futura
Plantation..............................................................................................
70
7
Denah Jalur Deteksi Hama...................................................................
71
8
Contoh Blanko Deteksi Hama.............................................................
72
9
Contoh Blanko Bon Gudang................................................................
73
10
Luas Areal Tanam di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, Muara
Enim, Sumatera Selatan, Tahun 2009..................................................
74
11
Data Sensus TBS Masak di Afdeling 7 Bulan Maret 2009.................
75
12
Luas dan Jumlah Hanca Panen Setiap Blok di Afdeling 7 PT Cipta
Futura...................................................................................................
76
13
Contoh Blanko Laporan Kerja Mandor Panen...................................
77
14
Contoh Blanko Data Muat Buah..........................................................
78
15
Contoh Blanko Surat Pengantar Buah..................................................
79
16
Contoh Blanko Surat Tugas Sopir........................................................
80
2
3
4
5
6
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang menyumbangkan devisa negara dalam jumlah cukup besar.
Produksi CPO sampai tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19 440 291
ton dari 11 875 418 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena
Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa
sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia. Iklim tropika basah di Indonesia
menjadi potensi besar untuk budidaya kelapa sawit. Selain itu Indonesia yang
merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau besar dan ribuan pulau
kecil yang membentang di sekitar khatulistiwa, memiliki lahan yang cukup luas
untuk pengembangan kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas
areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit mencapai 5 597 158 ha dan
meningkat pada tahun 2009 menjadi seluas 7 321 897 ha (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2009).
Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia
setelah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit untuk perkebunan rakyat di
Indonesia mencapai 1.396 ton/ha/tahun dan produktivitas untuk perkebunan besar
sebesar 3.50 ton/ha/tahun. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi
bila dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain (Fauzi et al., 2008).
Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan
pembukaan lahan sampai dengan kegiatan panen dan penanganan pasca panen.
Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus
dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam
pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan.
Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga
pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Pemanenan yang
2
menghasilkan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang
pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa sawit
akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 1992). Kegiatan pemanenan
memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas
(Fauzi et al., 2008).
Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas
tanaman. Sebaliknya, kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian
produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman yang sudah baku dan
potensi produksi di tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak
dilaksanakan secara optimal (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan pemanenan dan produksi
kelapa sawit sangat bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanen, peralatan
panen, kelancaran transportasi, organisasi pemanenan, keadaan areal, insentif
yang disediakan, dan lain-lain. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007)
menambahkan bahwa keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen
tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan
sarana panen. Keseluruhan faktor tersebut merupakan kombinasi yang tak
terpisahkan satu sama lain.
Kualitas panen perlu mendapat perhatian, karena kehilangan minyak dan
penurunan
kualitas
sebagian
besar
terjadi
pada
kegiatan
pemanenan,
pengangkutan dan selama pengolahan di pabrik (Lubis, 1992).
Menurut Hutabarat (1965) tandan buah yang dipanen disebut tandan buah
segar (TBS). TBS kelapa sawit yang dapat dipanen ialah tandan yang dalam
pengolahannya di pabrik menghasilkan rendemen minyak yang tinggi juga
memiliki mutu minyak yang baik. Pernyataan yang sama diungkapkan juga oleh
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) bahwa panen harus berorientasi terhadap
kematangan buah yang optimum, buah mengandung minyak dan kernel yang
optimum dengan kualitas baik, brondolan bersih, TBS tidak menginap dan
pengangkutan ke pabrik lancar.
TBS yang telah dipanen selanjutnya diangkut ke pabrik untuk diolah lebih
lanjut menjadi minyak sawit. Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan pada
3
saat hari panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). TBS harus segera diangkut
ke pabrik untuk diolah, paling lambat delapan jam setelah panen dilaksanakan
(Fauzi et al., 2008).
Ketepatan waktu pengangkutan dan pengolahan kelapa sawit berkaitan
dengan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung dalam buah kelapa
sawit. Meskipun tandan yang dipanen bermutu baik, tetapi apabila transportasi
kurang baik, terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis
akan menaikkan ALB, sedangkan ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya
yang lebih tinggi dalam proses pemucatan
(Lubis, 1992). Oleh karena itu
kegiatan pemanenan harus terorganisir dengan baik karena merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting, baik untuk keberlanjutan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kelapa sawit maupun untuk peningkatan produksi minyak
sawit yang berkualitas.
Tujuan
Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit ini
untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan, memperoleh pengalaman
kerja secara langsung di lapangan produksi perkebunan kelapa sawit. Selain itu,
untuk mempelajari teknik budidaya dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit
pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta secara khusus mempelajari
pemanenan baik dari aspek teknis maupun pengelolaan, menganalisis dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan dalam kegiatan magang.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu disebut Palmae),
subfamili Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis,
1992).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia. Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani.
Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), dan Jacq berasal dari kata
Jacquin yang merupakan Botanist Amerika (Lubis, 1992). Spesies lain dari Elaeis
adalah Elaeis oleifera dan Elaeis odora.
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri
atas akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuarterner (Pahan, 2008a).
Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah
tanah. Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping
dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tersier dan akar kuarterner yang
berada dekat dengan permukaan tanah (Lubis, 1992).
Kelapa sawit tumbuh tegak lurus, dapat mencapai ketinggian 15 – 20 m
dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak dibungkus oleh pangkal
pelepah daun (frond base). Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (1)
sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; (2) sebagai sistem
pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil
fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; (3) kemungkinan juga berfungsi
sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2008a).
Daun kelapa sawit menyerupai daun kelapa. Daun kelapa sawit terdiri atas
beberapa bagian yaitu: (1) kumpulan anak daun (leaflets) yang memiliki helaian
(lamina) dan tulang daun (midrid); (2) rachis yang merupakan tempat anak daun
melekat; (3) tangkai daun atau petiole yang merupakan bagian antara daun dan
batang; serta (4) seludang daun atau sheath. Daun membentuk susunan satu
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di
5
sekitar pelepah berkisar 200 – 400 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada
umur tanaman. Daun kelapa sawit biasanya muncul setiap 2 minggu sehingga
dalam keadaan optimum tanaman dewasa kelapa sawit memiliki 40 – 50 daun
(Fauzi et al., 2008).
Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious di mana bunga
jantan dan betina berada dalam satu pohon. Tandan bunga terletak terpisah dan
keluar dari ketiak pelepah daun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat terbungkus oleh seludang bunga. Pada
umumnya tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang
(Lubis, 1992).
Buah sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari
penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5 – 6 bulan.
Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan, yaitu eksokarp yang merupakan bagian
kulit buah berwarna kemerahan dan licin, mesokarp atau serabut buah yang
mengandung minyak dengan rendemen yang tinggi serta endokarp atau cangkang
pelindung inti (Fauzi et al., 2008).
Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan
atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa
sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan
psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang
proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat
kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil.
Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk
menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk
menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0 – 500 m di atas
permukaan laut. Suhu udara optimum 24 – 28 oC dengan suhu maksimal 32 oC
dan suhu minimum 18 oC sepanjang tahun. Curah hujan tahunan optimum untuk
6
tanaman kelapa sawit adalah 2 000 – 2 500 mm dan merata sepanjang tahun
(Fauzi et al., 2008).
Lama penyinaran matahari yang optimal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 5 – 7 jam per hari dan kelembaban optimum 80 persen. Kecepatan angin
5 – 6 km per jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al.,
2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik,
Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial
(Lubis, 1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung
berdebu dan lempung liat berpasir, dengan kedalaman efektif tanah yang baik
lebih dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi terbaik pada
pH 5.0 – 5.5 dengan kandungan unsur hara tanah tinggi (Lubis, 1992).
Pemanenan
Pemanenan kelapa sawit adalah pemotongan tandan buah segar (TBS) dari
pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan pemanenan adalah
pemotongan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,
pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pengangkutan hasil
ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman
belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan.
Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman
menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen
mencapai lebih dari 60 persen. Pada keadaan tersebut berat tandan sudah
mencapai tiga kilogram dan pelepasan brondolan dari tanaman lebih mudah.
Pemanenan harus berorientasi terhadap kematangan buah yang optimum, buah
mengandung minyak dengan kernel optimum dengan kualitas baik, brondolan
bersih, buah tidak menginap, angkutan ke pabrik lancar (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 2007).
7
Sebelum pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan
tersebut meliputi penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan,
pengangkutan, data kerapatan panen, dan sarana panen. Peralatan panen tediri atas
dodos, kampak, egrek, dan galah. Sarana panen meliputi pengerasan jalan,
pembuatan jembatan panen, jalan panen (pikul), dan pembuatan tempat
pengumpulan hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan
tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, 2007).
Menurut Lubis (1992) kriteria panen yang dipakai jika sudah ada dua buah
(dua brondolan) lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk tiap
kilogram tandan. Selanjutnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) menambahkan
parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah
perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang
terjadi adalah dari hitam atau hijau kemudian berubah menjadi merah mengkilat
atau orange.
Tandan yang telah dipanen disimpan di TPH dan brondolan dikumpulkan
serta dimasukkan ke dalam karung. Tandan di TPH disusun 5 – 10 tandan per
baris, gagang tandan menghadap ke atas dan brondolan telah dimasukkan ke
dalam karung. Pada pangkal gagang tandan ditulis nomor pemanen.
Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan
TBS, pengangkutan ke TPH maupun pengangkutan ke truk serta menjaga buah
tidak kotor karena tanah atau debu. Pelukaan akan mempercepat peningkatan
ALB dari 0.2 – 0.7 % sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0.9 – 0.1 %
setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga makin cepat diangkut ke pabrik
akan semakin baik (Lubis, 1992).
Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi
yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu
pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan
kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu, 1991).
Peran pengangkutan ke pabrik sangat penting agar TBS dapat masuk
sesegera mungkin ke pabrik pada hari panen. Kebutuhan truk dapat diketahui
8
berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang meliputi data jumlah TBS per TPH,
jumlah dan nomor TPH serta nomor blok. Setelah itu buah diangkut ke pabrik
kemudian diperiksa dan disortasi lalu ditimbang. Hasil sortasi dan penimbangan
dilaporkan kepada kepala afdeling yang bersangkutan. Tanggung jawab dan
kegiatan berakhir sampai pada pemeriksaan buah di pabrik (Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, 2007).
9
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Ujan Mas PT
Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan, selama 4 bulan dari
tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 12 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan
yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun
aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian
lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten afdeling.
Kegiatan sebagai KHL berlangsung pada dua bulan pertama dengan
melaksanakan semua kegiatan, yaitu pembuatan dan perawatan parit, pembuatan
tapak timbun, penyusunan janjang kosong kelapa sawit, pengendalian gulma,
pengendalian hama, pemupukan, pemanenan dan pruning. Seluruh kegiatan saat
penulis menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan.
Jenis pekerjaan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi kegiatan
dongkel anak kayu (DAK), pemupukan, pemanenan, serta bekerja pada bagian
administrasi afdeling (Lampiran 2). Pada satu bulan terakhir penulis menjadi
pendamping asisten afdeling. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping
asisten afdeling yaitu melakukan observasi TBS hasil panen di TPH (Lampiran 3).
Pada pelaksanaan magang dilakukan juga pengamatan terhadap kegiatan
yang menjadi topik utama yaitu pengelolaan pemanenan, dan pengumpulan data
primer serta data sekunder.
Pengumpulan Data dan Informasi
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
observasi lapangan dan kegiatan di kebun. Data primer berupa hasil pengamatan
10
khusus pada kegiatan panen pada beberapa unit contoh pengamatan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum
perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi,
luas areal dan tata guna lahan, serta organisasi dan manajemen, penerapan teknik
budidaya dan peta kebun. Selain dari laporan manajemen, data sekunder juga
diperolah dari studi pustaka.
Sebagai objek pengamatan untuk mendapatkan data primer digunakan
tenaga pemanen sebagai sampel yang diambil secara acak pada lima kemandoran
dalam satu wilayah afdeling. Dari masing-masing kemandoran ditentukan enam
tenaga pemanen sampel, sehingga tenaga pemanen sampel yang diamati
seluruhnya berjumlah 30 orang tenaga pemanen.
Pengamatan dilakukan terutama terhadap semua aspek yang berhubungan
dengan pengelolaan pemanenan di lapangan produksi yang meliputi:
(1)
Kriteria panen.
(2)
Rotasi panen, sistem panen dan tenaga kerja panen.
(3)
Tata cara pelaksanaan panen.
(4)
Kualitas panen dengan parameter pengamatan berupa buah matang panen,
buah mentah, buah tinggal di pokok, pengutipan brondolan, dan
pemotongan gagang panjang.
(5)
Upah dan denda panen.
(6)
Organisasi dan administrasi panen.
(7)
Pengangkutan TBS hasil panen.
Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif
dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara
deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada
perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu,
penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik yang telah ditetapkan oleh
kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai
tingkatan pekerjaan mulai dari KHL sampai dengan asisten afdeling.
11
KONDISI UMUM
Letak Geografis dan Administratif
PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan kelapa sawit swasta
milik keluarga yang terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Benakat,
Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Cipta Futura Plantation
berjarak 35 km dari kota terdekat Muara Enim dan ± 218 km dari kota Palembang
dengan jarak tempuh 3 – 4 jam.
Sebelah utara Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation berbatasan
dengan Kecamatan Benakat dan Solar, sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Muara Enim, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ulak Badung yang terletak di
Kecamatan Ujan Mas dan sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan
Persada (MHP) yang terletak di Kabupaten Lahat.
Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation termasuk salah satu afdeling dengan
batas sebelah timur adalah Desa Ulak Badung di Kecamatan Ujan Mas, sebelah
barat berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8. Sebelah selatan berbatasan
dengan Afdeling 1 dan sebelah utara berbatasan dengan PT Surya Bumi Agro
Langgeng. Peta Afdeling 7 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim
Kebun Ujan Mas terletak pada dataran rendah dengan ketinggian ± 100 m
di atas permukaan laut. Topografi perkebunan dari mulai datar, bergelombang
hingga berbukit dengan derajat kemiringan lahan 7 – 9 persen. Pada perkebunan
ini terdapat beberapa tempat yang berawa dan termasuk daerah cekungan yang
bila hujan deras akan tergenang termasuk di Afdeling 7. Secara umum,
Perkebunan Ujan Mas didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning
(PMK) dengan fraksi liat yang tinggi dan tekstur liat berdebu. Jika musim hujan
tanah akan menjadi sangat licin yang menyebabkan mobil selip, sedangkan bila
musim kemarau kondisi tanah akan sangat berdebu. Derajat kemasaman (pH)
tanah berkisar antara 6.0 – 6.5.
12
Kebun Ujan Mas memiliki suhu rata-rata 28 0C. Curah hujan merata
sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir (1999 2008) adalah 2 909 mm per tahun. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006
yaitu 2 172 mm, sedangkan untuk curah hujan tertinggi adalah 3 824 mm terjadi
pada tahun 2004. Jumlah hari hujan rata-rata 148.6 hari per tahun atau 12.4 hari
per bulan. Berdasarkan klasifikasi Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Perkebunan
Ujan Mas termasuk dalam kategori iklim B (basah). Data selengkapnya mengenai
curah hujan di Kebun Ujan Mas dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tata Guna Lahan
Luas total Kebun Ujan Mas mencapai 8 381 ha berdasarkan surat
keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.7/HGU/BPN/96 dengan status
Hak Guna Usaha (HGU) selama 30 tahun. Pembukaan lahan dimulai tahun 1990
dan penanaman pertama dimulai pada tahun 1992 seluas 19.79 ha dan perluasan
lahan terus berlanjut sampai sekarang.
Penggunaan lahan di Kebun Ujan Mas terdiri atas areal pertanaman untuk
kelapa sawit seluas 6 846.24 ha (81.69 % dari luas total), areal pembibitan seluas
12.29 ha (0.15 % dari luas total), tanaman karet seluas 360.78 ha (4.30 % dari luas
total). Total areal yang ditanami seluas 7 219.31 ha (86.14 % dari luas total). Luas
yang dimanfaatkan untuk bangunan dan jalan seluas 334.97 ha (4 % dari luas
total), tanah kosong seluas 80.52 ha (0.96 % dari luas total), dan terdapat enclave
seluas 746.20 ha (8.90 % dari luas total).
Perkebunan Ujan Mas dibagi menjadi empat afdeling yaitu Afdeling 1,
Afdeling 6, Afdeling 7 dan Afdeling 8. Afdeling 1 memiliki luas 809.80 ha,
Afdeling 6 memiliki luas 2 249.77 ha, Afdeling 7 memiliki kebun seluas 1 885.17
ha dan untuk Afdeling 8 seluas 1 948.28 ha.
Afdeling 7 memiliki areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 1 857.93
ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2
seluas 4.08 dan areal TBM 1 seluas 14.46 ha. Lahan di Perkebunan Ujan Mas
dibagi ke dalam blok dan petak. Blok di Afdeling 7 sebanyak 20 blok. Luas
13
rata-rata satu blok adalah 100 ha dengan dibagi dalam empat petak A, B, C, dan D
sehingga rata-rata luas per petak adalah 25 ha.
Afdeling 7 merupakan afdeling percontohan yang terdiri atas fasilitas
perumahan karyawan, sekolah, lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan
bulu tangkis, dan koperasi.
Keadaan Pertanaman dan Produksi
PT Cipta Futura Plantation bergerak dalam bidang perkebunan dengan
komoditas utama kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di
perusahaan tersebut merupakan kelapa sawit hasil persilangan antara Dura dan
Psifera yang bibitnya berasal dari Lembaga Pusat Penelitian Marihat (LPPM),
Bahlias Research Satation (BLRS) PT London Sumatra (Lonsum), Dami dan
berasal dari PT Socfindo.
Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m
dengan tata tanam segitiga sama sisi. Populasi tanaman kelapa sawit standar
ditetapkan 135 pokok per ha, akan tetapi lima pokok diasumsikan terpakai untuk
jalan, maka perusahaan menetapkan populasi rata-rata kelapa sawit per ha adalah
130 pokok.
Penanaman kelapa sawit dimulai sejak tahun 1992 yang dilakukan secara
bertahap. Di Afdeling 7, penanaman kelapa sawit dimulai pada tahun 1993 di
Blok 69 dan 70.
Perusahaan memiliki target produksi yang ditetapkan untuk dicapai oleh
masing-masing afdeling. Setiap tahun kepala afdeling akan selalu berusaha
meningkatkan produktivitas panen. Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan
berbagai cara agar target panen terpenuhi. Produktivitas panen di Afdeling 7 dapat
dilihat pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi TBS di Afdeling 7 PT
Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008
Produksi
(ton)
2005
1 619.78
43 550
2006
1 619.78
32 709
2007
1 857.93
41 852
2008
1 857.93
37 108
Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)
Tahun
Luas
(ha)
Produktivitas
(ton)
26.89
20.19
22.52
19.97
Produktivitas TBS di Afdeling 7 cenderung mengalami penurunan.
Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya penurunan curah
hujan dan perluasan areal tanaman menghasilkan sehingga berpengaruh terhadap
berat tandan yang dihasilkan.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Cipta Futura Plantation adalah perusahaan kelapa sawit swasta milik
keluarga. Bagian produksi kebun di perusahaan ini dipimpin oleh seorang chief
magister yang diangkat berdasarkan keputusan direktur utama. Chief magister
bertanggung jawab kepada direksi.
Tenaga kerja di PT Cipta Futura Plantation terdiri atas staf, non staf dan
karyawan harian lepas (KHL). Pengelolaan kebun di tingkat afdeling dipimpin
oleh asisten afdeling. Asisten afdeling merupakan karyawan staf yang memiliki
tanggung jawab yang besar dalam melakukan pengelolaan kebun di afdelingnya
agar memperoleh hasil yang tinggi dan bermutu sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh
supervisor afdeling yang membawahi supervisor perawatan dan supervisor panen.
Supervisor perawatan merupakan atasan dari para mandor perawatan. Mandor
yang berada di bawah supervisor perawatan adalah mandor pupuk, mandor
semprot, mandor hama dan penyakit, mandor dongkel, serta mandor rawat jalan.
Supervisor panen merupakan supervisor yang membawahi mandor panen dan
krani buah.
15
Mandor di Afdeling 7 terdiri atas mandor pupuk, mandor panen, mandor
semprot, mandor rawat jalan, mandor deteksi hama dan penyakit, dan mandor
dongkel. Karyawan lain yang setingkat mandor dan berada di bawah supervisor
adalah krani buah. Struktur organisasi pada PT Cipta Futura dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Di perusahaan ini sistem pengupahan KHL berbeda dengan karyawan non
staf (personil) dan karyawan staf. KHL adalah karyawan yang bekerja dengan
sistem borongan. Besarnya gaji yang diperoleh KHL yaitu Rp 50 000,- per hari
yang disesuaikan dengan prestasi kerja yang diperoleh. Adapun jumlah
keseluruhan tenaga kerja di Afdeling 7 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Plantation Bulan Mei 2009
No
Bagian
Karyawan Staf :
- Asisten Afdeling
- Supervisor Afdeling
- Supervisor Panen
- Supervisor Pemeliharaan
Jumlah
2.
Karyawan Non Staf :
- Mandor Panen
- Krani Afdeling
- Krani Buah
- Mandor Pemeliharaan
- Administrasi Afdeling
Jumlah
3.
Karyawan Harian Lepas :
- Tenaga Kerja Pemanenan
- Tenaga Kerja Pemeliharaan
- Pemuat Buah
- Supir Truk
Jumlah
Total Karyawan
Sumber : Administrasi Afdeling 7
Jumlah
(orang)
1.
1
1
1
1
4
4
1
4
4
2
15
75
140
19
20
254
273
16
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Perawatan Parit
Perawatan parit bertujuan agar parit bersih dari gulma dan benda-benda
lain yang dapat menghalangi kelancaran aliran air. Kedalaman parit harus
memenuhi standar agar dapat menunjang kelancaran jalannya air. Perawatan parit
pada kegiatan magang dilakukan pada kelapa sawit TM 1 di Blok 83 P. Alat yang
digunakan untuk perawatan parit adalah dodos, cangkul, meteran dan parang.
Perawatan parit dilakukan dengan cara membersihkan gulma-gulma yang
ada pada tepi parit sejauh 1.5 m dari tepi parit. Dinding parit diratakan dengan
menggunakan dodos serta lumpur yang ada pada dasar parit diangkat ke atas tepi
parit yang telah bersih dari gulma. Kedalaman parit dibuat sampai mencapai tanah
keras kurang lebih 1 m.
Norma kerja untuk perawatan parit adalah 20 m/HK. Kegiatan rawat parit
dilakukan penulis selama 7 hari kerja dengan prestasi kerja rata-rata 20 m/HK.
Pembuatan Parit
Pembuatan parit di Kebun Ujan Mas dilakukan secara manual oleh tenaga
manusia dengan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang digunakan
adalah cangkul, dodos, dan meteran. Standar ukuran parit di Kebun Ujan Mas
adalah lebar permukaan atas parit 1.5 m, kedalaman parit 1 m, lebar permukaan
bawah parit 1.5 m.
Norma kerja untuk pembuatan parit 10 m/HK. Kegiatan pembuatan parit
dilakukan penulis di Blok 70 perluasaan selama 3 hari kerja dengan prestasi kerja
rata-rata 5 m/HK.
Selain itu penulis juga melakukan pembuatan parit sirip ikan. Parit sirip
ikan adalah parit pembuangan di pinggir jalan untuk membuang kelebihan air
yang tergenang pada badan jalan. Parit sirip ikan memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan parit yang terdapat pada kebun kelapa sawit. Standar ukuran
17
parit sirip ikan adalah lebar permukaan atas 60 cm, kedalaman 50 cm, dan lebar
dasar 50 cm, sehingga parit sirip ikan berbentuk trapesium. Penampang melintang
parit dan parit sirip ikan disajikan pada Gambar 1.
1.5 m
60 cm
1m
50 cm
1.5 m
50 cm
(a) Parit
(b) Parit Sirip Ikan
Gambar 1. Penampang Melintang Parit
Norma pembuatan sirip ikan adalah 10 m/HK. Kegiatan pembuatan sirip
ikan dilakukan penulis selama satu hari kerja dengan prestasi kerja 8 m/HK.
Pembuatan Tapak Timbun
Tapak timbun merupakan salah satu upaya perawatan tanaman kelapa
sawit pada daerah rendahan dan daerah rawa dengan tujuan mencegah tanaman
kelapa sawit (pokok) dari genangan air, memudahkan pemupukan tanaman,
memperbaiki drainase di sekitar perakaran tanaman serta memperkokoh tanaman
agar tidak doyong.
Alat yang digunakan dalam pembuatan tapak timbun adalah cangkul,
parang, serta potongan pelepah kelapa sawit. Tata cara dalam kegiatan pembuatan
tapak timbun adalah menaikkan permukaan tanah di sekitar pokok tanaman
dengan pola membentuk “kue donat”. Jari-jari bagian dalam tapak timbun yang
membentuk cekungan berukuran 0.5 m diukur dari pokok kelapa sawit, sedangkan
jari-jari dari pokok sampai dengan ujung timbunan terluar berukuran 2 m. Ukuran
tinggi timbunan adalah 0.5 m. Kegiatan pembuatan tapak timbun dapat dilihat
pada Gambar 2.
18
2
m
0,5 m X
(a) Tampak Atas Tapak Timbun
(b) Hasil Pembuatan Tapak Timbun
Gambar 2. Pembuatan Tapak Timbun
Kegiatan pembuatan tapak timbun dilakukan pada daerah rendahan di
Blok 95 perluasan. Norma pembuatan tapak timbun 2 tapak timbun/HK,
sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 0.4 tapak timbun selama satu hari kerja.
Penyusunan Janjang Kosong Kelapa Sawit
Aplikasi janjangan kosong (JJK) di Kebun Ujan Mas dilakukan secara
manual pada areal TM di Blok 106, 107, 108. Pengangkutan JJK dari pabrik
dilakukan dengan truk sekembalinya dari pabrik setelah mengantar TBS.
JJK disusun membentuk huruf U pada gawangan kelapa sawit dengan cara
membentuk lapisan kotak dengan jumlah 12 JJK untuk panjang ke bawah dan 10
JJK untuk lebar ke samping gawangan. Penyusunan JJK tidak boleh menutupi
pasar hidup. JJK disusun mendatar bukan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan
untuk mempercepat dekomposisi dan pelapukan JJK. Pelaksanaan penyusunan
JJK dapat dilihat pada Gambar 3.
Susunan JJK tidak boleh lebih dari satu lapisan karena akan merangsang
perkembangan kumbang Oryctes rhinoceros. Rotasi aplikasi JJK pada lahan yang
sama minimal 1 tahun atau menunggu lapisan JJK pada lahan tersebut melapuk.
Bobot rata-rata JJK yang diangkut dalam satu truk berkisar 3 – 3.5 ton.
Dari satu truk tersebut dapat dihasilkan 4 – 5 lapisan janjangan. Satu lapisan JJK
diaplikasikan pada tengah gawangan antara dua pokok sawit sehingga dosis JJK
rata-rata yang aplikasikan berkisar 375 kg – 500 kg/pokok.
19
(a) Kegiatan Penyusunan JJK
(b) Hasil Penyusunan JJK
Gambar 3. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).
Alat yang digunakan untuk mengangkut (melangsir) JJK dari tumpukan
buangan truk ke dalam gawangan sawit adalah angkong. Alat lain yang digunakan
adalah tojok atau gancu untuk menyusun dan meratakan JJK dalam lapisan.
Prestasi kerja untuk karyawan janjangan adalah 5 ton/HK dengan besar
upah yang diterima adalah Rp 10 000,-/ton. Sedangkan untuk prestasi kerja
penulis dalam kegiatan penyusunan janjangan kosong adalah 3 ton/ HK.
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang keberadaannya sangat
merugikan tanaman pokok. Kompetisi gulma dengan tanaman kelapa sawit dapat
terjadi baik pada piringan, pasar 2:1 maupun pada tempat pengumpulan hasil
(TPH). Di Perkebunan Ujan Mas pengendalian gulma dilakukan dengan cara
penyemprotan di pasar 2:1 dan TPH serta dongkel anak kayu (DAK).
Penyemprotan pasar 2:1 dan TPH. Pasar 2:1 dan TPH merupakan
sarana yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit, terutama dalam kegiatan
panen. Pasar 2:1 merupakan jalan pada gawangan kelapa sawit yang dapat dilalui
oleh orang dan angkong (jalan setapak). Gulma pada pasar 2:1 berpengaruh
terhadap kelancaran pengangkutan tandan dari piringan ke TPH. Gulma yang ada
pada TPH dapat menyebabkan kurang jelasnya keberadaan tandan dan brondolan
di TPH untuk diangkut oleh truk.
20
Penyemprotan gulma pada pasar 2:1 dan TPH menggunakan herbisida
yang mengandung glifosat dengan merk dagang “Smart”. Dosis herbisida yang
digunakan 250 ml/ha dengan konsentrasi 7 ml/l.
Penyemprotan TPH dilakukan secara merata ke seluruh bagian TPH.
Jumlah TPH standar setiap pasar adalah dua TPH yang terdapat pada bagian
ujung-ujung pasar.
Standar kerja penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah 5 ha/HK. Prestasi
kerja penulis adalah 3 ha/HK. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1 dilakukan pada
areal TM di Blok 107 C. Penyemprotan gulma yang dilakukan penulis disajikan
dalam Gambar 4.
(a) Penyemprotan Pasar 2:1
(b) Penyemprotan TPH
Gambar 4. Penyemprotan Gulma
Peralatan yang digunakan untuk penyemprotan pasar 2:1 dan TPH adalah
knapscak sprayer Solo kapasitas 15 liter, masker sebagai pengaman agar larutan
herbisida tidak terhirup, botol mineral bekas atau wadah yang dapat digunakan
untuk mengambil air sabagai pelarut herbisida. Sebelum dilakukan penyemprotan
harus dilakukan pengecekan knapscak sprayer untuk mengetahui apakah ada
kebocoran atau kerusakan pada alat tersebut. Hasil penyemprotan pasar 2:1 dan
TPH akan terlihat paling cepat empat minggu kemudian.
Dongkel anak kayu (DAK). Dongkel anak kayu adalah kegiatan
pengendalian gulma secara manual dengan cara mencabut semua gulma berkayu
sampai ke akar-akarnya. Jenis gulma yang harus didongkel adalah jenis gulma
berdaun lebar yang berkayu yaitu Clidemia hirta, Mikania micrantha,
Chromolaena odorata dan Melastoma affine, gulma golongan rumput dan teki
21
yaitu Scleria sumatrensis, Cyperus sp., Fimbristilis sp., dan lain-lain. Selain
gulma