Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat menabung Sampah Serta Dampak Keberadan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat dusun badegan, Yogyakarta)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

MASYARAKAT MENABUNG SAMPAH SERTA DAMPAK

KEBERADAAN BANK SAMPAH GEMAH RIPAH

(Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)

KARTINI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

MASYARAKAT MENABUNG SAMPAH SERTA DAMPAK

KEBERADAAN BANK SAMPAH GEMAH RIPAH

(Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)

KARTINI H44050178

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(3)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat menabung Sampah Serta Dampak Keberadan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat dusun badegan, Yogyakarta)

Nama : Kartini

NRP : H44050178

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196 204 211 986 031 003

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya danLingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196 204 211 986 031 003


(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

MASYARAKAT MENABUNG SAMPAH SERTA DAMPAK KEBERADAAN BANK SAMPAH GEMAH RIPAH (Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI

LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2009

Kartini H44050178


(5)

ABSTRACT

Indonesia is one of the most populated countries and it’s population has tendency to increase from time to time. This situation will cause the volume of garbage produced by population will as well. Waste management which consists of collecting, mobiling and throwing cause the disposal unit to be overwhelmed. Therefore, new garbage management is needed to change the old paradigm such as what the Dusun Bagedan citizens do, using Bank Sampah Gemah Ripah.

This research aims to identify the mechanism pattern of garbage bank, analyze factors that determine citizen’s choice to saving garbage and analyze the impact of garbage bank existence. This research was carried in from March until May 2009. This research uses primary and secondary data. Primary data are collected by using questionnaire to 86 patriarch at Dusun badegan citizen using purposive sampling. Secondary data is collected by interviewing relevant informant.

Mechanism pattern that is used by Bank Sampah Gemah Ripah is still very simple. It is formed based on the citizen’s aspiration and without any help from government institution. Garbage bank has two saving systems, individual and communal garbage system for anorganic garbage like paper, plastic and can. Individual customer will receive 85% from their saving while the rest for cash. Communal consumers (every RT) will receive 30% of the garbage that their saving and the rest also for the cash. Individual consumer either or communal can take the withdrawal once every three month.

After analyzing data using Logistic regression, Statistically, factors that significantly detemine citizen choice to keep their garbage in saving bank are age factor that is 26-40 years old, family member, distance, kind of job, being a housewife, how active responden in a organization and also promotion.

Based on respondent perception, social benefits of Bank Sampah Gemah Ripah among others are education or information about the importance of garbage management and it is experienced by 71 respondents. 69 respondents also experience the better change of garbage sevices system at their community.

Based on McNemar analysis, the citizen’s behavior that is change are dispose garbage to the proper place, shifting house garbage, provide special rubbish bin at house. 58 respondent (67, 44%) experience the economical advantage of garbage bank. 76% respondent (88,37%) experience the decrease of garbage in their community. 9 respondent experience the bad impact of garbage bank. It’s because there are some garbage collectors who want to stead the garbages that make Dusun Badegan environment insecure.


(6)

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk sangat besar dan memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Hal tersebut akan mengakibatkan semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh manusia setiap hari. Pengelolaan sampah yang tampak selama ini hanya dilakukan melalui pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga TPA telah mengalami daya tampung yang berlebih.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengelolaan sampah baru untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah lama, yaitu kumpul-angkut-buang menjadi kumpul-olah-manfaat seperti yang dilakukan masyarakat Dusun Badegan dengan mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah.

Tujuan penelitian ini adalah Mengidentifikasi pola mekanisme bank sampah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menabung sampah, dan menganalisis dampak keberadaan bank sampah. Penelitian ini berlangsung sejak Bulan Maret hingga Mei 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan pemberian kuisioner kepada warga Dusun Badegan dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive samplingyang berjumlah 86 KK. Data sekunder diperoleh dari sumber yang relevan.

Pola mekanisme yang dijalankan Bank Sampah Gemah Ripah masih sangat sederhana karena mekanisme dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat tanpa bantuan dari instansi-instansi pemerintah. Bank sampah memiliki 2 sistem tabungan sampah yaitu sistem tabungan sampah individual dan komunal untuk jenis sampah anorganik seperti kertas, plastik dan kaleng/botol. Nasabah individual akan menerima sebesar 85% dari hasil sampah yang ditabungkan sedangkan sisanya sebesar 15% akan masuk ke kas bank sampah. Nasabah komunal yaitu setiap RT akan menerima sebesar 30% dari hasil sampah yang ditabungkan oleh warga sedangkan sisanya sebesar 70% akan masuk ke kas bank sampah. Nasabah individual maupun komunal dapat mengambil saldo tabungan selama 3 bulan sekali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menabung sampah dianalisis dengan menggunakan metode Analisis Regresi Logistik. Hasil

yang didapatkan yaitu variabel yang signifikan pada taraf nyata (α) 10 persen

yaitu umur 25<x≤40 tahun, jumlah anggota keluarga, jarak, jenis pekerjaan ibu rumah tangga, keaktifan dalam organisasi, serta penyuluhan.

Bank Sampah Gemah Ripah mampu mendatangkan manfaat sosial yaitu menyerap tenaga kerja walaupun sebagian besar masih bersifat sukarela. Berdasarkan persepsi responden, manfaat sosial yang paling banyak dirasakan yaitu memberikan edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang dirasakan 71 responden dan adanya perbaikan pelayanan sampah yang dirasakan

RINGKASAN

KARTINI.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Menabung Sampah serta Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta). Dibimbing Oleh AKHMAD FAUZI dan RIZAL BAHTIAR.


(7)

69 responden. Berdasarkan uji McNemar, maka perubahan perilaku yang nyata/signifikan adalah membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah rumah tangga, menyediakan wadah atau tempat sampah khusus di rumah untuk memudahkan pemilahan dan mengurangi aktivitas membakar sampah. Keberadaan bank sampah mampu mendatangkan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh 58 responden (67,44%). Selain itu, bank sampah juga mendatangkan manfaat positif terhadap lingkungan yang paling banyak dirasakan oleh 76 responden (88,37%) yaitu berkurangnya tumpukan sampah di lingkungan sekitar. Adapun dampak negatif yang dirasakan 9 responden adalah banyaknya pemulung yang ingin mengambil sampah di tempat sampah terpilah pada tengah malam sehingga mengancam keamanan lingkungan Dusun Badegan.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada Tanggal 1 Februari 1987. Penulis adalah putri keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Toni dan Ibu Titin.

Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Menteng Atas 17 Pagi pada tahun 1993-1999. Pendidikan menengah pertama penulis didapatkan di SLTPN 67 Jakarta sedangkan pendidikan menengah atas penulis dapatkan di SMAN 3 Jakarta. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan IPB sebagai Staf Divisi Sosial Lingkungan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2007/2008 dan anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan.


(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Menabung Sampah serta Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah mengidentifikasi pola mekanisme Bank Sampah Gemah Ripah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat Dusun Badegan untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah, serta menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dirasakan masyarakat Dusun Badegan atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si yang dengan sabar telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik guna perbaikan skripsi ini, sangat diperlukan.

Bogor, Agustus 2009


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluargaku tersayang : Bapak dan Ibu serta kakak-kakak tercinta atas doa, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si atas bimbingan dan arahan serta motivasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Nindyantoro, MSP dan Adi Hadianto, SP atas kesediannya menjadi dosen penguji utama dan wakil departemen.

4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS atas kesediaannya menjadi dosen pembimbing akademik.

5. Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Wijaya selaku kepala divisi bagian persampahan Dinas Pekerjaan Umum yang telah berkenan memberikan saran serta bantuan kepada penulis.

7. Bapak Tofik selaku Kepala Dusun Badegan yang telah memberikan saran serta bantuan kepada penulis.

8. Eka Arifiana W.H atas kesediannya menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar serta pengaruh positif dengan kasih sayang yang sangat berharga. 9. Mbah Mus, Ibu Wahyu, Bpk Herli, Ibu Erni, Keluarga Bude Tik yang


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

MASYARAKAT MENABUNG SAMPAH SERTA DAMPAK

KEBERADAAN BANK SAMPAH GEMAH RIPAH

(Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)

KARTINI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

MASYARAKAT MENABUNG SAMPAH SERTA DAMPAK

KEBERADAAN BANK SAMPAH GEMAH RIPAH

(Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)

KARTINI H44050178

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(13)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat menabung Sampah Serta Dampak Keberadan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat dusun badegan, Yogyakarta)

Nama : Kartini

NRP : H44050178

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196 204 211 986 031 003

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya danLingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196 204 211 986 031 003


(14)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

MASYARAKAT MENABUNG SAMPAH SERTA DAMPAK KEBERADAAN BANK SAMPAH GEMAH RIPAH (Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI

LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2009

Kartini H44050178


(15)

ABSTRACT

Indonesia is one of the most populated countries and it’s population has tendency to increase from time to time. This situation will cause the volume of garbage produced by population will as well. Waste management which consists of collecting, mobiling and throwing cause the disposal unit to be overwhelmed. Therefore, new garbage management is needed to change the old paradigm such as what the Dusun Bagedan citizens do, using Bank Sampah Gemah Ripah.

This research aims to identify the mechanism pattern of garbage bank, analyze factors that determine citizen’s choice to saving garbage and analyze the impact of garbage bank existence. This research was carried in from March until May 2009. This research uses primary and secondary data. Primary data are collected by using questionnaire to 86 patriarch at Dusun badegan citizen using purposive sampling. Secondary data is collected by interviewing relevant informant.

Mechanism pattern that is used by Bank Sampah Gemah Ripah is still very simple. It is formed based on the citizen’s aspiration and without any help from government institution. Garbage bank has two saving systems, individual and communal garbage system for anorganic garbage like paper, plastic and can. Individual customer will receive 85% from their saving while the rest for cash. Communal consumers (every RT) will receive 30% of the garbage that their saving and the rest also for the cash. Individual consumer either or communal can take the withdrawal once every three month.

After analyzing data using Logistic regression, Statistically, factors that significantly detemine citizen choice to keep their garbage in saving bank are age factor that is 26-40 years old, family member, distance, kind of job, being a housewife, how active responden in a organization and also promotion.

Based on respondent perception, social benefits of Bank Sampah Gemah Ripah among others are education or information about the importance of garbage management and it is experienced by 71 respondents. 69 respondents also experience the better change of garbage sevices system at their community.

Based on McNemar analysis, the citizen’s behavior that is change are dispose garbage to the proper place, shifting house garbage, provide special rubbish bin at house. 58 respondent (67, 44%) experience the economical advantage of garbage bank. 76% respondent (88,37%) experience the decrease of garbage in their community. 9 respondent experience the bad impact of garbage bank. It’s because there are some garbage collectors who want to stead the garbages that make Dusun Badegan environment insecure.


(16)

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk sangat besar dan memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Hal tersebut akan mengakibatkan semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh manusia setiap hari. Pengelolaan sampah yang tampak selama ini hanya dilakukan melalui pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga TPA telah mengalami daya tampung yang berlebih.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengelolaan sampah baru untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah lama, yaitu kumpul-angkut-buang menjadi kumpul-olah-manfaat seperti yang dilakukan masyarakat Dusun Badegan dengan mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah.

Tujuan penelitian ini adalah Mengidentifikasi pola mekanisme bank sampah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menabung sampah, dan menganalisis dampak keberadaan bank sampah. Penelitian ini berlangsung sejak Bulan Maret hingga Mei 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan pemberian kuisioner kepada warga Dusun Badegan dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive samplingyang berjumlah 86 KK. Data sekunder diperoleh dari sumber yang relevan.

Pola mekanisme yang dijalankan Bank Sampah Gemah Ripah masih sangat sederhana karena mekanisme dibentuk berdasarkan aspirasi masyarakat tanpa bantuan dari instansi-instansi pemerintah. Bank sampah memiliki 2 sistem tabungan sampah yaitu sistem tabungan sampah individual dan komunal untuk jenis sampah anorganik seperti kertas, plastik dan kaleng/botol. Nasabah individual akan menerima sebesar 85% dari hasil sampah yang ditabungkan sedangkan sisanya sebesar 15% akan masuk ke kas bank sampah. Nasabah komunal yaitu setiap RT akan menerima sebesar 30% dari hasil sampah yang ditabungkan oleh warga sedangkan sisanya sebesar 70% akan masuk ke kas bank sampah. Nasabah individual maupun komunal dapat mengambil saldo tabungan selama 3 bulan sekali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menabung sampah dianalisis dengan menggunakan metode Analisis Regresi Logistik. Hasil

yang didapatkan yaitu variabel yang signifikan pada taraf nyata (α) 10 persen

yaitu umur 25<x≤40 tahun, jumlah anggota keluarga, jarak, jenis pekerjaan ibu rumah tangga, keaktifan dalam organisasi, serta penyuluhan.

Bank Sampah Gemah Ripah mampu mendatangkan manfaat sosial yaitu menyerap tenaga kerja walaupun sebagian besar masih bersifat sukarela. Berdasarkan persepsi responden, manfaat sosial yang paling banyak dirasakan yaitu memberikan edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah yang dirasakan 71 responden dan adanya perbaikan pelayanan sampah yang dirasakan

RINGKASAN

KARTINI.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Menabung Sampah serta Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta). Dibimbing Oleh AKHMAD FAUZI dan RIZAL BAHTIAR.


(17)

69 responden. Berdasarkan uji McNemar, maka perubahan perilaku yang nyata/signifikan adalah membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah rumah tangga, menyediakan wadah atau tempat sampah khusus di rumah untuk memudahkan pemilahan dan mengurangi aktivitas membakar sampah. Keberadaan bank sampah mampu mendatangkan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh 58 responden (67,44%). Selain itu, bank sampah juga mendatangkan manfaat positif terhadap lingkungan yang paling banyak dirasakan oleh 76 responden (88,37%) yaitu berkurangnya tumpukan sampah di lingkungan sekitar. Adapun dampak negatif yang dirasakan 9 responden adalah banyaknya pemulung yang ingin mengambil sampah di tempat sampah terpilah pada tengah malam sehingga mengancam keamanan lingkungan Dusun Badegan.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada Tanggal 1 Februari 1987. Penulis adalah putri keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Toni dan Ibu Titin.

Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Menteng Atas 17 Pagi pada tahun 1993-1999. Pendidikan menengah pertama penulis didapatkan di SLTPN 67 Jakarta sedangkan pendidikan menengah atas penulis dapatkan di SMAN 3 Jakarta. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan IPB sebagai Staf Divisi Sosial Lingkungan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2007/2008 dan anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan.


(19)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Menabung Sampah serta Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah (Kasus Masyarakat Dusun Badegan, Yogyakarta)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah mengidentifikasi pola mekanisme Bank Sampah Gemah Ripah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat Dusun Badegan untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah, serta menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dirasakan masyarakat Dusun Badegan atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si yang dengan sabar telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik guna perbaikan skripsi ini, sangat diperlukan.

Bogor, Agustus 2009


(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluargaku tersayang : Bapak dan Ibu serta kakak-kakak tercinta atas doa, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si atas bimbingan dan arahan serta motivasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Nindyantoro, MSP dan Adi Hadianto, SP atas kesediannya menjadi dosen penguji utama dan wakil departemen.

4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS atas kesediaannya menjadi dosen pembimbing akademik.

5. Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Wijaya selaku kepala divisi bagian persampahan Dinas Pekerjaan Umum yang telah berkenan memberikan saran serta bantuan kepada penulis.

7. Bapak Tofik selaku Kepala Dusun Badegan yang telah memberikan saran serta bantuan kepada penulis.

8. Eka Arifiana W.H atas kesediannya menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar serta pengaruh positif dengan kasih sayang yang sangat berharga. 9. Mbah Mus, Ibu Wahyu, Bpk Herli, Ibu Erni, Keluarga Bude Tik yang


(21)

10. Sahabatku tersayang Tiara Kirana Gita atas semangat, doa, serta bantuan yang diberikan kepada penulis

11. Teman-teman di Pondok Rahma dan Tri Dara atas kebersamaannya selama ini.

12. Tiara butut Titut, emak Eva, jenk Pipih, miss linglung Tyas, Mba PD, jenk Anggi atas kebersamaan dan semua keceriaan di kostn terindahku Griya Ayu.

13. Midun, Gadise, Garet, Ciomet, Merry, Bude, Mpe, Miun dan teman-teman ESL 42 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas persahabatan yang hangat dan juga semua keceriaan yang pernah kita lewati bersama selama masa kuliah.

14. Angga Bulu, Nadia, Fati, Arif, Kartika yang telah berkenan memberikan saran serta bantuan kepada penulis.

15. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat.


(22)

DAFTAR ISI

Halaman ABTRACT ... i RINGKASAN ... ii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR ... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 1.5 Ruang Lingkup... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Eksternalitas... 6 2.2 Perlunya Instrumen Ekonomi ... 9 2.3 Instrumen Ekonomi... 10 2.4 Tipologi Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Sampah dan

Penerapannya di Negara-negara Lain ... 11 2.5 Definisi Sampah... 16 2.6 Jenis-Jenis Sampah ... 17 2.7 Pengolahan Sampah ... 19 2.8 Pengelolaan Sampah ... 20 2.9 Kebijakan Pengelolaan Sampah... 22 2.8.1 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah ... 22 2.8.2 Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah... 23 2.10 Dampak yang Ditimbulkan oleh Sampah ... 24 2.9.1 Dampak Negatif ... 24 2.9.2 Dampak Positif... 25 2.11 Penelitian Terdahulu... 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30 3.1.1 Teori Keputusan Binomial ... 30 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 32 3.3 Hipotesis Operasional ... 35


(23)

IV. METODE PENELITIAN ... 36 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36 4.2 Jenis dan Sumber Data... 36 4.3 Penentuan Jumlah Responden... 37 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37 4.4.1 Identifikasi Pola Mekanisme Bank Sampah Gemah

Ripah ... 38 4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Masyarakat untuk Menabung Sampah di Bank Sampah Gemah Ripah... 38 4.4.2.1 Pengujian Model Regresi Logit ... 40 4.4.3 Analisis Dampak Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Bank

Sampah Gemah Ripah... 41 4.4.3.1 Dampak Sosial Bank Sampah Gemah Ripah... 42 4.4.3.2 Dampak Ekonomi Bank Sampah Gemah Ripah ... 43 4.4.3.3 Dampak Lingkungan Bank Sampah Gemah

Ripah ... 43 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45 5.1 Gambaran Umum Wilayah Dusun Badegan-Kabupaten Bantul ... 45 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 46 5.3 Kondisi Lingkungan Hidup... 49 5.4 Bank Sampah Gemah Ripah ... 50 5.5 Karakteristik Demografi Responden... 53 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55 6.1 Pola Mekanisme Bank Sampah Gemah Ripah ... 55 6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Untuk

Menabung Sampah di Bank Sampah Gemah Ripah ... 61 6.3 Dampak Sosial, Ekonomi dan Lingkungan yang Dirasakan

Masyarakat Dusun Badegan Atas Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah ... 67 6.3.1 Dampak Sosial Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah... 67 6.3.2 Dampak Ekonomi Keberadaan Bank Sampah Gemah

Ripah ... 73 6.3.3 Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah

Terhadap Lingkungan ... 76 6.4 Dampak Negatif Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah dan

Kebijakan Penanganannya ... 77 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80 7.1 Kesimpulan ... 80 7.2 Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN... 85


(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 37

2 Jumlah RT berdasarkan Dusun di Kelurahan Bantul Tahun 2009... 45 3 Jumlah Penduduk Menurut RT dan Jenis Kelamin di Dusun

Badegan Tahun 2009 ... 47 4 Mata Pencaharian Warga Dusun Badegan dan Jumlahnya Tahun

2009... 47 5 Persebaran Karakteristik Demografi Responden ... 54 6 Classification Table... 61 7 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Masyarakat untuk Menabung Sampah di Bank Sampah ... 62 8 Pengetahuan Responden tentang keberadaan bank sampah ... 68 9 Persepsi Manfaat Sosial Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah... 69 10 Data jumlah warga Dusun Badegan yang terserang penyakit

demam berdarah... 70 11 Hasil Analisis Data Perubahan Perilaku Responden... 72 12 Saldo Tabungan Nasabah Komunal Sampai Dengan Bulan Maret ... 75 13 Saldo Tabungan Nasabah Individual Sampai Dengan Bulan Maret.. 76 14 Persepsi Manfaat Terhadap Lingkungan Keberadaan Bank Sampah


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1 Transformasi Logit ... 31

2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 34 3 Diagram Alir Pola Mekanisme Tabungan Sampah Individual ... 59 4 Diagram Alir Pola Mekanisme Tabungan Sampah Komunal... 60 5 Persepsi Tentang Ada/Tidaknya Manfaat Ekonomi Bank Sampah ... 73 6 Persepsi Responden Tentang Dampak Negatif Bank Sampah... 78


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Hasil Regresi Logistik ... 85

2 Hasil McNemar Test... 87 3 Kondisi Lokasi Penelitian ... 91 4 Peta Bantul ... 93


(27)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk sangat besar dan memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, selama 25 tahun terakhir, jumlah penduduk Indonesia meningkat hampir dua kali lipat, yaitu 147,49 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 179,37 juta jiwa pada tahun 1990 dan pada tahun 2000 bertambah mencapai 206,26 juta jiwa. Angka tersebut terus mengalami peningkatan dan mencapai 218,86 juta jiwa pada tahun 2005.

Jumlah penduduk yang terus meningkat akan mengakibatkan kemampuan sumber daya alam dapat pulih (misalnya air dan udara) untuk menyerap limbah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia menjadi menurun (Fauzi, 2006). Kenaikan jumlah penduduk tersebut juga akan meningkatkan volume sampah yang dihasilkan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta. Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2007 yang dikeluarkan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup menyebutkan, pada tahun 2007 jumlah timbulan sampah Kota Jakarta sebesar 28.196,7 m3 per hari, Kota Bandung sebesar 7.500,58 m3 per hari dan Kota Surabaya mencapai 9.560 m3per hari.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom setingkat propinsi di Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 512.464 jiwa pada tahun 2005, produksi sampah di Yogyakarta terbilang besar dan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1981 produksi sampah Yogyakarta mencapai


(28)

2 700 m3 per hari, lima tahun kemudian meningkat menjadi 1.100 m3 per hari1. Produksi sampah terus meningkat pada tahun 2005 mencapai 1.571 m3 per hari. Penanggulangan yang serius sangat dibutuhkan untuk mengatasi produksi sampah yang cukup besar tersebut. Hal ini dikarenakan, sampah merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Pengelolaan sampah yang tampak selama ini hanya dilakukan secara konvensional yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Keterbatasan lahan menjadi permasalahan bagi pembukaan TPA baru, sehingga saat ini kondisi TPA yang sudah ada telah mengalami daya tampung yang berlebih. Diperkirakan paling banyak hanya sekitar 65 persen sampah yang dapat terangkut ke TPA oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan kebersihan.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan sampah yang belum terselesaikan tersebut adalah dengan mendirikan lembaga bank sampah. Hal ini telah dilakukan oleh masyarakat Dusun Badegan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yaitu dengan mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah. Bank Sampah Gemah Ripah didirikan atas kesepakatan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sampah yang belum dikelola dengan baik dan menekan tingginya kasus demam berdarah. Selain itu, bank sampah juga berguna sebagai sumber pendapatan baru bagi warga sehingga akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

1.2. Perumusan Masalah

1

Sugito, ‘Sampah Potensial Mencemari Lingkungan’. 5 Mei 2007. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0705/05/jogja/1036915.htm


(29)

3 Meningkatnya jumlah limbah domestik yang dihasilkan masyarakat terutama sampah anorganik (misalnya plastik dan kaca) dan sistem pengelolaan sampah konvensional yang masih diterapkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, merupakan penyebab semakin meningkatnya volume timbulan sampah di TPA. Pandangan masyarakat yang masih menganggap sampah sebagai barang yang tidak bernilai sama sekali akan mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut dalam cara membuang sampah dengan tidak ada upaya untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Keadaan tersebut menunjukkan ketidakpedulian masyarakat pada masalah sampah.

Kerugian akibat mengabaikan masalah pengelolaan sampah tersebut telah dirasakan langsung oleh masyarakat Kabupaten Bantul khususnya masyarakat yang hasil sampahnya akan diangkut ke TPA Piyungan, Bantul. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima daerah kabupaten yang termasuk kedalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap hari di kabupaten ini memproduksi sampah sebesar 1.145 m3 per hari, tetapi hanya 178 m3 sampah yang dapat diangkut ke TPA Piyungan oleh Dinas Pekerjaan Umum2. Berdasarkan data tersebut, maka kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam program kebersihan lingkungan perlu ditumbuhkan dan digerakkan karena suatu lingkungan pemukiman yang bersih tidak akan berhasil apabila masyarakat tidak berpartisipasi dalam mencapai tujuannya.

Bank Sampah Gemah Ripah merupakan lembaga pengelolaan sampah yang menerapkan prinsip reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), replace (mengganti) sekaligus melibatkan partisipasi

2

Suparlan, ‘Sampah Swakelola Sha-Link WALHI Yogyakarta’. http://walhi-jogja.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=19&itemid=3


(30)

4 masyarakat (participation) dalam pelaksanaannya3. Pada umumnya, masyarakat luas belum banyak yang mengetahui tentang keberadaan dan pola mekanisme dari bank sampah. Hal tersebut dikarenakan keberadaan lembaga ini masih baru di Indonesia. Daerah yang sudah ada lembaga inipun seperti di Dusun Badegan, masih banyak warga sekitar yang tidak mengetahui tentang keberadaan lembaga ini sehingga belum banyak yang tergerak untuk menabung sampah dengan melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu. Salah satu contoh, sudah hampir satu tahun berdiri, baru 64 KK yang memutuskan untuk menjadi nasabah di bank sampah. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menabung sampah, karena dengan banyaknya partisipasi dari masyarakat akan membantu keberhasilan program menabung sampah yang diterapkan oleh bank sampah yang akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat itu sendiri dan lingkunga sekitar.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana pola mekanisme Bank Sampah Gemah Ripah yang telah dijalankan?

2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan masyarakat Dusun Badegan untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah?

3) Bagaimana dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dirasakan masyarakat Dusun Badegan atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah? 1.3. Tujuan Penelitian

3

Eny Prihtiyani, ‘Masyarakat Bandegan Dirikan Bank Sampah’. 7 Agustus 2008.

http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/07/18300420/masyarakat.bandegan.dirikan.bank.samp ah


(31)

5 Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi pola mekanisme Bank Sampah Gemah Ripah.

2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat Dusun Badegan untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah

3) Menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dirasakan masyarakat Dusun Badegan atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah. 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Memberikan manfaat bagi peneliti sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan.

2) Menambah ilmu pengetahuan dan sumber rujukan studi mengenai sistem pengelolaan sampah.

3) Memberikan wacana dan rekomendasi mengenai pentingnya masalah pengelolaan sampah yang terkait erat dengan kelestarian lingkungan serta pembangunan berwawasan lingkungan kepada para pelaku industri, pemerintah daerah, serta masyarakat luas.

1.5. Ruang Lingkup

Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan Bank Sampah Gemah Ripah merupakan upaya mengubah paradigma pengelolaan sampah yang lama atau secara konvensional, yaitu kumpul-angkut-buang menjadi kumpul-olah-manfaat. Dampak ekonomi yang diteliti tidak termasuk dampak ekonomi intangible.


(32)

6 2.1. Eksternalitas

Menurut Fauzi (2006), eksternalitas didefinisikan sebagai dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net costatau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak. Eksternalitas merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak terbatas pada pengelolaan sumber daya alam seperti jalan yang macet, asap rokok dari orang lain yang merokok dan asap pembakaran sampah.

Friedman (1990) diacu dalam Fauzi (2006), menyatakan bahwa eksternalitas dan barang publik adalah dua cara pandang yang berbeda dalam melihat masalah yang sama. Eksternalitas yang positif melahirkan barang publik, sementara eksternalitas negatif menghasilkan barang publik “negatif”. Artinya, jika eksternalitas negatif tidak di produksi, maka akan mengahsilkan barang publik. Kula (1992) diacu dalam Fauzi (2006) menyebut tipe eksternalitas ini sebagai eksternalitas teknologi (technological externalities) karena adanya perubahan konsumsi atau produksi oleh satu pihak terhadap pihak lain yang lebih bersifat teknis. Hartwick dan Olewiler (1998) diacu dalam Fauzi (2006) menggunakan terminologi lain untuk menggambarkan eksternalitas. Eksternalitas private melibatkan hanya beberapa individu, bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan spill over (limpahan) kepada pihak lain sedangkan


(33)

7 eksternalitas publik terjadi manakala barang publik dikonsumsi tanpa pembayaran yang tepat.

Jenis-jenis eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkan terdiri dari:

1. Pecuniary externality(eksternalitas yang berkaitan dengan uang), disebabkan oleh naiknya harga. Contoh: di lokasi kompleks perumahan yang baru dibangun maka harga tanah akan melonjak tinggi.

2. Multidirectional externality (eksternalitas banyak arah): dampak yang disebabkan oleh suatu/sejumlah pihak terhadap suatu/sejumlah pihak lain. 3. Reciprocal externality (eksternalitas resiprokal): terjadi pada situasi

penggunaan common property resources dimana setiap agen memberikan dampak terhadap semua lainnya yang terlibat dalam penggunaan SDA tersebut.

Eksternalitas dapat dibagi berdasarkan interaksi agen ekonomi yaitu:

1. Producer to producer externality, terjadi jika suatu kegiatan produksi mengakibatkan perubahan/pergeseran fungsi produksi dari produsen lain. Contoh: limbahan produsen pulp di hulu sungai dapat merugikan nelayan (produsen hilir).

2. Producer to consumer externality, terjadi jika aktivitas suatu produsen mengakibatkan perubahan/pergeseran fungsi utilitas rumahtangga (konsumen). Contoh: polusi suara, udara, air.

3. Consumer to consumer externality, terjadi jika aktivitas seseorang atau sekelompok konsumen mempengaruhi fungsi utilitas konsumen lain. Contoh: polusi suara, asap rokok.


(34)

8 4. Consumer to producer externality, terjadi jika aktivitas konsumen

mengganggu fungsi suatu atau sekelompok produsen. Contoh: pembuangan limbah rumah tangga ke aliran sungai dapat memgganggu nelayan.

Masalah eksternalitas pada umumnya disebabkan oleh: 1. Masalah hak kepemilikan (property right)

2. Keberadaan barang publik (public goods)

3. Keberadaan sumberdaya bersama (common resources)

4. Ketidaksempurnaan pasar (imperfect market)/kegagalan pasar (market failure)

5. Kegagalan pemerintah (state failure)

Terdapat tiga alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah eksternalitas yaitu internalisasi, penerapan pajak dan memfungsikan pasar. Internalisasi merupakan upaya untuk “menginternalkan” dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha sehingga dampak pencemaran tidak hanya menjadi biaya sosial yang harus ditanggung oleh satu industri saja melainkan juga ditanggung oleh unit usaha yang ikut bergabung.

Pajak merupakan iuran wajib pemerintah yang dikenakan oleh masyarakat yang digunakan sebagai anggaran pendapatan negara. Pajak juga merupakan sarana alternatif pemerintah untuk memperbaiki atau melindungi kualitas lingkungan. Pajak yang ditetapkan dengan baik akan menginternalisasikan biaya produksi eksternal sepenuhnya dari suatu badan usaha. Instrumen pajak dapat digunakan agar pencemar mau membayar akibat kegiatannya yang mencemari lingkungan. Hal ini mendorong badan usaha untuk mengurangi hasil yang


(35)

9 selanjutnya akan menyebabkan lingkungan lebih bersih, terkait dengan hal ini bertambahnya produksi barang-barang lain.

Eksternalitas menggambarkan kondisi pasar yang tidak berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan memberikan hak kepada salah satu pihak yang terkena eksternalitas. Hal tersebut diasumsikan bahwa masyarakat mau membayar sejumlah harga untuk mengurangi jumlah bahan pencemar, maka secara tidak langsung pasar digunakan untuk mengurangi eksternalitas tersebut. 2.2. Perlunya Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), ancaman terhadap kelangsungan sumber daya alam dan penurunan kualitas lingkungan telah menjadi fenomena global saat ini. Situasi tersebut sangat berbeda dengan kondisi sebelum terjadinya modernisasi yang diawali pada abad ke-20 dan abad ke-21. Ancaman ini tidak hanya menyangkut kesehatan terhadap umat manusia namun juga melibatkan pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumber daya alam serta peningkatan pencemaran.

Pengelolaan lingkungan sangat diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia agar hasil-hasil yang dicapai dari pembangunan ekonomi tersebut tidak menguap oleh karena rusaknya sumber daya alam dan lingkungan. Instrumen pengendalian lingkungan bisa terdiri dari instrumen command and control, moral suasion dan insentif berbasis finansial maupun pasar atau sering disebut sebagai instrumen ekonomi. Instrumen ekonomi bergerak dalam ranah (domain) yang lebih luas dari mulai pajak, property rightsampai deposit refund system.

Pengendalian lingkungan yang sering dilakukan adalah melalui instrumen command and control atau aturan perundang-undangan, tetapi instrumen tersebut kurang efektif ketika penyelenggaraannya masih kurang. Instrumen berbasis


(36)

10 command and control juga cenderung akan terjebak pada jaringan perundangan-undangan yang kompleks serta mahalnya biaya enforcement. Selain itu, pendekatan pengendalian melalui moral suasionseperti pendidikan, voluntary (sukarela) untuk mengadopsi teknologi yang terbaik yang ramah lingkungan juga sering tidak efektif karena memerlukan tingkat kepatuhan yang tinggi dari para pengguna. Instrumen ekonomi bekerja melalui penghargaan dan hukuman serta melalui mekanisme pasar sehingga mendorong produsen dan konsumen untuk menyesuaikan perilaku mereka terhadap dampak lingkungan dengan mekanisme insentif dan disinsentif.

2.3. Instrumen Ekonomi

Menurut James (1997) diacu dalam Fauzi (2007), instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan adalah sebagai mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya, atau menyebabkan dampak sebagai eksternalitas yang disebabkan aktivitas mereka. Robinson dan Ryan (2002) diacu dalam Fauzi (2007), mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang berorientasi kearah peningkatan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas yang mungkin timbul dari aktivitas mereka.


(37)

11 2.4. Tipologi Instrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Sampah dan

Penerapannya di Negara-negara Lain

1) Charges

Merupakan tipologi instrumen ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengurangi eksternalitas dengan cara memberikan harga (price) melalui mekanisme polluter pay principle. Kelemahan dari instrumen ekonomi ini adalah kurang efektif dalam mengendalikan dampak lingkungan, lebih kepada peningkatan penerimaan. Instrumen Charges telah diterapkan di beberapa kota di Afrika seperti Accra, Gaborone dan Harare (Arntzen dan Fidzani diacu dalam Fauzi, 2007). Pungutan diterapkan melalui iuran bulanan maupun iuran tahunan. Bagi limbah komersial, mekanisme pengumpulan dilakukan dengan menggunakan kontainer umum (public container) dan charge diterapkan pada saat pengumpulan.

2) Deposit refund

Merupakan instrumen yang mengkombinasikan dampak charge (ketika komoditas mencemari) dan subsidi (ketika pencemaran dikendalikan dengan baik). Instrumen ini menerapkan surcharge bagi calon pencemar yang secara potensial dapat berbahaya dan pemerintah menjadi fasilitator dana proses charge dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Deposit refund telah banyak digunakan di negara-negara Amerika Latin untuk produk-produk yang dapat didaur ulang antara lain botol plastik, kardus, kertas koran dan lain sebagainya. Sistem ini bekerja dengan cara pembayaran up front dimana konsumen yang akan membeli barang-barang tersebut membayar sejumlah uang yang kemudian dapat dikembalikan pada saat barang-barang tersebut dikembalikan di tempat pengumpulan. Instrumen ini di beberapa negara Amerika latin dilakukan melalui


(38)

12 mekanisme sukarela kecuali di Meksiko dimana untuk produk aki mobil, konsumen harus mengembalikan aki bekas sebelum mereka membeli aki mobil yang baru. Fauzi (2007)

3) Environmental Levy(Pajak Lingkungan untuk Pendatang)

Menurut Richard (2009), mayoritas negara-negara di Kepulauan Pasifik dan sekitarnya mempromosikan negara mereka sebagai tujuan wisata. Kenyataan inilah yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya sampah di pulau-pulau tersebut. Pajak lingkungan dapat diterapkan pada setiap pengunjung dengan mengaplikasikannya sebagai komponen dari pajak kedatangan di bandara, sebagai biaya yang dikenakan pada petugas wisata, dan biaya yang dikenakan pada kapal pesiar. Beberapa contoh penerapan Environmental Levy di wilayah Pasifik:

a) Karibia

Pajak lingkungan sebesar US$ 1.50 dikenakan bagi pengunjung/wisatawan yang datang ke Karibia baik melalui udara maupun laut. Pada tahun 2002, pajak ini sukses dalam menghasilkan 12-40% pendapatan rutin untuk negara dan berlanjut hingga saat ini.

b) Cook Island

Cook Island menerapkan pajak ini pada tahun 1994 dan memasukkannya ke dalam undang-undang pajak kedatangan yang mengharuskan pembayaran tambahan sebesar $5 pada pajak kedatangan setiap orang dengan usia 12 tahun ke atas.

4) Tax Incentivesand Disincentives

Menurut Richard (2009), insentif pajak adalah suatu ukuran yang dapat diimplementasikan untuk mendorong penanaman modal dan kemajuan dalam industri manajemen sampah. Sedangkan ukuran disinsentif mencoba untuk


(39)

13 menggerakkan penanaman modal melalui teknologi polusi dan prosesnya ke arah pilihan yang berbasis lingkungan.

a) Insentif disediakan bagi sektor swasta untuk berbagai aspek manajemen sampah padat, seperti:

i) Dana bantuan sukarela sebagai pemasukan untuk membiayai pengelolaan sampah khusus.

ii) Pemasukan pajak dipotong untuk jangka waktu tertentu selama usaha daur ulang sampah berlangsung.

iii) Subsidi untuk perbaikan proses produksi sampah residu atau proses yang memanfaatkan kembali sampah

iv) Tingkat suku bunga pinjaman yang membiayai penanaman modal daur ulang sampah

v) Alokasi dana bantuan untuk kemajuan masyarakat yang dengan sukarela mengimplementasikan daur ulang sampah.

b) Disinsentif merupakan ukuran yang kurang diminati dan seharusnya diimplementasikan ketika ada alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contohnya, pajak dapat ditempatkan pada koran dan publikasi lain yang menggunakan kertas asli dibandingkan kertas daur ulang.

Beberapa contoh penerapan tax incentives and disincentives di wilayah Pasifik:

a) India

The Indian State of Keralamen, memperkenalkan instrumen ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi masalah pembuangan sampah dengan mengurangi pajak dalam perlengkapan pengelolaan sampah menjadi 4% untuk mendorong


(40)

14 kegiatan lebih di sektor ini. Selain itu, tas kertas dibebaskan dari pajak dan meningkatkan pajak pada tas plastik menjadi 12,5% untuk mengurangi penggunaannya.

b) Kepulauan Pasifik

Pemerintah memberikan konsesi pajak untuk perusahaan pada setiap pendapatan yang berkaitan dengan ekspor material daur ulang.

5) Waste Management Trust Fund(Trust FundPengelolaan Sampah) Menurut Richard (2009), dana Pengelolaan Sampah merupakat alat yang dapat digunakan untuk memberikan dukungan jangka panjang untuk kegiatan pengelolaan sampah.

a) Trust funduntuk pengelolaan sampah dapat berjalan sukses melalui uang yang cukup harus diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan yang dibutuhkan untuk mendanai program pengelolaan sampah jangka panjang.

b) Modal untuk mendirikan trust funddapat diperoleh dari:

i) Setiap pajak pengelolaan sampah dan lingkungan, biaya penggunaan, denda, dan sebagainya.

ii) Pendapatan investasi dan investasi kembali

iii) Dana bantuan, pinjaman, baik dari bilateral, multilateral atau sumber nasional

c) Pengelolaan trust funddikritik untuk menjamin maksimum pengembalian pada penanaman modal.


(41)

15 Beberapa contoh negara yang sukses menerapkan penggunaan trust funddi wilayah Pasifik:

i) Kiribati

Kiribati Revenue Equalization Reserve yang didirikan dengan tujuan untuk mendatangkan pendapatan yang digunakan dalam anggaran tahunan.

ii) Tuvalu

Tuvalu Trust Fund (TTF), dibuat untuk berkontribusi dalam stabilitas keuangan dalam menyediakan penerimaan untuk pajak aktual. Untuk melengkapi TTF, pemerintah Tuvalu mendirikan perputaran dana kedua yang menerima pendapatan trust fund, dan pendapatan lain. Perputaran dana ini melancarkan fluktuasi di dalam aliran pendapatan dan memperbolehkan pemerintah untuk membuat penarikan kembali selama TTF menghasilkan 0 atau pendapatan negatif.

6) Pajak Lingkungan (Pajak Lingkungan untuk Produksi)

Menurut Richard (2009), pajak ini dapat diterapkan pada sampah yang sulit terurai seperti mobil, kulkas, baterai, dan lain-lain. Pajak ini juga dapat digunakan pada sampah seperti botol contohnya botol wine dan botol-botol umumnya dan juga plastik yang tidak dapat di daur ulang. Pajak disini dapat diterapkan pada titik pengolahan:

a) Pajak biasanya dibayar pada titik pengolahan dan dapat dipindahkan dari pengolah ke konsumen akhir. Idealnya, pajak diterapkan pada tingkat perencanaan akhir biaya pengolahan sampah.

b) Pada beberapa kasus, pajak yang berbeda dapat dipertimbangkan, terutama ketika keinginan mendorong suatu perilaku. Sebagai contoh, pajak yang tinggi


(42)

16 dapat ditempatkan pada tas plastik yang tidak dapat terurai untuk mengurangi penggunaan plastik tersebut, sedangkan pajak yang lebih rendah diterapkan pada sampah kertas yang dapat diurai untuk mendorong penggunaannya secara lebih efektif.

Contoh penerapan pajak lingkungan seperti di Pulau Grenada, dimana retribusi untuk lingkungan ditetapkan sebesar 1% dari nilai barang yang dibayar oleh importer. Retribusi ini menghasilkan 39% dari pendapatan kebijakan dan telah digunakan untuk mengatur sampah di pulau tersebut. Pada akhirnya, kepulauan lain seperti Antigua dan Barbuda akan melakukan hal yang sama. 2.5. Definisi Sampah

Sampah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas keseharian manusia. Apriadji (2002) memberikan definisi mengenai sampah sebagai zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik sebagai sisa proses industri. Hadiwiyoto (1983) memberikan ciri-ciri sampah dimana sampah merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya, dari segi sosial ekonomis sudah tidak memiliki harga, dan segi lingkungan merupakan bahan bangunan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, Hadiwiyoto (1983) mencoba membuat suatu batasan definitif tentang sampah, dimana sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada


(43)

17 manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya, dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian. 2.6. Jenis-jenis Sampah

Menurut data Dinas Pekerjaan Umum (1986) diacu dalam Kastaman dan Kramadibrata (2007), sampah dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1) Sampah basah (Garbage), yaitu sampah yang susunannya terdiri atas bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah. Termasuk jenis sampah ini adalah sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dedaunan, dsb.

2) Sampah kering (Rubbish), yaitu sampah yang terdiri atas bahan anorganik yang sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

a) Sampah Kering Logam, misalnya: kaleng, pipa besi tua, mur, baud, seng, dan segala jenis logam yang sudah usang.

b) Sampah Kering Non Logam, yang terdiri atas:

i) Sampah kering mudah terbakar (Combustible Rubbish), misalnya: kertas, karton, kayu, kayu bekas, kulit, kain-kain usang, dsb.

ii) Sampah Kering Sulit Terbakar (Non Combustible Rubbish), misalnya: pecahan gelas, botol, kaca, dll.

3) Sampah Lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri atas partikel-partikel kecil dan memiliki sifat mudah berterbangan serta membahayakan atau menganggu pernafasan dan mata. Yang termasuk dalam sampah ini adalah debu dan abu.


(44)

18 Apriadji (2002) menggolongkan sampah kedalam empat kelompok, yaitu meliputi :

1) Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja (feces) dan air kencing (urine).

2) Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga.

3) Refuse, merupakan bahan sisa proses produksi atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang biasa disebut sebagai sampah.

4) Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa proses industri. Penggolongan sampah lainnya adalah menurut Hadiwiyoto (1983), dimana sampah digolongkan menjadi 7 kelompok berdasarkan kriteria masing-masing, yaitu :

1) Berdasarkan asalnya sampah digolongkan menjadi sampah dari hasil kegiatan rumah tangga, sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil kegiatan perdagangan, sampah dari hasil pembangunan dan sampah jalan raya.

2) Berdasarkan komposisinya sampah dibedakan menjadi sampah seragam dan sampah campuran.

3) Berdasarkan bentuknya sampah dibedakan menjadi sampah padat, cair dan gas.

4) Berdasarkan lokasinya terdapat sampah dibedakan menjadi sampah kota dan sampah daerah.

5) Berdasarkan proses terjadinya sampah dibedakan menjadi sampah alami dan sampah non-alami


(45)

19 6) Berdasarkan sifatnya sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah

non organik.

7) Berdasarkan jenisnya sampah dibedakan menjadi sampah makanan, sampah kebun, sampah kertas, sampah plastik, karet, kulit, sampah kain, sampah kayu, sampah logam, sampah gelas dan keramik, sampah berupa abu dan debu.

2.7. Pengolahan Sampah

Menurut Apriadji (2002), dalam menangani sampah, banyak cara yang dapat dilakukan, seperti berikut :

1) Penimbunan tanah (land fill), sampah yang terkumpul dari rumah tangga dan pasar dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah, kemudian diratakan dan dipadatkan hingga ketinggian yang diinginkan. Cara ini yang masih dominan dilakukan di kota-kota Indonesia.

2) Penimbunan tanah secara sehat (sanitary land fill), sampah diperlakukan seperti cara land fill, namun setelah mencapai ketinggian yang diinginkan, permukaan atasnya segera ditimbun tanah minimal setebal 60 cm. Dibandingkan dengan teknik land fill, teknik ini dapat mengurangi dampak dari timbunan sampah seperti bau tak sedap.

3) Pembakaran sampah (incineration), teknik ini memerlukan pengawasan lebih, agar sampah yang dibakar tidak tersisa dan minim asap.

4) Penghancuran (pulverization), sampah dihancurleburkan menjadi potongan kecil sehingga lebih ringkas dan dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah rendah serta dibuang ke laut tanpa menimbulkan pencemaran.


(46)

20 5) Pengomposan (composting), sampah kelompok rubbish disisihkan dan

garbage dihancurleburkan sampai lumat agar proses pembusukan sampah (decomposition) oleh mikroorganisme berlangsung baik, ditimbun secara teratur dalam hamparan hingga membusuk sempurna, dikeringkan, kemudian digiling dan siap digunakan.

6) Makanan ternak (hogfeeding) memanfaatkan garbage. 7) Pemanfaatan ulang (recycling), untuk jenis sampah rubbish. 2.8. Pengelolaan Sampah

Municipal Solid Waste Management (MSWM) merupakan tanggung jawab pemerintah daerah yang meliputi fungsi pengumpulan, pemindahan, pemeliharaan, daur-ulang, pemulihan sumber daya, dan pembuangan sampah domestik (Pagiola, 2002). Metode pengumpulan yang tidak efektif, minimnya jangkauan pelayanan sistem pengumpulan sampah, dan cara pembuangan sampah yang tidak layak merupakan masalah penting pada kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat di negara berkembang. Situasi tersebut terutama disebabkan oleh masalah pengelolaan keuangan. Pengelolaan sampah membutuhkan sumber dana yang kuat sementara tingkat pengembalian biaya (cost recovery) amat rendah. Konsekuensi utama dari kendala keuangan tersebut adalah minimnya jangkauan atau cakupan sistem pengumpulan sampah, yang terutama akan berdampak pada masyarakat ataupun sektor kecil di wilayah tersebut.


(47)

21 Sebagian besar sistem MSWM mempunyai tiga komponen dasar, yaitu : 1) Pengumpulan dan pengangkutan

Yaitu proses mengumpulkan dan memindahkan sampah domestik ke tempat pembuangan yang sesuai dengan standar lingkungan, mencegah timbulnya bau yang tidak sedap dan berkurangnya keindahan lingkungan.

2) Pemrosesan atau pengolahan

Yaitu mengubah karakteristik sampah domestik melalui proses daur-ulang, pengomposan, pembakaran, ataupun pemadatan untuk mengurangi gangguan terhadap lingkungan atau bahkan menangkap peluang ekonomi pemanfaatan sampah-sampah tersebut sehingga mempunyai nilai tambah.

3) Pembuangan

Yaitu proses memisahkan residu dari sampah yang tertinggal setelah perlakuan-perlakuan sebelumnya.

Pengelolaan sampah domestik di negara berkembang menunjukkan tiga karakteristik penting. Pertama, cenderung bersifat padat karya (labour intensive), sebagian karena biaya tenaga kerja yang murah. Kedua, proses daur-ulang semakin dikenal luas sehingga di banyak negara berkembang tidak ditemui kesulitan dalam pengumpulan dan penjualan sampah yang masih dapat didaur-ulang. Ketiga, MSWM di negara berkembang cenderung inefisien. Inefisien tersebut terutama pada teknis pengumpulan sampah yang masih sering tercecer dan tidak dapat menjangkau seluruh permintaan pelayanan, sehingga mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan.


(48)

22 Menurut Bartone et al. (1990), keuntungan dari pengelolaan sampah efektif dan efisien adalah :

1) Perbaikan dalam kesehatan orang dewasa dan penurunan angka kematian anak.

2) Perbaikan kualitas air.

3) Perbaikan kualitas udara. Polusi udara secara luas timbul salah satunya melalui sistem tempat pembuangan dan pembakaran sampah terbuka yang tidak efektif.

4) Meningkatkan produktivitas masyarakat kota karena tingginya tingkat absen dan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh minimnya kondisi higienis. 5) Menunjang pembangunan ekonomi, karena minimnya sarana dan pelayanan

pembuangan limbah publik ataupun privat dapat menghambat pembangunan industri.

2.9. Kebijakan Pengelolaan Sampah

2.9.1. Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah

Penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga sebagaimana tertuang dalam pasal 19 di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, dan pemanfaatan sampah. Pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah harus menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat digunakan ulang, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam seperti yang tertuang dalam pasal 20 ayat 3 dan 4. Kegiatan


(49)

23 penanganan sampah yang dimaksud meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah atau sifat sampah dengan metode yang memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan; pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dimaksudkan agar sampah dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan, atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan; pemroresan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.9.2. Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Menurut pasal 28, masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dengan melalui pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah. Selain itu, partisipasi masyarakat juga dibutuhkan dalam penyelesaian sengketa persampahan untuk membantu merumuskan kebijakan pengelolaan sampah, pemberian saran dan pendapat sebagai bahan masukan untuk Pemerintah. Suatu lingkungan pemukiman yang bersih, tertib, indah dan sehat, tidak akan berhasil apabila masyarakat tidak berpartisispasi karena partisipasi masyarakat itu sendiri merupakan kegiatan dan aktivitas masyarakat untuk membantu menyelesaikan permasalahan sampah tersebut.


(50)

24 2.10. Dampak yang Ditimbulkan oleh Sampah

Apabila sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif, begitupun sebaliknya pengelolaan yang dilakukan dengan baik dan semaksimal mungkin akan menimbulkan dampak positif.

2.10.1. Dampak Negatif

Hadiwiyoto (1983) mengatakan bahwa jika ditinjau segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, sampah dapat menimbulkan gangguan pencemaran sebagai berikut :

1) Tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal. Biasanya dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan di sekitarnya.

2) Tumpukan sampah dapat menjadi media berkembang biak dan tempat mencari makan bagi lalat atau tikus, dan pada akhirnya tempat berkembang bibit penyakit.

3) Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena selama proses pembusukan dihasilkan gas-gas beracun, bau yang tidak sedap, daerah yang becek, dan berlumpur terutama pada musim penghujan.

4) Di tempat pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen. Keadaan ini disebabkan karena selama proses perombakan sampah menjadi senyawa sederhana, diperlukan oksigen yang diambil dari udara sekitarnya sehingga mengganggu kehidupan flora dan fauna disekitarnya.

5) Kontak langsung dengan sampah yang mengandung kuman penyakit, misalnya sampah yang berasal dari rumah sakit.


(51)

25 6) Pasokan air minum yang mengalami kontaminasi dengan bahan kimia

beracun dari sampah yang dibuang ke dalam air.

7) Keadaan fisik sampah, seperti kaleng bekas, paku, pecahan kaca dan sebagainya mengakibatkan kecelakaan pada manusia.

8) Dapat mencemari tanah atau pengotoran. Pencemaran dapat berupa udara yang kotor karena mengandung gas-gas yang terjadi dari perombakan sampah, bau yang tidak sedap, daerah yang becek, terutama pada saat musim hujan.

9) Sampah yang dibuang ke badan air menyebabkan hambatan aliran air sehingga pada musim penghujan akan menyebabkan banjir.

10) Dapat menjadi sumber kebakaran.

11) Secara estetika, sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang dapat mengganggu pemandangan dan keindahan.

12) Mencerminkan sosial dan budaya serta martabat bangsa.

13) Mengurangi minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. 2.10.2. Dampak Positif

Sampah dapat menimbulkan dampak positif sebagai berikut : 1) Sampah dapat dipakai untuk menimbun tanah.

2) Dapat digunakan untuk pupuk sebagai penyubur tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman

3) Dapat digunakan sebagai pakan ternak.

4) Dapat dimanfaatkan kembali setelah didaur ulang.


(52)

26 2.11.Penelitian Terdahulu

Bakri (1992) melakukan penelitian mengenai sampah di wilayah Depok. Penelitian Bakri dilakukan saat Kota Depok masih berstatus sebagai Kota Administratif (Kotif) pada tahun 1992. Bakri meneliti pola pengelolaan sampah Kotif Depok, sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program kebersihan. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa pengolahan sampah Kotif Depok pada tahun penelitian masih sederhana sekali yaitu sampah yang dibuang ke TPA dibiarkan di atas permukaan tanah tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk faktor-faktor yang mempunyai keeratan hubungan secara nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat di Kotif Depok adalah tingkat pendidikan, keadaan lingkungan pemukiman, bimbingan, dan penyuluhan.

Penelitian mengenai pengelolaan sampah pemukiman di Kota Medan yang dilakukan Iriani (1994) bertujuan mengetahui sistem penanggulangan sampah di Kota Medan. Salah satu cakupannya yaitu tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Analisis statistik model Korelasi spearman digunakan untuk mengetahui keeratan antara peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan variabel-variabel yang terkait (indikator). Variabel-variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, lama menetap/tinggal, dan pengetahuan masyarakat tentang sampah. Variabel pengetahuan masyarakat tentang sampah merupakan variabel paling signifikan yang membuat masyarakat berperan serta dalam usaha pengelolaan sampah.


(53)

27 Dewi (2008) melakukan evaluasi ekonomi dan sosial unit pengolahan sampah (UPS) Kota Depok. Tujuan penelitiannya yang pertama adalah mengestimasi nilai ekonomi sampah yang dapat dihasilkan per-UPS dan Kota Depok. Kedua, membandingkan antara manfaat dan biaya sistem pengelolaan sampak Kota Depok sistem UPS juga membandingkan dengan sistem pengelolaan sampah tanpa UPS, dan ketiga mengevaluasi manfaat sosial keberdaaan UPS berdasarkan persepsi warga sekitar, jumlah tenaga kerja yang dapat terserap, dan perubahan perilaku masyarakat dalam menangani sampah.

Wulandari (2009) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan warga di Kompleks Perubahan PPI untuk memilah sampah yang dianalisis menggunakan Analisis Regresi Logistik dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah Organik pada Program Pemilahan Sampah Gerakan Peduli Lingkungan. Variabel-variabel yang digunakan adalah umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan, lama tinggal, status ibu, keberadaan pembantu rumah tangga, dan penyuluhan. Hasil yang didapatkan yaitu variabel yang secara signifikan mempengaruhi kesediaan warga untuk

memilah sampah dengan selang kepercayaan (α) 10 persen yaitu umur,

pendidikan serta status ibu. Masing-masing variabel tersebut memiliki nilai odds rasio sebesar 1,21 untuk variabel umur, 2,87 untuk variabel pendidikan, serta 0,09 untuk variabel status ibu.

Penelitian mengenai pengelolaan sampah pemukiman di Kota Medan yang dilakukan Iriani (1994) bertujuan mengetahui sistem penanggulangan sampah di Kota Medan. Salah satu cakupannya yaitu tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Analisis statistik model Korelasi spearman digunakan untuk


(54)

28 mengetahui keeratan antara peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan variabel-variabel yang terkait (indikator). Variabel-variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, lama menetap/tinggal, dan pengetahuan masyarakat tentang sampah. Variabel pengetahuan masyarakat tentang sampah merupakan variabel paling signifikan yang membuat masyarakat berperan serta dalam usaha pengelolaan sampah.

Bakri (1992) melakukan penelitian mengenai sampah di wilayah Depok. Penelitian Bakri dilakukan saat Kota Depok masih berstatus sebagai Kota Administratif (Kotif) pada tahun 1992. Bakri meneliti pola pengelolaan sampah Kotif Depok, sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program kebersihan. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa pengolahan sampah Kotif Depok pada tahun penelitian masih sederhana sekali yaitu sampah yang dibuang ke TPA dibiarkan di atas permukaan tanah tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk faktor-faktor yang mempunyai keeratan hubungan secara nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat di Kotif Depok adalah tingkat pendidikan, keadaan lingkungan pemukiman, bimbingan, dan penyuluhan.

Penelitian mengenai sampah dari segi teknik maupun sosial, ekonomi dan lingkungan telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik akademisi maupun dinas-dinas terkait. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang lain adalah lokasi dan sistem pengelolaan sampah yang diteliti. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola mekanisme Bank Sampah Gemah Ripah yang telah dijalankan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan


(55)

29 masyarakat Dusun Badegan untuk menabung sampah di bank sampah, serta menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dirasakan masyarakat atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah.


(56)

30 III.KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Teori Pengambilan Keputusan Binomial

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Peubah kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah penjelas pada analisis regresi logistik ini dapat berupa peubah kategori maupun numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon.

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik biner, dimana peubah responnya hanya memiliki dua peluang kejadian yaitu apakah masyarakat Dusun Badegan memiliki keputusan untuk menabung atau tidak menabung di Bank Sampah Gemah Ripah. Notasi yang digunakan dalam regresi logistik yaitu

π(χ) = E(Y|χ) yang merepresentasikan nilai peubah respon Y ketika peubah

penjelas adalah χ dengan menggunakan regresi logistik. Bentuk spesifik model regresi logistik yang digunakan adalah:

π(χ) = ( ... )

) ... ( 9 9 2 2 1 1 0 9 9 2 2 1 1 0

1

   

              

e

e


(57)

31 Dalam analisisnya peluang permodelan kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit dari bentuk di atas. Formula dari transformasi logit tersebut adalah:

g(χ) = ln   

 

 ( ) 1

) (

 

 

= β0+ β1χ1+ β2χ2+ ... + β9χ9

Dengan g(χ) adalah peluang munculnya kejadian keputusan untuk menabung sampah dari peubah respon untuk orang ke-j di Dusun Badegan. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Gambar-1 berikut mengilustrasikan proses transformasi logit tersebut.

Dengan g(χ) adalah nilai transformasi logit untuk keputusan masyarakat

menabung sampah di bank sampah, β0 adalah intersep model garis regresi,

β adalah slope model garis regresi χ adalah peubah penjelas. g(χ) π(χ)

predictor)

predictor(χ)

Logit Transformasi


(58)

32 Dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd.

Rasio Odd dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari sebuah peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses kejadian tidak sukses. Dalam penelitian ini, rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Jumlah penduduk Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan bertambahnya volume sampah yang dihasilkan setiap hari. Selain itu, pola konsumsi masyarakat yang semakin meningkat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan berbahaya dan sulit terurai oleh proses alam. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengelolaan untuk menanggulangi permasalahan sampah tersebut.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak bernilai sama sekali, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada sistem pengelolaan sampah konvensional yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Hal tersebut kurang efektif karena keterbatasan daya tampung dari TPA itu sendiri. Pengelolaan


(59)

33 sampah tersebut sudah saatnya dirubah dengan pengelolaan sampah partisipatif dan berkelanjutan seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Dusun Badegan dengan mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah.

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pola mekanisme dari Bank Sampah Gemah Ripah yang telah dijalankan. Mengidentifikasi pola mekanisme tersebut dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak pengelola bank sampah. Tujuan selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat Dusun Badegan untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah melalui wawancara dengan masyarakat Dusun Badegan. Hasil wawancara tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode Regresi Logistik. Tujuan terakhir dari penelitian ini adalah menganalisis dampak sosial, ekonomi maupun lingkungan yang dirasakan masyarakat Dusun Bandegan atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah. Pengambilan data diperoleh melalui persepsi warga tentang keberadaan Bank Sampah yang akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Lebih jelas dapat dilihat pada kerangka pemikiran operasional Gambar-2.


(60)

34 Keterangan : = ruang lingkup penelitian

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Peningkatan Penduduk

Peningkatan volume sampah Peningkatan volume sampah

Perlunya pengelolaan sampah

Sistem pengelolaan sampah secara konvensional (tanpa bank sampah)

Belum efektif

Sistem pengelolaan sampah partisipatif dan berkelanjutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk

menabung sampah di bank sampah

Peningkatan jumlah penduduk

Bank Sampah Gemah Ripah

Pola mekanisme

Analisis deskriptif kualitatif

Dampak keberadaan bank sampah

Analisis Regresi Logistik Sosial

Ekonomi

Lingkungan n

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif

Kebijakan pengembangan bank sampah dalam pengelolaan sampah


(61)

35 3.2. Hipotesis Operasional

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jarak rumah ke bank sampah, lama tinggal, jenis pekerjaan, keaktifan dalam organisasi, dan penyuluhan yang dilakukan oleh pengelola bank sampah akan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah.

2. Bank Sampah Gemah Ripah mampu memberikan dampak sosial, ekonomi maupun lingkungan. Dampak sosial yaitu penyerapan tenaga kerja, persepsi positif masyarakat, dan perubahan perilaku responden dalam menangani sampah. Dampak ekonomi yaitu persepsi positif masyarakat terhadap perbaikan ekonomi masyarakat dan manfaat ekonomi tangible. Dampak terhadap lingkungan yaitu persepsi positif responden terhadap perbaikan kualitas lingkungan.


(62)

36 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dusun Badegan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah sebagai lembaga baru dalam pengelolaan sampah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak pengelola Bank Sampah Gemah Ripah serta warga Dusun Badegan. Wawancara dengan warga dilaksanakan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang relevan, diantaranya buku referensi, laporan kegiatan, internet, serta informasi dari sumber dan instansi terkait baik di tingkat dusun, kabupaten dan Bank Sampah Gemah Ripah. Data yang diperlukan, sumber data, dan alat analisis dalam penelitian ini seperti pada Tabel-1.


(63)

37 Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Penelitian

No. Data yang diperlukan Sumber Data Metode Analisis 1. Kondisi geografis dan

kependudukan Dusun Badegan

Kelurahan Bantul Analisis Deskriptif 2. Sistem engelolaan

persampahan Dusun Badegan

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

Analisis Deskriptif

3. Karakteristik demografi responden

Masyarakat Dusun Badegan.

Analisis Deskriptif 4. Pola mekanisme Bank

Sampah Gemah Ripah.

Wawancara kepada pihak pengelola Bank Sampah Gemah Ripah

Analisis deskriptif-kualitatif 5. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah. Wawancara kepada masyarakat Dusun Badegan. Analisis Regresi Logistik

6. Dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang

dirasakan masyarakat Dusun Badegan atas keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah. Wawancara kepada masyarakat Dusun Badegan. Analisis Deskriptif berdasarkan hasil wawancara dan tabulasi deskriptif serta uji McNemar.

4.3. Penentuan Jumlah Responden

Teknik Pengambilan sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa yang menjadi populasi penelitian adalah warga Dusun Badegan yang berada di sekitar lokasi Bank Sampah Gemah Ripah. Responden diambil sebanyak 86 KK dari 448 KK. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik, uji non-parametrik McNemar, dan analisis deskriptif dengan tabulasi. Pengolahan data dilakukan alat bantu komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 15.0.


(1)

Perilaku menyediakan wadah atau tempat sampah khusus untuk memilah

Perilaku memilah sampah rumah tangga sebelum_BS & sesudah_BS

15 68 0 3 sebelum_BS 0 1 0 1 sesudah_BS

Test Statisticsb

86 66.015 .000 N Chi-Squarea Asymp. Sig. sebelum_BS & sesudah_ BS Continuity Corrected a. McNemar Test b.

sebelum_BS & sesudah_BS

14 69 0 3 sebelum_BS 0 1 0 1 sesudah_BS

Test Statisticsb

86 67.014 .000 N Chi-Square a Asymp. Sig. sebelum_BS & sesudah_ BS Continuity Corrected a. McNemar Test b.


(2)

89

Perilaku meminimalkan penggunaan kantong plastik (reduce)

Perilaku memanfaatkan kembali barang yang masih dapat dipakai (reuse) sebelum_BS & sesudah_BS

34 22 12 18 sebelum_BS 0 1 0 1 sesudah_BS

Test Statisticsb

86 2.382 .123 N Chi-Squarea Asymp. Sig. sebelum_BS & sesudah_ BS Continuity Corrected a. McNemar Test b.

sebelum_BS & sesudah_BS

26 30 19 11 sebelum_BS 0 1 0 1 sesudah_BS

Test Statisticsb

86 2.041 .153 N Chi-Squarea Asymp. Sig. sebelum_BS & sesudah_ BS Continuity Corrected a. McNemar Test b.


(3)

Perilaku mendaur ulang sampah (recycle) sebelum_BS & sesudah_BS

71 7

2 6

sebelum_BS 0

1

0 1

sesudah_BS

Test Statisticsb

86 .180a N

Exact Sig. (2-tailed)

sebelum_BS & sesudah_

BS

Binomial distribution used. a.

McNemar Test b.


(4)

91

Lampiran 3. Kondisi Lokasi Penelitian

1.Tempat operasional Bank Sampah Gemah Ripah

3. Buku tabungan dan buku induk Nasabah Bank Sampah Gemah Ripah

2.Peneliti dan pengelola Bank Sampah Gemah Ripah

4. Tas untuk pemilahan sampah plastik, kertas, dan kaleng/botol


(5)

5. Penimbangan berat sampah yang ditabungkan nasabah

7. Fasilitas gerobak sampah untuk mengangkut sampah komunal

6. Tempat sampah terpilah Komunal

8. Tempat penyimpanan sampah yang ditabungkan oleh nasabah


(6)

93