STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” AS ECO-TOURISM DESTINATION IN THE

VILLAGE OF SEMEN, GANDUSARI DISTRICT OF BLITAR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

AJENG AYU SAWINDRI 20130430149

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” AS ECO-TOURISM DESTINATION IN THE

VILLAGE OF SEMEN, GANDUSARI DISTRICT OF BLITAR

Diajukan oleh

AJENG AYU SAWINDRI 20130430149

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Drs. Hudiyanto Tanggal, 02 Desember 2016


(3)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” AS ECO-TOURISM DESTINATION IN THE

VILLAGE OF SEMEN, GANDUSARI DISTRICT OF BLITAR

Diajukan oleh

AJENG AYU SAWINDRI 20130430149

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 23 Desember 2016

Yang terdiri dari

Lilies Setiyartiti, Dr., M.Si. Ketua Tim Penguji

Agus Tri Basuki, SE., M.Si_ Hudiyanto, Drs.

Anggota Tim Penguji 1 Anggota Tim Penguji 2

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(4)

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Ajeng Ayu Sawindri Nomor Mahasiswa : 20130430149

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 24 November 2016


(5)

Motto

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,5-8)


(6)

Persembahan

Dengan mengucapkan Bissmillahirrahmanirrahim, skripsi ini saya persembahkan untuk:

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

“Unggul dan Islami”, tagline mu yang mampu menginspirasiku untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik di mata sesama dan Allah SWT

Pengelola KWE “Puspa Jagad”

Atas semangat, kesabaran, serta ketulusan Anda memperjuangkan, mengembangkan, dan megelola kawasan ekowisata demi kemakmuran masyarakat setempat.

Ibu dan Bapak

Tiada kata yang mampu kuucapkan selain Terima Kasih atas segalanya. Kasih sayang, doa, dan ketulusan yang tak mungkin dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini.

You’re my everything

Keluargaku Anang, Ika, dan Sheirel

Atas semangat serta dukungan untuk selalu menomorsatukan pendidikan yang selalu kalian berikan kepadaku.

Sahabatku Becky, Pipit, dan Fahmi

Atas kesediaan kalian berada di sampingku sebagai sahabat-sahabat terbaikku. Penghuni Kos GS

Wina, Gunawan, dan Itoh yang selalu siap menjadi penghibur. Cepet nyusul woey.. Kekasihku Alpin Khoirul Ahsan

Atas kesetianmu, pengorbananmu, kesabaranmu berada disampingku menjadi sosok pria hebat yang tak pernah lelah mengingatkanku. I love you


(7)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dimiliki KWE “Puspa Jagad” serta menciptakan strategi terbaik dalam usaha pengembangan KWE “Puspa Jagad” sebagai destinasi ekowisata di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif dengan mengumpulkan data berupa data primer dan sekunder (data pedukung). Tekhnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan Focus Group Discussion. Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengumpulkan semua informasi mengenai faktor internal dan eksternal KWE “Puspa Jagad” dengan tekhnik observasi, wawancara, dan FGD. Kedua, memberikan skor pada masing-masing faktor internal dan eksternal dalam bentuk matrik IFAS dan EFAS berdasarkan pada skor FGD. Ketiga, membandingkan skor internal dan eksternal yang diperoleh dari matriks IFAS dan EFAS dalam bentuk diagram analisis SWOT untuk mengetahui posisi perusahaan. Keempat, melakukan pengujian posisi perusahaan menggunakan metode yang berbeda untuk meyakinkan bahwa hasil dari metode sebelumnya tepat dengan menggunakan matrik I-E berdasarkan pada skor rata-rata IFAS dan EFAS. Kelima, menyusun strategi gabungan dari faktor internal dan eksternal dalam bentuk matriks SWOT. Keenam, memilih strategi terbaik berdasarkan pada perolehan posisi perusahaan dalam matrik I-E.

Terdapat empat hasil akhir dari penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu: 1. faktor internal KWE “Puspa Jagad”, berupa kekuatan dan kelemahan yang dapat mendorong serta menghambat pengembangan kawasan wisata. 2. faktor eksternal KWE “Puspa Jagad”, berupa peluang dan ancaman yang dapat mendorong serta menghambat pengembangan kawasan wisata. 3. strategi terbaik yang dapat dijalankan KWE “Puspa Jagad” yaitu strategi SO (Strengths dan Opportunities). Adapun saran yang dapat diberikan yaitu: 1. para stakeholder harus lebih memahami tugas dan fungsinya masing-masing, baik itu pemerintah, pengelola ataupun masyarakat. 2. Hubungan baik antara pemerintah daerah, desa, pengelola, dan masyarakat dapat tejalin dengan lebih baik yang dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti sosialisasi, diskusi, ataupun kegiatan lain yang santai namun tetap bermanfaat.


(8)

ABSTRACT

This thesis aims to determine the strengths, weakness, opportunities and threats owned by KWE “Puspa Jagad” as well as creating the best strategies in the form of developing the mentioned place as an eco-tourism destination in the villege of Semen, Gandusari District of Blitar. All data settled by descriptive approach in the form of primary and secondary data. The analysis technique used in this thesis are observation, interviews, and Focus Group Discussion, While SWOT analysis used as the analysis tool. The first step taken is to collect all the information about the internal and external factors by observing, interviewing, and discussing. The second step is to give a score to each internal and external factors in the form of IFAS and EFAS matrix based of FGD. The third step is comparing the internal and external score obtained the mentioned matrixes in the form of SWOT analysis diagram to determine the exact position of the company. The fourt step that is taken is to divulge an inkling and a test over the position of the company using a different methods to ensure that the results of the previous methods are appropiate to used, in which the methods are to use the I-E matrixes based on its average scores. The fifth one is to draw up a joint strategy out of internal and external factors in the form of SWOT matrix. And the last is to particularly decide the best strategy based on the acquisition of the company’s position.

There are four final results of the research that has been carried out, namely: 1. The internal factor of the KWE company is the strengths and weakness that can encourage and inhibit the development of tourism; 2. The oppportunities and threats as the external factors; 3. The best strategy that can be executed by KWE “Puspa Jagad” is SO(Strengths and Opportunities) strategy. There ae also a follow up advice that can be given, namely: 1. It will be better that the stakeholders take a better understanding upon the duties that are caried out along way, whether they are a goverment, managers, or a part of society; 2. The local government, managers, and society can get a better relations if every part convenient to do several activities as a whole such as socializations, discussions, or other ease and helpful activities.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan karunia, rahmat, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” Sebagai Destinasi Ekowisata di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar” ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Harapan penulis menjadikan topik ini sebagai bahan penelitian yaitu agar dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat di kawasan tempat tinggal penulis. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan ide guna pengembangan kawasan wisata terkait dan juga ide pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menadapatkan bantuan, bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari beragai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberi petunjuk, bimbingan, dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi. 2. Drs. Hudiyanto, selaku Dosen Pembimbingan atas seluruh perhatian, bimbingan,

arahan, dan kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Pengelola KWE “Puspa Jagad” yang telah terbuka untuk membantu penulis dalam

proses penelitian.

4. Pemerintahan Kecamatan Gandusari dan Kelurahan Semen yang telah memberikan kemudahan agi penulis dalam proses pengambilan data-data yang dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi.


(10)

6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesain skripsi ini.

Sebagai kata akhir, tiada macan yang tak belang, penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 27 November 2016 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Dosen Penguji ... iii

Halaman Pernyataan ... iv

Motto... v

Persembahan ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii BAB I ... Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(12)

TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian dan Batasan Pariwisata ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengertian dan Prinsip Ekowisata ... Error! Bookmark not defined. 3. Manajemen Pengembangan Ekowisata ... Error! Bookmark not defined. 4. Faktor Pendorong Pengembangan EkowisataError! Bookmark not defined. 5. Faktor Penghambat Pengembangan EkowisataError! Bookmark not defined. B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined. Sumber Daya Manusia ... Error! Bookmark not defined.

BAB III ... Error! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Objek dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. D. Tekhnik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Alat Analisis ... Error! Bookmark not defined. F. Tekhnik Analisis ... Error! Bookmark not defined. 1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal.... Error! Bookmark not defined. 2. Diagnosis SWOT ... Error! Bookmark not defined. 3. Focus Group Discussion (FGD) ... Error! Bookmark not defined. 4. Internal Factor Analysis Summary (IFAS) .. Error! Bookmark not defined.


(13)

4. Ekternal Factor Analysis Summary (EFAS) Error! Bookmark not defined. 5. Analisis SWOT ... Error! Bookmark not defined. 6. Matrik I-E ... Error! Bookmark not defined. 7. Matrik SWOT ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Karakteristik Lokasi ... Error! Bookmark not defined.

1. Demografis ... Error! Bookmark not defined. 2. Iklim ... Error! Bookmark not defined. 3. Kependudukan ... Error! Bookmark not defined. B. Gambaran Umum KWE “Puspa Jagad” ... Error! Bookmark not defined. 1. Sejarah KWE “Puspa Jagad” ... Error! Bookmark not defined. 2. Visi dan Misi KWE “Puspa Jagad” ... Error! Bookmark not defined. 3. Struktur Organisasi ... Error! Bookmark not defined. C. Aksesibilitas KWE “Puspa Jagad” ... Error! Bookmark not defined. 1. Kondisi Jalan ... Error! Bookmark not defined. 2. Jarak ... Error! Bookmark not defined. 3. Transportasi ... Error! Bookmark not defined. 4. Penginapan ... Error! Bookmark not defined. 5. Prasarana Peribadatan ... Error! Bookmark not defined. BAB V ... Error! Bookmark not defined. HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.


(14)

A. Identifikasi Faktor Internal ... Error! Bookmark not defined. 1. Sumber Daya Alam ... Error! Bookmark not defined. 2. Sumber Daya Manusia ... Error! Bookmark not defined. 3. Keuangan ... Error! Bookmark not defined. 4. Jarak dan Transportasi ... Error! Bookmark not defined. 5. Marketing / Pemasaran ... Error! Bookmark not defined. 6. Partisipasi dan Antusiasme Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. 7. Produk Wisata ... Error! Bookmark not defined. 8. Penelitian dan Pengembangan ... Error! Bookmark not defined. 9. Keamanan ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Faktor Eksternal ... Error! Bookmark not defined. 1. Kawasan Wisata Sejenis ... Error! Bookmark not defined. 2. Pihak Pendukung ... Error! Bookmark not defined. 3. Ekonomi ... Error! Bookmark not defined. 4. Iklim dan Cuaca ... Error! Bookmark not defined. 5. Hirarki Kebutuhan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. 6. MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) ... Error! Bookmark not defined. C. Diagnosis SWOT ... Error! Bookmark not defined. 1. Faktor Strenghts – Weakness ... Error! Bookmark not defined. 2. Faktor Opportunities - Threats ... Error! Bookmark not defined. D. Riset SWOT ... Error! Bookmark not defined. 1. Perhitungan Faktor Internal ... Error! Bookmark not defined.


(15)

2. Perhitungan Faktor Eksternal ... Error! Bookmark not defined. E. Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... Error! Bookmark not defined.

1. Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary)Error! Bookmark not defined.

2. Matrik EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)Error! Bookmark not defined.

E. Analisis SWOT ... Error! Bookmark not defined. F. Matrik I-E ... Error! Bookmark not defined. G. Matrik SWOT ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 3.1 Diagnosis S – W ... Error! Bookmark not defined. TABEL 3.2 Diagnosis O – T ... Error! Bookmark not defined. TABEL 3.3 Matriks IFAS ... Error! Bookmark not defined. TABEL 3.4 Matriks EFAS... Error! Bookmark not defined. TABEL 4.1Batas Wilayah ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4.2Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok UsiaError! Bookmark not defined.

TABEL 4.3Total Jarak Menuju Lokasi PentingError! Bookmark not defined. TABEL 4.4Jumlah Angkutan Umum ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4.5Jumlah Sarana Peribadatan ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.1Tingkat Pendidikan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.2Diagnosis S – W KWE “Puspa Jagad”Error! Bookmark not defined.

TABEL 5.3Diagnosis O - T KWE “Puspa Jagad”Error! Bookmark not defined.

TABEL 5.4Kriteria Interval ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.5Perhitungan Faktor Internal ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.6Perhitungan Faktor Eksternal ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.7Matrik IFAS ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.8Matrik EFAS ... Error! Bookmark not defined.


(17)

TABEL 5.9Rekapitulasi Perolehan IFAS dan EFASError! Bookmark not defined.


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

SKRIPSI ... 1

SKRIPSI ... 2

SKRIPSI ... 3

PERNYATAAN ... 4

Motto... 5

Persembahan ... 6

INTISARI ... 7

ABSTRACT ... 8

KATA PENGANTAR ... 9

DAFTAR ISI ... 11

DAFTAR TABEL ... 16


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang tidak dapat diabaikan dalam perekonomian, terutama di negara Indonesia. Dengan adanya industri pariwisata tentu akan mendatangkan dampak di berbagai bidang, diantaranya dampak terhadap lingkungan, sosial budaya, dan juga ekonomi. Dilihat dari segi ekonomi, pariwisata membawa berbagai macam dampak yang meliputi dampak langsung, tidak langsung, dan dampak lanjutan. Dampak langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara langsung bergelut di sektor pariwisata atau bekerja di kawasan wisata, sebagai contoh pedagang. Dampak tidak langsungnya yaitu bagi masyarakat yang secara langsung tidak berada di kawasan wisata namun tetap mendapatkan dampak dari adanya kawasan wisata, sebagai contoh meningkatnya permintaan akan transportasi umum. Sedangkan dampak berkelanjutannya yaitu bagi masyarakat yang tidak secara langsung bekerja di kawasan wisata namun dalam jangka panjang mendapat peluang untuk melakukan kegiatan ekonomi, sebagai contoh meningkatnya permintaan akan penginapan membuat masyarakat sekitar dapat menjadikan tempat tinggalnya sebagai penginapan / homestay.

Dalam penjelasan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa “pariwisata merupakan suatu jenis industri wisata baru yang


(20)

dapat dijadikan sebagai sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan kebersamaan dalam keragaman”.

Pembangunan kepariwisataan bertujuan untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan wisata terkait. Adapun orientasi dari pembangunan kepariwisataan sendiri yaitu pengembangan wilayah yang bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat, serta bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.

Banyak sekali daerah-daerah di Indonesia yang telah dinobatkan oleh situs wisata resmi AS, yaitu Conde Nast Traveller (CN Traveller) sebagai daerah pilihan destinasi wisata favorit di dunia mengalahkan berbagai negara besar seperti Texas, Nikaragua, Bhutan, dll. Adapun daerah destinasi wisata favorit tersebut diantaranya Bali, Yogyakarta, Bandung, Pulau Komodo, Lombok, Kepulauan Gili, dan masih banyak lagi.

Salah satu daerah yang tidak bisa di pandang sebelah mata potensi wisatanya yaitu Jawa Timur. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di pulau Jawa yang memiliki total luas wilayah sebesar 47.799,75 km atau hanya sekitar 2,5% dari total luas keseluruhan wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 38 Kabupaten, sehingga menjadikannya sebagai provinsi terluas di pulau Jawa. Keberadaan Taman Nasional Baluran di Banyuwangi dan Gunung Bromo di perbatasan empat Kabupaten di Jawa Timur mampu menarik minat


(21)

wisatawan asing maupun domestik. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor pariwisata di Provinsi Jawa Timur.

Namun perkembangan pariwisata di Provinsi Jawa Timur sampai saat ini nampaknya belum mampu menyentuh seluruh wilayah di Provinsi ini. Aktivitas kepariwisataan masih terpusat di beberapa daerah saja, seperti Banyuwangi, Probolinggo, Malang dan Surabaya. Padahal jika ditinjau lebih lanjut masih banyak daerah-daerah lain yang memiliki potensi dan daya tarik tinggi bagi wisatawan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya ketimpangan sosial antar daerah.

Kabupaten Blitar merupakan salah satu dari 38 Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur. Blitar memiliki total luas wilayah sebesar 1.588,79 km atau hanya 3,3% dari luas total wilayah Provinsi Jawa Timur. Blitar termasuk dalam kota terkecil kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Mojokerto. Walaupun dengan luas wilayah yang relatif sempit ini, Blitar memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama dibidang kepariwisataan, baik berupa kepariwsataan yang menyajikan keindahan alam, sosial, budaya, dan sejarah.

Berdasarkan pada data yang diperoleh dari Situs Resmi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blitar, Kampung Wisata Ekologis di Desa Semen termasuk dalam daftar objek wisata yang dikembangkan sebagai kawasan wisata alam dan edukasi atau biasa disebut dengan ekowisata. Menurut (Nugroho, 2011), ekowisata merupakan suatu perjalan wisata yang bertanggung jawab pada kelestarian alam, budaya, serta


(22)

memuat unsur-unsur edukasi. Disamping itu, ekowisata juga melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaannya sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat ataupun pemerintahan setempat.

Kawasan Kampung Wisata Ekologis di Desa Semen ini berada dibawah pengelolaan paguyuban “Puspa Jagad”, sehingga dinamakan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” dan berbatasan langsung dengan empat desa tetangga berikut ini:

1. sebelah utara Desa Tulungrejo, 2. sebelah selatan Desa Slumbung, 3. sebelah barat Desa Soso,

4. sebelah timur Desa Tegalasri.

Sumber : Profil Desa Semen Tahun 2015 GAMBAR 1.1 Peta Desa Semen


(23)

Dengan dikembangkannya kawasan wisata di daerah pedesaan, maka akan terjadi arus urbanisasi ke ruralisasi, walaupun bukan dalam jangka waktu yang panjang. Dengan konsep ini maka diharapkan pemerataan pembangun dapat terjadi sehingga tidak lagi terjadi ketimpangan sosial antara desa dan kota.

Upaya pengembangan kawasan KWE “Puspa Jagad” dirasa perlu dilakukan dengan cara memanfaatkan keindahan alam serta budayanya guna menutupi segala kekurangan dan kelemahannya melalui potensi yang dimiliki. Kawasan KWE “Puspa Jagad” ini memiliki berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan, diantaranya keindahan alam, perkebunan, peternakan serta kesenian dan kebudayaan. Sejauh ini peran masyarakat tergolong sudah cukup aktif dalam kegiatan kepariwisataan, yaitu diantaranya kegiatan pembudidayaan anggrek alam dirumah-rumah warga, dibawah tanggung jawab paguyuban “Puspa Jagad”. Adapun jenis anggrek yang dibudidayakan disini adalah jenis anggrek alam, seperti Spangius, Dindrobium, Alba, Ekor Tupai, Vando Tree Colour, dsb. Sebagian masyarakat telah menyewakan rumah mereka sebagai homestay, mengingat di kawasan KWE “Puspa Jagad” ini belum terdapat hotel ataupun villa. Di bidang kesenian terdapat paguyuban “Turonggo Sakti” yang fokus di kesenian jaranan atau kuda lumping. Ada juga kesenian langen beksan, campursari, dan beberapa upacara adat. Namun sangat disayangkan hanya segelintir masyarakat yang ikut berperan aktif dalam kegiatan kepariwisataan. Selain itu rendahnya antusiasme masyarakat sekitar menjadikan KWE “Puspa Jagad” menjadi kurang berkembang walaupun dengan keanekaragaman potensi


(24)

yang dimiliki. Hal ini dikarenakan potensi desa belum terolah sepenuhnya disamping keterbatasan kwalitas sumber daya manusia.

Desa Semen menjadi jalan alternatif dari kota Blitar menuju kota Batu. Namun pada umumnya wisatawaan hanya berhenti sejenak untuk sekedar beristirahat dan menikmati pemandangan sekitar.

Dari beberapa fenomena minimnya aktivitas wisatawan untuk menikmati daya tarik keindahan alam KWE “Puspa Jagad” tersebut, serta minimnya antusiasme masyarakat untuk lebih memajukan kawasan wisata ini, menjadikannya menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal di kawasan terkait untuk dapat dijadikan pedoman dalam perumusan strategi pengembangan KWE “Puspa Jagad”, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata terkait.

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka peneliti akan mencoba membahas secara lebih mendalam melalui penelitian dengan

tema “Strategi Pengembangan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa

Jagad” Sebagai Destinasi Ekowisata Di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar”.

B. Batasan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti hanya terfokus pada kawasan KWE “Puspa Jagad”, yang terletak di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten


(25)

Blitar. Adapun penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh strategi yang tepat guna pengembangan kawasan ekowisata terkait.

C. Rumusan Masalah

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu penyumbang pendapatan daerah. Hal ini sejalan dengan UU No. 10 pasal 4 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan semakin bertambahnya lapangan pekerjaan, mengkonservasi alam, lingkungan, sumber daya, serta budaya, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air. Blitar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan kepariwisataannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah objek wisata di Blitar, mulai dari pantai, kuliner, dan juga organisasi alam atau ekowisata. Salah satu organisasi yang berpotensi di Blitar yaitu KWE “Puspa Jagad” di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Namun, sangat disayangkan karena potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan daerah karena minimnya sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu perlu diadakan studi mengenai analisis strategi pengembangan KWE “Puspa Jagad” di Desa Semen agar memperoleh jawaban dari setiap permasalahan yang ada.


(26)

Adapun masalah peneliti yang akan dibahas yaitu:

1. Apa kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen yang akan dikembangkan sebagai destinasi ekowisata?

2. Bagaimana strategi yang dapat dijalankan baik pemerintah, pengelola, ataupun masyarakat untuk mengembangkan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sbb: 1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang

dan ancaman dari faktor eksternal Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” dalam upaya pengembangan destinasi ekowisata.

2. Untuk merumuskan strategi pengembangan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” sebagai destinasi ekowisata di Kabupaten Blitar. E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, maka diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat langsung ataupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

1. Manfaat Langsung

a. Bagi Pemerintah Daerah

Dapat memberikan motivasi kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana, serta dapat menjadi bahan


(27)

informasi pengambilan kebijakan dan strategi yang tepat, guna kemajuan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.

b. Bagi Pengolala

Dapat menjadi bahan acuan untuk menentukan strategi pengembangan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” guna meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar melalui berbagai bidang usaha di sekitar kawasan wisata.

2. Manfaat Tidak Langsung a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat merealisasikan dan mensosialisasikan teori yang telah didapat selama perkuliahan. Di samping itu peneliti dapat belajar bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat, dimana hal ini tidak didapatkan selama perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat menjadi bahan acuan atau referensi, serta diharapkan dapat menghasilkan penelitian selanjutnya yang lebih sempurna.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian dan Batasan Pariwisata

Pariwisata bukanlah suatu kegiatan primer manusia, melainkan hanya kegiatan pelengkap dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, kegiatan pariwisata tidak dapat diabaikan begitu saja. Terbukti oleh beberapa penelitian menyebutkan bahwa kegiatan pariwisata dapat mengurangi tingkat stress setelah lelah melakukan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, sekolah, dsb.

Secara etimologi, pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari yang berarti banyak/berkeliling dan wisata yang berarti pergi. Bila diartikan maka pariwisata berarti kegiatan berkeliling suatu daerah atau kawasan.

(Spillane, 1991) menyatakan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan seseorang yang dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, seperti mencari kepuasan, ketenangan, kesenangan, kesehatan, istirahat, dan lain sebagainya yang harus memenuhi tiga persyaratan yaitu, bersifat sementara, sukarela, dan tidak untuk mendapatkan keuntungan materi.

Sedangkan menurut Suwantoro (2004) pariwisata pada hakikatnya merupakan suatu proses kepergian seseorang dari satu daerah ke daerah lain dengan berbagai tujuan seperti ekonomi, sosial, budaya, politik ataupun hanya sekedar ingin tahu atau menambah pengalaman.


(29)

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata yang didukung dan difasilitasi oleh beberapa stakeholder seperti pengelola, masyarakat, dan pemerintah.

Definisi dari pariwisata sendiri memang tidak selalu sama antar ilmuwan. Namun pada intinya kegiatan pariwisata merupakan suatu kegiatan baik perseorangan ataupun kelompok ke suatu wilayah tertentu dengan berbagai motivasi perjalan, mulai dari mencari kesenangan, beristirahat untuk mengilangkan stress, rasa ingin tahu, spiritual, bisnis, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya terdapat beberapa komponen yang secara tidak langsung menjadi kesepakatan para ilmuwan dalam mendefinisikan batasan pariwisata, sebagai berikut:

1. Traveller, yaitu satu orang atau lebih yang melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain.

2. Visitor, yaitu satu orang atau lebih yang melakukan perjalan ke lokasi atau daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan dan tidak bertujuan untuk mencari penghidupan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang minimal menghabiskan waktu selama kurang lebih 24 jam menetap di daerah tujuan wisata.

Dari uraian diatas, semua ilmuwan dalam mendefinisikan pariwisata pada umumnya mengandung beberapa unsur sebagai berikut.


(30)

2. mengandung unsur menetap sementara.

3. mengandung unsur pergerakan manusia dengan tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan secara materi. (Pitana dan Diarta, 2009 : 46)

2. Pengertian dan Prinsip Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu jenis konsep wisata dalam bidang kepariwisataan. Pada era globalisasi yang semua serba modern ini, konsep ekowisata sangatlah diminati, khususnya oleh masyarakat perkotaan yang terbiasa dengan segala hiruk pikuknya. Melihat dari keadaan ini, maka dapat dikatakan bahwa ekowisata merupakan bagian dari pariwisata minat khusus (Richardson dan Fluker dalam Pitana dan Diarta, 2009:77) menyebutkan bahwa ekowisata termasuk dalam klasifikasi pariwisata minat khusus yaitu wisata alam dan satwa, berdampingan dengan taman nasional, penangkaran burung, geologi, dan hutan hujan tropis.

Secara umum, ekowisata merupakan perjalanan seseorang atau kelompok ke tempat-tempat yang berbasis alam dan bertujuan untuk mengkonservasi lingkungan serta memberi penghidupan bagi masyarakat sekitar.

(Nugroho, 2011) menyebutkan bahwa ekowisata sebagai suatu perjalan ke kawasan alam yang masil alami, dengan tidak merusak warisan alam serta budayanya, mendukung segala upaya konservasi serta memberikan keuntungan financial bagi masyarakat sekitar.

(Satria, 2009) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan wisata ke suatu kawasan atau lingkungan, baik yang bersifat alami ataupun buatan, dan


(31)

mengandung unsur kebudayaan yang bersifat informatif dan partisipatif serta bertujuan untuk menjamin kelestariannya.

Para ilmuwan tidak selalu sama dalam mendefinisikan ekowisata sendiri, sama halnya dengan definisi dari pariwisata. Namun pada intinya semua ilmuwan memiliki prinsip yang sama dalam mendefinisikan konsep ekowisata sebagai berikut:

1. Memberikan pendidikan serta pengalaman kepada wisatawan yang mampu memberikan pemahaman serta kepedulian terhadap upaya konservasi lingkungan wisata yang dituju. Pendidikan diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang pentingnya menjaga lingkungan, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan, sosial, budaya, dan lain sebagainya, sedangkan pengalaman dapat diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif yang ditawarkan.

2. Meminimalisir dampak negatif yang dapat menimbulkan kerusakan pada kondisi lingkungan dan budaya kawasan wisata terkait.

3. Melibatkan masyarakat dalam upaya pengembangan, pengelolaan, dan pengoperasian.

4. Memberikan keuntungan financial terhadap masyarakat lokal. 5. Berkelanjutan. (UNESCO, 2009)

Ekowisata merupakan bagian dari Sustainable Tourism atau wisata berkelanjutan. Artinya, ekowisata merupakan bagian dari sektor ekonomi yang lebih luas dari sekedar kegiatan wisata pada umumnya yang meliputi, beach and


(32)

sun tourism (wisata bahari), rural and agro tourism (wisata pedesaan), natural tourism (wisata alam), cultural tourism (wisata budaya), business travel (perjalanan bisnis).


(33)

Sumber : Nugroho (2011 : 16)

GAMBAR 2.2

Sustainable Tourism dan Ekowisata

Gambar diatas menunjukkan bahwa Ekowisata berpijak pada tiga hal sekaligus, yaitu wisata pedesaan (rural tourism), wisata alam (natural tourism), dan wisata budaya (cultural tourism). (Wood dalam Nugroho, 2011).

3. Manajemen Pengembangan Ekowisata

Kawasan ekowisata tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja, perlu ada pola manajemen pengembangan yang tepat. Ekowisata merupakan suatu bisnis kepariwisataan yang menitikberatkan pada peran aktif komunitas atau organisasi pengelola. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat mengetahui dan memahami tentang budaya serta sumber daya alam di wilayahnya, oleh karena itu keterlibatan masyarakat lokal menjadi suatu hal yang wajib.

Menurut (Nugroho, 2011) ekowisata memerlukan suatu sentuhan manajemen spesifik supaya dapat tercapai tujuan sustainability dalam aspek

Sustainable Tourism

Ecotourism

Business Travel Beach Tourism Sun Tourism Rural Tourism Natural Tourism Cultural Tourism


(34)

ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan. Adapun manajemen ekowisata mencakup beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Konservasi

Masing-masing kawasan ekowisata memerlukan penanganan konservasi yang berbeda. Sebagai contoh, kawasan pantai berbeda dengan pegunungan. Ketika pengelola memahami isu-isu konservasi ekowisata maka dapat dirumuskan rencana strategis (strategis planning) untuk mengarahkan kawasan wisata menjadi wisata berbasis konservasi. Adapun isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Wisata Massal

Ekowisata merupakan suatu konsep ekowisata yang bersifat massal. Artinya, dalam proses pengembangan diutuhkan kerja sama dan peran aktif para stakeholder, termasuk masyarakat sekitar kawasan ekowisata. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak tersisihkan (keberadaan, budaya, karakteristik ataupun mata pencahariannya), akan tetapi masyarakat dapat merasakan manfaat (khususnya manfaat ekonomi) dengan keberadaan kawasan ekowisata terkait.

b. Objek Ekowisata yang Spesifik

Industri pariwisata pada umumnya memiliki standart pelayanan yang sama. Hal ini berakibat pada kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi objek wisata lain, karena wisatawan tidak mendapatkan kepuasan dan pengalaman yang berbeda atau spesifik. Oleh karena itu, kawasan


(35)

ekowisata harus dapat menawarkan produk wisata yang bereda dengan kawasan wisata lain, namun harus tetap memperharikan standart yang berlaku. Sebagai contoh, ekowisata dapat memberikan produk wisata yang mengandung unsur petualangan, pendidikan, dan kebudayaan. Hal ini bertujuan agar wisatawan mendapatkan kepuasan serta pengalaman yang dapat memberikan kesan di perjalanan wisatanya.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Insentif ekonomi dari ekowisata bukan hanya mengalir kepada pengelola, melainkan juga kepada masyarakat lokal. Aliran ekonomi ini digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan juga pengemangan keterampilan agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses pengembangan kawasan ekowisata.

d. Penelitian dan Pengembangan

Tidak semua potensi, baik sumber daya alam ataupun lingkungan dapt dengan mudah diketahui oleh para stakeholder. Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian guna pengembangan suatu kawasan ekowisata. Semakin sering suatu kawasan ekowisata dijadikan sebagai objek penelitian, maka peluang berkembangnya kawasan wisata terkait akan semakin terbuka lebar.

2. Manajemen Operasional

Kegiatan ekowisata merupakan bagian dari kegiatan kepariwisataan, oleh karena itu secara umum ekowisata juga menawarkan produk wisata yang


(36)

mampu memberi kenyamanan kepada pengunjung. Kenyaman berpengaruh positif terhadap kepuasan. Kepuasan pengunjung dapat diukur dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Tujuan Ekowisata

Pengelola harus mampu memberikan kepuasan, pengalaman yang berkesan ataupun pemikiran baru bagi wisatawan. Ketika wisatawan mendapatkan kepuasan serta pengalaman yang tidak terlupakan di suatu kawasan wisata, maka secara tidak langsung akan membantu kegiatan promosi kawasan wisata terkait, lebih-lebih wisatawan tertarik untuk berivestasi di dalamnya. Untuk mencapai hal tersebut maka yang perlu diperhatikan yaitu meliputi beberapa komponen pendukung, seperti akomodasi, atraksi, dan komponen pendukung lainnya.

b. Produk Wisata

Produk wisata yang ditawarkan haruslah menarik dan mampu memberikan kepuasan kepada wisatawan. Terlebih apabila produk wisata memberikan kesan yang tak terlupakan, serta memberikan edukasi atau pengetahuan baru bagi wisatawan.

c. Promosi

Promosi yang baik menjadi faktor yang tidak dapat dikesampingkan dalam manajemen ekowisata. Semakin berkembangnya zaman, maka semakin banyak pula media promosi yang dapat digunakan, seperti sosial media internet, surat kabar, dan lain sebagainya.


(37)

d. Sikap dan Partisipasi Penduduk Lokal

Seperti yang diketahui bersama, bahwa dalam kegiatan ekowisata peran penduduk lokal menjadi faktor yang mutlak. Oleh karena itu, peran aktif serta sikap masyarakat dapat memberikan nilai positif bagi pengembangan ekowisata terkait.

Hal ini didukung oleh pernyataan (UNESCO, 2009) dalam Buku Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata, bahwa terdapat lima prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia, sebagai berikut:

1. Pelestarian

Prinsip ini menekankan bahwa kegiatan ekowisata tidak akan menimbulkan pencemaran, baik pencemaran lingkungan, adat, budaya, dsb di kawasan ekowisata. Salah satu cara untuk menerapkan prinsip ini yaitu dengan cara menggunakan sumber daya lokal yang hemat energy dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Namun tak hanya masyarakat sekitar saja, tetapi para wisatawan juga dapat menghormati dan turut serta menja kelestarian lingkungan dan budaya kawasan ekowisata. Adapun salah satu kegiatan yang dapat diterapkan oleh pihak pengelola ekowisata yaitu dengan cara menyisihkan sebagian pendapatan dari ekowisata untuk membeli tempat sampah.


(38)

Ruang lingkup dalam kegiatan ekowisata tidak hanya sebatas pariwisata alam. Namun faktor pendidikan juga harus ditekankan, mengingat sektor pendidikan tidak hanya terfokus pada sektor formal saja. Pengelola berhak untuk menawarkan produk ekowisata dengan memberikan unsur pendidikan didalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberi nama pada tanaman obat-obatan atau dengan menginformasikan tentang adat istiadat dan kepercayaan masyarakat sekitar, dan lain sebagainya. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya.

3. Pariwisata

Ekowisata merupakan bagian dari pariwisata. Oleh karena itu, unsur-unsur yang terdapat pariwisata juga harus terdapat dalam kegiatan ekowisata. Adapaun unsur yang harus dimiliki yaitu pegelola ekowisata harus memberika produk atau pelayanan berupa barang dan jasa yang memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.

4. Ekonomi

Dengan adanya kawasan ekowisata di suatu daerah, diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar. oleh karena itu, produk atau pelayanan baik barang ataupun jasa yang ditawarkan juga harus berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan dan produk wisata yang berkualitas maka akan lebih baik apabila pendapatan dari ekowisata tidak digunakan sepenuhnya untuk kegiatan pelestarian


(39)

lingkungan di tingkat lokal tetapi juga digunakan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan kwalitas sumber daya manusia (masyarakat sekitar), misalnya pelatihan peningkatan jenis usaha yang dijalankan, tarian adat, jasa pemandu, dsb.

5. Partisipasi Masyarakat Sekitar

Partisipasi masyarakat akan timbul dengan sendirinya ketika alam memberikan dampak positif bagi masyarakat. Agar alam memberikan dampak positif maka perlu adanya pengelolaan dan penjagaan. Begitulah hubungan timbal balik antara alam dan partisipasi masyarakat terbentuk. Masyarakat adalah salah satu indikator penting dalam kegiatan ekowisata. Oleh karena itu dengan adanya masyarakat yang berkualitas dan memiliki kesadaran tinggi akan sebagaimana fungsinya maka kawasan ekowisata dapat berkembang. Hal ini adalah menjadi tugas dari pengelola kawasan ekowisata, bagaimana mereka menyatukan anatara visi dan misi kawasan ekowisata dengan masyarakat itu sendiri.

Pengembangan jasa ekowisata harus memiliki manajemen yang profesional, sebagaimana disebutkan oleh (Nugroho, 2011) dalam bukunya yang berjudul Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan sebagai berikut:

1. Keterlibatan Penduduk Lokal Dalam Memandu Dan Menerjemahkan Obyek Wisata

Ketika pengelola ataupun pemerintah melibatkan penduduk lokal dalam hal jasa-jasa ekowisata, seperti pemberian informasi tentang pentingnya


(40)

pengembangan kawasan terkait, pelatihan tentang bagaimana cara berhubungan baik dengan wisatawan, jasa atau produk apa saja yang sebaiknya diberikan, maka penduduk lokal dengan sendirinya akan memiliki insentif konservasi lingkungan. Hal ini dikarenakan kepedulian telah ditanamkan pada diri masing-masing penduduk, sehingga keinginan penduduk untuk memajukan kawasan wisata semakin tinggi. Kondisi seperti ini tentu menguntungkan bagi pihak pemerintah, pengelola, ataupun masyarakat itu sendiri, karena dengan semakin baiknya kondisi lingkungan di kawasan wisata terkait maka minat wisatawan untuk berkunjung juga akan semakin meningkat.

2. Pemasaran yang Spesifik Menuju Tujuan Wisata

Strategi pemasaran merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan oleh pengelola, karena hal ini berhubungan langsung dengan pengunjung atau wisatawan. Disini tugas pengelola adalah bagaimana menciptakan strategi pemasaran yang mampu menarik minat wisatawan, baik lokal ataupun asing untuk berkunjung ke kawasan wisata terkait. Selain itu, wisatawan tersebut diharapkan dapat mejadi sumber informasi bagi wisatawan lain.

3. Keterampilan Dan Layanan Kepada Pengunjung Secara Intensif

Hal kedua yang harus diperhatikan yaitu tentang bagaimana memberikan pengalaman baru kepada wisatawan mengenai wilayah atau lingkungan baru. Baik pengalaman pengetahuan budaya, spiritual, pendidikan, dsb.


(41)

4. Kebijakan Pemerintah Dalam Rangka Melindungi Aset Lingkungan Dan Budaya

Kebijakan penataan ruang, pemberdayaan kemasyarakatan atau dikombinasi dengan instrumen ekonomi akan mencegah mekanisme pasar beroperasi di wilayah tujuan ekowisata.

5. Pengembangan Kemampuan Penduduk Lokal

Seperti yang telah disebutkan pada point pertama, bahwa ketika partisipasi penduduk lokal besar serta diimbangi dengan potensi dan kemampuan penduduk dalam menyampaikan objek wisata terkait, maka insentif dan motivasi penduduk akan tercipta dengan sendirinya untuk ikut mengkonservasi lingkungan.

4. Faktor Pendorong Pengembangan Ekowisata

Ekowisata merupakan bagian dari pariwisata. Oleh karena itu, faktor pendorong pengembangan kegiatan ekowisata sama dengan pengembangan kepariwisataan pada umumnya. Adapun faktor pendorong pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut:

1. Potensi Alam

Alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang melakukan kegiatan wisata. Hal ini berkaitan erat dengan gaya hidup sebagian besar masyarakat yang selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan, sekolah, dsb. Oleh karena


(42)

relaksasi atau peregangan untuk menghindari stress dan depresi dengan cara mengunjungi tempat wisata yang berbasis alam, memberikan ketenangan, memiliki kekayaan flora dan fauna, dan lain sebagainya.

2. Potensi Kebudayaan

Masing-masing daerah tentu memiliki kebudayaan serta adat istiadat yang berbeda. Hal ini dapat menjadi salah satu daya tarik bagi kawasan wisata terkait. Kebudayaan, adat istiadat, dan kebiasaan hidup masyarakat sekitar dikemas menjadi sebuah produk wisata yang menarik yang mampu memberikan kesan positif bagi wisatawan.

3. Potensi Manusia

Dalam konteks ekowisata, kwalitas manusia sangatlah dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap proses pengembangan dan operasi kawasan ekowisata terkait. Ketika masyarakat lokal mampu memberikan pelayanan yang baik serta tidak menghilangkan unsur kedesaannya, maka hal ini dapat menjadi faktor pendukung pengembangan ekowisata. Manusia merupakan makhluk social. Oleh karena itu, interaksi yang baik antara masyarakat lokal dan wisatawan tentu dapat meningkatkan kesenangan dan kepuasan dari wisatawan itu sendiri.

Ketika ketiga faktor tersebut dapat dikelola dengan baik, maka secara tidak langsung dapat menjadi media promosi. Promosi disini berasal dari


(43)

wisatawan yang merasa senang serta puas dengan pelayanan yang diberikan sehingga tanpa disadari wisatawan tersebut akan menyebarkan atau menceritakan pengalamannya kepada saudara, sahabat, dsb.

5. Faktor Penghambat Pengembangan Ekowisata

Dalam suatu kegiatan tentu terdapat faktor penghambat, begitupun dengan proses pengembangan ekowisata. Hambatan dapat datang dari faktor internal maupun eksternal. Dari faktor internal, dapat dilihat dari kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengolah organisasi dan kurangnya lahan untuk dikembangkan. Sedangkan dari faktor eksternal, dapat dilihat dari kurangnya peran pemerintah dalam upaya pengembangan organisasi. Hal ini ditandai dari minimnya sarana dan prasarana yang terdapat didalamnya. B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada tema penelitian yang diangkat, yaitu mengenai strategi pengembangan desa wisata, maka peneliti berpegang pada beberapa penelitian terdahulu, baik berupa skripsi, jurnal, tesis, dsb lalu mengembangkannya. Adapun beberapa penelitian yang peneliti gunakan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut:

1. I Putu Sudana (2013) dalam jurnal yang berjudul Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan menganalisis mengenai strategi serta program yang tepat guna pengembangan kawasan desa wisata terkait. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, kuesioner, wawancara mendalam, dan


(44)

dokumentasi. Sedangkan alat analisis data menggunakan analisis SWOT. Adapun langkah awal yang dilaksanakan yaitu dengan menidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman desa wisata terkait. Lalu selajutnya membuat kuesioner yang disebar ke 75 stakeholder, yang terdiri dari pemilik bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Setelah itu memberikan bobot dan rating pada lingkungan internal dan eksternal melalui teknik IFAS dan EFAS. Lalu langkah akhir yaitu menciptakan strategi terbaik menggunakan analisis SWOT.

2. Tatag Muttaqin, dkk (2011) dalam jurnal yang berjudul Kajian Potensi Dan Strategi Pengembangan Ekowisata Di Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur mengkaji mengenai kondisi, potensi, serta pasar kawasan wisata terkait guna menciptakan strategi pengembangan yang tepat. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dan data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun alat analisis yang digunakan yaitu Analisis SWOT. Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan maka diperoleh strategi pengembangan yaitu Strategi Pengembangan Ekowisata dengan pendekatan Analitical Hierarchy Process (AHP) Berdasarkan”Manfaat” dan “Biaya”.

3. Addin Maulana (2014) dalam jurnal yang berjudul Strategi Pengembangan Wisata Spiritual di Kabupaten Badung Provinsi Bali menganalisis mengenai faktor kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari wisata spritual di Kabupaten Badung. Data yang digunakan yaitu data yang bersifat deskriptif


(45)

kualitatif yang berupa data sekunder yang didaptkan dari Study literatur, internet, buku, dan sumber informasi lainnya. Penelitian ini bersifat desk riset sehingga dapat dikembangkan ke penelitian lanjutan dengan melakukan observasi langsung ke lapangan serta wawancana dengan pihak terkait. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis SWOT. Dari data yang telah terkumpul langsung diolah dalam diagram analisis SWOT untuk mengetahui dimana letak organisasi sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangan yang tepat.

4. Chaerul Ramdhani (2008) dalam disertasi yang berjudul Strategi Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas-Cianjur Jawa Barat menganalisis mengenai kondisi lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata Gunung gede Pangrango. Data yang digunakan berupa dapat primer dan sekunder. Sedangkan metode pengumpulan data yaitu dengan metode wawancara dan kuesioner. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT dengan teknik analisis IFE, EFE, Matriks I-E, Matriks SWOT, dan QSPM.

5. Kartini La Ode Unga (2011) dalam thesis yang berjudul Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda menganalisis mengenai faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung atau menghambat pengembangan kawasan wisata terkait serta merumuskan strategi terbaik dalam upaya pengembangan kawasan wisata. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis data primer dan sekunder yang


(46)

dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT. Sedangkan teknik analisis yang digunakan yaitu Matriks IFAS dan EFAS, I – E, dan yang terakhir Matriks SWOT.

6. I Wayan Sudana, dkk (2012) dalam jurnal yang berjudul Mapping Of Ecosystem Management Problems In Gili Meno, Gili Air And Gili Trawangan (Gili Matra) Through Participative Approach menganalisis mengenai stakeholder yang seharusnya berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem di Gili Matra. Metode penelitian yang digunakan yaitu wawancara dan Focus Group Discussion. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan kebijakan yang tepat melalui pendekatan partisipatif dengan cara menganalisis partisipasi para stakeholder dan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam pengelolaan ekosistem.

7. Yudha Wahyu Pratama (2015) dalam skripsi yang berujudul Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur menganalisis mengenai faktor internal dan eksternal yang dimiliki kawasan wisata terkait. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT. Adapun tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan Focus Group Discussion. Langkah-lagkah penelitian yaitu mengumpulkan seluruh faktor internal dan eksternal kawasan wisata dari proses observasi, wawancara dan FGD. Setelah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT dalam


(47)

bentuk matrik IFAS dan EFAS sehingga menghasilkan skor. Adapun skor ini diperoleh dalam proses FGD. Langkah terakhir yaitu membuat matriks SWOT untuk menghasilkan strategi yang tepat berdasarkan kombinasi dari masing-masing faktor internal dan eksternal.

8. Agung Suryawan Wiranatha (2015) dalam jurnal yang berjudul Sustainable Development Strategy For Ecotourism At Tangkahan, North Sumatera menganalisis mengenai faktor internal dan ekternal kawasan ekowisata di Tangkahan, Sumatera Utara yang selanjutnya akan digunakan dalam proses penyusunan strategi pengembangan wisata berkelanjutan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data berupa faktor internal dan eksternal kawasan wisata dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan FGD. Kedua, melakukan analisis SWOT data dalam bentuk IFAS dan EFAS. Ketiga, menentukan strategi gabungan antara faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks SWOT. Terakhir, membuat program berdasarkan pada strategi yang telah terbentuk.

C. Kerangka Berfikir

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam usaha pengembangan Kampung Wisata Ekologis “Puspa Jagad” di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar dengan memanfaatkan segala potensi yang ada. Untuk lebih mudah dalam memahami konsep dan juga langkah-langkah analisis, maka peneliti membuat suatu alur / langkah-langkah / kerangka sebagai berikut:


(48)

Sumber : Hasil Olah Data Peneliti.

GAMBAR 2.1 Kerangka Berfikir

KWE “PUSPA JAGAD”

Visi dan Misi KWE “Puspa Jagad”

Faktor Internal

Sumber Daya Manusia Sumber Daya Alam

Keuangan Jarak dan Transportasi

Marketing Produksi dan Operasi Penelitian dan Pengembangan

Keamanan

Faktor Eksternal

Pesaing Pendukung

Ekonomi Iklim dan Cuaca Hirarki Kebutuhan

MEA

Internal Factor Analysis Summary

( IFAS )

Eksternal Factor Analysis Summary ( EFAS )

Diagram Analisis SWOT, Matriks I – E, Matriks

SWOT

Strategi Pengembangan KWE

“Puspa Jagad” Analisis Deskriptif


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” yang berada di Desa Semen, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar pada tanggal 24 Oktober – 5 Novemer 2016.

B. Objek dan Subjek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Dinas Pariwisata, Olah Raga, Budaya, Pariwisata Kabipaten Blitar. 2. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blitar.

3. Pemerintah Desa.

4. KWE “Puspa Jagad”.

5. Masyarakat Lokal yang Telah menetap Minimal 5 tahun di KWE “Puspa Jagad”.

Adapun subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tiga Orang Dari Pihak Pemerintah Desa, yaitu Kecamatan dan Kelurahan. 2. Dua Orang Dari Pihak Pengelola Organisasi Terkait.

3. Tiga orang dari pihak Masyarakat, yang terdiri dari masyarakat lokal, pemilik homestay, dan pedagang.


(50)

C. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan mengumpulkan data berupa data primer.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

Selain data primer, data sekunder juga digunakan sebagai data pendukung atau pelengkap. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui media perantara, baik buku, catatan yang telag ada, arsip yang dipublikasikan, dsb.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk menentukan strategi terbaik dalam upaya pengembangan Organisasi Alam dan Ekologis di Desa Semen Kecamatan Gandusari, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi, adalah proses pencatatan dan pengamatan kondisi fisik secara langsung terhadap objek yang akan diteliti beserta beberapa objek pembanding tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.

2. Teknik Wawancara, adalah bentuk pertanyaan terstruktur yang ditanyakan secara lisan dan langsung kepada responden sesuai dengan masalah yang diteliti.


(51)

3. Teknik FGD (Focus Group Discussion), adalah forum diskusi dan dialog yang dilaksanakan secara terarah guna mendapatkan data mengenai suatu permasalahan di suatu perusahaan, komunitas, kawasan, dsb.

4. Teknik Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan dan pengkajian beberapa informasi dari terbitan berkala, buku-buku, literatur dokumen, foto-foto, surat kabar, media elektronik, dan referensi statistik.

E. Alat Analisis

Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threath). Adapun penjelasan mengenai analisis SWOT adalah sebagai berikut:

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam suatu proyek, organisasi ataupun peluang bisnis.

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi apa saja yang digunakan setelah melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki objek penelitian, yaitu Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

Adapun keempat komponen analisis SWOT yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:


(52)

Merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari lingkungan internal yang dimiliki Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

b. Weaknesses (kelemahan)

Merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari lingkungan internal yang dimiliki Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

c. Opportunities (peluang)

Merupakan faktor atau keadaan positif yang muncul dari lingkungan eksternal objek dari Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

d. Treathts (ancaman)

Merupakan faktor atau keadaan negative yang muncul dari lingkungan eksternal objek dari Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

F. Tekhnik Analisis

Adapun tekhnik analisis yang digunakan dalam upaya perumusan strategi yang tepat KWE “Puspa Jagad” adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Hal pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan strategi menggunakan alat analisis SWOT yaitu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal suatu organisasi atau objek penelitian. Hal ini perlu dilakukan agar


(53)

peneliti memahami apa saja masalah yang ada dalam internal ataupun eksternal organisasi.

2. Diagnosis SWOT

Setelah selesai dilakukan indentifikasi faktor internal dan eksternal, maka langkah selanjutnya yaitu membuat diagnosis SWOT. Diagnosis SWOT yaitu suatu proses yang digunakan untuk memisahkan antar Strenghts dan Weakness, serta Opportunities dan Threats yang ada dalam suatu organisasi. Adapun bentuk dari diagnosis SWOT adalah sebagai berikut:

TABEL 3.1 Diagnosis S – W KEKUATAN

(STRENGHTS)

KELEMAHAN

(WEAKNESS)

1. 1.

2. 2.

3. dst. 3. dst.

TABEL 3.2 Diagnosis O – T PELUANG

(OPPORTUNITIES)

ANCAMAN

(THREATS)

1. 1.

2. 2.

3. dst. 3. dst.


(54)

3. Focus Group Discussion (FGD)

FGD atau Focus Group Discussion merupakan salah satu metode pengambilan data yang sering digunakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan FGD dapat mengumpulkan data kualitatif dalam waktu yang relative singkat.

(Indrizal, 2014) dalam jurnal yang berjudul Diskusi Kelompok Terarah menjelaskan bahwa FGD merupakan proses pengumpulan data dan informasi secara sistematis, terarah serta melibatkan beberapa peserta. FGD dianggap metode yang tepat dalam proses pengumpulan data yang bersifat lokal dan spesifik. Oleh karena itu, proses FGD yang melibatkan masyarakat setempat merupakan pendekatan yang paling sesuai.

Adapun karakteristik FGD adalah sebagai berikut:

1. Menentukan topik diskusi agar proses FGD terarah dan dapat dimengerti dengan mudah oleh peserta FGD.

2. Dilaksanakan secara berkelompok antara 5 – 11 peserta yang memiliki kepentingan atau kedudukan homogen atau hampir sama. Jumlah peserta yang leih sedikit memungkinkan peserta lebih leluasa dalam mengeluarkan pendapat. Hal ini dikarenakan FGD merupakan metode pengambilan data yang bersifat kualitatif.


(55)

4. FGD dilaksanakan bukan semata-mata untuk memecahkan suatu permasalahan, melainkan bertujuan untuk menggali informasi sebesar-besarnya dari beberapa stakeholder mengenai suatu objek penelitian.

5. Mencatat point-point penting selama proses FGD berlangsung. (Irwanto, 2006)

4. Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Matriks IFAS merupakan alat manajemen strategi untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan fungsional organisasi. Tujuan dari matriks IFAS adalah untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka Strength and Weakness organisasi terkait.

Adapun tahap penentuan faktor startegi internal menurut (Rangkuti, 2016 : 26), adalah sebagai berikut:

1. membuat daftar faktor-faktor penting dari lingkungan internal baik kekuatan maupun kelemahan pada kolom pertama.

2. menentukan bobot pada kolom kedua dengan skala yang dimulai dari 0.0 (sangat tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi strategis organisasi.

3. memberikan rating pada kolom ketiga dengan skala 1 – 4 yang menggambarkan besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap posisi organisasi terkait. Rating untuk kekuatan (1 = tidak penting ; 2 = kurang penting ; 3 = penting ; 4 = sangat penting). Sedangkan untuk faktor


(56)

kelemahan (1 = sangat penting ; 2 = penting ; 3 = kurang penting ; 4 = tidak penting ).

4. menentukan nilai tertimbang pada kolom keempat (perkalian antara bobot dengan rating) Hasilnya akan bervariasi, mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. kolom kelina digunakan untuk memberikan catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. menjumlahkan skor pembobotan pada kolom keempat untuk memperoleh skor total pembobotan bagi organisasi terkait. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi terkait bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan organisasi ini dengan organisasi lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Seberapa banyak pun faktor yang dimasukkan ke dalam Matriks IFAS, maka jumlah bobot nilai berkisar antara 1.0 (terendah) sampai 4.0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata adalah 2.5. Adapun total bobot nilai dibawah 2.5 menandakan bahwa organisasi lemah secara internal. Sedangkan total bobot nilai diatas 2.5 menandakan bahwa posisi internal organisasi yang kuat.


(57)

TABEL 3.3 Matriks IFAS FAKTOR-FAKTOR

STRATEGI INTERNAL BOBOT RATING

NILAI

TERTIMBANG CATATAN

KEKUATAN a.

b.

KELEMAHAN a.

b.

Sumber : Rangkuti (2016 : 27)

4. Ekternal Factor Analysis Summary (EFAS)

Matriks EFAS merupakan alat yang baik untuk memvisualisasikan dan memprioritaskan peluang serta ancaman yang dihadapi organisasi. Tujuannya adalah untuk penilaian kondisi organsisasi pada saat tersebut.

Adapun tahap penentuan faktor startegi eksternal menurut (Rangkuti, 2016 : 24) adalah sebagai berikut:

1. membuat daftar faktor-faktor penting dari lingkungan eksternal baik peluang maupun ancaman pada kolom pertama.

2. menentukan bobot pada kolom kedua dengan skala yang dimulai dari 0.0 (sangat tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting).

3. memberikan rating pada kolom ketiga dengan skala 1 – 4 yang menggambarkan besarnya pengaruh faktor tersebut terhadap posisi organisasi terkait. Rating untuk peluang (1 = tidak penting ; 2 = kurang penting ; 3 = penting ; 4 = sangat penting). Sedangkan untuk faktor ancaman (1 = sangat penting ; 2 = penting ; 3 = kurang penting ; 4 = tidak penting).


(58)

4. menentukan nilai tertimbang pada kolom kempat (perkalian antara bobot dengan rating). Hasilnya akan bervariasi, mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. kolom kelina digunakan untuk memberikan catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. menjumlahkan skor pembobotan pada kolom keempat untuk memperoleh skor total pembobotan bagi organisasi terkait. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi terkait bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan organisasi ini dengan organisasi lainnya dalam kelompok industri yang sama

7. menentukan total nilai tertimbang untuk organisasi tersebut.

Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman yang dimasukkan kedalam matriks EFAS, maka jumlah bobot nilai berkisar antara 1.0 (terendah) sampai 4.0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata adalah 2.5. Apabila total bobot nilai sama dengan 4.0 mengindikasikan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam organisasi. Sedangkan total bobot sama dengan 1.0 mengindikasikan bahwa strategi organisasi memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman eksternal.

TABEL 3.4 Matriks EFAS


(59)

STRATEGI EKTERNAL TERTIMBANG PELUANG

a. b.

ANCAMAN a.

b.

Sumber : Rangkuti ( 2016 : 26 ) 5. Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan guna mengetahui bagaimana situasi pada posisi organisasi. Hal ini bertujuan agar dapat merumuskan strategi yang tepat sebagai proses pengembangan organisasi terkait. Adapun bentuk dari analisis SWOT dipaparkan dalam bentuk diagram berikut:


(60)

Sumber : Rangkuti (2016 : 20)

GAMBAR 3.1 Diagram SWOT

KUADRAN I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki kekuatan dan peluang, sehingga dapat mengarahkan seluruh potensi internal organisasi untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam Kuadran I ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy).

KUADRAN II : meskipun menghadapi berbagai acaman, organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Adapun strategi yang harus diterapkan dalam Kuadran II ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Strategi diversifikasi merupakan penyusunan strategi yang berbeda (lain dari biasanya) dengan

PELUANG ( eksternal )

ANCAMAN ( eksternal )

KEKUATAN ( internal ) KELEMAHAN

( internal )

Kuadran I : AGRESIF

Kuadran II : DIVERSIFIKASI Kuadran III : DEFENSIF


(61)

memanfaatkan kekuatan internal, sehingga dimasa mendatang memungkinkan terciptanya peluang.

KUADRAN III : organisasi mendapatkan peluang dari lingkungan eksternal yang sangat besar. Akan tetapi organisasi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus dari organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah internal yang muncul sehinga dapat menangkap peluang dari luar secara maksimal.

KUADRAN IV : kuadran IV merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan. Organisasi akan menghadapi beberapa ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang digunakan yaitu mempertahankan diri untuk membangun kekuatan internal dan meminimalisir kelemahan yang dimiliki.

Adapun cara menentukan posisi organisasi yaitu berdasarkan pada hasil skor tertimbang pada analisis IFAS dan EFAS. Untuk memperoleh koordinat internal dan eksternal, maka dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara jumlah skor tertimbang kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman.

6. Matrik I-E

Matriks I – E merupakan perpaduan strategis antara analisis IFAS dan EFAS. Matriks I – E dianalisis guna mengetahui posisi organisasi saat ini dan merumuskan strategi yang dapat diterapkan oleh organisasi. Adapun gambaran


(62)

Sumber : Rangkuti (2016 : 95)

GAMBAR 3.2 Matriks I – E

Matriks Internal dan Eksternal (I – E) dapat dibagi menjadi tiga strategi utama yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda. Tiga strategi utama tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama : Growth Strategy, yang merupakan pertumbuhan organisasi itu sendiri (sel I, II, V) atau upaya diversifikasi (sel VII, VIII). Strategi yang sesuai dengan bagian ini yaitu strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan produk dan strategi integrasi misalnya intgrasi vertikal dan horizontal.

Kedua : Stability Strategy, merupakan strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan.

I GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertical II GROWTH Konsentrasi melalui integrase horizontal III GROWTH Turnaround IV STABLITY Hati-hati V GROWTH Konsentrasi melalui integrase horizontal STABILITY Tak ada perubahan profit

strategi VI GROWTH Divestment VII GROWTH Difersifikasi Konsentrik VIII GROWTH Difersivikasi Konglomerat IX RETRENCHMENT Bangkrut atau Likuidisi SKOR TOTAL BOBOT EKSTERNAL Menengah

4.0 3.0 2.0 1.0

Kuat Sedang Lemah

3.0 2.0 1.0 Tinggi Rendah SKOR TOTAL BOBOT INTERNAL


(63)

Ketiga : Retrenchment Strategy, merupakan usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan organisasi (sel III, VI, IX).

Untuk mengatahui dimana posisi perusahaan, maka dapat dilihat dari skor rata-rata IFAS dan EFAS.

7. Matrik SWOT

Tekhnik analisis terakhir yang digunakan dalam upaya perumusan strategi pengembangan suatu organisasi yaitu dengan membuat matriks SWOT, seluruh data dari tabel diagnosis SWOT dipindahkan atau ditransfer ke dalam bentuk matriks SWOT untuk mencari strategi yang akan dijalankan. Adapun bentuk dari Matrik SWOT adalah sebagai berikut:


(64)

INTERNAL

EKSTERNAL

Strenghts (Kekuatan) : Weaknesses (Kelemahan) :

1. 1.

2. 2.

dst. dst.

Opportunities ( peluang ): Strategi OS ( Terdapat Kekuatan Dari Internal

dan Peluang Dari Eksternal )

Strategi OW ( Terdapat Peluang Besar Dari

Eksternal Namun Lingkungan Internal

Lemah )

1. 1. 1.

2. 2. 2.

dst. dst. dst.

Threats ( ancaman ): Strategi TB ( Terdapat Ancaman Dari Luar,

Namun Lingkungan Internal Organisasi

Sangat Kuat )

Strategi TW ( Terdapat Ancaman Dari Luar dan

Lingkungan Internal Lemah )

1. 1. 1.

2. 2. 2.

dst. dst. dst.

GAMBAR 3.3 Matriks SWOT Sumber : Rangkuti (2016 : 95)

Setelah selesai mentransfer data ke dalam matriks SWOT, maka selanjutnya adalah menentukan strategi dengan mempertimbangkan berbagai indikasi yang telah terdata. Adapun strategi-strategi tersebut yaitu sebagai berikut:

STRATEGI OS : merupakan strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikir organisasi. Dengan kata lain, yaitu menetapkan strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.


(65)

Inilah yang disebut strategi agresif positif, yaitu menyerang penuh inisiatif dan terencana.

STRATEGI OW : merupakan strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan dalam kawasan organisasi. Dalam hal ini perlu dirancang strategi turn around, yaitu strategi merubah haluan. Terkadang perlu bagi kita untuk mundur satu langkah demi mencapai langkah baru yang lebih maju. Artinya adalah, peluang eksternal yang besar penting untuk diraih, namun permasalahan internal atau kelemahan yang ada pada internal organisasi lebih utama untuk dicarikan solusinya, sehingga capaian peluang yang besar tadi perlu diturunkan skalanya sedikit. Dalam hal ini kelemahan-kelemahan organisasi perlu diperbaiki dan dicari solusinya untuk memperoleh peluang tersebut.

STRATEGI TS : merupakan strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi. Strategi ini dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi perbedaan. Artinya adalah seberapapun besar ancaman, yang perlu dilakukan hanyalah memahami bahwa organisasi tersebut memiliki kekuatan yang sangat besaryang bersifat independent dan dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasi ancaman tersebut.

STRATEGI TW : merupakan strategi yang diterapkan kedalam bentuk kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Karena dalam kondisi ini, organisasi sedang


(66)

dalam kondisi bahaya. Kelemahan menimpa kondisi internal sedangkan ancaman dari luar juga datang menyerang. Hal yang perlu dilakukan pada situasi ini adalah bersama seluruh element organisasi merencanakan suatu kegiatan untuk mengurangi kelemahan organisasi dan menghindar dari ancaman eksternal.


(67)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Karakteristik Lokasi 1. Demografis

Desa Semen merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Luas keseluruhan Desa Semen yaitu sebesar 946,604 Ha yang terbagi menjadi empat dusun, yaitu Dusun Parang, Semen, Tegalrejo, dan Dewi, 14 Rukun Warga, 58 Rukun Tetangga, dan 2.724 Kepala Keluarga.

Secara geografis desa Semen terletak di Koordinator Bujur 112.367187 dan Koordinator Lintang 7.985277 dengan ketinggian 700 m Diatas Permukaan Laut. Adapun batas wilayah Desa Semen sendiri disajikan dalam tabel berikut ini:

TABEL 4.1 Batas Wilayah

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebeleh Utara TULUNGREJO GANDUSARI

Sebelah Selatan SLUMBUNG GANDUSARI

Sebelah Timur TEGALASRI WLINGI

Sebelah Barat SLUMBUNG / SOSO GANDUSARI

Sumber : Profil Desa Semen Tahun 2015

Jarak antara Desa Semen dengan Kecamatan Gandusari sendiri adalah 13 km kearah Barat Daya.


(68)

2. Iklim

Dengan letak wilayah yang berada 700 mdpl menjadikan desa Semen sebagai desa yang berada di dataran tinggi. Pada tahun 2015, rata-rata curah hujan adalah 33,45 mm dengan bulan hujan selama 6 bulan. Adapun suhu rata-rata harian berkisar antara 21,8 – 31 ºC, sehingga desa Semen sendiri beriklim sejuk.

3. Kependudukan

Jumlah penduduk keseluruhan di desa Semen yaitu sebesar 8.689 jiwa, dengan 4.360 jiwa laki-laki dan 4.329 jiwa perempuan. Pada dasarnya penduduk merupakan suatu asset bagi suatu daerah. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan suatu daerah dipengaruhi oleh kwalitas Sumber Daya Manusia atau penduduknya. Berikut jumlah penduduk di desa Semen berdasarkan kelompok usia:


(69)

TABEL 4.2

Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Usia

Sumber : Profil Desa Semen Tahun 2015

B. Gambaran Umum KWE “Puspa Jagad”

1. Sejarah KWE “Puspa Jagad”

KWE “Puspa Jagad” mulai terbentuk pada awal tahun 2001. Namun,

pada saat itu belum terbentuk konsep kawasan wisata. Puspa Jagad hanyalah sekumpulan pemuda pemudi yang memiliki minat dibidang Pecinta Alam. Berawal dari kesamaan minat tersebut, maka kelompok tersebut melaksanakan kegiatan yang terfokus pada perbaikan lingkungan. Adapun program kerja yang dijalankan adalah penanaman Anggrek Alam.

Namun seiring berjalannya waktu, salah satu anggota mulai berinisiatif untuk membentuk suatu wisata berbasis pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan Anggrek sebagai icon utamanya. Oleh karena itu pada tahun 2005, kelompok tersebut meresmikan suatu kawasan wisata alam yang diberi nama Kawasan Wisata Ekologis “Anggrek Alam” dan diketuai oleh Anji Suparno. Namun, mengingat wilayah kerja KWE “Anggrek Alam”

kurang begitu luas, maka pada tahun 2007, KWE “Anggrek Alam” merubah

NO. KELOMPOK

USIA (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH (JIWA)

1. 0 – 5 374 309 683

2. 6 – 12 383 409 792

3. 13 – 25 844 778 1.622

4. 26 – 50 1.726 1.722 3.448

5. >50 1.033 1.111 2.144


(70)

wilayah kerja kelompok menjadi lebih luas, yaitu dengan memanfaatkan keindahan alam di sekitar kawasan wisata. Adapun kegiatan utama yang ditawarkan yaitu konservasi Anggrek Alam dengan program pelengkap berupa outbond.

Sejak awal terbentuk hingga berganti nama, KWE “Puspa Jagad” menggunakan dana pribadi kelompok, yaitu dengan cara iuran anggota pada tiap minggunya yang berkisar antara Rp 5.000,00- – Rp 10.000,00-. Tidak terdapat campur tangan dari pihak pemerintah ataupun investor. Dengan dana seadanya ini, maka tidak dipungkiri bahwa fasilitas yang diberikan juga masih sangat minim dan belum seluruhnya memenuhi SOP organisasi. Sebagai contoh, ketika terdapat wisatawan dating dan menginginkan untuk kegiatan outbond, maka pihak pengelola akan pergi ke kota untuk meminjam alam outbond lengkap dengan operatornya. Jadi, pihak pengelola hanya sebagai fasilitator dan pendamping.

Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2008 nama KWE “Puspa Jagad” mulai terdengar oleh Pemerintah Kabupaten Blitar. Melihat padatnya kegiatan serta konsep yang sudah mulai tertata, maka KWE “Puspa Jagad” diajukan untuk mengikuti Lomba Karang Taruna tingkat Kabupaten dan mendapat juara pertama sehingga diajukan ke tingkat Nasional dan berhasil menyandang juara pertama. Lalu pada tahun 2009, Dinas Pertanian tertarik dengan kegiatan konservasi Anggrek Alam yang dilaksanakan KWE “Puspa Jagad”, sehingga diajukan untuk mengikuti Lomba Konservasi


(71)

Dengan adanya kegiatan perlombaan yang diikuti oleh KWE “Puspa Jagad”, membuat para pengelola mulai memiliki banyak jaringan atau link. Hal ini menjadikan KWE “Puspa Jagad” mulai dikenal dan didatangi oleh banyak orang, khususnya orang dari luar Kabupaten Blitar sendiri, seperti Surabaya, Tulungagung, Pacitan dan Bojonegoro.

Pada tahun 2011, secara tiba-tiba dilaksanakan riset oleh Vena Melinda mengenai KWE “Puspa Jagad”. Pada saat itu artis ibukota ini menjabat sebagai anggota DPR dan berada di Komisi X, yaitu membidangi Pendidikan, Kebudayaan, Ekonomi Kreatif, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga di Jawa Timur. Beliau mengajukan KWE “Puspa Jagad” untuk mengikuti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) Pariwisata dalam rangka membangun kesadaran masyarakat dan penguatan kelembagaan dalam hal potensi pariwisata yang dimiliki oleh daerah masing-masing, sehingga masyarakat dapat menjadi pelaku yang handal dalam hal kepariwisataan di Indonesia. Dari kegiatan ini, KWE “Puspa Jagad” mendapatankan pemasukan berupa dana, dimana dana ini digunakan untuk membeli peralatan outbond.

Masih banyak lagi kejuaraan yang berhasil disandang oleh KWE “Puspa Jagad” sendiri, seperti Juara I Lomba Kelompok Sadar Wisata dan juara V Lomba Organisasi tingkat Nasional. Dengan banyaknya kejuaraan yang berhasil diraih oleh KWE “Puspa Jagad” ini menjadikannya semakin dikenal oleh masyarakat dan Pemerintahan. Hal ini membuat semakin


(1)

105 Lampiran 5

DAFTAR PESERTA

WAWANCARA

1. Bapak Atim selaku staff kecamatan Seksi Pembangunan.

2. Bapak Sucipto selaku staff kecamatan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

3. Bapak Eko Dwi Darmawan selaku Kepala Urusan Keuangan.

4. Bapak Anji Suparno selaku pendiri KWE “Puspa Jagad” dan Ketua Pecinta dan Pelestari Anggrek Alam.

5. Bapak Setyo Ritno selaku sekretaris KWE “Puspa Jagad”.

6. Ibu Ika Puji Astutik selaku masyarakat Desa Semen.

7. Ibu Jiem selaku pedagang makanan di kawasan KWE “Puspa Jagad”.

8. Ibu Nanik Ningsih selaku pemilik salah satu Homestay di kawasan KWE “Puspa Jagad”.

FGD

1. Bapak Eko Darmawan selaku Ketua KWE “Puspa Jagad”.

2. Ibu Evika Sari selaku Seksi Daya Tarik Wisata dan Kenangan KWE “Puspa Jagad”.

3. Ibu Mukri selaku pemilik salah satu Homestay.

4. Ibu Koyo selaku pedagang jajanan di kawasan KWE “Puspa Jagad”.


(2)

106 Lampiran 6


(3)

(4)

(5)

(6)