Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
TANGKAHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh
RAZEKI HARRY WIJAYA
077003027/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K O L
A
H
P A
S C
A S A R JA
N
(2)
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
TANGKAHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RAZEKI HARRY WIJAYA
077003027/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis : RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
WISATA TANGKAHAN DALAM RANGKA
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN LANGKAT
Nama Mahasiswa : Razeki Harry Wijaya
Nomor Pokok : 077003027
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
(PWD)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua
(Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota
(Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal 17 Nopember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza Anggota : 1. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
3. Irsyad Lubis, SE., M.Sos.Sc., Ph.D 4. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat” bertujuan
untuk mengetahui pengembangan kawasan wisata Tangkahan serta kontribusi upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Langkat. Upaya pengembangan yang diteliti meliputi objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata. Upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dianalisis berdasarkan data sekunder yaitu studi dokumentasi yang dikeluarkan oleh World Tourism Organisation (dokumen mengenai wisata), Indonesia Ecotourism Network dan Yayasan Leuser Indonesia (data dan dokumen mengenai kawasan wisata Tangkahan), Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupaten Langkat (data mengenai pengembangan ekowisata).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan/ memaparkan dan menjelaskan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, sedangkan jenis penelitian adalah penelitian survei. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel nonprobolitas secara aksidental (accidental sampling). Analisa data penelitian menggunakan perhitungan net balance (saldo bersih), dengan menggunakan jawaban kuesioner, diperoleh selisih antara jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi optimis dengan jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi pesimis.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi wisatawan terhadap objek dan daya tarik wisata di Tangkahan memperoleh nilai saldo bersih sebesar (88,23%). Persepsi masyarakat di Tangkahan terhadap objek dan daya tarik wisata memperoleh nilai saldo bersih sebesar (58,66%). Data ini menunjukkan persepsi para wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap objek dan daya tarik wisata Tangkahan adalah optimis. Persepsi wisatawan terhadap sarana wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-27,76%). Persepsi masyarakat di sekitar Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-40,90%). Hal ini menunjukkan persepsi wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap sarana wisata di Tangkahan adalah pesimis. Persepsi wisatawan terhadap prasarana wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-79,73%). Persepsi masyarakat di sekitar terhadap prasarana wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-59,46%). Hal ini menunjukkan persepsi wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap prasarana wisata di Tangkahan adalah pesimis. Persepsi wisatawan terhadap masyarakat di sekitar objek wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (77,12%). Persepsi masyarakat terhadap masyarakat di sekitar objek wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (42,47%). Hal ini menunjukkan persepsi
(6)
wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap masyarakat di sekitar objek wisata Tangkahan adalah optimis. Kawasan wisata di Tangkahan memiliki potensi keindahan alam yang layak dikembangkan, namun potensi yang dimiliki saat ini belum menjadi keunggulan yang dapat memberikan kontribusi pada perekonomian Kabupaten Langkat sehingga belum memberikan sumbangan yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat.
Kata Kunci: Objek dan Daya Tarik Wisata, Sarana Wisata, Prasarana Wisata, Masyarakat di Sekitar Objek Wisata, Pendapatan Asli Daerah
(7)
ABSTRACT
The study is about "Planning of Tourism Development Efforts in Enhancing Tangkahan Revenue Langkat Region" the aim is about to find out Tangkahan tourism development and contribution tourism development efforts in improving Tangkahan Regional Revenue in Langkat. The aim to improve that has research of the studied objects and tourist attractions, tourism facilities, tourism infrastructure, tourism objects surrounding communities, the aims of development the tourism of Tangkahan area was analyzed based on the secondary data, the documentation of the study that was issued by the World Tourism Organization (document regarding tourism), Indonesian Ecotourism Network and Organization of Leuser Indonesia (data and documents regarding tourism of Tangkahan), Department of Tourism Arts and Culture Government Langkat (data on tourism development).
Research method used is the explanation of research methods (explantory research), the aimed is to describe the nature of the situation that while running at the time of the research conducted, and examine the causes from the symptoms. The approach in this research Descriptive Quantitative, while the type is the survey of research. The technic of the sampling. Sampling Technique used the accidental sample non-probolitas (Accidental sampling). Analysis of research data used the net balance calculations (net balance), and used the questionnare respons, obtained by differrence the total percentage of respondents who gave answers optimisitic connotation and who gave answers to pessimistic connotation.
The result was showed the perception of objects and tourist atrractions in Tangkahan is obtain net balance with value (88,23%). The public perception of the object in Tangkahan and tourism atractions is obatined net balance with value (58.66%). The data showed the perception of the tourist and the community arto ound the object and tourist attractions Tangkahan is optimisstic. Perception of tourist to the tourism facilities in Tangkahan net balance value of (-27.76%). Public perception about Tangkahan net balance value (-40.90%). This is shows the perception of tourist and the public about the tourism facilities is pesimisstic. Perception of tourists to the infrastructure in Tangkahan net balance value (-79.73%). Public perceptions about the tourism infrastructure in Tangkahan net balance v this is show the perception of tourists and the public about the tourism infrastructure in Tangkahan is pesimisstic. Perception of tourists about the communitis local in around Tangkahan value of net balance (77.12%). Public perception of the comminities local around tourists attraction in Tangkahan value of net balance (42.47%). It is showed that the perception of tourists and the public about the communities local around tourist Tangkahan is optimisstic. In Tangkahan area is have high potential, that must be to improve to make the tourist interest. But the potential is not give the shows be a goal yet, so that has given the contribution to the Langkat economic, so that it can give a income the Regional Revenue Langkat.
(8)
Keywords: Objects and Tourist Atractions, Tourism Facilities, Tourism Infrastructure, Tourism Objects Surrounding Communities, the Regional Revenue.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia dan
rahmat-Nya penelitian yang berjudul “Rencana Pengembangan Kawasan Wisata
Tangkahan dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat” ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Komisi Pembimbing penulis.
(10)
3. Bapak Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Komisi Pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Sos,Sc., Ph.D., dan Bapak Agus Suryadi, S.Sos,
MSi., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
5. Kepada seluruh dosen serta civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam proses administrasi maupun kelancaran kegiatan akademik pada Program Studi PWD USU Medan.
6. Pemerintahan Kabupaten Langkat yang telah memberi izin kepada Penulis untuk
melakukan penelitian di Kawasan Wisata Tangkahan.
7. Teman-teman Kuliah pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
(11)
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritik membangun dari semua pihak. Akhirnya dengan rahmat Allah SWT, tesis ini penulis persembahkan bagi semua pihak yang membacanya, dengan harapan dapat memberikan arti dan manfaat.
Sekian.
Medan, Nopember 2009 Penulis
Razeki Harry Wijaya NIM. 077003027
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... v
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Pengertian Pariwisata ... 8
2.2. Bentuk Pariwisata... 9
2.3. Upaya Pengembangan Pariwisata ... 10
2.4. Daerah Tujuan Wisata... 11
2.5. Pendapatan Asli Daerah ... 21
2.6. Pengembangan Pariwisata dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah Kabupaten Langkat 2006 – 2010 ... 23
2.7. Penelitian Terdahulu ... 25
2.8. Kerangka Pemikiran ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
3.2. Metode Penelitian... 27
3.3. Populasi dan Sampel ... 27
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.5. Jenis dan Sumber Data ... 30
3.6. Model Analisis Data... 30
(13)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 33
4.1. Gambar Umum Kawasan Wisata Tangkahan ... 33
4.1.1. Gambaran Kawasan dan Sistem Pengelolaan ... 33
4.1.2. Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT)... 34
4.1.3. Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan yang akan Dilakukan Pemerintah Kabupaten Langkat... 39
4.2. Karakteristik Responden ... 45
4.2.1. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Tempat Asal Wisatawan... 45
4.2.2. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Usia.. 47
4.2.3. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 49
4.2.4. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan ... 50
4.2.5. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 51
4.3. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata .... 53
4.3.1. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Suku... 53
4.3.2. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Usia... 53
4.3.3. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Lama Menetap... 54
4.3.4. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55
4.3.5. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Mata Pencaharian ... 57
4.4. Analisa Jawaban Wisatawan dan Masyarakat terhadap Upaya Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan... ... 58
4.4.1. Persepsi Jawaban Responden Wisatawan dan Masyarakat yang Berada di Sekitar Objek Wisata terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata di Tangkahan... 58
4.4.2. Persepsi Responden Wisatawan dan Masyarakat di Sekitar Objek Wisata terhadap Sarana Wisata di Tangkahan ... 61
4.4.3. Persepsi Responden Wisatawan dan Masyarakat di Sekitar Objek Wisata terhadap Prasarana Wisata ... 64
4.4.4. Persepsi Responden terhadap Masyarakat di Sekitar Objek Wisata di Tangkahan ... 66
4.5. Upaya Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Langkat... 69
(14)
4.5.1. Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat ... 69
4.5.2. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang Diterima dari Sektor Pariwisata Bukit Lawang ... 72
4.6. Analisa Tren Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
5.1. Kesimpulan ... 84
5.2. Saran ... 85
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Jumlah Wisatawan ke Tangkahan Tahun 2006-2008 ... 28
3.2. Jumlah Masyarakat yang Berada di Sekitar Kawasan Wisata Tangkahan Tahun 2008... 29
4.1. Karakteristik Responden Wisatawan Nusantara Berdasarkan Tempat Asal ... 46
4.2. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Tempat Asal ... 46
4.3. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Usia... 47
4.4. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Usia . 48 4.5. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Pendidikan ... 49
4.6. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pendidikan ... 49
4.7. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Pekerjaan ... 50
4.8. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pekerjaan ... 51
4.9. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 51
4.10. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 52
4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 53
4.12. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 54
(16)
4.14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 56
4.15. Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ... 57
4.16. Persepsi Responden terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata ... 60
4.17. Penjelasan Responden terhadap Sarana Wisata ... 63
4.18. Penjelasan Responden terhadap Prasarana Wisata ... 65
4.19. Persepsi Responden terhadap Masyarakat di Sekitar Objek Wisata... 67
4.20. Target Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat ... 70
4.21. Target Retribusi Daerah Kabupaten Langkat... 71
4.22. Target Pendapatan Lain-lain Pemerintah Kabupaten Langkat... 72
4.23. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2004 ... 73
4.24. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2005 ... 74
4.25. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2006 ... 75
4.26. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2007 ... 75
4.27. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2008 ... 76
4.28. Kunjungan Wisatawan Lokal dan Wisatawan Mancanegara 2006-2008 ... 78
(17)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Skema Kerangka Pemikiran... 26
4.1. Kunjungan Wisatawan Lokal dan Wisatawan Mancanegara
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Struktur Organisasi Lembaga Pariwisata Tangkahan ... 89
2. Peta Kawasan Wisata Tangkahan ... 90
3. Dokumentasi Kawasan Wisata Tangkahan ... 97
4. Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat... 113
5. Daftar Pertanyaan Kuesionar ... 124
6. Karakteristik Responden Wisatawan ... 126
7. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata ... 130
(19)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan
dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat” bertujuan
untuk mengetahui pengembangan kawasan wisata Tangkahan serta kontribusi upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Langkat. Upaya pengembangan yang diteliti meliputi objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata. Upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dianalisis berdasarkan data sekunder yaitu studi dokumentasi yang dikeluarkan oleh World Tourism Organisation (dokumen mengenai wisata), Indonesia Ecotourism Network dan Yayasan Leuser Indonesia (data dan dokumen mengenai kawasan wisata Tangkahan), Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupaten Langkat (data mengenai pengembangan ekowisata).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan/ memaparkan dan menjelaskan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, sedangkan jenis penelitian adalah penelitian survei. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel nonprobolitas secara aksidental (accidental sampling). Analisa data penelitian menggunakan perhitungan net balance (saldo bersih), dengan menggunakan jawaban kuesioner, diperoleh selisih antara jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi optimis dengan jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi pesimis.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi wisatawan terhadap objek dan daya tarik wisata di Tangkahan memperoleh nilai saldo bersih sebesar (88,23%). Persepsi masyarakat di Tangkahan terhadap objek dan daya tarik wisata memperoleh nilai saldo bersih sebesar (58,66%). Data ini menunjukkan persepsi para wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap objek dan daya tarik wisata Tangkahan adalah optimis. Persepsi wisatawan terhadap sarana wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-27,76%). Persepsi masyarakat di sekitar Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-40,90%). Hal ini menunjukkan persepsi wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap sarana wisata di Tangkahan adalah pesimis. Persepsi wisatawan terhadap prasarana wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-79,73%). Persepsi masyarakat di sekitar terhadap prasarana wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (-59,46%). Hal ini menunjukkan persepsi wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap prasarana wisata di Tangkahan adalah pesimis. Persepsi wisatawan terhadap masyarakat di sekitar objek wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (77,12%). Persepsi masyarakat terhadap masyarakat di sekitar objek wisata di Tangkahan nilai saldo bersihnya sebesar (42,47%). Hal ini menunjukkan persepsi
(20)
wisatawan dan masyarakat sekitar terhadap masyarakat di sekitar objek wisata Tangkahan adalah optimis. Kawasan wisata di Tangkahan memiliki potensi keindahan alam yang layak dikembangkan, namun potensi yang dimiliki saat ini belum menjadi keunggulan yang dapat memberikan kontribusi pada perekonomian Kabupaten Langkat sehingga belum memberikan sumbangan yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat.
Kata Kunci: Objek dan Daya Tarik Wisata, Sarana Wisata, Prasarana Wisata, Masyarakat di Sekitar Objek Wisata, Pendapatan Asli Daerah
(21)
ABSTRACT
The study is about "Planning of Tourism Development Efforts in Enhancing Tangkahan Revenue Langkat Region" the aim is about to find out Tangkahan tourism development and contribution tourism development efforts in improving Tangkahan Regional Revenue in Langkat. The aim to improve that has research of the studied objects and tourist attractions, tourism facilities, tourism infrastructure, tourism objects surrounding communities, the aims of development the tourism of Tangkahan area was analyzed based on the secondary data, the documentation of the study that was issued by the World Tourism Organization (document regarding tourism), Indonesian Ecotourism Network and Organization of Leuser Indonesia (data and documents regarding tourism of Tangkahan), Department of Tourism Arts and Culture Government Langkat (data on tourism development).
Research method used is the explanation of research methods (explantory research), the aimed is to describe the nature of the situation that while running at the time of the research conducted, and examine the causes from the symptoms. The approach in this research Descriptive Quantitative, while the type is the survey of research. The technic of the sampling. Sampling Technique used the accidental sample non-probolitas (Accidental sampling). Analysis of research data used the net balance calculations (net balance), and used the questionnare respons, obtained by differrence the total percentage of respondents who gave answers optimisitic connotation and who gave answers to pessimistic connotation.
The result was showed the perception of objects and tourist atrractions in Tangkahan is obtain net balance with value (88,23%). The public perception of the object in Tangkahan and tourism atractions is obatined net balance with value (58.66%). The data showed the perception of the tourist and the community arto ound the object and tourist attractions Tangkahan is optimisstic. Perception of tourist to the tourism facilities in Tangkahan net balance value of (-27.76%). Public perception about Tangkahan net balance value (-40.90%). This is shows the perception of tourist and the public about the tourism facilities is pesimisstic. Perception of tourists to the infrastructure in Tangkahan net balance value (-79.73%). Public perceptions about the tourism infrastructure in Tangkahan net balance v this is show the perception of tourists and the public about the tourism infrastructure in Tangkahan is pesimisstic. Perception of tourists about the communitis local in around Tangkahan value of net balance (77.12%). Public perception of the comminities local around tourists attraction in Tangkahan value of net balance (42.47%). It is showed that the perception of tourists and the public about the communities local around tourist Tangkahan is optimisstic. In Tangkahan area is have high potential, that must be to improve to make the tourist interest. But the potential is not give the shows be a goal yet, so that has given the contribution to the Langkat economic, so that it can give a income the Regional Revenue Langkat.
(22)
Keywords: Objects and Tourist Atractions, Tourism Facilities, Tourism Infrastructure, Tourism Objects Surrounding Communities, the Regional Revenue.
(23)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat ini pertumbuhannya masih sangat lambat. Sektor pariwisata di Indonesia masih bisa untuk dikembangkan dengan lebih maksimal lagi. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan dengan baik akan mampu menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang dan membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah masyarakat daerah wisata akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya dengan rupiah.
Pariwisata Indonesia apabila mampu dikemas dan dikelola dengan baik akan menjadi aset Negara Indonesia. Keberagaman objek wisata dari wisata alam, budaya dan kesenian serta objek wisata buatan seperti taman wisata sebenarnya dapat dijadikan salah satu penopang perekonomian negara dan juga dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga sumber daya manusia dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal.
Hingga saat ini pariwisata di Indonesia belum berjalan optimal, padahal aspek ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat terutama pendapatan asli daerah. Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam
(24)
mempergunakan kekayaannya sebagai objek untuk mendatangkan devisa melalui pariwisata alam.
Selain daerah Jawa dan Bali. Sumatera merupakan tujuan utama untuk penarikan wisatawan melalui kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) merupakan provinsi seluas 72.981 km persegi terkenal dengan objek wisatanya yaitu Danau Toba. Danau Toba adalah salah satu danau air tawar terbesar di dunia, yang terbentuk sebagai sisa aktivitas super vulkano di masa purba. Potensi alam dan kebudayaan yang terkandung di dalamnya sangat kaya jika dibandingkan sejumlah daerah lain di Indonesia termasuk Bali. Keistimewaan lain yang dimiliki Danau Toba adalah tanahnya yang subur, ragam adat budaya terutama (Batak, Nias, dan Melayu), potensi pantai Timur (ke Selat Melaka) dan Barat (ke Samudera Hindia), sungai-sungai dan jeram-jeram menantang serta air terjun. Dilihat dari potensi alamnya Sumut mempunyai deretan pegunungan dan perbukitan di jalur Bukit Barisan, dengan hutan hujan tropis yang khas, mempunyai Orangutan sebagai satwa endemik yang hanya terdapat di Indonesia dan Malaysia, tanaman markisa yang terkenal sebagai buah tropis khas Berastagi, juga punya Pulau Nias yang eksotis.
Sumatera Utara juga memiliki daerah wisata alam lainnya yang berpotensi dalam peningkatan objek wisata alam yaitu terdapat di Kabupaten Langkat. Salah satunya adalah objek wisata yang sudah ada seperti Taman Nasional Gunung Leuser di Tangkahan yang terletak di Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Objek-objek wisata yang terdapat di Tangkahan saat ini sedang dalam
(25)
pengembangan. Diharapkan dengan adanya pengembangan pada kawasan ini dapat menunjang perekonomian masyarakat Kabupaten Langkat pada umumnya dan masyarakat Tangkahan pada khususnya.
Melalui perencanaan pengembangan diharapkan dapat menghindari terjadinya pembangunan yang tidak terkendali pada kawasan wisata Tangkahan yang tidak terlepas dari obyek dan daya tarik wisata alam yang secara alami terdapat di taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, dan taman baru. Pengembangan kawasan wisata Tangkahan tidak terlepas dengan daerah wisata yang sedang berkembang, salahnya satu taman nasional yang terkenal dengan kekayaan alamnya di Indonesia adalah Taman Nasional Gunung Lueser (TNGL) yang berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), yang terletak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara dan diketahui memiliki keanekaragaman yang tinggi. Lebih dari 4 juta jiwa penduduk dari berbagai kabupaten berdiam di sekitar kawasan ini, yang secara langsung maupun tidak langsung menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang tertdapat di kawasan ini (Kurniawan dan Burhanuddin, 2004).
Salah satu kabupaten yang masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser adalah Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yang terkenal memiliki potensi pariwisata yang cukup beragam. Kekayaan budaya serta potensi daya tarik dan keunikan bentang alamnya sebagian telah berkembang dan menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk mengunjunginya. Salah satu potensi wisata alam dengan daya
(26)
tarik hutan dan sungai yang telah dikembangkan menjadi kawasan pariwisata Tangkahan.
Wisata tangkahan lebih tepatnya disebut sebagai wisata lingkungan, atau sebagai ekowisata, wisata konservasi, wisata eko atau wisata ekologis, pada perkembangannya kegiatan ekowisata lebih banyak terfokus pada kawasan-kawasan alami (natural area) seperti kawasan Taman Nasional, Taman Wisata Laut, Taman Hutan Rakyat, dan Hutan Lindung (Suhandi, et al, 2002).
Menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, sektor pariwisata merupakan sektor yang diharapkan dapat menambah devisa Negara atau paling tidak meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan obyek wisata. Hal ini dapat dimengerti karena kawasan yang maju dan menarik akan ramai dikunjungi oleh wisatawan. Di Kabupaten Langkat terdapat 20 obyek wisata/destinasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan baik wisata alam, wisata budaya maupun peninggalan bersejarah yang masih memerlukan perhatian dan penanganan serius Pemerintah Daerah, terutama dalam peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti jaringan jalan dan sebagainya. Namun dari 20 objek wisata yang ada di Kabupaten Langkat yang lebih berpotensi untuk dikembangkan yaitu Tangkahan, untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dituntut untuk lebih jeli dan mampu menangani dan melihat peluang tersebut.
Kawasan pariwisata Tangkahan terletak di ujung dua desa yaitu Desa Namo Sialang dan Sei Serdang, Kecamatan Batang Serdang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Menurut Bahri (2005), awal dijadikannya Tangkahan sebagai kawasan
(27)
pariwisata adalah dibentuknya Tangkahan Simalem Ranger pada 22 April 2001, yaitu sebuah perkumpulan yang mempelopori dikembangkannya hutan menjadi tempat pariwisata dan dihentikannya berbagai aktivitas pembalakan kayu serta adanya potensi alam yang dimiliki oleh Tangkahan yang layak untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata.
Potensi yang terlihat dari sumber daya alam yang terdapat di wisata Tangkahan bahwa Tangkahan masih termasuk dalam ekowisata, yaitu dari keadaan: iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa ekowisata berakar pada kegiatan wisata alam, di daerah-daerah yang masih alami dan jika dibandingkan dengan lokasi pariwisata yang lain di Kabupaten Langkat, maka Tangkahan sangat berpotensi menjadi sebuah kawasan pariwisata bila dikembangkan dengan baik.
Namun pengembangan wisata alam membutuhkan investasi yang relatif besar
terutama menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya unsur-unsur pokok yang harus mendapatkan perhatian adalah Objek dan Daya Tarik Wisata, Sarana Wisata, Prasarana Wisata, Masyarakat di Sekitar Objek Wisata. Semua unsur ini harus dikembangkan dengan baik guna menarik minat para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Unsur-unsur pokok di atas seperti Objek dan Daya Tarik Wisata, Prasarana Wisata, Sarana Wisata, Masyarakat di Sekitar Objek Wisata merupakan variabel-variabel yang akan diteliti pada tesis ini. Bagi penulis hal ini menarik untuk diteliti guna mengetahui upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan ketertarikan
(28)
penulis dituangkan ke dalam tesis ini dengan judul Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan kawasan wisata Tangkahan yang dilihat dari;
objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata.
2. Apakah upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengembangan kawasan wisata Tangkahan yang dilihat
dari; objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata.
2. Untuk mengetahui apakah upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan
(29)
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, antara lain:
1. Memberikan masukan kepada Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
Pemerintah Kabupaten Langkat dan Lembaga Pariwisata Tangkahan dalam upaya pengembangan kawasan wisata tangkahan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat.
2. Bagi akademisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan untuk
melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan objek pariwisata.
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pariwisata
Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna pariwisata memiliki banyak definisi. Akan tetapi dari kegiatan penulisan tesis ini,
suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian “pariwisata” yang digunakan sebagai
suatu tinjauan pustaka dapat dibatasi pada pengertian:
Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.
(31)
Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor
9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa “Usaha pengembangan
pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoet, 1983).
2.2. Bentuk Pariwisata
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata ini dapat diklasifikasikan bentuknya ke dalam beberapa kategori berikut ini:
1. Menurut asal wisatawan
Dilihat dari asal wisatawan, apakah asal wisata itu dari dalam atau luar negeri. Jika dalam negara berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya (pariwisata domestik), sedangkan jika ia datang dari luar negeri dinamakan pariwisata Internasional.
2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing itu berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negara suatu yang dikunjungi wisatawan ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan
(32)
kepergian seorang warga negara keluar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negaranya ini dinamakan pariwisata aktif.
3. Menurut jangka waktu
Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksud.
4. Menurut jumlah wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan rombongan.
5. Menurut alat angkut yang dipergunakan
Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh sang wisatawan, maka katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.
2.3. Upaya Pengembangan Pariwisata
Menurut Suwantoro (2004), Upaya pengembangan pariwisata yang dilihat dari kebijaksanaan dalam pengembangan wisata alam, dari segi ekonomi pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang pariwisata alam
(33)
membutuhkan investasi yang relatif lebih besar untuk pembangunan sarana dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk mengembangkan perekonomian. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana pengembangan kegiatannya. Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari pengunjung sebagai mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.
2.4. Daerah Tujuan Wisata
Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur:
1. Objek dan daya tarik wisata,
2. Prasarana wisata,
3. Sarana wisata,
4. Infrastruktur,
5. Masyarakat/lingkungan.
1. Objek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata
(34)
a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata di kelompokkan kedalam:
1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam,
2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya,
3. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.
Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.
b. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman dan bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang
hadir.
5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.
6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
(35)
c. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.
1. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan
kerja/berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat
meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara lebih luas. Sebagai contoh,
pembangunan kembali candi Borobudur tidak semata-mata
mempertimbangkan soal pengembalian modal pembangunan candi melalui uang retribusi masuk candi, melainkan juga memperhatikan dampak yang ditimbulkannya, seperti jasa transportasi, jasa akomodasi, jasa restoran, industri kerajinan, pajak dan sebagainya.
(36)
3. Kelayakan Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
4. Kelayakan Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.
2. Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah
(37)
tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan.
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan, barbier, dan sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata di berbagai tingkat. Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan pariwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja masyarakat.
3. Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik
(38)
kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntunan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.
Sarana wisata kuantitatif menunjukkan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standart wisata yang baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakannya.
4. Tata Laksana/Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti:
a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang
membantu sarana perhotelan/restoran.
b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusikannya yang merupakan
(39)
c. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata.
d. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan
informasi maupun mengirimkan informasi secara cepat dan tepat.
e. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di berbagai
sektor bagi para wisatawan. Keamanan diterminal, di perjalanan, dan di objek-objek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan, akan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata. Di sini perlu ada kerjasama yang mantap antara petugas keamanan, baik swasta maupun pemerintah, karena dengan banyaknya orang di daerah tujuan wisata dan mobilitas manusia yang begitu cepat membutuhkan sistem keamanan yang ketat dengan para petugas yang selalu siap setiap saat. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
5. Masyarakat/Lingkungan
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan.
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu
(40)
mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan dari para wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan pun akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu adanya upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi
(41)
harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi tiap wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami, menghayati, dan mengamalkan sapta pesona wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah telah menetapkan pengelompokan daerah tujuan wisata (DTW) ke dalam wilayah tujuan wisata (WTW) dengan maksud untuk menyebarkan kunjungan wisatawan dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia.
Adapun pengelompokan dan pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) A yang terdiri dari Daerah istimewa Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.
2. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) B yang terdiri dari Sumatera Selatan, Jambi,
Bengkulu.
3. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) C yang terdiri dari Lampung, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D yang terdiri dari Jawa Timur, Bali,
Nusantara Tenggara Timur.
5. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) E yang terdiri dari Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
6. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) F yang terdiri dari Sulawesi Selatan,
(42)
7. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) G yang terdiri dari Propinsi Maluku dan Irian Jaya.
Menurut Samsurijal (1997), Peran serta masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata untuk kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri. Apabila pariwisata dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, serta merata masyarakat akan mendukung pembangunan kepariwisataan.
Menurut Fandeli (2001), Obyek wisata adalah faktor yang paling menarik perhatian para pelaku wisata, dalam hal ini pengunjung, baik itu obyek wisata alam maupun budaya. Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata, seperti hutan, sungai, danau, pantai, laut, museum atau budaya tradisional lainnya. Sungai merupakan saluran alami yang di dalamnya terdapat aliran air yang bermuara di danau atau laut. Aliran air pada sungai memiliki kesuburan yang dibutuhkan oleh biota (tumbuhan, hewan maupun manusia), sehingga sungai dapat menjadi sumber kehidupan. Oleh karena itu, sungai sangat potensial menjadi daya tarik wisata, khususnya wisata sungai. Wisata sungai adalah kegiatan wisata yang obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi sungai. Sungai dapat menjadi obyek wisata petualangan, diantaranya kegiatan wisata arung jeram. Arung jeram adalah jenis kegiatan di alam bebas dengan menggunakan perahu karet dan dayung yang dilakukan pada sungai berarus deras, bergelombang, berbatu dan berjeram. Dari pengertian tersebut dapat diketahui, bahwa tidak setiap sungai dapat dipilih sebagai arena kegiatan arung jeram.
(43)
Di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, menyatakan bahwa:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang menikmati kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
2.5. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari:
a. Pajak Daerah,
b. Retribusi Daerah,
c. Laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
d. Pendapatan lain yang sah.
2.5.1. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapatkan imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
(44)
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 1999, obyek pajak daerah untuk daerah provinsi meliputi: pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan pajak daerah untuk daerah kabupaten/kotamadya meliputi: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak penggalian bahan galian golongan C, dan pajak parkir. Ketentuan dasar pengenaan tarif pajak daerah baik untuk daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kotamadya.
2.5.2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah kemampuan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
Dasar penetapan tarif pemungutan retribusi oleh Pemerintah Daerah untuk retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu berbeda. Retribusi jasa umum didasarkan pada kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek
(45)
keadilan. Retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak, sedangkan retribusi perizinan tertentu berdasarkan pada bulan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
2.6. Pengembangan Pariwisata dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah Kabupaten Langkat 2006-2010
Sesuai dengan visi-misi, tujuan dan sasaran Kabupaten Langkat, maka ditetapkan arah kebijakan di bidang pariwisata Kabupaten Langkat sebagai berikut:
1. Menggali dan mengembangkan potensi pariwisata khususnya di daerah
dengan penekanan pada peningkatan sarana dan prasarana pariwisata.
2. Pemasaran industri pariwisata dengan penekanan pada keterpaduaan antar
produk dan pasar pariwisata, termasuk pengembangan sistem informasi jaringan pariwisata antardaerah dalam rangka mendukung penguatan dan pengembangan promosi pariwisata terpadu ke pasar global.
3. Menggali, memelihara, mengembangkan serta melestarikan nilai budaya
daerah yang berakar pada nilai tradisional serta sejarah dan situs sejarah. Serta program untuk meningkatkan kualitas dan kwantitas sarana dan prasarana kepariwisataan untuk mendukung kunjungan pariwisata daerah Pangkalan Susu, Basilam, Bahorok, dan Karang Gading serta objek wisata lainnya.
(46)
Program ini didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan daerah tujuan wisata Pangkalan Susu, Basilam, Bahorok,
Karang Gading serta menggali pengembangan objek wisata lainnya.
2. Peningkatan peran kebudayaan daerah.
Rencana tata ruang wilayah yang dilihat dari arah pengembangan pariwisata untuk memanfaatkan potensi pariwisata Kabupaten Langkat demi mendukung peningkatan perekonomian daerah dengan tetap, menjaga kelestarian lingkungan, maka dilakukan strategi pengembangan pariwisata sebagai berikut:
1. Pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh dan terpadu baik obyek
wisata sejarah, budaya, alam, dan bahari.
2. Pengembangan kepariwisataan beroreintasi kepada pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, yakni dengan cara pengembangan kawasan wisata Bahorok, Tangkahan dan Pulau Sembilan dengan pengembangan ekowisata dan peningkatan kualitas obyek wisata. Dalam rangka memberhasilkan tugas pokok dan fungsi di atas kantor kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Langkat telah menetapkan visi yaitu: Terwujudnya kebudayaan dan pariwisata yang maju dan berwawasan lingkungan melalui misi:
1. Mewujudkan aparatur yang profesional.
2. Mewujudkan pembinaan kebudayaan, pengembangan/promosi dan
(47)
3. Mewujudkan pelestarian nilai-nilai tradisi budaya dan peninggalan sejarah.
2.7. Penelitian Terdahulu
Sembiring (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan
Pariwisata dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Kota Brastagi dan Sekitarnya.
Prediksi berdasarkan modal analisa regresi berganda, diperoleh bahwa penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata dipengaruhi oleh variabel bebas yang ditentukan yaitu jumlah wisatawan, jumlah tempat tidur hotel, jumlah sarana transportasi dan jumlah sarana pariwisata. Hasilnya bahwa perkembangan pariwisata secara positif meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Brastagi dan sekitarnya.
Kemudian pada penelitian Wati yaitu Pengaruh Produk dan Promosi Wisata terhadap Kunjungan Wisatawan dan PAD Bidang Kepariwisataan di Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari; Produk dan Promosi Wisata Kota Bandar Lampung terhadap kunjungan wisatawan di Kota Bandar Lampung, Jumlah kunjungan wisatawan Kota Bandar Lampung terhadap PAD bidang kepariwisataan di Kota Bandar Lampung, Besaran pengaruh produk dan promosi wisata Kota Bandar Lampung terhadap kunjungan wisatawan dan PAD bidang kepariwisata di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian ini yaitu; Secara statistik PAD sektor pariwisata di Kota Bandar Lampung secara tidak langsung dipengaruhi oleh variabel bebas jumlah kunjungan wisatawan pada tingkat signifikan
(48)
alfa 10% atau pada tingkat kepercayaan 90% dengan derajat kebebasan sebesar tujuh,
dengan besaran nilai elastisitas kunjungan wisatawan sebesar – 0,609.
2.8. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
Pendapatan Asli Daerah
Pengembangan Wilayah Kawasan Wisata Tangkahan
Upaya Pengembangan
1. Objek dan Daya Tarik
Wisata
2. Sarana Wisata
3. Prasarana Wisata
4. Masyarakat di sekitar
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan wisata Tangkahan yang berada di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Pelaksanaan penelitian dimulai dari Juli-Oktober 2009 dengan tahapan dimulai dari studi pendahuluan, pemilihan masalah, penelusuran pustaka, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, dan menyusun laporan penelitian.
3.2. Metode Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan/memaparkan dan menjelaskan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, sedangkan jenis penelitian adalah penelitian survei.
3.3. Populasi dan Sampel
Data yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan, menunjukkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tangkahan pada tahun 2006-2008, yaitu sebanyak 5003 orang, yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak 4880 orang dan
(50)
wisatawan mancanegara 123 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah 5003 orang wisatawan.
Tabel 3.1. Jumlah Wisatawan ke Tangkahan Tahun 2006-2008
No Tahun Wisatawan Nusantara
(orang)
Wisatawan Mancanegara (orang)
Jumlah (orang)
1 2006 2243 53 2296
2 2007 4417 83 4500
3 2008 7981 233 8214
Total 14641 369 15010
Rata-rata/thn 4880 123 5003
Sumber: Lembaga Pariwisata Tangkahan, 2006-2008
Sevilla, dkk (1993) menyatakan bahwa untuk menentukan ukuran sampel dari populasi dapat menggunakan rumus Slovin:
Di mana : N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
e = tingkat kesalahan
Populasi (N) sebanyak (5003) orang wisatawan dengan asumsi taraf kesalahan (e) sebesar 10%, maka besarnya sampel (n) adalah:
Dengan demikian sampel untuk wisatawan berjumlah (98) orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel nonprobolitas secara aksidental (accidental sampling), menurut Sugiono (2003): teknik pengambilan sampel
(51)
aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu ternyata sesuai untuk dijadikan sebagai sumber data.
Sedangkan untuk populasi masyarakat yaitu di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh, di mana kedua dusun ini adalah dusun yang terdekat dengan Kawasan Wisata Tangkahan dan termasuk kedalam Desa Namo Sialang. Jumlah populasi di kedua dusun ini adalah sebanyak 70 KK maka jumlah sampel pada masyarakat adalah:
Tabel 3.2. Jumlah Masyarakat yang Berada di Sekitar Kawasan Wisata Tangkahan Tahun 2008
Desa Dusun Populasi Sampel
Namo Sialang Kuala Buluh
Kuala Gemoh
32 38
32 38
Jumlah 70 70
Sumber: Kecamatan Batang Serangan Dalam Angka 2008.
Sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang menyatakan jika populasi kurang dari 100 maka jumlah sampel adalah keseluruhan dari populasi namun jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
(52)
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara (interview) kepada wisata nusantara dan wisatawan mancanegara
yang menjadi responden.
2. Daftar pertanyaan (questionnaire) diberikan kepada wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara yang dijadikan responden penelitian ini.
3. Studi dokumentasi, adalah mengumpulkan data atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian dari berbagai sumber seperti: World Tourism Organisation (dokumen mengenai wisata), Indonesia Ecotourism Network dan Yayasan Leuser Indonesia (data dan dokumen mengenai kawasan wisata Tangkahan), dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupaten Langkat (data mengenai pengembangan ekowisata).
3.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini digolongkan atas dua bagian:
1. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan daftar pertanyaan.
2. Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi.
(53)
Untuk menjawab perumusan masalah (1) yaitu pengembangan kawasan wisata yang dilihat dari: objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata dilihat berdasarkan kuesioner pertanyaan yang diberikan kepada Wisatawan dan Masyarakat dengan diukur menggunakan metode
net balance (saldo bersih), dengan menggunakan jawaban kuisioner, diperoleh selisih
antara jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi optimis dengan jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi pesimis (Woroutami, 2004).
Secara matematis, perhitungan net balance dilakukan sebagai berikut:
X 100% Keterangan:
SB = Saldo Bersih
O = Jumlah jawaban responden yang optimis P = Jumlah jawaban responden yang pesimis TR = Total Responden
Untuk menjawab perumusan masalah (2) yaitu apakah upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif.
3.7. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan
(54)
gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Objek dan daya tarik wisata adalah: potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata yang dilihat dari keindahan alam berupa pegunungan sungai hutan dan sebagainya.
2. Prasarana wisata adalah: sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia
yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan seperti jalan, air, listrik, telekomunikasi dan tempat pusat perbelanjaan.
3. Sarana wisata adalah: kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan wisatawan seperti hotel, alat transportasi, rumah makan dan lain-lain.
4. Masyarakat adalah: masyarakat yang berada di sekitar objek wisata Tangkahan
Kabupaten Langkat Kecamatan Batang Serangan.
5. Pendapatan Asli Daerah adalah: pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber
Pendapatan Daerah berupa Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan lain-lain yang dikelola sendiri oleh Pemeritah Daerah.
(55)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kawasan Wisata Tangkahan
4.1.1. Gambaran Kawasan dan Sistem Pengelolaan
Tangkahan merupakan sebuah kawasan di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di sisi Sumatera Utara, secara geografis Tangkahan berada
pada LU 030 41’ 01”, BT 980 4’ 28,2” secara administratif, kawsan ini termasuk
dalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Tangkahan berada pada ketinggian 130-200 meter diatas permukaan laut dengan jenis tanah terdiri dari podsolid dan litosol. Topografi kawasan berupa
kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi (45-900) jarak
Tangkahan dari Medan melalui Stabat-Simpang Sidodadi adalah ± 95 kilometer.
Kawasan Tangkahan terletak di pertemuan dua sungai yaitu sungai Buluh dan sungai Batang Serangan. Memiliki bentukan bentukan alami, bentang alam yang indah, sumber mata air panas, air terjun, goa, tebing, keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, dan hujan tropis.
Luas kawasan wisata Tangkahan yaitu seluas ± 103 Ha, kawasan
perkampungan seluas 18.526 Ha dan kawasan hutan seluas 17.653 Ha, sehingga
(56)
Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,10C – 27,50C dengan
kelembapan nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung
secara merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah hujan rata-rata 2000-3200 mm pertahun, sehingga menurut Koppen daerah ini termasuk dalam iklim hujan tropik (AF) dan menurut Scmid dan Fergusson daerah ini beriklim tipe B dengan melihat perbandingan antara bulan kering (dengan curah hujan kurang dari 60 mm) dan bulan basah (dengan curah hujan lebih dari 100 mm).
4.1.2. Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT)
Berdasarkan kesepakatan bersama dari masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, dibentuklah Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) pada tanggal 19 Mei 2001 yang merupakan sebuah lembaga masyarakat lokal.
Lembaga ini dibentuk atas dasar kesadaran masyarakat untuk bisa mendapatkan suatu alternatif peningkatan ekonomi di luar penebangan kayu ilegal. Di samping itu, tujuan pembentukan lembaga adalah untuk merencanakan, mengelola, dan mengembangkan kawasan. Salah satu unit bisnis dari lembaga adalah
“Tangkahan Simalem Ranger”, yang merupakan wadah dari kalangan pemuda -pemudi di Tangkahan untuk ikut berperan serta sebagai operator wisata, sekaligus ikut menjaga, melestarikan, dan mengembangkan Tangkahan sebagai kawasan wisata. Konsep ekowisata menjadi pedoman bagi masyarakat, sebab dengan adanya kegiatan pariwisata ini masyarakat mendapatkan manfaat nyata, mengingat bahwa untuk mengelola kawasan wisata harus mengutamakan sisi kemanusiaan, sosial dan
(57)
budaya masyarakat setempat. Selain tujuan konservasi pengembangan kawasan ekosistem Leuser dapat tercapai, masyarakat juga dapat mengalami peningkatan kapasitas (dari sisi pendapatan). Dengan kata lain, perencanaan, pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan Tangkahan sebagai kawasan wisata, selalu mengutamakan pemberdayaan masyarakat setempat, yaitu dengan cara pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan.
Begitu juga dengan pola kemitraan (partnership) yang dikembangkan di Tangkahan, dalam operasional Lembaga Pariwisata Tangkahan yang bertindak sebagai wakil masyarakat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, antara lain:
1. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Langkat
(DISPANSERSENIBUD Pemkab. Langkat), kerjasama yang dilakukan adalah membuat Memorandum of Understanding (MoU) tentang Perencanaan dan Pengembangan Kawasan, misalnya pembuatan kerangka Acuan Analisis Dampak lingkungan, kegiatan promosi, dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Langkat.
2. Balai Taman Gunung Leuser, kerjasama yang dilakukan adalah membuat
Memorandum of Understanding (MoU) tentang zonasi Taman Gunung Leuser
yang boleh dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata, dan kegiatan menambah pemahaman masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan.
(58)
3. Non-Government Organization (NGO) bertaraf internasional, seperti:
3.1. Indonesia Ecotourism Network (INDECON), kerjasama dalam kegiatan pemasaran dan promosi, tetapi hal ini yang paling utama adalah bantuan pihak INDECON untuk membina kawasan, antara lain mendatangkan ahli kerajinan tangan untuk membuat cenderamata, pelatihan bahasa Inggris kepada Ranger, pembuatan Rencana induk Pengembangan Kawasan, dan peningkatan keahlian sumber daya manusia sebagai pelaku pariwisata.
3.2. Fauna Flora Internasional (FFI), khususnya kerjasama dalam konservasi Gajah Sumatera, juga keanekaragaman hayati lainnya yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser.
3.3. Conservation Response Unit (CRU), kerjasama dalam konservasi hutan, misalnya melakukan patroli hutan.
4. Tour Operator, kerjasama dalam penyediaan jasa guide dan ranger bagi
wisatawan yang diorganisasi oleh biro perjalanan.
5. Pihak Swasta seperti pengusaha jasa akomodasi di Tangkahan, kerjasama
dalam hal pemberian donasi bagi Lembaga Pariwisata Tangkahan dan pelestarian lingkungan kawasan.
Objek dan Daya Tarik yang terdapat di kawasan wisata Tangkahan yang telah diidenfikasikan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat dan Lembaga Pariwisata Tangkahan adalah:
(59)
1. Air terjun Sungai Buluh,
2. Air panas Sungai Buluh,
3. Air terjun Sungai Garut,
4. Air terjun Sungai Umang,
5. Air terjun Tala-Tala,
6. Air terjun Grogoh Kiri,
7. Air terjun Batak,
8. Air terjun Cengke-Cengke,
9. Air terjun Murba,
10.Air terjun Alor Grogoh Kanan,
11.Air terjun Sungai Gambir,
12.Air terjun Alur Simpang Kanan,
13.Air terjun Alur Simpang Kiri,
14.Goa Kalong,
15.Goa Sungai Putih,
16.Air panas Sekucip,
17.Air panas Sungai Glugur.
Adapun kegiatan-kegiatan wisata yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Rekreasi Keluarga,
2. Wisata Tirta (pemandian, memancing, berenang, berperahu, tubing),
3. Menikmati panorama sungai dan alam sekitar,
(60)
5. Wisata Budaya,
6. Jelajah hutan/Trekking,
7. Bersepeda,
8. Wisata agro,
9. Wisata pendidikan (jelajah hutan dengan interpretasi, pengamatan kehidupan
liar,
10.Wisata goa.
4.1.2.1.Tujuan strategis, visi, misi, dan prestasi Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT)
Adapun yang menjadi tujuan strategi Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) dalam mengembangkan pariwisata tangkahan adalah:
1. Menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan Taman Nasional Gunung Leuser
secara berkelanjutan.
2. Meningkatkan kapasitas masyarakat lokal untuk dapat mengoptimalkan
pengembangan potensi desa.
Visi Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) pada tahun 2018 adalah Kawasan Ekowisata Tangkahan menjadi kawasan investasi utama yang menggairahkan di pasar global 2020. Sedangkan misi Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) untuk mencapai visi tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Melestarikan dan memanfaatkan potensi hasil hutan non kayu dan jasa
(61)
2. Mengembangkan kawasan wisata Tangkahan menjadi daerah tujuan wisata yang berstandar internasional.
3. Menguatkan sektor-sektor produksi potensial di Desa Namo Sialang dan Desa
Sei Serdang.
4. Membuka jaringan inter-koneksi global.
Prestasi yang sudah pernah diperoleh Lembaga Pariwisata Tangkahan adalah, pada bulan September 2004, Bapak She Ukur Depari (saat ini menjabat ketua harian
Lembaga Pariwisata Tangkahan) mendapatkan penghargaan INOVASI
PARIWISATA INDONESIA dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Pusat. Penghargaan diberikan atas jasa beliau sebagai salah seorang pelopor dalam membangun, membina, mengelola, dan mengembangkan Kawasan wisata Tangkahan.
4.1.3. Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan yang akan Dilakukan Pemerintah Kabupaten Langkat
Pemerintah Kabupaten Langkat sebagai pemrakasa bagi perencanaan dan
pengembangan di wilayah kerjanya, selalu memprioritaskan Daerah/kawasan yang mempunyai potensi sebagai aset daerah. Mengingat Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah suatu daerah tujuan wisata yang relatif baru dikelola, dan merupakan alternatif bagi Bukit Lawang yang saat ini masik dalam taraf perbaikan akibat tertimpa bencana banjir bandang. Modal paling bersar yang dibutuhkan dalam upaya membangun industri pariwisata ke alam adalah membangun komitmen masyarakat dan Pemerintah Daerah, karena kegiatan ini memerlukan peruntukan tata ruang yang jelas
(1)
Berdasarkan analisis di atas, untuk perencanaan ke depan kawasan wisata Tangkahan merupakan objek wisata masa depan yang layak dikembangkan dengan segala potensi alam yang dimiliki wisata Tangkahan, diharapkan adanya perbaikan sarana dan prasarana serta pembangunan infrastruktur publik, jumlah wisatawan akan semakin meningkat setiap tahunnya jika sarana dan prasarana telah baik dan mendukung kenyamanan wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, sehingga kunjungan mereka akan semakin lama, dengan semakin lamanya wisatawan berada di kawasan wisata Tangkahan maka semakin banyak pula biaya yang mereka keluarkan, sehingga jumlah uang/konsumsi yang mereka keluarkan dapat memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat dan juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata Tangkahan.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengembangan kawasan wisata Tangkahan menurut para responden, menyatakan optimis pada objek dan daya tarik wisata di Tangkahan, kemudian responden menyatakan pesimis pada sarana wisata yang ada di Tangkahan, begitu juga prasarana wisata yang ada di Tangkahan responden menyatakan pesimis, dan untuk masyarakat yang berada di sekitar objek wisata di Tangkahan responden menyatakan optimis. artinya responden menyatakan objek dan daya tarik wisata Tangkahan memiliki sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, memiliki ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka, objek wisata alam di Tangkahan memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, hutan dengan didukung masyarakat di sekitar objek wisata Tangkahan yang selalu memberikan pelayanan yang baik kepada para wisatawan yang berkunjung ke Tangkahan dan hal inilah yang mendorong para wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Tangkahan. Namun responden belum merasakan adanya pengembangan, hal ini disebabkan sarana dan prasarana wisata yang ada di Tangkahan yang masih belum mendukung kenyamanan para wisatawan.
(3)
2. Kawasan wisata di Tangkahan memiliki potensi keindahan alam yang layak dikembangkan, namun potensi yang dimiliki saat ini belum menjadi keunggulan yang dapat memberikan kontribusi pada perekonomian Kabupaten Langkat. Hal ini disebabkan kawasan wisata Tangkahan masih dalam tahap perencanaan ataupun promosi, sehingga semua jenis pajak ataupun kontribusi yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Langkat belum terealisasi, saat ini Tangkahan masih dikelola oleh masyarakat di sekitar objek wisata yaitu Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) dan dibantu oleh beberapa Non Government Organization (NGO) yang diketahui oleh Pemerintah Kabupaten Langkat. Penghasilan yang didapat dari kawasan wisata Tangkahan saat ini diserahkan untuk Lembaga Pariwisata Tangkahan, arti kata kawasan wisata Tangkahan belum memberikan sumbangan yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat.
5.2. Saran
Dengan melihat kesimpulan di atas, maka saran yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Kawasan wisata Tangkahan merupakan kawasan wisata yang mulai berkembang dan mulai diminati wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Langkat lebih teliti dan mempercepat pembangunan sarana dan prasarana berupa kebutuhan dan fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan selama berada di Kawasan Wisata
(4)
Tangkahan, serta membangun infrastruktur jalan menuju kawasan wisata, sehingga wisatawan yang datang ke Tangkahan dapat merasakan kenyamanan dan tidak sulit untuk menjangkaunya.
2. Pemerintah Kabupaten Langkat sebaiknya lebih konsentrasi dalam pembangunan infrastruktur jalan raya menuju kawasan wisata Tangkahan, karena dengan baiknya infrastruktur jalan menuju kawasan wisata Tangkahan, maka akan mempermudah wisatawan untuk menjangkau kawasan wisata Tangkahan tersebut.
3. Perencanaan dan pengembangan kawasan wisata Tangkahan yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Langkat haruslah memicu pada zona-zona yang telah ditentukan oleh Taman Nasional Gunung Leuser, sehingga tidak merusak lingkungan dan dapat dipantau setiap saat secara terus menerus. 4. Dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam
pengutipan pajak/kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Langkat melakukan penyuluhan langsung ke masyarakat yang terlibat dalam usaha perhotelan, rumah makan, dan lain-lain.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V Revisi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Bappeda Tingkat II Kabupaten Langkat. 2006-2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Pengembangan Pariwisata. Stabat.
Bahri, S. 2005. Tangkahan, Inisiatif Lokal untuk Merakyatkan Taman Nasional Gunung Leuser. Rapat Koordinasi Penyusunan Rencana Strategis Pengolahan Taman Nasional Gunung Leuser 2006-2010. 2-4 Oktober 2005. Asrama Haji Medan.
Burkart, A.J. dan Medlik, S. 1987. Tourism, Past, Present, and Future. London. Biro Pusat Statistika. 2008. Kecamatan Batang Serangan dalam Angka 2007.
Kabupaten Langkat.
Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat. 2006-2010. Visi-Misi dalam Terwujudnya Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat. Stabat.
Fandeli, C. 2001. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Gamal Suwantoro. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit ANDI. Yogyakarta. H. Khodyat. Edisi 21 September 1983. Diperlukan Pengertian yang Lebih
Komprehensif. Artikel Surat Kabar Harian, kompas.
Kurniawan, Burhanuddin. 2004. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Ekosistem Leuser. Unit Manajemen Leuser. Medan.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lembaga Pariwisata Tangkahan. 2006. Sejarah Pengembangan Objek Pariwisata Tangkahan Berwawasan Lingkungan. Tangkahan.
Ronal. 2005. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat terhadap Prilaku Pemanfaatan Hutan Mangrove di Desa Kayu Besar, Kecamatan Bandar Khalifah, Kabupaten Sergai. Skripsi Kehutanan USU. Medan.
(6)
Samsuridjal, D. 1997. Peluang di Bidang Pariwisata. PT. Mutiara Sumber Widya. Sevilla, Consuelo G, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Alih Bahasa:
Alimudin Tuwu. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3ES. Jakarta. Suhandi, Ary S, Indriani Setiawati, dan Rahmawaty. 2002. Rencana Induk
Pengembangan Ekowisata Tangkahan Secara Partisipatif. Unit Manajemen Leuser. tidak dipublikasikan.
Sumarwoto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Jakarta.
Wahap, Salah. 1985. Tourism Manajemen, Tourism International Press. London. Woroutami. 2004. Penggunaan Metode Net Balance (Saldo Bersih), Google. Yoeti. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Aksara. Bandung.