PERENCANAAN ULANG STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN SPESIFIKASI BANGUNAN GEDUNG BAJA STRUKTURAL (SNI 1729:2015)
(SNI 1729:2015)
Studi kasus : Proyek Pembangunan New Noodel Factory PT. Indofood CBP Cirebon – Jawa Barat
Disusun oleh :
INEES KUSUMA WARDHANI 20120110022
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
iii Nomor Mahasiswa : 20120110022
Menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul: “Perencanaa Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, Agustus 2016
(3)
iv
Rayulah aku, dan aku mungkin tak mempercayaimu
Kritiklah aku, dan aku mungkin tak menyukaimu
Acuhkan aku, dan aku mungkin tak akan memaafkanmu
Semangatilah aku, dan aku mungkin tak akan melupakanmu
(William Arthur)
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa
bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada
kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu
sendiri yang tersenyum.
(Mahatma Gandhi)
(4)
v
Kedua orang tuaku, Alm. Papah Suharno dan Mamah Eti Kurniati Tersayang mas Adriatmoko Ade Nugraha, Kakak Yeni Marisa, Lukman Hakim AB Terima kasih untuk do’a yang tiada henti, dukungan, kasih sayang, dan segalanya. Teman seperjuangan Pipin, ela, Agre Motivasi kalian tiada henti. Teman-teman wilis Kiki, Anja, Anita, Puji, Mbak Dita, Nisrina, Akih. Yang selalu memberikan kecerian dan semangat. Tercinta Aditya Pratama Nugraha Yang telah menjadi penyemangat tante dengan tagisan dan canda tawa mu. Serta seluruh keluarga besar di Brebes Untuk dedikasi dan semangat yang telah meraka berikan dalam mewujudkan karya ini.
(5)
vi
Segala Puji bagi AllahSWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015)”.
Dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini, tidaklah terlapas dari kerjasama, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Bagus Soebandono, S.T ., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta koreksi dalam penyusunan laporan ini.
4. Bapak M. Ibnu Syamsi, S.T ., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meneliti hasil laporan serta koreksi dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak, Ibu Dosen pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas ilmu yang telah dibagikan kepada penyusun dan semoga dapat bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu Staf pengajaran/TU Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Keluargaku Ayah dan Ibu serta saudara-saudara yang telah memberi dukungan, cinta, kasih sayang perhatian dan do’a tulus ikhlas yang tiada henti-hentinya yang dapat menjadi semangat dan kekuatan terbesar untuk penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
(6)
vii Tugas Akhir ini.
Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalam karya tulis dengan topik ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Agustus 2016
(7)
viii
HALAMAN PENYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
INTISARI ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 2
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan ... 3
E. Manfaat ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 4
A. Tinjaun Pustaka ... 4
B. Landasan Teori ... 5
BAB III. METODE PENELITIAN ... ... 25
A. Dasar-dasar perencanaan ... 25
B. Metode perencanaan... 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 29
A. Deskripsi Struktur ... 29
B. Data Geometri Struktur.. ... 29
C. Analisis Pembebanan ... 30
D. Desain Balok ... 38
E. Desain Kolom.. ... 45
(8)
ix
B. Saran .. ... 100 DAFTAR PUSTAKA
(9)
xi
Tabel 2.1 Beban Hidup Terdistribusi Merata dan Terpusat Minimum ... 8
Tabel 2.2 Klasifikasi situs ... 13
Tabel 2.3 Koefisien situs Fa ... 14
Tabel 2.4 Koefisien situs Fv ... 15
Tabel 2.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons Percepatan pada periode pendek ... 17
Tabel 2.6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons Percepatan pada periode 1 detik ... 18
Tabel 2.7 Pemeliharaan sistem pemikul beban ... 18
Tabel 2.8 R, Cd, dan Ω0 untuk menahan gay gempa ... 18
Tabel 2.9 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung ... 19
Tabel 2.10 Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x ... 19
Tabel 3.1 Data material ... 26
Tabel 4.1 Data material ... 30
Tabel 4.2 Hasil pengujian SPT ... 32
Tabel 4.3 Hasil pengujian SPT ... 32
Tabel 4.4 Hasil perhitungan koefisien situs Fa ... 33
Tabel 4.5 Hasil perhitungan koefisien situs Fv ... 33
Tabel 4.6 Hasil perhitungan SMS dan SM1 ... 34
Tabel 4.7 Hasil perhitungan SDS dan SD1 ... 34
Tabel 4.8 Respons spektrum gempa ... 35
(10)
xii
Gambar 2.1 Peta zonasi gempa Indonesia (SS) ... 11
Gambar 2.2 Peta zonasi gempa Indonesia (S1) ... 12
Gambar 2.3 Spektrum respons desain ... 16
Gambar 2.4 Spektrum respon desain wilayah Cirebon ... 17
Gambar 3.1 Model portal ... 25
Gambar 3.2 Bagan alir proses tahapan penelitian ... 28
Gambar 4.1 Model portal ... 29
Gambar 4.2 Spektrum respons ... 35
Gambar 4.3 Analisis portal akibat beban gempa ... 37
Gambar 4.4 Detail angkur ... 50
Gambar 4.5 Detail angkur ... 50
Gambar 4.6 Hasil perencanaan angkur ... 55
Gambar 4.7 Hasil perencanaan angkur ... 61
Gambar 4.8 Hasil perencanaan angkur ... 66
Gambar 4.9 Hasil perencanaan angkur ... 71
Gambar 4.10 Detail sambungan rafter ... 72
Gambar 4.11 Skema sambungan baut ... 74
Gambar 4.12 Detail sambungan rafter dan kolom ... 77
Gambar 4.13 Skema sambungan baut ... 80
Gambar 4.14 Detail samabungan balok dengan kolom ... 83
Gambar 4.15 Skema sambungan baut ... 85
Gambar 4.16 Detail sambungan balok kolom ... 88
Gambar 4.17 Skema sambungan baut ... 91
Gambar 4.18 Setail sambungan balok dan kolom... 94
(11)
xiv INTISARI
Proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP yang terletak di Desa Endah, kecamatan paengenan, kabupaten Cirebon dengan fungsi bangunan yang difungsikan sebagai gudang ataupun pabrik produksi dimana sangat dianjurkan menggunakan strukur baja. Proyek pembangunan ini akan direncenakan ulang dengan membuat pemodelan 2D pada Structure Analisis
Programe SAP2000 V.14 dengan menganalisis kapasitas portal yaitu struktur
kolom dan balok baja dan menganalisis perhitungan sambungan baut.
Dalam redesain ini mengacu pada Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural (SNI 1729:2015), Beban minimum untuk perencanaan bangunan geung
dan struktur lain (SNI 1727:2013), dan Pedoman Perencanaan untuk
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 pada proyek pembangunan New
Noodle Factory PT. Indofood CBP dengan pemodelan 2D pada Structure Analisis
Programe SAP2000 V.14 serta merencanakan sambungan pada bangunan
strukturalnya.
Berdasarkan hasil analisis dan perencanaan ulang pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP ditentukan bahwa penampang kolom menggunakan kolom (KB2 IWF 400×400×13×21, KB3 IWF 350×350×12×19), komponen penampang balok (BB1 IWF 500×200×10×16, BB2 IWF 450×200×9×14), dan pada rafter menggunakan (R1 IWF 500×200×10×16). Perencanaan sambungan dilakukan perubahan desain terhadap jumlah baut pada sambungan PD2 dan sambungan KB2 dengan KB3 yaitu dengan menambahkan jumlah baut. Karakteristik sambungan yang digunakan yaitu (PD2A 4 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD2 6 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD3 4 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD3A 4 M 25 dengan panjang angkur 400). Kata kunci : re-design, struktur baja, sambungan baut.
(12)
xv ABSTRACT
The constrution project of New Noodle Fatory PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk which located in Ender village, Pangenan, Cirebon district with the function of buiding as warehouse and prodution building which recomended using steel structure. This construction project will redesign with make 2D modelling in Structure Analysis Programe SAP2000 V.14 with to analyze of frame capacity are column and beam steel structure and bolt onnection analysis.
This redesign steel structure building are refers to “Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI1729:2015)”, “Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013)”, and “Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987” which is used for the design structure and connection building with Structure Anlysis Programe SAP2000. Based on analysis result of New Noodle Factory PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk building is determined use (KB2 IWF 400×400×13×21, KB3 IWF 350×350×12×19), (BB1 IWF 500×200×10×16, BB2 IWF 450×200×9×14), and section of rafter used to (R1 IWF 500×200×10×16). There is different number of the bolt connection design in the PD2 onnection and splice joint at KB2 and KB3 that is adding a number of bolt. The Charateristic of the connection which is used that (PD2A 4 M 25 with length of anchor bolt 400), (PD2 6 M 25 with length of anchor bolt 400), (PD3 4 M 25 with length of anchor bolt 400), (PD3A 4 M 25 with length of anchor bolt 400).
(13)
(14)
1
Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku struktur dengan dasar-dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan, dan analisis struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama masa layanannya. (Agus Setiawan, 2008). Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman di Indonesia manusia dapat berinovasi merancang bangunan-bangunan dengan beberapa gaya bangunan yang lebih modern. Selain itu dalam merancang sebuah bangunan struktur, kita membutuhkan beberapa material yang dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaanya. Material struktural yang dapat digunakan diantaranya kayu, bambu, beton bertulang, baja, atau pun material pendukung lainnya.
Seperti halnya pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP yang terletak di Desa Ender, kecamatan Peangenan, Kabupaten Cirebon dengan menggunkan konstuksi baja, sesuai dengan fungsi bangunan tersebut yaitu bangunan yang difungsikan sebagai gudang ataupun pabrik produksi dimana sangat dianjurkan menggunakan struktur baja dikarenakan dengan bentang yang panjang serta luasan yang sangat besar akan lebih efektif dan efisien juga ekonomis serta dapat menanggung beban konstruksi yang telah direncanakan. Selain itu menurut (Agus Setiawan, 2008) material baja sebagai bahan konstruksi memiliki beberpa keunggulan dibandingkan dengan menggunakan material konstruksi lainnya yaitu baja mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mungurangi ukuran struktur serta mengurangi berat sendiri dari struktur itu sendiri, dan keawetan yang tinggi, serta keuntungan lainnya kemudahan dalam penyambungan antar elemen yang satu dengan yang lain dapat menggunakan alat sambung las ataupun baut.
(15)
Beberapa keuntungan lainnya baja memiliki kekuatan tarik ataupun tekan tidak banyak berbeda dan bervariasi dari 300 MPa smpai 2000 MPa. (Kozai Club, 1983).
Penyusunan tugas akhir ini mengkaji perencanaan ulang struktur baja menggunakan spesifikasi bangunan gedung baja struktural (SNI 1729:2015) menggunakan pemodelan Structure Analisis Programe SAP2000 V.14 dengan mengacu SNI terbaru yaitu Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural (SNI 1729:2015) serta dengan memperhatikan beban dan
kombinasi beban harus seperti ditetapkan oleh Beban minimum untuk
perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013). Untuk
tujuan desain, beban nominal harus diambil seperti beban yang ditetapkan oleh Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987. B. Batasan Masalah
Suatu penelitian dihadapkan dengan berbagai macam persoalan, serta parameter dan hasil yang diperoleh nantinya, sehingga dapat memberikan hasil yang sesuai dan optimal. Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. analisis perencanaan struktur pada bangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP dengan tinjauan terhadap ukuran portal terbesar dengan struktur utama menggunakan konstruksi baja,
2. perencanaan pemodelan struktur 2D dengan menggunakan Structure Analisis SAP2000 V.14 serta analisis perhitungan berdasarkan Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015),
3. perhitungan pembebanan mengacu pada Beban minimum untuk
perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013) dan
untuk beban gempa mengacu pada SNI 1726:2012,
4. khusus beban angin mengacu pada Pedoman Perencanaan Pembebanan
untuk Rumah dan Gedung 1987,
5. perencanaan sambungan mengacu pada Tata Cara Perencanaan Struktur
(16)
C. Rumusan Masalah
Bagaimana proses perencanaan struktur New Noodle Factory PT. Indofood CBP yang sesuai dengan spesifikasi desain struktur yang aman dan memenuhi Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
D. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural dengan menggunakan (SNI 1729:2015) yaitu sebagai berikut :
1. mengkaji ulang pemodelan struktur baja 2D dengan menggunakan
Structure Analisis Programe (SAP 2000.14),
2. menganalisis kapasitas portal yaitu struktur kolom dan balok baja berdasarkan (SNI 1729:2015),
3. menganalisis perhitungan sambungan baut berdasarkan (SNI 1729:2002). E. Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir Perencanaan Ulang New Noodle Factory PT. Indofood CBT dengan Menggunakan Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015) yaitu sebagai berikut :
1. pemodelan struktur dengan mengunakan Structure Analisis Programe
(SAP 2000.14) dapat mempercepat dan memudahkan untuk perencanaan suatu bangunan,
2. aplikasi Structure Analisis Programe (SAP 2000.14) dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa teknik sipil untuk perncangan struktur.
(17)
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
Dalam perencanaan konstruksi bangunan saat ini perencanaan dituntut untuk merencanakan bangunan yang daktail, yaitu yaitu bangunan yang dapat menahan respons spektrum yang diakibatkan oleh beban gempa yaitu yang dikenal sebagai rangka pemikul momen. Dalam zona 5 yaitu wilayah dengan tingkat kegempaan yang tinggi sehingga analisis strukturnya dapat direncanakan dengan metode sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Penelitian ini menggunakan sistem output program ETABS pada bangunan gedung BPJN XI berupa model struktur, dimensi penampang struktur serta gaya dalam yang diperlukan untuk diperiksa terpenuhinya kriteria perencanaan sambungan agar terciptanya strong column weak beam.
(Jasuka Jan Sampakang, 2013).
Dengan banyaknya gempa yang terjadi di Indonesia maka perencanaan struktur gedung tahan gempa menggunakan baja menjadi salah satu solusi untuk mengurangi korban jiwa. Dalam perencanaan struktur gedung baja di daerah zona gempa tinggi menggunakan peraturan-peraturan baja (SNI 03-1729-2002) dan gempa (SNI 03-1726-2002) dengan menggunakan softwere
SAP 2000 dan SCIA ENGINEER. Perencanaan atap dalam zona gempa tinggi digunakan profil WF 100×50×5×7, balok induk direncanakan menggunakan WF 350×250×9×14, balok anak menggunakaan WF 350×175×7×11 serta kolom direncanakan menggunakan WF 400×400×15×15. (Makshal Faray Kuddah, 2012).
Kota Yogyakarta yang berkembang pesat baik dari segi bisnis maupun infrastruktur membuat kebutuhan rumah sakit meningkat. Oleh sebab itu akan di rencanakan sebuah gedung apartemen 3 lantai +1 basement dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) di wilayah tersebut. Struktur gedung yang direncanakan harus mempertimbangkan aspek keamanan, arsitektural dan ekonomi. Perencanaan gedung apartemen ini mengacu pada
(18)
standar peraturan (SNI) terbaru yang telah diterbitkan, yaitu SNI-1726:2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non-Gedung). Perencanaan gedung ini mengacu pada struktur utama (struktur atas balok kolom dan struktur bawah) serta struktur atap baja dan struktur plat (plat lantai, dinding basement dan tangga). Perhitungan klasifikasi situs tanah termasuk kategori SD (tanah sedang), maka diperoleh nilai SDS dan SD1 adalah
1,226 dan 0,448 sehingga klasifikasi Kategori Desain Seismik (KDS) untuk perencanaan ini termasuk KDS D (resiko gempa besar). Untuk kebutuhan perencanaan beban gempa pada gedung SRPMM, dipakai faktor keutamaan bangunan Ie dan nilai 1,0 (hunian, kategori resiko II) faktor modifikasi renspons (R) sebesar 5, faktor perbesaran defleksi (Cd) bernilai 2,5. Mutu
beton yang dipakai fc’ 25 MPa, serta tulangan baja BJTB 400 MPa dan BJTB 240 MPa. Balok struktur direncanakan dengan dimensi 350/700 untuk lantai 1 dan 2, 300/600 untuk lantai 3 sampai dengan 4. Sedangkan untuk kolom direncanakan dengan dimensi 450/600 untuk lantai basement sampai dengan lantai 2 dan 300/500 untuk lantai 3 sampai dengan 4. Struktur bawah direncanakan memakai pondasi telapak dengan kedalaman 1m. (Andy Rosyulianta Irfan, 2015)
B. Landasan Teori
Baja struktur adalah suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangkan ekonomi, kekuatan sifatnya, cocok untuk pemikul beban. (PADOSBAJOYO, 1994). Baja struktur banyak dipakai untuk kolom serta balok bangunan bertingkat, sistem penyangga atap, hanggar, jembatan, menara antena, penahan tanah, fondasi tiang pancang, dan lain-lain.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari baja sebagai bahan struktur yaitu baja mempunyai kekakuan cukup tinggi serta merata, menurut Kozai Club (1983) kekauan baja terhadap tarik ataupun tekan tidak banyak berbeda dan bervariasi dari 300 MPa sampai 2000 MPa. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang yang terbuat dari baja mempunyai ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dari struktur lainnya. Oleh karena itu struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja tinggi. Dalam merencanakan suatu
(19)
bangunan terdiri beberapa tahapan antara lain yaitu pekerjaan pondasi, struktur bawah dan struktur atas. Dalam penyusunan tugas akhir ini yaitu “Perencanaan Ulang Struktur Baja Menggunakan Spesifikasi Bangunan Gedung Baja Struktural” yang sesuai dengan Spesifikasi untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015) terdapat persyaratan umum untuk
analisis dan desain struktur baja yang berlaku pada spesifikasi tersebut. 1. Ketentuan Umum
Desain dan komponen struktur dan sambungan harus konsisten dengan perilaku dimaksud dari sistem portal dan asumsi yang dibuat dalam analisis struktur. Kecuali dibatasi oleh peraturan bangunan gedung yang berlaku, ketahanan terhadap beban lateral dan stabilitas bisa menggunakan setiap kombinasi komponen struktur dan sambungan.
2. Beban dan Kombinasi
BebanBeban dan kombinasi beban yang ditetapkan berdasarkan SNI
1727:2013 Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan
struktur lain, serta SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non dan struktur lainnya
yang dibagi menjadi beberapa aspek yaitu : a. Beban Mati (D)
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen arsitektur dan struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran menurut SNI 1727:2013. Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 :
1) Beton bertulang : 2.400 kg/m
2) Tebal dinding 20 cm (HB 20) : 200 kg/m2
(20)
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak yang tidak termasuk beban konstrusi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir dan beban mati menurut SNI 1727:2013. Beban hidup yang digunakan dalam perencanaan bangunan gedung atau struktur ain harus digunakan beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan seperti pada Tabel 2.1. merupakan beban hidup terdistribusi merata minimum.
(21)
Tabel 2.1. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan
beban hidup terpusat minimum
Hunian atau penggunaan Merata psf
(kN/m2)
Terpusat lb (kN)
Susuran tangga, rel pengamandan batang pegangan Lihat gambar 4.5
Helipad 60 (2,87)de tidak
boleh direduksi e,t,g
Rumah sakit:
Ruang operasi, laboratorium 60 (2,87) 1000 (4,45)
Ruang pasien 40 (1,92) 1000 (4,45)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)
Hotel (lihat rumah tinggal)
Perpustakan
Ruang baca 60 (2,87) 1000 (4,45)
Ruang penyimpanan 150 (7,18)a,h 1000 (4,45)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)
Pabrik 2000 (8,90)
Ringan 125 (6,00)a 3000
Berat 250 (11,97)a 13,4
Gedung perkantoran:
Ruang arsip dan komputer harus direncanakan untuk beban
yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan hunia
Lobi dan koridor lantai pertama 100 (4,79) 2000 (8,90)
Kantor 50 (2,40) 2000 (8,90)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 2000 (8,90)
Lembaga hukum
Blok sel 40 (1,92)
Koridor 100 (4,79)
Tempat rekreasi
Tempat bowling, kolam renang, dan penggunaan yang sama 75 (3,59)a
Bangsal dansa dan ruang dansa 100 (4,79)a
Gimnasium 100 (4,79)a
Tempat nonton baik terbuka atau tertutup 100 (4,79)a
Stadium dan tribun/area dengan tempat duduk tetap (terikat pada lantai) 60 (2,87)a
Rumah tinggal
Hunia (satu keluarga dan dua keluarga)
Loteng yang tidak dapat didiami tanpa gudang 10 (0,48)l
Loteng yang tidak dapat didiami dengan gudang 20 (0,96)m
Loteng yang dapat didiami dan ruang tidur 30 (1,44)
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 40 (1,92)
Semua hunian rumah tinggal lainnya
Ruang pribadi dan koridor yang melayani mereka 40 (1,92)
Ruang publik dan koridor yang melayani mereka 100 (4,79)
(22)
c. Beban Angin (W)
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang desebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan mengalihkan tekanan tiup yang ditentukan. Tekanan tiup minimum harus diambil 25 kg/m2 serta tekanan tiup dilaut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 km/m2.
d. Beban Gempa (E)
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa bumi itu. Dalam hal ini pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa bumi. Menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI
1726:2012) pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarnya selama umur struktur lma bangunan 50 tahun adalah sebasar 2 %. Indonesia merupakan salah satu negara yang memilik wilayah yang rawan terjadinya bencan gempa bumi karena posisi posisi geografisnya menempati zona tektonik yang sangat aktif dikarenakan tiga lempeng besar dunia dan sembilan
(23)
lempeng kecil yang saling bertemu di Indonesia membentuk jalur-jalur lempeng yang kompleks. Berikut merupakan peta zona gempa Indonesia.
(24)
Gambar 2.1.Petazonasigempa Indonesia Sumber : (SNI 1726:2012)
(25)
Gambar 2.2 Peta zonasi gempa Indonesia (S1) Sumber : (SNI 1726:2012)
(26)
1) Klasifikasi situs
Dalam menentukan sebuah kelas situs digolongkan berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs yaitu diantaranya kelas situs SA, SB, SC, SE, atau pun SF dengan berdasarkan hasil data penyelidikan tanah. Seperti yang digambarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2. Klasifikasi situs
Kelas situs V�s (m/detik) N� atau N�ch S�u (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A SC (tanah keras, sangat
padat dan batuan lunak) 350 sampai 750 >50 ≥ 100 SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100 SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik sebagai beriku :
1. Indeks plastisitas, PI > 20, 2. kadar air, w ≥ 40 %, 3. kuat geser niralir S�u < 25 kPa
SF (tanah khusus, yang membutuhkan investasi geoteknik spesifik dan
analisis respons spesifikasi situs yang mengikuti 6.10.1)
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut :
1. rawan dan berpotensi runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,
2. lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah, 3. lempung sangat organik dan atau gambut (ketebalan H
> 7,5 m dengan indeks plastisitas PI > 75). Lapisan lempung lunak/sedang teguh dengan ketebalan H > 35 m dengan Su < kPa
Catatan : N/A = tidak dipakai
Sumber : SNI 1726:2012
Dengan nilai N harus ditentukan berdasarkan perumusan berikut :
=
∑��=1 �∑��=1 ��
(2.1)
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter.
Ni = tahanan penetrasi standar.
2) Koefisen-koefisien situs dan parameter-parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget (MCER)
(27)
Untuk menentukan respons spektral percepatan gempa di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasiseismik pada periode 0,2 detik dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada periode getaran pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Parameter spektrum respon periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan klasifikasi situs yaitu sebagai berikut :
SMS = Fa SS (2.2)
SM1 = Fv S1 (2.3)
SS : parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode pendek.
S1 : parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode 0,1 detik.
Untuk koefisien situs Fa dan Fv berdasarkan tabel dibawah ini. Tabel 2.3. Koefisien situs Fa
Kelas
situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCEterpetakan pada periode pendek, T = 0,2 detik, S R)
S
SS≤ 0,25 SS = 0,5 SS = 0,75 SS = 1,0
SS≥
1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
Catatan :
1. untuk nilai-nilai SS dapat dilakukan interpolasi linier,
2. SS = sitis yang memerlukan investigasi geoteknik spesifikasi dan analisis respons situs-spesifik, lihat 6.10.1
(28)
Tabel 2.4. Koefisien situs Fv
Kelas situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada periode pendek, T = 1 detik, S1
S1≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Catatan :
1. untuk nilai-nilai S1 dapat dilakukan interpolasi linier
2. SS = sitis yang memerlukan investigasi geoteknik spesifikasi dan analisis respons situs-spesifik, lihat 6.10.1
Sumber : SNI 1726:2012
3) Paameter percepatan spektral desain
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek SDS dan pada periode 1 detik SD1 ditentukan berdasarkan rumus berikut.
=
23 (2.4)
1
=
23 1 (2.5)
SDS : parameter respon spektral percepatan desain pada periode pendek.
SD1 : parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik.
4) Spektrum respon desain
Untuk mengetahui nilai spektrum respon desain harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
a) Untuk periode yang lebih kecil dari T0 , spektrum respon percepatan desain Sa dengan persamaan sebagai berikut :
(29)
b) Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama dengan Ts spektru respon perencanaan desain Sa sama dengan SD1.
c) Untuk periode lebih besar dari TS spektrum respon desain Sa diambil seperti rumus berikut :
�
=
1 (2.7)T : periode respon fundamental struktur.
0 = 0,2 1
(2.8)
�
=
1(2.9)
Gambar 2.3. Spektrum respons desain (Sumber : SNI 1726:2012)
Nilai spektrum respon desain juga dapat diketahui dengan menggunakan aplikasi desain spektra indonesia yang diakses melalui internet dengan membuka website Pusat Penelitian dan Penggembangan Permukiman – Kementrian Pekerjaan Umum. Dibawah ini merupakan gambar respon desain yang diperoleh
(30)
melalui Pusat Penelitian dan Penggembangan Permukiman – Kementrian Pekerjaan Umum.
Gambar 2.4. Spektum respon desain wilayah Cirebon (Sumber : puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)
5) Kategori desain seismik
Struktur harus ditetapkan memiliki kategori desain seismik. Struktur dengan katagori resiko I, II, atau III. Masing-masing bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah, berdasarkan spesifikasi tabel 2.6. dan tabel 2.7. terlepas dari nilai periode fundamental gtaran struktur T.
Tabel 2.5. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek
Nilai SDS
Kategori risiko
I atau II atau III IV SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C 0,33 ≤ SDS < 0,5 C D
0,50 ≤ SDS D D
(31)
Tabel 2.6. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik
Nilai SD1 Kategori risiko
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C 0,33 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ SD1 D D
Sumber : SNI 1726:2012
Berdasarkan tabel 2.6. dan 2.7. kita dapat mengetahui spesifikasi pemeliharaan sistem pemikul beban gempa yaitu berdasarkan tabel 3.8. Pemeliharaan sistem pemikul beban.
Tabel 2.7. Pemeliharaan sistem pemikul beban
Peraturan Tingkat Resiko Kegempaan
Rendah Menengah Tinggi SNI 1726:2012 KDS A,B KDS C KDS D, E, F
SPRMB/M/K SPRMM/K SPRMK
Sumber : SNI 1726:2012
6) Kombinasi sistem perangkai dalam arah yang berbeda
Sistem penahan gaya gempa yang berbeda diijinkan untuk digunakan, untuk menahan gaya gempa masing-masing arah kedua sumbu ortogonal struktur. Bila sistem yang berbeda digunakan, masing-masing nilai R, Cd, dan Ω0 harus dikenakan pada setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur seperti pada tabel 2.8.
Tabel 2.8. R, Cd, dan Ω0 untuk menahan gaya gempa
Sistem penahan gaya seismik
Koefisien modifikasi respons (R)
Faktor kuat- lebih sistem (Cd)
Faktor pembesaran
defleksi (Ω0)
Rangka baja pemikul
mome khusus 8 3 5,5
Rangka baja dengan bresing konsentrik khusus
6 2,5 5
Rangka baja dengan
bresing eksentrik 8 2 4
(32)
7) Periode fundamental pendekatan
Periode fundamental pendekatan (Ta), dalam detik harus ditentukan dari persamaan berikut.
Ta = Ct × ℎ�� (2.10)
Keterangan :
hn adalah tinggi struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur, dan koefisin Ct dan x ditentukan berdasarkan tabel 2.9.
Tabel 2.9. Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik SD1
Koefisien CU
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber : SNI 1726:2012
Tabel 2.10. Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihbungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari deflksi jika dikenal dengan gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724a
0,8 Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,8 Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75 Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75 Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
Sumber : SNI 1726:2012
Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan periode fundamental pendekatan (Ta)dalam detik untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan
(33)
gaya gempa terdiridari penahan gaya rangka momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 meter.
Ta = 0,1N (2.11)
Periode yang digunakan yaitu sebagai berikut : a) Jika Tc > Cu Ta maka T = Cu Ta
b) Jika Ta < Tc < Cu Ta maka T = Tc c) Jika Tc < Ta maka T = Ta
8) Gaya dasar seismik
Gaya dasar seismik V arah yang ditetapkan harus sesuai dengan persamaan berikut :
V = Cs × W (2.12)
Keterangan :
Cs adalah koefisien respon seismik W adalah berat saismik efektif
Untuk menentukan koefisien respon seismik Cs harus ditentukan dengan persamaan berikut :
�
=
�
(2.13)
�
=
1�
(2.14)
Syarat :
Cs≥ 0,044 SDS le≥ 0,01 Bila S1 > 0,6g
Cs≥ 0,5 1 �
9) Distribusi vertikal gaya gempa
Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut :
Fx = Cvx × V (2.15)
Cvx = wxhx k ∑ni=1wihik
(34)
e. Beban Hujan
Menurut SNI 1727:2013 setiap bagian suatu atap harus dirancang mampu menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul apabila sistem drainase primer untuk bagian tersebut tertutup. 3. Kombinasi Beban
Menurut SNI 1726:2012 struktur bangunan gedung dan non gedung dirancang menggunakan kombinasi pembebanan untuk metode tegangan ijin. Beban-beban di bawah ini harus ditinjau dengan kombinasi-kombinasi berikut untuk perencanaan struktur, komponen elemen struktur dan elemen-elemen fondasi berdasarkan metode tegangan ijin :
a. D b. D + L
c. D + (Lr atau R)
d. D + 0,75L + 0,75(Lr atau R) e. D + (0,6W atau 0,7E)
f. D + 0,75(0,6W atau 0,7E) + 0,75L + 0,75(Lr atau R) g. 0,6D + 0,6W
h. 0,6D + 0,7E
4. Metode Load Resistance Factor Design
Berdasarkan metode LRFD, suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhia syarat sebagai berikut :
ᶲRn≥ ∑ ᵞi.Qi (2.17)
Dari persamaan diatas tahanan atau kekakuan sistem setruktur serata beban yang beban yang harus dipikul. Jika tahanan nominal Rn dikalikan faktor tahanan ᶲ sehingga didapatkan tahanan rencana, akan tetapi jika beban dikalikan dengan faktor beban ᵞi untuk mendapatkan jumlah beban terfaktor ᵞi.Qi.
(35)
5. Perencanaan portal a. Desain balok
1) Pemeriksaan kelangsingan penampang balok terdapat pada SNI 1729:2015 tabel B 4.16.
bf
2× tf ≤ λ = 0,38 � Es
fy (2.18) d
tw ≤ λ = 2,45� Es
fy (2.19) 2) Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur seperti pada
pasal F2-5
Lbmax = 0,086 × iy ×Es
fy (2.20)
Lp = 1,76 × iy ×�Es
fy (2.21) Cek kekuatan :
Lb ≤ Lp
Maka momen nominal seperti pasal F2-1
Mn = Mp = Zxb×fy (2.22)
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok :
Rasio momen = Mu
Φb×Mn < 1 (2.23) 3) Periksa kekuatan geser balok
λw = d
tw (2.24) kn = 5 + 5
�Lbd �2
menurut pasal G2-6 (2.25)
1,1 �kn × Es
(36)
Karena λw ≤ 1,1�kn × Es
fy maka leleh terjadi pada plat badan. Kuat geser nominal ditentukan berdasarkan pasar G3-1 Vn = 0,6 × fy × ( d × tw )
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser
balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn < 1 (2.27) 4) Pemeriksaan interaksi lendut dan geser
Pemeriksaan interaksi : Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn < 1,375 (2.28) b. Desain kolom
1) Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom Untuk sayap :
bf
2 × tf ≤ λ = 0,38 � Es
fy (2.29) Untuk badan :
Jika Ca≤ 0,125 d
tw ≤ λ = 2,45� Es
fy (1 – 0,93 × Ca) (2.30) Jika Ca≥ 0,125
d
tw ≤ λ = 0,77� Es
fy (2,93 – Ca)≥ 1,49 ×� Es
fy (2.31)
Dimana Py = As × fy (2.32)
Ca = pu
(37)
2) Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom
Kekuatan kolom dicek terhadap kekuatan aksial kecuali ada gaya lintang yang bekerja dalam bentang kolom tersebut.
Lbmax = 0,086 × iy × Es
fy (2.34) 3) Pemeriksaan kapasitas aksial kolom
a) Menentukan panjang efektif kolom
Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka kx = ky = 1
λx = kx × Lb
ix (2.35)
λy = ky × Lb
iy (2.36) b) Periksa tegangan lentur tekuk
Fey = π 2×Es
λy2 Fcr = 0,658
fy
Fey × fy pada pasal E3-2 Maka kapasitas aksial kolom adalah :
ΦPn = Φc × Fcr × As (2.37)
Rasio aksial = Pu
ΦPn < 1 (2.38) 6. Sambungan
Desain sambungan harus dirancang sesuai dengan kekuatan desain ΦRn dan kekuatan yang diijinkan Rn/Φ . Gaya dan deformasi yang digunakan harus sesuai konsisten dengan kinerja sambungan yang direncanakan tersebut dan asusumsi yang digunakan. Kekuatanperlu sambungan harus ditentukan oleh analisis struktur dan beban desain yang disyaratkan, atau merupakan proporsi kekuatan yang diperlukan dari komponen struktur yang disambung.
(38)
25 BAB III
METODE PENELITIAN A. Dasar-Dasar Perencanaan
1. Deskripsi model struktur
Pengerjaan tugas akhir ini yaitu perencanaan ulang proyek pembangunan PT. Indofood CBT digunakan pemodelan struktur 2D dari beberapa sruktur portal yang ada, dipilih portal terbesar yaitu SA karena dapat mewakili portal-portal yang lain dengan menggunakan Structure Analisis Programe 2000 versi 14 (SAP) mengacu SNI terbaru yaitu Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
Gambar 3.1. Model portal 2. Data struktur
Model struktur direncanakan terletak di kota Cirebon dengan jenis tanah lunak. Struktur ini memiliki 3 lantai dan fungsi gedung sebagai gudang ataupun pabrik produksi dengan data struktur sebagai berikut.
a. Baja
Profil : ASTM A-36.
Baut : ASTM A-325.
b. Gambar
Adapun gambar yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu gambar kontraktor dan gambar arsitek.
(39)
c. Material
d. Tabel 3.1. Data Material
NO KODE UKURAN KETERANGAN
1 KB2 H 400X400X13X21
KOLOM BAJA 2 KB3 WF 350X350X12X19
3 BB1 WF 500X200X10X16
BALOK BAJA 4 BB2 WF 450X200X9X14
5 BR4 PIPA 3"
BRACING 6 BR5 WF 300X150X6,5X9
7 R1 WF 500X200X10X15
RAFTER 8 R3 WF 300X150X6,5X9
Sumber : Gambar Konstruksi Proyek Pembangunan New Noodle Factory
3. Perturan-peraturan
Perencanaan ulang ini digunakan beberapa pedoman perencangan struktur yaitu sebagai berikut :
a. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015). b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012).
c. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur lain (SNI 1727:2013).
B. Metode perencanaan 1. Teknik pengolahan data
Semua data yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Tahapan-tahapan pengolahan data tersebut sebagai berikut :
a. Pembuatan pemodelan struktur baja
Membuat contoh peodelan struktur dengan menggunakan Structure Analisis Programe (SAP 2000 V.14).
b. Perhitungan beban dan kombinasi beban
Perhitungan pembebanan seperti beban hidup, beban mati, beban gempa, beban angin dan kombinasi beban lainnya digunakan Microsoft
Excel sesuai dengan Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan
(40)
c. Memasukan beban yag telah dihitung ke dalam Structure Analisis Programe (SAP).
d. Menghitung beban gempa yang mengacu pada SNI-1726-2012.
e. Memasukan data beban gempa yang telah dihitung kemudian input ke dalam Structure Analisis Programe (SAP 2000 V.14) kemudian dianalisis.
f. Input kombinasi beban yang akan digunakan pada Structure Analisis
Programe (SAP2000 V.14).
g. Menganalisis pemodelan yang telah dibuat pada Structure Analisis
Programe (SAP 2000.14) apakah sudah memenuhi spesifikasi atau
keamanan struktur. h. Perhitungan sambungan.
Perencanaan ulang struktur baja dapat juga dilihat seperti pada bagan alir dibawah ini.
(41)
Gambar 3.2. Bagan Alir Proses Tahapan Penelitian 2. Pembahasan Hasil
Hasil analisis struktur yang diperoleh selanjutnya dibandingkan berdasarkan keadaan dilapangan. Dari hasil tersebut kemudian dapat diambil kesimpulannya.
Mulai
Pengumpulan data : 1. Gambar struktur dan arsitek 2. Mutu baja dan beton
3. Data profil 4. Literatur
Analisis Pembebanan
Analisis Struktur dengan SAP2000 V.14
Analisis Penampang
Tidak
Perencanaan Sambungan
Selesai OK
(42)
29 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Struktur
Tugas akhir ini yaitu perencanan struktur pada bangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP. Struktur dimodelkan dua dimensi dengan tinjaun portal terbesar dengan menggunakan Struktur Analisis Program SAP2000 V.14.
Gambar 4.1. Model portal
Perencanaan direncanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015).
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012).
3. Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain
(SNI 1727:2013).
4. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.
B. Data Geomerti Strktur
Data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini yaitu sebagai berikut :
1. Baja
a. Profil : ASTM A-36.
(43)
2. Material
Tabel 4.1 Data Meterial
NO KODE UKURAN KETERANGAN
1 KB2 H 400X400X13X21
KOLOM BAJA
2 KB3 WF 350X350X12X19
3 BB1 WF 500X200X10X16
BALOK BAJA
4 BB2 WF 450X200X9X14
18 BR4 PIPA 3"
BRACING
19 BR5 WF 300X150X6,5X9
21 R1 WF 500X200X10X15
RAFTER
23 R3 WF 300X150X6,5X9
Sumber : BITA C. Analisis Pembebanan
Pada perencanaan struktur ini beban-beban yang bekerja sesuai dengan
Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI
1727:2013) dan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.
1. Beban mati pada plat lantai
Beban mati yang direncanakan pada plat lantai yaitu sebagai berikut : a. Tebal polyurethane (3 mm) = 0,003 meter
b. Berat polyurethane = 36 kg/m3
Beban polyurethane = 0,003 × 36 = 0,108 kg/m2
c. Plat beton (120 mm) = 0,12 meter
d. Berat beton bertulang = 2400 kg/m2
Beban plat beton = 0,12 × 2400 = 288 kg/m2
Beban mati plat lantai = (0,108 + 288) × 6 × 0,5 = 864,324 kg/m
e. Beban tambahan (SDL)
Berat dinding (hebel 20) = 200 kg/m2
Tinggi dinding = 4 m
SDL = 200 × 4 = 800 kg/m
2. Beban mati atap
(44)
b. Penutup atap metal gelombang = 10 kg/m2
c. Jarak antar gording = 1,2 m
d. Berat atap = 10 × 1,2 = 12 kg/m
e. Beban mati atap = 4,96 + 12 = 16,96 kg/m
3. Beban angin
a. Sudut kuda-kuda (α) = 5o
b. Q angin = 40 kg/m2
c. Jarak antar kuda-kuda = 6 m
d. Jarak antar gording = 1,2 m
e. Koefisien angin tekan (c) = (0,02α – 0,4)
= (0,02(5) – 0,4) = – 0,3
f. Koefisien angin hisap = – 0,4
g. Beban angin pada kuda-kuda
Angin tekan = – 0,3 × 6 × 40 = 72 kg/m
Angin hisap = – 0,4 × 6 × 40 = 96 kg/m
4. Beban hidup
a. Beban hidup plat lantai = 6 kN/m2
b. Beban hidup atap = 100 kg
5. Beban hujan 40 − 0,8 α
40 − 0,8 (5) = 36 kg/m 6. Beban gempa
a. Klasifikasi situs
Dalam melakukan analisis struktur khususnya dalam mengetahui klasifikasi suatu situs tanah respon spekrum gempa terlebih dahulu kita harus mengetahui situs tanah yang akan di dirikan sebagai bangunan nantinya. Pada perencanaan tersebut perlu dilakukan penyelidikan tanah di area pembangunan yang dipersiapkan agar mengetahui jenis tanah berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan berdasarkan tabel 4.2. dan tabel 4.3.
(45)
Tabel 4.2. Hasil Penujian SPT
DB 5
KEDALAMAN (m) TEBAL (m) N-SPT Ti/Ni
0 - 3,1 3,1 11 0,282
3,1 - 4,8 1,7 9 0,189
4,8 - 7,3 2,5 5 0,500
7,3 - 9,4 2,1 6 0,350
9,4 - 11,3 1,9 7 0,271
11,3 - 13,5 2,2 5 0,440
13,5 - 18,7 5,2 22,667 0,229
18,7 - 23,5 4,8 22,5 0,213
23,5 – 30 6,5 50 0,130
JUMLAH 30 2,605
Sumber : BITA ENARCON ENGINEERING, 2014 Tabel 4.3. Hasil Pengujian SPT
DB 9
KEDALAMAN (m) TEBAL (m) N-SPT Ti/Ni
0 - 2,7 2,7 6 0,45
2,7 - 5,3 2,6 5 0,52
5,3 - 7,4 2,1 10 0,21
7,4 - 13,20 5,8 6,333 0,916
13,20 - 17,60 4,4 12,5 0,352
17,60 - 23,30 5,7 25,333 0,225
23,30 - 28,70 5,4 40,333 0,134
28,70 - 30,45 1,75 23 0,076
JUMLAH 30,45 2,883
Sumber : BITA ENARCON ENGINEERING, 2014 Nilai N rata-rata ditentukan dengan rumus :
N=∑ di n i=1 ∑n Nidi
i=1
(4.1)
(46)
N= 35
2,774 =11,512
N= 30,45
2,883=10,562
Jadi N rata-rata = 11,512+10,562
2 =11,590
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 5.3 untuk nilai N = 11,590 klasifikasi tanah situs termasuk jenis Tanah Lunak.
a. Respon spektrum
Analisis respon spektrum mengacu pada SNI 1726:2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Pada gambar 9 dan 10 SNI 1726:2012 diperoleh nilai SS dan S1. SS = 0,715 dan S1 = 0,291
Koefisien situs Fa dan Fv diperoleh pada tabel 4.4. dan 4.5. berdasarkan SNI 1726:2012.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan koefisien situs Fa
Kelas Situs
Parameter Respon Spektrum Percepatan Gempa Terpetakan pada Periode Pendek T=0,2s Ss
Ss ≤ 0,25 - Ss = 0,5 Ss=0,715 Ss = 0,75 - Ss = 1,00 - Ss ≥ 1,25
SA 0,8 - 0,8 0,8 0,8 - 0,8 - 0,8
SB 1,0 - 1,0 1 1,0 - 1,0 - 1
SC 1,2 - 1,2 1,114 1,1 - 1,0 - 1
SD 1,6 - 1,4 1,228 1,2 - 1,1 - 1
SE 2,5 - 1,7 1,270 1,2 - 0,9 - 0,9
SF SS
Tabel 4.5. Hasil perhitungan koefisien situs Fv Kelas
Situs
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa Terpetakan pada Periode 1 detik , S1
S1 ≤ 0,1 - S1 = 0,2 S1=0,291 S1 = 0,3 - S1 = 0,4 - S1 ≥ 0,5
SA 0,8 - 0,8 0,8 0,8 - 0,8 - 0,8
SB 1,0 - 1 1 1 - 1 - 1
SC 1,7 - 1,6 1,509 1,5 - 1,4 - 1,3
SD 2,4 - 2 1,818 1,8 - 1,6 - 1,5
SE 3,5 - 3,2 2,836 2,8 - 2,4 - 2,4
(47)
Untuk menentukan respons spektral percepatan gempa di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasiseismik pada periode 0,2 detik dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada periode getaran pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Parameter spektrum respon periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang diperoleh seperti pada tabel 4.6. berdasarkan SNI 1726:2012.
Tabel 4.6. Hasil perhitungan SMS dan SM1
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (SDS)dan pada periode 1 detik (SD1) berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil perhitungan SDS dan SD1
Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung maka wilayah gempa ditetapkan spektrum respon rencana seperti pada gambar 4.2.
Kelas Situs SMS SM1
SA 0,572 0,233
SB 0,715 0,291
SC 0,797 0,439
SD 0,878 0,529
SE 0,908 0,825
Kelas Situs SDS SD1
SA 0,381 0,155
SB 0,477 0,194
SC 0,531 0,293
SD 0,585 0,353
(48)
Gambar 4.2. Spektrum respons
Gambar diatas diperoleh berdasarkan hasil hitungan seperti pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Respons spektrum gempa
Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (SDS) sebesar 0,605serta pada periode 1 detik (SD1) sebesar 0,550 dengan spesifikasi 0,50 ≤ SDS dan 0,20 ≤ SD1 bedasarkan tabel yang telah dijalaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu memenuhi spesifikasi dengan kategori resiko IV dengan tingkat resiko kegempaan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan nilai
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80
0 2 4 6 8 10 12
TANAH KERAS (SC)
TANAH SEANG (SD)
TANAH LUNAK (SE) T (s) Sa (g) T (s) Sa (g) T (s) Sa (g)
0 0,21 0 0,23 0 0,24
0,11 0,53 0,12 0,59 0,18 0,61
0,20 0,53 0,2 0,59 0,30 0,61
0,30 0,53 0,3 0,59 0,40 0,61
0,40 0,53 0,4 0,59 0,50 0,61
0,50 0,53 0,5 0,59 0,60 0,61
0,55 0,53 0,60 0,59 0,91 0,61
0,90 0,33 1 0,35 1,00 0,55
1,00 0,29 2 0,18 2,00 0,30
2,00 0,15 3 0,12 3,00 0,20
3,00 0,10 4 0,09 4,00 0,15
4,00 0,07 5 0,07 5,00 0,12
5,00 0,06 6 0,06 6,00 0,10
6,00 0,05 7 0,05 7,00 0,09
7,00 0,04 8 0,04 8,00 0,08
8,00 0,04 9 0,04 9,0 0,07
(49)
koefisien modifikasi respon (R) 8. Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100% gaya gempa yang disyaratkan dan tidak melingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi dengan nilai Ct 0,0724, nilai x 0,8 dan nilai koefisien Cu 1,4.
b. Geser dasar seismik Cs= SDs
�IeR�
Cs = 0,605
�81�
Cs = 0,076 V = Cs × W
V = 0,076 × 4194,246 V = 318,763 kN c. Periode fundamental
Ta = Ct × hnx
Ta = 0,0724 × 17,66 0,8 Ta = 0,72 detik maka k = 2 d. Distribusi vertikal gaya gempa
Fx = Cvx × V dan Cvx= wxhx
k ∑ni=1wi hik
Tabel 4.9. Hasil perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
Lantai ke
Hi (m)
Wi (kN)
Hi x Wi (kg m)
wxhxk
∑ni=1wi hik Fi (kN) atap 16,11 3,374 54,35514 2,690E-06 8,575E-04 lantai 2 11,34 1679,978 19050,95052 0,330 105,333 lantai 1 5,59 2510,894 14035,89746 0,179 57,176
(50)
(51)
D. Desain Balok
1. Data profil rencana BB1 IWF 500×200×10×16
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14 diperoleh gaya dalam balok terbesar yaitu sebagai berikut :
Mu = 124,908 kN m Vu = 168,323 kN
d = 500 mm
bf = 200 mm tw = 10 mm tf = 16 mm ix = 205 mm iy = 43,3 mm As = 11420 mm2 Sx = 1910 cm3
r = 20 mm
fr = 70 Mpa Jx = 47800 cm4 Jy = 2140 cm4
h = ( d – ( 2 × tf ) ) – ( 2 × r ) = ( 500 – ( 2 × 16 ) ) – ( 2 × 20 ) = 428 mm
Zxb = ( bf × tf ) × ( d – tf ) + tw�d 2–tf�
2
= ( 200 × 16 ) × ( 500 – 16 ) + 10�500 2 –16�
2
= 2,096 × 106 mm3 Zyb = �bf
2 tf� × bf + tw2
4 × ( d – ( 2 × tf ) ) = �200
2 16� × 200 +
102
4 × (500 – ( 2 × 16 )
= 3,317 × 105 mm Es = 200000 Mpa fy = 240 Mpa
(52)
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang balok bf
2× tf ≤λ =0,38 � Es fy 6,250 ≤ 10,97 ... (OK)
d
tw ≤ λ = 2,45� Es
fy 50 ≤ 70,725 ... (τK)
Jadi, penampang balok memenuhi syarat kekompakan. b. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur
Balok diberi penopang lateral pada setiap jarak 2 meter. Lb = 6000mm
3 =2×10
3mm
Cek :
Lbmax = 0,086 × iy ×Es fy Lbmax = 3,103 × 103 mm Cek kekuatan :
Lb < Lbmax ... (OK)
Lp = 1,76 × iy ×�Es fy Lp = 2,2 × 103 mm Untuk Lb ≤ Lp
maka momen nominal Mn = Mp = Zxb × fy Mn = Mp = 524 kN m
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok: Rasio momen = Mu
Φb×Mn= 0,265 <1…(OK) c. Pemeriksaan kuat geser balok
λw= d tw
(53)
λw= 500 10 =50 kn = 5 + 5
�Lbd�2
kn = 5 + 5
�2 × 10500 3�
2 = 5,313 sehingga 1,1 �
kn × Es
fy = 73,193
Karena λw ≤ 1,1�kn × Es
fy maka leleh terjadi pada plat badan. Kuat geser nominal ditentukan sebagai berikut :
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw ) Vn = 0,6 × 0,24 × ( 500 ×10 ) Vn = 720 kN
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn= 0,260 <1…(OK) d. Pemeriksaan interaksi Lentur dan Geser
Persamaan interaksi : Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn = 0,428 < 1,375…OK 2. Data profil rencana BB2 IWF 450×200×9×14
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14 diperoleh gaya dalam balok terbesar yaitu sebagai berikut :
Mu = 126,028 kN m Vu = 119,357 kN
d = 450 mm
bf = 200 mm tw = 9 mm tf = 14 mm ix = 186 mm iy = 44,0 mm
(54)
As = 9676 mm2 Sx = 1490 cm3
r = 18 mm
fr = 70 Mpa Jx = 33500 cm4 Jy = 1870 cm4
h = ( d – ( 2 × tf ) ) – ( 2 × r ) = ( 450 – ( 2 × 14 ) ) – ( 2 × 18 ) = 386 mm
Zxb = ( bf × tf ) × ( d – tf ) + tw�d 2–tf�
2
= ( 200 × 14 ) × ( 450 – 14 ) + 9�500 2 –14�
2
= 1,621 × 106 mm3 Zyb = �bf
2 tf� × bf + tw2
4 × ( d – ( 2 × tf ) ) = �200
2 14� × 200 +
92
4 × (450 – ( 2 × 14 )
= 2,885 × 105 mm Es = 200000 Mpa fy = 240 Mpa
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang balok bf
2× tf ≤λ=0,38 � Es
fy 7,143 ≤ 10,97 ... (OK)
d
tw ≤ λ = 2,45� Es
fy 50 ≤ 70,725 ... (τK)
Jadi, penampang balok memenuhi syarat kekompakan. b. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur
Balok diberi penopang lateral pada setiap jarak 2 meter. Lb = 8000mm
4 =2×10
3 m
(55)
Cek :
Lbmax = 0,086 × iy ×Es fy Lbmax = 3,153 × 103 mm Cek kekuatan :
Lb < Lbmax ... (OK)
Lp = 1,76 × iy ×�Es fy Lp = 2,236 × 103 mm Untuk Lb ≤ Lp
maka momen nominal Mn = Mp = Zxb × fy Mn = Mp = 389,04 kN m
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok: Rasio momen = Mu
Φb×Mn= 0,360 < 1…(OK) c. Pemeriksaan kuat geser balok
λw= d tw
λw = 450 9 = 50 kn = 5 + 5
�Lbd�2
kn = 5 + 5
�2 × 10450 3�
2 = 5,253 sehingga 1,1 �
kn × Es
fy = 72,779
Karena λw ≤ 1,1�kn × Es
fy maka leleh terjadi pada plat badan. Kuat geser nominal ditentukan sebagai berikut :
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw ) Vn = 0,6 × 0,24 × ( 450 ×9 ) Vn = 583,2 kN
(56)
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser balok :
Rasio shear = Vu
Φs×Vn= 0,227 < 1…(OK) d. Pemeriksaan interaksi Lentur dan Geser
Persamaan interaksi : Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn = 0,502 < 1,375…OK 3. Data profil rencana R1 IWF 500×200×10×16
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14 diperoleh gaya dalam rafter terbesar yaitu sebagai berikut :
Mu = 30,31 kN m Vu = 16,68 kN
d = 500 mm
bf = 200 mm tw = 10 mm tf = 16 mm ix = 205 mm iy = 43,3 mm As = 11420 mm2 Sx = 1910 cm3
r = 20 mm
fr = 70 Mpa Jx = 47800 cm4 Jy = 2140 cm4
h = ( d – ( 2 × tf ) ) – ( 2 × r ) = ( 500 – ( 2 × 16 ) ) – ( 2 × 20 ) = 428 mm
Zxb = ( bf × tf ) × ( d – tf ) + tw�d 2–tf�
2
= ( 200 × 16 ) × ( 500 – 16 ) + 10�500 2 –16�
2
(57)
Zyb = �bf
2 tf� × bf + tw2
4 × ( d – ( 2 × tf ) ) = �200
2 16� × 200 +
102
4 × (500 – ( 2 × 16 )
= 3,317 × 105 mm Es = 200000 Mpa fy = 240 Mpa
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang rafter bf
2× tf ≤λ=0,38 � Es
fy 6,250 ≤ 10,97 ... (OK)
d
tw ≤ λ = 2,45� Es
fy 50 ≤ 70,725 ... (τK)
Jadi, penampang balok memenuhi syarat kekompakan. b. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur
Rafter diberi penopang lateral pada setiap jarak 2 meter. Lb = 8029,42 mm
4 =2×10
3mm
Cek :
Lbmax = 0,086 × iy ×Es fy Lbmax = 3,103 × 103 mm Cek kekuatan :
Lb < Lbmax ... (OK)
Lp = 1,76 × iy ×�Es fy Lp = 2,2 × 103 mm Untuk Lb ≤ Lp
(58)
Mn = Mp = 524 kN m
Dengan nilai reduksi lentur Φb = 0,9 maka rasio kapasitas lentur balok: Rasio momen = Mu
Φb×Mn= 0,064 <1…(OK) c. Pemeriksaan kuat geser balok
λw= d tw
λw= 500 10 =50 kn = 5 + 5
�Lbd�2
kn = 5 + 5
�2 × 10500 3�
2 = 5,313 sehingga 1,1 �
kn × Es
fy = 73,193
Karena λw ≤ 1,1�kn × Es
fy maka leleh terjadi pada plat badan. Kuat geser nominal ditentukan sebagai berikut :
Vn = 0,6 × fy × ( d × tw ) Vn = 0,6 × 0,24 × ( 500 ×10 ) Vn = 720 kN
Dengan nilai reduksi geser Φs = 0,9 maka rasio kapasitas geser balok : Rasio shear = Vu
Φs×Vn= 0,039 <1…(OK) d. Pemeriksaan interaksi Lentur dan Geser
Persamaan interaksi : Mu
Φb × Mn + 0,625 × Vu
Φs ×Vn = 0,088 < 1,375…OK E. Desain Kolom
1. Data profil rencana KB2 IWF 400×400×13×21
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14 diperoleh gaya dalam kolom terbesar yaitu sebagai berikut :
(59)
d = 400 mm bf = 400 mm tw = 13 mm tf = 21 mm ix = 175 mm iy = 101 mm As = 21870 mm Sx = 3330 cm3
r = 22 mm
fr = 70 Mpa Jx = 66600 cm4 Jy = 22400 cm4
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom Untuk sayap :
bf
2× tf ≤λ=0,38 � Es
fy 9,524 ≤ 10,97 ... (OK) Untuk badan :
Py = As × fy
Py = 21870 × 240 = 5,249 × 103 kNdan Φc = 0,9
Ca = pu
Φc×Py
Ca = 26,794
0,9×5,249 × 103=5,672 ×10 -3≤
0,125
sehingga d
tw ≤ λ = 2,45� Es
fy (1 – 0,93 × Ca)
30, 769 ≤ 70,354 ... (OK)
Jadi, penampang kolom tidak kompakan. b. Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom
(60)
Lbmax = 0,086 × iy × Es fy Lbmax = 0,086 × 101 × 200000
240 Lbmax = 7,238 × 103 mm Lb = 5590 mm
Lb < Lbmax ... (OK)
c. Pemeriksaan kapasitas aksial kolom 1) Menentukan panjang efektif kolom
Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka kx = ky = 1
λx = kx ×Lb ix
λx = 1 × 5590
175 = 31,943
λy = ky ×Lb iy
λy = 1 × 5590
101 = 55,347
2) Pemeriksa tegangan lentur tekuk Fey = π
2×Es
λy2 Fey = π
2×200000
55,3472 = 644,379 Mpa Fcr =0,658
fy Fey×fy
Fcr = 0,658 240
644,379 × 240 = 205,357 Mpa Maka kapasitas aksial kolom
ΦPn = Φc × Fcr × As = 4,042 × 103 kN Rasio aksial = Pu
ΦPn= 6,629 × 10
(61)
2. Data profil rencana KB3 IWF 350×350×12×19
Dari hasil analisis struktur dengan menggunakan SAP 2000 V.14 diperoleh gaya dalam kolom terbesar yaitu sebagai berikut :
Pu = 251,7 kN
d = 350 mm
bf = 350 mm tw = 12 mm tf = 19 mm ix = 152 mm iy = 88,4 mm As = 17390 mm Sx = 2300 cm3
r = 20 mm
fr = 70 Mpa Jx = 40300 cm4 Jy = 13600 cm4
a. Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom Untuk sayap :
bf
2× tf ≤λ=0,38 � Es
fy 9,211 ≤ 10,97 ... (OK) Untuk badan :
Py = As × fy
Py = 17390 × 240 = 4,174 × 103 kNdan Φc = 0,9
Ca = pu
Φc×Py
Ca = 251,7
0,9 × 4,174 × 103= 0,067 ≤ 0,125
sehingga d
tw ≤ λ = 2,45� Es
(62)
29,167 ≤ 66,340 ... (OK)
Jadi, penampang kolom tidak kompakan. b. Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom
Lb < Lbmax
Lbmax = 0,086 × iy × Es fy
Lbmax = 0,086 × 88,4 × 200000 240 Lbmax = 6,335 × 103 mm Lb = 5590 mm
Lb < Lbmax ... (OK)
c. Pemeriksaan kapasitas aksial kolom 1) Menentukan panjang efektif kolom
Dengan menggunakan Direct Analysis Method (DAM) maka kx = ky = 1
λx = kx ×Lb ix
λx = 1 × 5590
152 =36,776
λy = ky ×Lb iy
λy = 1 × 5590
88,4 =63,235
2) Pemeriksa tegangan lentur tekuk Fey = π
2×Es
λy2 Fey = π
2×200000
63,2352 = 493,645 Mpa Fcr = 0,658
fy Fey × fy
Fcr = 0,658 240
493,645 × 240 = 195,811 Mpa Maka kapasitas aksial kolom adalah
(63)
Rasio aksial = Pu
ΦPn= 0,082 < 1 … (OK) F. Perhitungan angkur base plat
Gambar 4.4. Detail Angkur
Gamabar 4.5. Detail Angkur 1. Base plat (PD2A) 400×400×13×21
a. Data profil : B = 550 mm N = 595 mm bf = 400 mm d = 400 mm tw = 13 mm tf = 21 mm
b. Karakteristik baut A-307 fy = 240 N/mm2
(64)
fc’ = 25 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral maksimum terjadi.
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 24546,77 kg Actual lateral Fx = 744,72 kg Actual lateral Fy = 0 kg Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �744,722+02 Q = 744,72 kg Tension load :
Actual tension load (T) = 24546,77 kg 2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = 24546,77 kg Actual lateral Fx = 744,72 kg Actual lateral Fy = 0 kg Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �744,722+02 Q = 744,72 kg d. Tahanan ijin
Fp = 0,35×fc’×10 Fp = 0,35×25×10 Fp = 87,5 kg/mm2 e. Luasan plat :
A1 = P Fp
(65)
A1 =24546,77 87,5 A1 = 280,535 mm2 A2 = B × N
A2 = 550 × 595 = 327250 mm2 f. Cek
Δ = 0,5 × (0,95 × d × 0,8 × bf)
Δ = 0,5 × (0,95 × 400 − 0,8 × 400)
Δ = 30 mm
A1 ≥ 1 A2�
P 0,35 × f'c�
A1 ≥ 1 327250�
24546,77 0,35 ×25
10
�
A1≥ 2404,877 mm2 A1 ≥ P
0,7 ×f'c A1 ≥ 24546,77
�0,7 × 2510 �
A1≥ 14026,73 mm
Diisyaratkan area A1 = 14026,73 mm N =�A1+Δ
N =�14026,73 +30
N = 148,43 mm < d = 400 mm B =A1
N
B =14026,73 148,43
(66)
g. Tahan tekanan aktual fp = P
B ×N fp =24072,158
550 × 595
fp = 0,075 kg/mm2 = 0,109 kip/in2
0,25 × Fy = 0,25 × 240 × 10 = 600 kg/cm2 = 8,702 kip/in2 m =N - 0,95 ×d
2
m =595 - 0,95 ×400 2
m = 107,5 mm
m = 10,75 cm = 4,232 in n =B - 0,8 ×bf
2
n =550 - 0,8 ×400 2 n = 115 mm
n = 11,5 cm = 4,528 in
tp = (max m or n) ×� fp 0,25 ×fy
tp = (4,528) �0,109 8,702 tp = 0,506 in
tp = 0,506 × 25,4 tp = 12,858 mm
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 12,858 mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360× 100
9,8067= 3671 kg/cm 2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm 2)
(67)
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm 2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm 2)
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 216 × 100
9,8067= 2203 kg/cm 2)
i. Cek gaya geser
Diameter baut angkur = M 25 Jumlah baut (n) = 4
Ag = 0,25 × π × (252)
Ag = 491 mm2 (cross section area of bolt) fv = Q
n × Ag
fv =744,72 × 9,8067 4 × 491
fv = 3,720 N/mm2 < Fv allowable OK j. cek tahanan pada plat
t = 25 mm ( tebal base plat direkomdasikan) Atu = 25 × 25 = 625 mm2 (shear section area of bolt) Fbtu = Q
n ×Atu Fbtu= 744,72 4 ×625
Fbtu = 2,92 N/mm2 < Fb allowable OK k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod = T n
Trod = 24546,77 4 Trod = 6137 kg
Ft×Ag = 15517 kg > Trod Ok
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5) Ft (ksi) = 26 – (1,8 × fv) ≤ 20 ksi
(68)
Ft = 179 – (1,8 × 3,720) Ft = 173 N/mm2 < 310 N/mm2 Trod
Ag =122,599 N/mm 2
< 173 N/mm2 l. Panjang angkur
La = 400 mm d = 25 mm fc’ = 25 Mpa fy = 240 Mpa
Panjang angkur minimum yang diperlukan : Lmin = fy
�4 × √fc'� × d Lmin = 240
�4 × √25� × 25 Lmin = 300 mm
Syarat yang harus dipenuhi adalah : Lmin≤ La
300 ≤ 400
Maka digunakan angkur 4 M 25 dengan panjang angkur 400 mm
(69)
2. Base plat (PD2) 400×400×13×21 a. Data profil
B = 550 mm N = 550 mm bf = 400 mm d = 400 mm tw = 13 mm tf = 21 mm
b. Karakteristik baut A-307 fy = 240 N/mm2
fc’ = 25 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral maksimum terjadi.
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 48520,85 kg Actual lateral Fx = 12,42 kg Actual lateral Fy = 0 kg Actual lateral load (Q) Q = �Fx2+Fy2
Q = �12,422+02 Q = 12,420 kg Tension load :
Actual tension load (T) = 48520,85 kg 2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = 18522,57 kg Actual lateral Fx = 22,02 kg Actual lateral Fz = 0 kg
(70)
Actual lateral load (Q) Q = �Fx2+Fy2
Q = �22,022+02 Q = 22,02 kg d. Tahanan ijin
Fp = 0,35×fc’×10 Fp = 0,35×25×10 Fp = 87,5 kg/mm2 e. Luasan plat
A1 = P Fp
A1 =18522,57 87,5 A1 = 554,524 mm2 A2 = B × N
A2 = 550 × 550 = 302500 mm2 f. Cek
Δ = 0,5 × (0,95 × d × 0,8 × bf)
Δ = 0,5 × (0,95 × 400 − 0,8 × 400)
Δ = 30 mm
A1 ≥ 1 A2�
P 0,35 × f'c�
A1 ≥ 1 302500�
48520,85 0,35 ×25
10
� 2
A1≥ 10165,186 mm2 A1 ≥ P
0,7 ×f'c A1 ≥ 48520,85
(71)
A1≥ 27726,20 mm
Diisyaratkan area A1 = 27726,20 mm N =�A1+Δ
N =�27726,20 +30
N = 196,51 mm < d = 400 mm B =A1
N
B =27726,20 196,51
B = 141,09 mm < bf = 400 mm g. Tahan tekanan aktual
fp = P B ×N fp =48520,85
550 × 550
fp = 0,160 kg/mm2 = 0,233 kip/in2
0,25 × Fy = 0,25 × 240 × 10 = 600 kg/cm2 = 8,7 kip/in2 m =N - 0,95 ×d
2
m =550 - 0,95 ×400 2
m = 85 mm
m = 8,5 cm = 3,346 in n =B - 0,8 × bf
2
n =550 - 0,8 ×400 2
n = 115 mm
n = 11,5 cm = 4,528 in
tp = (max m or n) ×� fp 0,25 ×fy
(72)
tp = (4,528) �0,233 8,7 tp = 0,740 in
tp = 0,740 × 25,4 tp = 18,803 mm
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 18,803mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360 × 100
9,8067= 3671 kg/cm 2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm 2)
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm 2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm 2)
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 216 × 100
9,8067= 2203 kg/cm 2)
i. Cek gaya geser
Diameter baut angkur = M 25 Jumlah baut (n) = 6 Ag = 0,25 × π × (252)
Ag = 491 mm2 (cross section area of bolt) fv = Q
n ×Ag
fv =22,02×9,8067 4 × 491
fv = 0,073N/mm2 < Fv allowable OK j. cek tahanan pada plat
t = 25 mm ( tebal base plat direkomdasikan) Atu = 25 × 25 = 625 mm2 (shear section area of bolt) Fbtu= Q
n ×Atu
Fbtu = 22,02 × 9,8067 4 ×625
(73)
Fbtu = 0,06 N/mm2 < Fb allowable OK k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod =
T n
Trod = 48520,85 6 Trod = 8087 kg
Ft×Ag = 15517 kg > Trod Ok
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5) Ft (ksi) = 26 – (1,8 × fv) ≤ 20 ksi
Ft = 179 – (1,8 × 0,110) Ft = 179 N/mm2 < 310 N/mm2 Trod
Ag = 161,559 N/mm 2
< 179 N/mm2 OK l. Panjang angkur
La = 400 mm d = 25 mm fc’ = 25 Mpa fy = 240 Mpa
Panjang angkur minimum yang diperlukan Lmin =
fy
�4 × √fc'� × d Lmin =
240
�4 × √25� × 25 Lmin = 300 mm
Syarat yang harus dipenuhi adalah : Lmin≤ La
300 ≤ 400
(74)
Gambar 4.7. Hasil perencanaan angkur 3. Base plat (PD3) 350×350×12×19
a. Data profil B = 500 mm N = 500 mm bf = 350 mm d = 350 mm tw = 12 mm tf = 19 mm
b. Karakteristik baut A-307 fy = 240 N/mm2
fc’ = 25 N/mm2
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral maksimum
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 17617,84 kg Actual lateral Fx = 50,19 kg Actual lateral Fy = 0 kg
(75)
Actual lateral load (Q) Q = �Fx2+Fy2
Q = �50,192+02 Q = 50,19 kg Tension load :
Actual tension load (T) = 17617,84 kg 2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = 17617,84 kg Actual lateral Fx = 50,19 kg Actual lateral Fy = 0 kg Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �50,192+02 Q = 50,19 kg d. Tahanan ijin
Fp = 0,35×fc’×10 Fp = 0,35×25×10 Fp = 87,5 kg/mm2 e. Luasan plat :
A1 = P Fp
A1 =17617,84 87,5 A1 = 201,347 mm2 A2 = B × N
(76)
f. Cek
Δ = 0,5 × (0,95 × d × 0,8 × bf)
Δ = 0,5 × (0,95 × 350 − 0,8 × 350)
Δ = 26,25 mm
A1 ≥ 1 A2�
P 0,35 ×f'c�
A1 ≥ 1 302500�
17617,84 0,35 ×25
10
� 2
A1≥ 1621,620 mm2 A1≥ P
0,7 ×f'c A1 ≥ 17617,84
�0,7 × 2510 �
A1≥ 10067,34 mm
Diisyaratkan area A1 = 10067,34 mm N =�A1+Δ
N =�10067,34 +26,25
N = 126,59 mm < d = 350 mm B =A1
N
B =10067,34 126,59
B = 79,53 mm < bf = 350 mm g. Tahan tekanan aktual
fp =
P B ×N fp=
17617,84 350 × 350
fp = 0,07kg/mm2 = 0,102 kip/in2
0,25 × Fy = 0,25 × 240 × 10 = 600 kg/cm2 = 8,702 kip/in2 m =N -0,95 ×d
(77)
m =500 - 0,95 ×350 2
m = 83,75 mm
m = 8,375 cm = 3,297 in n =B - 0,8 × bf
2
n =500 - 0,8 ×350 2 n = 110 mm
n = 11 cm = 4,331 in
tp = (max m or n) ×� fp 0,25 ×fy
tp = (4,331) �0,102 8,702 tp = 0,469 in
tp = 0,469 × 25,4 tp = 11,921 mm
Tebal plat yang disyaratkan adalah = 11,921 mm
Tebal base plat yang direkomendasikan adalah = 25 mm h. Karakteristik baut A-307
Fu = 360 N/mm2 (tegangan tarik minimum, 360× 100
9,8067= 3671 kg/cm 2)
Fy = 240 N/mm2 (tegangan leleh minimum, 240× 100
9,8067= 2447 kg/cm 2)
Ft = 310 N/mm2 (tegangan tarik, 310× 100
9,8067= 3161 kg/cm 2)
Fv = 165 N/mm2 (tegangan geser, 165× 100
9,8067= 1683 kg/cm 2)
Fb = 0,9 × 240 = 216 N/mm2 (tahanan ijin, 216 × 100
9,8067= 2203 kg/cm 2)
i. Cek gaya geser
Diameter baut angkur = M 25 Jumlah baut (n) = 4 Ag = 0,25 × π × (252)
(78)
Ag = 491 mm2 (cross section area of bolt) fv =
Q n ×Ag
fv =
50,19 4 × 491
fv = 0,251 N/mm2 < Fv allowable OK j. cek tahanan pada plat
t = 25 mm ( tebal base plat direkomdasikan) Atu = 25 × 25 = 625 mm2 (shear section area of bolt) Fbtu = Q
n ×Atu
Fbtu = 50,19 × 9,8067 4 ×625
Fbtu = 0,20 N/mm2 < Fb allowable OK k. Cek kekuatan tarik dari batang angkur
Trod = T n
Trod = 17617,84 4 Trod = 4404 kg
Ft×Ag = 15517 kg > Trod Ok
Tension and Shear in Bearing-type Connections (AISC'89 Sect. J3.5) Ft (ksi) = 26 – (1,8 × fv) ≤ 20 ksi
Ft = 179 – (1,8 × 0,251) Ft = 179 N/mm2 < 310 N/mm2 Trod
Ag = 87,993 N/mm 2
< 179 N/mm2 OK l. Panjang angkur
La = 400 mm d = 25 mm fc’ = 25 Mpa fy = 240 Mpa
(79)
Lmin =
fy
�4 × √fc'� × d Lmin =
240
�4 × √25� × 25 Lmin = 300 mm
Syarat yang harus dipenuhi adalah : Lmin≤ La
300 ≤ 400
Maka digunakan angkur 4 M 25 dengan panjang angkur 400 mm
Gambar 4.8. Hasi perencanaan angkur 4. Base plat (PD3A) 350×350×12×19
a. Data profil B = 500 mm N = 570 mm bf = 350 mm d = 350 mm tw = 12 mm tf = 19 mm
b. Karakteristik baut A-307 fy = 240 N/mm2
(80)
c. Beban-beban ketika gaya aksial maksimum dan gaya lateral maksimum
1) Gaya aksial maksimum
Actual axial load (P) = 11315,62 kg Actual lateral Fx = 460,03 kg Actual lateral Fy = 0 kg Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �460,032+02 Q = 460,03 kg Tension load :
Actual tension load (T) = 11315,62 kg 2) Gaya lateral maksimum
Actual axial load (P) = -10567,8 kg Actual lateral Fx = 460,03 kg Actual lateral Fy = 0 kg Actual lateral load (Q)
Q = �Fx2+Fy2
Q = �460,0302+02 Q = 460,030 kg d. Tegangan ijin
Fp = 0,35×fc’×10 Fp = 0,35×25×10 Fp = 87,5 kg/mm2 e. Luasan plat :
A1 = P Fp
(1)
Naskah Seminar Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6 1. Perhitungan respons spektrum desain
Perhitung beban gempa pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP perhitungan respons spektrum desain menggunakan excel dan menggunakan program aplikasi aplikasi desain spektra Indonesia yang diakses melalui internet dengan membuka website Pusat Penelitian dan Penggembangan Permukiman – Kementrian Pekerjaan (Umum) (Umum)Umum.
dengan cara
memasukan nama wilayah kemudian aplikasi akan menampilkan hasil.
Gambar 5. Hasil Spektrum respons
Gambar 6. Hasil Spektrum respon perhitungan excel 2. Distribusi gaya gempa
Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul disemua tingkat dan gaya gempa horizontal (Vx), geser tingkat desain gempa di semua tingkat harus ditentukan berdasarkan SNI 1726:2012.
Tabel 2. Hasil perhitungan distribusi vertikal gaya gempa
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80
(2)
Naskah Seminar Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7 Gambar 7. Analisis portal akibat beban gempa
3. Analisis pembebanan
Pada perencanaan struktur ini beban-beban yang bekerja sesuai dengan Beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013) dan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987. Beban yang direncanakan pada perencanaan ulang struktur baja ini diantaranya seperti beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dan beban hujan. Beban-beban tersebut dihitung berdasarkan fungsi bangunan yang akan direncanakan untuk kemudian diinput kedalam SAP 2000 V.14. Beban-beban tersebut akan dianalisis apakah struktur baja tersebut mampu menahan beban-bebnan yang bekerja. Hasil perhitungan pembebanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
(3)
Naskah Seminar Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
8 4. Analisis portal dan sambungan
Hasil analisis struktur dengan bantuan Structure Analisis Programe (SAP 2000 V.14) maka diperoleh gaya dalam untuk menghitung perencanaan portal dan sambungan dengan hasil perhitungan seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Hasil perhitungan portal
No Profil Kontrol Cek Ket
1 BB1 IWF
500×200×10×16 1. Kelangsingan penampang balok 2. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral 3. Pemeriksaan
kuat geser balok
4. Pemeriksaan
interaksi lentur dan geser
6,250 ≤ 10,97 50 ≤ 70,725 Lb < Lbmax Rasio momen
0,265 < 1 Rasio shear
0,260 < 1 0,428 < 1,375
Kompak OK OK OK 2 BB2 IWF 450×200×9×14 1. Kelangsingan penampang balok 2. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral 3. Pemeriksaan
kuat geser balok
4. Pemeriksaan
interaksi lentur dan geser
7,143 ≤ 10,97
Lb < Lbmax Rasio momen
0,360 < 1 Rasio shear
0,227 < 1 0,502 < 1,375
Kompak
OK
OK
OK
3 R1 IWF
500×200×10×16 1. Kelangsingan penampang balok 2. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral 3. Pemeriksaan
kuat geser balok
4. Pemeriksaan
interaksi lentur dan geser
6,250 ≤ 10,97 50 ≤ 70,725 Lb < Lbmax Rasio momen
0,064 < 1 Rasio shear
0,039 < 1 0,088 < 1,375
Kompak
OK
OK OK
4 KB2 IWF
400×400×13×21 1. Pemeriksaan kelangsingan penampang kolom 2. Pemeriksaan kelangsingan elemen kolom 3. Pemeriksaan kapasitas aksial kolom Sayap 9,524 ≤ 10,97
Badan 30,769≤70,354
Lb < Lbmax
Rasio aksial 6,629×10-3 < 1
Kompak
Kompak
(4)
Naskah Seminar Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
9
5 KB3 IWF
350×350×12×19
1. Pemeriksaan
kelangsingan penampang kolom
2. Pemeriksaan
kelangsingan elemen kolom
3. Pemeriksaan
kapasitas aksial kolom
Sayap 9,211 ≤ 10,97
Badan
29,167≤66,340
Lb < Lbmax Rasio aksial 0,082 < 1
Kompak
Kompak OK
Tabel 5. Hasil perencanaan sambungan
Perencanaan sambungan pada struktur baja proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP digunakan sambungan baut, dimana menggunakan 2 tipe baut yaitu A-307 dengan A-325. Baut tipe A-307 digunakan pada sambungan pedestal dan sambungan kolom dengan kolom, sedangkan pada tipe baut A-325 digunakan pada sambungan kolom dengan balok, ataupun balok dengan rafter. Perencanaan sambungan pada PD2 dan sambungan KB2 dengan KB3 menggunakan jumlah baut 6 M 25 perencnaan tersebut mengalami perubahan dengan apa yang telah direncanakan perencana sebelumnya dikarenakan pada saat cek kombinasi gaya geser dan gaya tarik tidak memenuhi spesifikasi.
E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perencanaan ulang dan perhitungan struktur pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP struktur baja, maka dapat disimpilkan sebagai berikut :
a. perencanaan komponen struktural balok-kolom stuktur baja 2D memenuhi persyaratan kekompakan dengan komponen penampang kolom (KB2 IWF 400×400×13×21, KB3 IWF 350×350×12×19), komponen penampang balok (BB1
(5)
Naskah Seminar Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
10 IWF 500×200×10×16, BB2 IWF 450×200×9×14), dan pada rafter menggunakan (R1 IWF 500×200×10×16),
b. perencanaan sambungan pada proyek pembangunan New Noodle Factory PT. Indofood CBP ini dilakuakn perubahan desain. Perubahan terhadap jumlah baut yang telah direncanakan sebelumnya pada sambungan PD2 dan sambungan KB2 dengan KB3 yaitu dengan menambahkan jumlah baut. Karakteristik baut yang digunakan pada sambungan pedestal yaitu, (PD2A 4 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD2 6 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD3 4 M 25 dengan panjang angkur 400), (PD3A 4 M 25 dengan panjang angkur 400).
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang perlu dikembangkan dalam penelitian ini yaitu :
a. perencanaan struktur perlu dilakukan analisis ulang dengan meninjau beberapa portal pada bangunan depan ataupun bangunan belakang pabrik tersebut,
b. perlu dilakukan analisis struktur dengan portal 3D sehingga mampu menghasilkan gaya-gaya dalam yang terjadi akibat pembebanan secara langsung sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dilapangan,
c. pada perencanaan sambungan perlu dilakukan perencanaan ulang dengan menggunakan peraturan baru yaitu SNI 1729:2015.
DAFTAR PUSTAKA
Irfan, Andy Rosyulianta. 2015. Perencanaan Ulang Gedung Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta Dengan Beton Bertulang.
Kudah, Makshal Faray. 2012. Perencanaan Bangunan Baja Di Indonesia.
Sampakang, Jusak Jan. 2013. Perencanaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus Pada Komponen Balok-Kolom Dan Sambungan Struktur Baja Gedung BPJN XI. Jurnal Sipil Statik Vol. 1 No. 10, September 2013 (653-663) ISSN:2337-6732.
SNI 1726:2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726:2012. Dinas Pekerjaan Umum.
SNI 1727:2013. Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur lain SNI 1727:2013. Dinas Pekerjaan Umum.
SNI 2847:2013. Persyaratan Beton Struktur Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013. Dinas Pekerjaan Umum.
(6)
Naskah Seminar Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta