FAKTOR RISIKO KEMATIAN MATERNAL SE-KABUPATEN BANTUL PERIODE TAHUN 2010 – 2014

(1)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MUHAMMAD AMRULLAH WAHID

20120310196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MUHAMMAD AMRULLAH WAHID

20120310196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iii Nama : Muhammad Amrullah Wahid NIM : 20120310196

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 10 Mei 2016

Yang membuat pernyataan,


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat serta ridho-Nya yang tidak terhingga. Shalawat dan salam sejahtera senantiasa tercurahkan atas junjungan Rasul Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Faktor Risiko Kematian Maternal Se-Kabupaten Bantul Periode

Tahun 2010 - 2014”. Penulis harapkan penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap banyak pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dengan tulus kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Alfaina Wahyuni Sp.OG., M.kes selaku Kaprodi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.kes selaku dosen pembimbing KTI atas kesabarannya membimbing penulis dan memberikan ilmu serta meluangkan waktu selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr. Brian Prima Artha, Sp.OG., yang sudah meluangkan waktu dan memberikan feedback pada penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Para staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas referensi, ilmu dan informasi yang diberikan.

6. Kepala Dinas Kabupaten Bantul beserta programer di bagian kesehatan ibu dan anak yang sudah memberikan data informasi pada penelitian ini.

7. Orang tua tercinta, H. Abdul Wahid dan Hj. Nuraini serta kakak - kakak dan adik tersayang Fathona Madiana, Faizah Apriliani dan Nurul Fadhillah yang selalu memberikan dukungan dan senantiasa mendoakan.


(5)

v

8. Novida Halleine Putri yang selalu memberi dukungan, bantuan serta waktu yang selalu ada buat peneliti.

9. Teman – teman pendidikan dokter UMY 2012 terutama Teman teman terbaik BAS family dan kelompok makan siang yang sudah berbagi ilmu, dukungan serta informasi guna melancarkan pembuatan KTI ini.

10.Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 10 Mei 2016


(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematian Maternal ... 8

1. Definisi ... 8

2. Epidemiologi ... 8

3. Penyebab kematian maternal... 10

4. Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal ... 12

5. Upaya menurunkan kematian ibu... 29

6. Pengukuran kematian maternal ... 30

B. Kerangka Teori... 33

C. Kerangka Konsep ... 36

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

D. Variabel ... 39

E. Definisi Operasional... 40

F. Instrumen Penelitian... 43

G. Cara Pengumpulan Data ... 43

H. Pengolahan Data... 43

I. Langkah – Langkah Penelitian ... 44

J. Analisis Data ... 45

K. Etika Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46


(7)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(8)

viii

Tabel 3. Jumlah kematian maternal di Kab. Bantul tahun 2010-2014 ... 46

Tabel 4. Karakteristik usia ... 47

Tabel 5. Karakteristik paritas ... 47

Tabel 6. Karakteristik Antenatal care... 47

Tabel 7. Karakteristik tingkat pendidikan ... 48

Tabel 8. Karakteristik pekerjaan ... 48

Tabel 9. Karateristik keterlambatan ... 49

Tabel 10. Karakteristik komplikasi kehamilan ... 49

Tabel 11. Karakteristik komplikasi persalinan... 49

Tabel 12. Karakteristik komplikasi nifas ... 50


(9)

(10)

ix

untuk melakukan deteksi dini pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dibahas namun hingga saat ini pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti yang diharapkan dikarenakan berbagai faktor. Hal ini, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari faktor risiko kematian ibu.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik deskriptif dengan rancangan cross sectional retrospektif. Penelitian ini menggunakan data dari dinas kesehatan Kabupaten Bantul dan didapatkan 59 subjek penelitian kematian maternal tahun 2010-2014. Kemudian dilakukan analisis secara deskriptif mengenai faktor risiko terjadinya kematian maternal.

Hasil : Komplikasi kehamilan terdapat 69% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada yang tidak ada komplikasi kehamilan. Komplikasi persalinan terdapat 55,9% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada yang tidak ada komplikasi persalinan. Komplikasi nifas terdapat 49,2% mengalami kejadian kematian maternal lebih sedikit daripada tidak ada komplikasi nifas. Usia 20-35 tahun terdapat 57,6% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada usia >35 tahun. Paritas < 1 terdapat 55,9% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada paritas 2-4. Antenatal Care ≥4 terdapat 76,3% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Antenaral Care ≤4. Keterlambatan rujukan terdapat 71,2% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada tidak terjadi keterlambatan rujukan. Pendidikan Ibu ≥9 tahun terdapat 66,1% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada pendidikan Ibu <9 tahun. Ibu yang bekerja terdapat 81,4% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Ibu yang tidak bekerja.

Kesimpulan : Faktor risiko yang terdapat dalam determinan dekat, determinan jauh dan determinan antara mempunyai andil secara sendiri sendiri maupun bersama-sama dalam kejadian kematian maternal

Kata kunci : faktor risiko, kematian maternal, angka kematian, kematian ibu, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, AKI Bantul


(11)

x

early detection in pregnant women, maternity and childbirth. Maternal deaths due to pregnancy, childbirth and postpartum actually been much discussed, but until now, the government is still not able to accelerate the decline in MMR as expected due to various factors. This, encourage researchers to conduct research aimed at finding risk factors for maternal mortality.

Methods: This study used a descriptive analytic method with cross sectional retrospective. This study uses data from the health service Bantul and obtained 59 research subjects maternal deaths in 2010-2014. Then performed a descriptive analysis of the risk factors for maternal mortality.

Results: Complications of pregnancy there is a 69% incidence of maternal deaths suffered more than that there is no pregnancy complications. Childbirth complications are 55.9% incidence of maternal deaths suffered more than no delivery complications. Puerperal complications are experienced 49.2% incidence of maternal deaths less than no puerperal complications. Age 20-35 years are 57.6% incidence of maternal deaths suffered more than those aged> 35 years. Parity <1 there is a 55.9% incidence of maternal deaths suffered more than parity 2-4. Antenatal Care ≥4 contained 76.3% incidence of maternal deaths suffered more than Antenaral Care ≤4. Delay references contained 71.2% incidence of maternal deaths suffered more than avoid delays referral. Mother education ≥9 year there were 66.1% incidence of maternal deaths suffered more than education Mother <9 years. Mothers who work are 81.4% incidence of maternal deaths suffered more than mothers who do not work.

Conclusions: The risk factors contained in the determinant near, far and determinants among determinants have contributed individually and together in the incidence of maternal deaths

Keywords: Risk factors, maternal mortality, mortality, maternal mortality, complications of pregnancy, childbirth complications, AKI BU


(12)

1

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan peristiwa biologis yang ditandai dengan perubahan fisiologis dan biologis sehingga membutuhkan pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang memadai agar tidak terjadi komplikasi medis yang mengarah kepada kematian. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2013, perempuan di negara berkembang berisiko mengalami kematian maternal 23 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan di negara maju. Oleh karenanya kematian maternal juga dapat dijadikan indikator kesehatan adanya kesenjangan antara kaya-miskin, serta perkotaan-pedesaan di negara-negara tersebut (WHO, 2014).

Mengutip data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dihitung berdasarkan angka tersebut, maka ada 16.155 orang ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas pada tahun 2012. Jumlah ini setara dengan jumlah korban kecelakaan 40 pesawat Boeing 777 yang jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal. Di samping itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi di Indonesia. Pada tahun 2012, angkanya adalah 32 per 1000 kelahiran hidup atau setara dengan 144.000 dan setara dengan penumpang 360 pesawat Boeing 777 (Kemenkes, 2014).


(13)

Seorang ibu hamil/bersalin meninggal karena komplikasi yang dialaminya tidak mendapatkan pertolongan tepat waktu dan tepat guna (Kemenkes, 2014)

Rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu negara dapat diprediksi dari kemampuan Tenaga kesehatan untuk melakukan deteksi dini pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Menurut data World Health Organisation (WHO), sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2007). WHO memperkirakan jumlah kematian ibu mencapai 500 orang pada tahun 2008 dan tahun 2009 sejumlah 440 orang ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan AKI yang tercatat di tahun 2007 (Dinkes, 2012).

Pada tahun 2010 capaian indikator kesehatan untuk AKI di DIY sebesar 103/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2012 jumlah kematian ibu menurun menjadi sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan dari Dinas kesehatan Kab/Kota, sehingga apabila dihitung menjadi Angka Kematian Ibu Dilaporkan sebesar 87,3/100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun terjadi fluktuasi dalam 3 – 5 tahun terakhir (Dinkes DIY, 2012).

Angka kematian ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding pada tahun 2012. Pada Tahun 2013 sebesar 96,83/100.000 Kelahiran Hidup yaitu sejumlah 13 kasus, sedangkan pada tahun 2012 sebesar


(14)

52,2/100.000. Target AKI tahun 2013 adalah 100/100.000 Kelahiran Hidup. Hal ini menunjukkan adanya penurunan dalam pelayanan kesehatan ibu (Dinkes Bantul, 2014).

Millenium Development Goals (MDGs) telah menetapkan salah satu targetnya yaitu dengan menurunkan AKI hingga ¾ dalam kurun waktu 1990-2015. Target AKI di Indonesia berdasarkan MDGs di tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Dengan melihat kondisi AKI di Indonesia saat ini, dibutuhkan upaya keras untuk menurunkan angka kematian ibu.

Terdapat beberapa penyebab kematian ibu, di antaranya adalah perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anastesia 2,0%. Penyebab kematian obstetrik langsung yaitu Perdarahan 24%, Retensio Plasenta 22%, Sepsis 20,8%, Eklampsia 16%. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%, prematuritas/BBLR 15-20%, trauma persalinan 2-7%, dan cacat bawaan 1-3%. Hampir kebanyakan penyebab kematin ibu dan kematian bayi dapat diprediksi berdasarkan faktor risiko yang dimiliki oleh ibu selama kehamilan (Manuaba dkk, 2010).


(15)

Artinya : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-ahkaf : 15)

Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah‐langkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda‐beda dan fluktuasinya kadang drastis (AbouZahr, 2010; AbouZahr, 2011).

Keragaman wilayah, karakteristik demografi, dan sumber daya hendaknya menjadi pertimbangan untuk merencanakan program penurunan AKI. Agar setiap program yang dicanangkan berjalan efektif, setiap wilayah membutuhkan pendekatan yang berbeda. Untuk itu, perlu dilakukan kajian guna menemukan faktor penyebab kematian ibu sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam upaya menurunkan angka kematian ibu (Aeni,2013).


(16)

Masih tingginya angka kematian ibu dan belum tercapainya point

MDG’s point no. V di Indonesia tahun 2015 mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Faktor Risiko Kematian Maternal Se-Kabupaten Bantul Periode Tahun 2010-2014”. Kota Bantul dipilih sebagai tempat penelitian karena bersama dengan kabupaten Sleman termasuk kabupaten yang memiliki angka kematian ibu tertinggi di DIY dalam beberapa tahun terakhir dan selain hal tersebut juga dikarenakan keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan perizinan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apa saja faktor risiko penyebab kematian maternal di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui penyebab masih tingginya kematian maternal di Kabupaten Bantul.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui apa saja faktor risiko kematian maternal di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat

Masyarakat terutama Ibu hamil dan keluarga dapat mengenali dan mengetahui faktor risiko kematian maternal dan gejala gejala komplikasi


(17)

persalinan sehingga selalu siap siaga dan dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.

2. Bagi Institusi Pemerintah dan Tenaga Kesehatan

a. Sebagai bahan evaluasi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat guna menurunkan angka kematian Ibu.

b. Pemerintah dapat memberi perhatian lebih terhadap kesehatan Ibu hamil, sebelum persalinan, saat persalinan maupun setelah persalinan. 3. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai sarana ilmu pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran mengenai faktor risiko kematian maternal dan dapat berkontribusi dalam pencegahan kematian maternal saat kelak menjadi dokter maupun saat menjadi mahasiswa

E. Keaslian Penelitian

Ada beberapa penelitian yang pernah membahas maupun yang terkait

dengan “Faktor Risiko Kematian Maternal” , antara lain sebagai berikut:

1. “Faktor Risiko Kematian Maternal di RSUD Piere Paolo Magreti

Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat” oleh Justina Fatbinan,

Masni, Hj A. Ummu Salmah, tahun 2013. Masalah yang terkait dengan penelitian adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kematian maternal. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol. Populasi semua ibu hamil yang pernah melahirkan di RSUD yang tercatat dalam buku register. Penelitian ini menyimpulkan bahwa umur ibu, paritas, wilayah tempat tinggal, dan komplikasi kehamilan merupakan


(18)

faktor risiko kematian maternal di RSUD Piere Paolo Magreti Saumlaki tahun 2013.

2. ”Faktor Risiko Kematian Ibu di kabupaten Pati tahun 2011” oleh Nurul

Aeni tahun 2011. Masalah yang terkait dengan penelitian adalah menggambarkan kematian ibu di Kabupaten Pati dan menganalisis faktor risiko kematian maternal di Kabupaten Pati tahun 2011. Hasil dari penelitian tersebut tiga penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Pati adalah penyakit jantung, preeklamsi/eklamsi, dan pendarahan. Secara bersama-sama, ketiga variabel tersebut berkontribusi terhadap 64,3% kematian ibu yang terjadi di Kabupaten Pati Tahun 2011.

3. “Faktor Risiko Komplikasi Persalinan Pada Ibu Melahirkan di Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012” oleh Yuliana Misar, Masni, dan Andi Zulkifli. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar risiko keteraturan Antenatal Care, penolong persalinan, kualitas pelayanan kesehatan, paritas terhadap komplikasi persalinan di Kabupaten Gorontalo Utara. Jenis penelitian yang digunakan adalah Case Control Study. Dari hasil penelitian di simpulkan bahwa perlu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sebagai upaya menurunkan kejadian komplikasi persalinan pada ibu melahirkan.

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah : sama-sama meneliti mengenai faktor risiko kematian ibu. Sedangkan perbedaannya adalah jumlah variabel, lokasi dan masalah yang terkait dengan penelitian dan juga metode yang digunakan berbeda.


(19)

8 A. Kematian Maternal

1. Definisi

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Saifuddin, 2010).

Kematian Ibu, menurut ICD 10 didefinisikan sebagai ”Kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari setelah berakhir kehamilannya, tanpa melihat usia dan letak kehamilannya, yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau diperburuk oleh kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh insiden

dan kecelakaan”.

Definisi tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa kematian ibu menunjukkan lingkup yang luas, tidak hanya terkait dengan kematian yang terjadi saat proses persalinan, tetapi mencakup kematian ibu yang sedang dalam masa hamil dan nifas (kemenkes, 2013).

2. Epidemiologi

Menurut WHO, setiap tahun kurang lebih terdapat 210 juta wanita hamil diseluruh dunia. Lebih dari 20 juta wanita mengalami kesakitan akibat dari kehamilannya, beberapa diantaranya bersifat menetap. Kehidupan 8 juta wanita diseluruh dunia menjadi terancam dan setiap tahun diperkirakan terdapat 529.000 wanita meninggal sebagai akibat


(20)

komplikasi yang timbul karena kehamilan dan persalinan, dimana sebagian besar dari kematian ini sebenarnya dapat dicegah. Angka kematian maternal di seluruh dunia diperkirakan sebesar 400 per 100.000 KH dan 98% terjadi di negara – negara berkembang. Angka kematian maternal di negara berkembang 20 kali lebih tinggi yaitu 440 per 100.000 KH dan di beberapa tempat dapat mencapai 1000 per 100.000 KH. Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan terdapat 240.000 kematian maternal setiap tahunnya, sehingga diperoleh angka kematian maternal sebesar 210 per 100.000 KH.

Angka kematian maternal ini merupakan ukuran yang mencerminkan risiko obstetric yang dihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita tersebut menjadi hamil. Risiko ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah kehamilan yang dialami. Tingginya angka kematian maternal di negara berkembang sebagian besar berkaitan dengan masalah politik dan sosial, khususnya masalah kemiskinan dan status wanita.

Sebagian besar kematian maternal terjadi di rumah, yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan. Menurut data SKRT 2001, proporsi kematian maternal terhadap kematian usia reproduksi (15 – 49 tahun) di pedesaan hampir tiga kali lebih besar daripada di perkotaan. Angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi.

Menurut hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per 100.000 KH dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada SKRT tahun 1995, sedangkan pada SKRT yang dilakukan pada


(21)

tahun 2001, angka kematian maternal kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 396 per 100.000 KH. Dari SDKI 2002 / 2003 angka kematian maternal menunjukkan angka sebesar 307 per 100.000 KH. Sedangkan hasil SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan negara – negara anggota Asean seperti Brunei Darussalam (angka kematian maternal menurut estimasi WHO tahun 2000) : 37 per 100.000 KH dan Malaysia : 41 per 100.000 KH, angka kematian maternal di Indonesia masih sangat tinggi.

Menurut WHO, kurang lebih 80% kematian maternal merupakan akibat langsung dari komplikasi langsung selama kehamilan, persalinan dan masa nifas dan 20% kematian maternal terjadi akibat penyebab tidak langsung. Perdarahan, terutama perdarahan post partum, dengan onset yang tiba–tiba dan tidak dapat diprediksi sebelumnya, akan membahayakan nyawa ibu, terutama bila ibu tersebut menderita anemia (dinkes, 2013).

3. Penyebab kematian maternal

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu


(22)

kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular (Saifuddin, 2010).

Definisi kematian ibu mengindikasikan bahwa kematian ibu tidak hanya mencakup kematian yang disebabkan oleh persalinan tetapi mencakup kematian yang disebabkan oleh penyebab non-obstetri. Sebagai contoh adalah ibu hamil yang meninggal akibat penyakit Tuberkulosis, Anemia, Malaria, Penyakit Jantung, dll. Penyakit-penyakit tersebut dianggap dapat memperberat kehamilan meningkatkan risiko terjadinya kesakitan dan kematian (Kemenkes, 2013).

Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian yang timbul sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau dari rangkaian peristiwa yang timbul dari keadaan – keadaan tersebut di atas. Komplikasi – komplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia / eklamsia, infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan muda.

Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul selama kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung, akan tetapi diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan, sehingga keadaan penderita menjadi semakin buruk. Kematian obstetri tidak langsung ini disebabkan misalnya oleh karena hipertensi, penyakit jantung, diabetes,


(23)

hepatitis, anemia, malaria, tuberkulosis, HIV / AIDS, dan lain – lain (Dinkes, 2013).

4. Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal

Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang dikelompokkan berdasarkan kerangka dari McCarthy dan Maine (1992) yang masih dipakai sampai sekarang adalah sebagai berikut :

a. Determinan dekat

Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal (determinan dekat) yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri) yang berpengaruh langsung terhadap kematian maternal. (Dinkes, 2013)

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab langsung kematian maternal, yaitu : Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester ketiga, persalinan dan pasca persalinan, infeksi, keracunan kehamilan, komplikasi akibat partus lama dan trauma persalinan (Dinkes, 2013).

1) Komplikasi persalinan

Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan dengan


(24)

kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status gizi dan status ekonomi ibu bersalin.

Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes, 2008).

Komplikasi persalinan merupakan suatu kegawat daruratan obstetrik yang paling sering menyebabkan kematian pada ibu melahirkan. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi persalinan yaitu status kesehatan ibu yang buruk, status kesehatan reproduksinya, akses ke pelayanan kesehatan, serta prilaku kesehatan yang kurang baik dari ibu itu sendiri. Selain itu kejadian komplikasi persalinan dapat di pengaruhi juga oleh status wanita dalam keluarga dan masyarakat dan status keluarga dalam masyarakat (Misar dkk, 2012).

2) Komplikasi kehamilan

Kehamilan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seorang ibu. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit dan komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada masa kehamilan yaitu perdarahan, pre eklampsia, nyeri hebat didaerah abdominopelvikum, hyperemisis gravidarum, disuria, ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat, polihidramnion,


(25)

makrosomia, dan lain-lain. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kehamilan tersebut merupakan risiko tinggi bila terjadi pada ibu hamil (Saifuddin AB, 2010).

3) Komplikasi masa nifas

Pengertian Nifas Nifas merupakan masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Infeksi masa nifas : beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan, infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari, payudara, dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu, pembengkakan, takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria (Bahiyatun, 2009).

Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian dan kesakitan ibu. Insidensi infeksi nifas sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada waktu persalinan dan nifas (saifuddin, 2010).


(26)

b. Determinan antara

Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga (Dinkes, 2013).

1) Status kesehatan ibu

Status kesehatan ibu terdiri dari status gizi, riwayat komplikasi kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan penyakit penyerta/riwayat penyakit ibu (jantung dll).

a) Status gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dengan faktor ekonomi, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk juga persiapan fisik untuk masa persalinan. Kebutuhan ibu hamil secara garis besar adalah asam folat, energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok berisiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara dengan musim dingin yang panjang dan


(27)

pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme (Kusmiyati, 2008).

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin (Ojofeitimi, 2008).

b) Status anemia

Ibu hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi placenta terhadap janin.

Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah: (1) Laki-laki Dewasa > 13 gram %

(2) Wanita Dewasa > 12 gram % (3) Anak-anak > 11 gram % (4) Ibu Hamil > 11 gram %

Jika kehamilan terjadi pada seorang ibu yang telah menderita anemia, maka perdarahan pasca persalinan dapat


(28)

memperberat keadaan anemia dan berakibat fatal (saifuddin, 2010).

c) Riwayat persalinan sebelumnya

Seorang ibu yang pernah mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan seperti keguguran, melahirkan bayi prematur, lahir mati, persalinan sebelumnya dengan tindakan ekstraksi vakum atau forsep dan dengan seksio sesaria merupakan risiko untuk persalinan berikutnya (Kusumawati, 2006).

d) Riwayat penyakit ibu

Seorang wanita yang mempunyai penyakit-penyakit kronik sebelum kehamilan, seperti jantung, paru, ginjal, diabetes melitus, malaria dan lainnya akan sangat mempengaruhi proses kehamilan dan memperburuk keadaan pada saat proses persalinan serta berpengaruh secara timbal balik antara ibu dan bayi, sehingga dan dapat mengurangi kesempatan hidup wanita tersebut. Ibu yang hamil dengan kondisi terdapat penyakit ini termasuk dalam kehamilan risiko tinggi (Kusumawati, Y. 2006).

e) Riwayat komplikasi kehamilan

Serang ibu yang pernah mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan seperti keguguran, melahirkan bayi prematur, lahir mati, persalinan sebelumnya dengan tindakan


(29)

dengan ektrasi vakum atau forsep dan dengan seksio sesaria merupakan risiko untuk persalinan berikutnya (Kusumawati, 2006). Banyak faktor lyang menyebabkan komplikasi obstetri yaitu status gizi ibu, yaitu ibu yang KEK mempunyai risiko 7,9 kali melahirkan BBLR, kemudian ibu yang mempunyai penyakit kronis berhubungan secara bermakna dengan kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan. Ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya juga akan berisiko mengalami komplikasi obstetri 1,79 kali lebih besar daripada ibu yang tanpa riwayat komplikasi. Tenaga kesehatan juga berperan penting, karena ibu yang persalinannya tidak ditolong oleh tenaga kesehatan berisiko 4,32 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi obstetri (Gitta, 2007).

2) Status reproduksi

Status reproduksi terdiri dari umur ibu, paritas dan jarak kehamilan.

a) Usia ibu

Umur ibu saat hamil Usia ibu yang berisiko untuk terjadinya kematian maternal adalah usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Ibu yang hamil pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun memiliki risiko untuk mengalami kematian maternal 3,4 kali lebih besar daripada ibu yang berusia 20 – 35 tahun (Fibriana, 2007).


(30)

b) Paritas

Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan. Pada ibu yang primipara (melahirkan bayi hidup) pertama kali, karena pengalaman melahirkan belum pernah, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage), dan kondisi janin (pasagger). Informasi yang kurang tentang persalinan dapat pula mempengaruhi proses persalinan (Kusumawati, 2006).

c) Jarak kehamilan

Jarak kehamilan (jarak kehamilan < 2 tahun dan > 10 tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan) Jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan (terlalu sering) secara nasional sebesar 15%, dan merupakan kelompok risiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua tahun, untuk memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra pada masa kehamilan dan laktasi. Penelitian


(31)

yang dilakukan di tiga rumah sakit di Bangkok pada tahun 1973 sampai 1977 memperlihatkan bahwa wanita dengan interval kehamilan kurang dari dua tahun memiliki risiko dua setengah kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan wanita yang memiliki jarak kehamilan lebih lama (Fibriana, 2007).

3) Akses terhadap pelayanan kesehatan

Akses terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan meliputi tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan (sarana dan tenaga) dengan jumlah, mutu memadai dengan ketersediaan informasi yang dibutuhkan baik berupa penyuluhan, konseling maupun poster tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta informasi lain yang dibutuhkan. Sedangkan keterjangkauan meliputi jarak, waktu, letak geografis dan transportasi (semakin jauh, lama dan lokasi fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit, semakin kecil akses ibu hamil untuk mencapainya), serta biaya (semakin mahal biaya, maka akan semakin kecil kemampuan ibu hamil untuk memperoleh pelayanan kesehatan). Akses sarana pelayanan kesehatan merupakan faktor penentu dalam kematian ibu. Komplikasi obstetrik dan kondisi kesehatan lain yang mengakibatkan kematian ibu, memerlukan tenaga kesehatan yang sangat terampil dan terlatih (Hernandez, 2010).


(32)

a) Tempat persalinan

Menurut Depkes RI (2009), tujuan persiapan persalinan aman adalah agar ibu hamil dan keluarga tergerak merencanakan tempat dan penolong persalinan yang aman, yang mana menurut Kemenkes RI (2011) persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 mencatat cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih baru mencapai 82,3% (Depkes, 2010). Dari data Riskesdas tersebut, sebanyak 43,2 % ibu hamil melahirkan di rumahnya sendiri, dimana hanya 2,1 % yang mendapat pertolongan oleh dokter, 5,9 % oleh bidan dan 1,4 % oleh tenaga medis lainnya, sisanya sebesar 4 % ditolong keluarga dan yang paling banyak 40,2 % ditolong dukun beranak (Pramudiarja, 2011). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, persalinan bukan di fasilitas kesehatan di Jawa Barat mencapai 41,5%, dan persalinan oleh dukun.

4) Perilaku terhadap pelayanan kesehatan

Perilaku terhadap pelayanan kesehatan terdiri dari riwayat KB, asuhan antenatal, penolong pertama persalinan, pelaksanaan rujukan keterlambatan rujukan dan cara persalinan.


(33)

a) Riwayat penggunaan KB

Keluarga berencana (KB) menyelamatkan kehidupan perempuan dan mencegah 1 dari 3 kematian ibu dengan menunda kehamilan, memberi jarak kelahiran, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi serta memiliki 2 anak saja (smith dkk., 2009).

Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data SDKI Tahun 2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu (Kemenkes, 2010).

b) Pemeriksaan antenatal

Menurut Kemenkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care adalah perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain : memantau


(34)

kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin, mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, mempersiapkan persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan mengurangi sekecil mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi, mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali saat trimester 1, 1 kali saat trimester 2, dan 2 kali saat trimester 3. Saat melakukan ANC setidaknya

ada 7 standar yang harus dilakukan yaitu “7T” : Timbang berat

badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi) fundus, Pemberian Imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap, Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes terhadap Penyakit Menular Seksual, Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

c) Pelaksanaan rujukan

Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan berlangsung. Untuk itu diperlukan tenaga profesional yang dapat secara cepat mengenali adanya


(35)

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan penanganan tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa ibu. Angka kematian maternal akan dapat diturunkan secara adekuat apabila 15% kelahiran ditangani oleh dokter dan 85% ditangani oleh bidan. Rasio ini paling efektif bila bidan dapat menangani persalinan normal, dan dapat secara efektif merujuk 15% persalinan yang mengalami komplikasi kepada dokter (Fibriana, 2007).

d) Cara persalinan

persalinan sectio caesarea Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Apabila wanita tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga medis akan melakukan persalinan alternatif untuk membantu pengeluaran janin (Bobak, et.al, 2005). Oleh karena itu ada satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu.

Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding uterus. Persalinan sectio caesarea harus dipahami sebagai salah satu jalan untuk menolong persalinan jika persalinan normal tidak dapat dilakukan dengan tujuan tercapai bayi lahir sehat dan ibu juga selamat. Pertimbangan medis dilakukannya persalinan


(36)

caesar antara lain karena faktor dari ibu hamil dan faktor janin. Faktor ibu antara lain ibu berpenyakit jantung, paru, ginjal, atau tekanan darah tinggi atau pada ibu dengan komplikasi pre-eklampsia / pre-eklampsia atau ibu dengan kelelahan saat persalinan. Selain itu keadaan yang mendesak kehamilan dengan pendarahan, perjalanan persalinan yang terhambat, kesempitan panggul, kelainan letak janin dalam rahim, kelainan posisi kepala di jalan lahir dan persalinan lama merupakan alasan yang dibenarkan secara medis untuk dilakukan persalinan sectio caesarea. Faktor janin antara lain gawat janin akibat air ketuban kurang, posisi bayi sungsang, pertumbuhan janin kurang baik, dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, dkk., 2009).

Persalinan sectio caesarea, yang adalah jalan keluar jika persalinan pervaginam (normal) tidak memungkinkan ternyata juga memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut bersumber dari risiko kematian dan infeksi yang lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Hasil penelitian oleh Sadiman dan Ridwan (2009) menyatakan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan persalinan sectio caesarea sebesar 40-80 setiap 100.000 kelahiran hidup, sementara risiko kematian ibu pada persalinan section caesarea meningkat 25 kali dan risiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam.


(37)

e) Penolong pertama persalinan

Pemilihan penolong persalinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencari pertolongan dalam menghadapi proses persalinan. Adapun tenaga penolong persalinan yakni orang-orang yang biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan nifas.

Menurut Prawirohardjo (2009) bahwa tenaga yang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan yakni mereka yang mendapatkan pendidikan formal seperti; dokter spesialis, dokter umum bidan dan perawat, sedangkan yang bukan tenaga kesehatan yaitu dukun bayi , baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih.

f) Keterlambatan rujukan

Sesuai pernyataan (Manuaba, dkk., 2008). rujukan harus dilakukan pada keadaan ibu dan anak masih baik dan rujukan yang dilakukan seharusnya pada saat kehamilan bukan saat persalinan, sehingga tujuan sistem rujukan tercapai. Selain itu, menurut (Bossyns, dkk., 2006) dinyatakan pula tujuan utama sistem rujukan obstetri yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, sehingga kesehatan ibu hamil dan bersalin mencapai tingkat optimal.


(38)

5) Faktor lain yang tidak diketahui atau tidak diperkirakan

Keadaan yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga yang dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi selama hamil / melahirkan seperti : kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan persalinan kasep.

c. Determinan jauh

Di lain pihak, terdapat juga determinan jauh yang akan mempengaruhi kejadian kematian maternal melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosio–kultural dan faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat (dinkes, 2013).

1) Tingkat pendidikan ibu

Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang merupakan salah satu faktor demografi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu maupun masyarakat. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi, akan mudah menerima informasi-informasi kesehatan dari berbagai media dan biasanya ingin selalu berusaha untuk mencari informasi tentang hal hal yang berhubungan dengan kesehatan yang belum diketahuinya. Informasi kesehatan yang cukup terutama pada ibu-ibu hamil, terutama masalah kehamilan dan persalinan diharapkan akan dapat


(39)

merubah perilaku hidup sehat termasuk dalam perilaku pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (Kusumawati, 2006). 2) Status pekerjaan

Status pekerjaan perempuan dan suami medukung dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, namun, pada penelitian yang dilakukan di Indonesia membuktikan bahwa status perempuan yang berkerja dan pekerjaan suami tidak mempunyai dampak signifikan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan pada fasilitas pelayan kesehatan (Kristiana, 2009).

3) Wilayah tempat tinggal

Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009).

Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).


(40)

5. Upaya menurunkan kematian ibu

Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dapat ditinjau dari AKI dan AKB. Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga penolong persalinan. Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di pedesaan. untuk dapat menekan AKB dan AKI perlu digerakkan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), kelangsungan hidup, perkembangan serta perlindungan ibu dan anak, Gerakan Keluarga Reproduksi Sehat (GKRS), Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desa - desa (Depkes RI, 2009; Kusmiran, 2011).

Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang sehat. Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai upaya kesejahteraan/ keselamatan ibu. Kesejahteraan ibu menunjukkan ruang lingkup yang luas, meliputi hal - hal di luar kesehatan, sedangkan keselamatan ibu berorientasi khusus pada aspek kesehatan. Safe Motherhood memiliki Empat Pilar Utama yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan Antenatal Care (ANC), 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensi/emergensi. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2010).


(41)

6. Pengukuran kematian maternal

Jumlah kematian maternal pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu: risiko kematian yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan itu sendiri, dan jumlah kehamilan atau persalinan yang dialami oleh wanita usia reproduktif (WHO, 2007).

Pendekatan Pengukuran Kematian Maternal :

Kesulitan untuk mengukur kematian maternal secara akurat masih ditemui, meskipun menggunakan definisi standard. Untuk mendapatkan angka yang akurat, maka dilakukan beberapa pendekatan pengukuran, yaitu: Civil registration systems, household surveys, sisterhood methods, reproductive-age mortality studies (RAMOS), verbal autopsies, dan censuses (WHO, 2007).

a. Civil registration systems (Catatan Sipil)

Pendekatan ini melibatkan catatan kelahiran dan kematian. Idealnya, statistik kematian ibu diperoleh dari data catatan sipil. Namun, penyebab dari semua kematian diidentifikasi berdasarkan sertifikat medis standar, dengan tidak adanya penemuan kasus, kematian ibu mungkin terlewatkan atau terjadi kesalahan klasifikasi (WHO, 2007).

b. Household surveys (Survei Rumah Tangga)

Jika data dari catatan sipil tidak tersedia, maka survei rumah tangga menyediakan alternatif. Keterbatasan dari survei ini adalah:


(42)

1) Mengidentifikasi kematian yang berhubungan dengan kehamilan, bukan kematian maternal

2) Memakan biaya besar karena untuk mendapatkan estimasi statistik yang reliabel, dibutuhkan ukuran sampel yang besar

3) Bahkan dengan ukuran sampel yang besar, perkiraan masih diperoleh confidence interval yang lebar, sehingga sulit untuk memantau perubahan dari waktu ke waktu.

c. Sisterhood methods

Metode Sisterhood memperoleh informasi dengan mewawancarai wali sampel responden tentang kelangsungan hidup saudara perempuan dewasa mereka untuk menentukan jumlah saudara perempuan yang sudah menikah, berapa banyak yang hidup, berapa banyak yang meninggal, dan berapa banyak yang meninggal selama masa kehamilan, persalinan, atau dalam waktu enam minggu kehamilan (WHO, 2007).

d. Reproductive-age mortality studies (RAMOS)

Pendekatan ini meliputi identifikasi dan investigasi penyebab semua kematian wanita usia reproduktif pada suatu area populasi dengan menggunakan sumber data yang beragam. Data tersebut diperoleh dari wawancara anggota keluarga, registrasi vital, rekam medik, surat pemakaman, pelayanan persalinan tradisional, dan memenuhi beberapa kriteria tertentu (WHO, 2007).


(43)

e. Verbal autopsies (Otopsi Verbal)

Pendekatan ini menentukan penyebab kematian melalui wawancara dengan anggota keluarga atau anggota masyarakat, jika sertifikasi medis yang memuat penyebab kematian tidak tersedia. Catatan kelahiran dan kematian yang dikumpulkan secara berkala, termasuk populasi kecil (biasanya di kabupaten), berada di bawah sistem pengawasan demografis yang dikelola oleh lembaga penelitian di negara berkembang (WHO, 2007).

f. Censuses (Sensus)

Sensus nasional dengan penambahan sejumlah pertanyaan yang bisa menghasilkan perkiraan kematian ibu. Pendekatan ini juga mengeliminasi sampling errors, karena semua wanita dimasukkan menjadi sampel sehingga memungkinkan analisis trend. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi kematian di rumah tangga dalam relatif singkat, dalam kurun waktu 1-2 tahun, sehingga didapatkan estimasi kematian maternal terbaru, tetapi dilakukan dengan interval 10 tahun, sehingga membatasi pencatatan kematian maternal. Pelatihan pencacah sangat penting karena kegiatan sensus mengumpulkan informasi tentang berbagai topik lain yang tidak berhubungan dengan kematian ibu. Hasil harus disesuaikan dengan karakteristik seperti kelengkapan statistik kematian dan kelahiran, dan struktur populasi agar didapatkan estimasi yang reliabel (WHO, 2007).


(44)

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka disusun sebuah kerangka teori mengenai faktor risiko kematian maternal yang diambil dari kerangka analisis faktor – faktor risisko kematian maternal oleh James McCarthy dan Deborah Maine, sebagai berikut :

Faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal dibagi menjadi 3 yaitu: faktor–faktor determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Determinan dekat merupakan faktor yang terjadi selama kehamilan, seperti partus lama, preeklamsi/eklamsi, pendarahan, infeksi dan ruptura uterus merupakan risisko yang dapat terjadi pada wanita hamil dan berpengaruh terhadap kejadian maternal.

Determinan antara secara langsung mempengaruhi kehamilan dimana risiko terjadinya komplikasi kemamilan dan persalinan dapat berakibat kematian pada ibu hamil, yaitu meliputi status kesehatan ibu (status gizi, riwayat penyakit, riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, riwayat persalinan sebelumnya), status reproduksi (usia, paritas, jarak kehamilan, status perkawinan), akses ke pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan : KB, pelayanan antenatal, pelayanan obstetri emergensi, jangkauan pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan, akses informasi tentang pelayanan kesehatan), perilaku terhadap pelayanan kesehatan (perilaku KB, pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, tempat persalinan, pelaksanaan aborsi yang tidak aman, penggunaan fasilitas kesehatan ketika terjadi masalah kesehatan).


(45)

Determinan jauh secara langsung mempengaruhi determinan antara dan secara tidak langsung mempengaruhi determinan dekat. Beberapa diantaranya status wanita dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan, pendapatan), status keluarga dalam masyarakat (pendapatan keluarga, tempat tinggal, pendidikan anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga) dan status masyarakat (kesejahteraan, sumber daya dan transportasi di masyarakat).

Kerangka teori klasik yang sampai sekarang masih digunakan dalam membahas determinan kematian maternal adalah yang dipresentasikan oleh McCarthy and Maine (1992) di bawah ini.


(46)

Kerangka teori kematian maternal menurut McCarthy and Maine (1992) Determinan Jauh Determinan Antara Hasil.

Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Sosial/Ilegal Status keluarga dalam masyarakat -Pendapatan Keluarga - Pendidikan - Pekerjaan Status masyarakat - Kesehatan - Sumber daya - Transportasi

Status kesehatan - Gizi - Penyakit infeksi/ parasit - Penyakit menahun - Riwayat komplikasi persalinan

Status reproduksi - umur - Paritas - Status marital

Akses terhadap

pelayanan kesehatan - Lokasi - Jenis pelayanan

yang tersedia - Kualitas pelayanan -Akses terhadap

informasi

Perilaku terhadap

pelayanan kesehatan - KB - Asuhan antenatal - Asuhan persalinan - Pelayanan

tradisional - Abortus

Faktor yang tidak diketahui/tidak diperkirakan Kehamilan Komplikasi - Pendarahan - infeksi - Preeklamsia/ Eklamsia - Partus maet - Rupture uteri


(47)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan variabel – variabel yang akan diukur atau teliti selama penelitian. Tidak semua variabel yang berada di dalam kerangka teori dimasukkan ke dalam kerangka konsep, karena keterbatasan peneliti dalam masalah, tenaga, dan waktu. Variabel yang akan diteliti pada determinan dekat adalah komplikasi persalinan, kehamilan dan nifas. Pada determinan antara yang akan diteliti adalah usia ibu, paritas, pemeriksaan antenatal, keterlambatan rujukan. Variabel yang akan diteliti pada determinan jauh adalah tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu.

Tingkat pendidikan ibu

Status pekerjaan ibu

Keterlambatan rujukan

paritas

Usia ibu

Pemeriksaan antenatal

Kehamilan

Komp likasi keham ilan

Komp likasi persali nan

Komp likasi nifas


(48)

D. Hipotesis

Faktor risiko determinan jauh, determinan antara, dan determinan dekat dalam faktor risiko kematian maternal secara sendiri sendiri atau bersamaan mempengaruhi kematian maternal di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014.


(49)

38 A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan studi observasional untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan dengan mengamati kondisi-kondisi yang terjadi melalui metode pengumpulan data observasi secara retrospektif. Disamping itu observasi ini juga menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat faktor risiko suatu pajanan di tempat tertentu pada waktu tertentu.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami kematian maternal di Kabupaten Bantul selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dan tercatat dinklalam data kematian maternal di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang meninggal akibat melahirkan (kematian maternal) di Kabupaten Bantul Tahun 2010 – 2014.

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi maka ditetapkan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi, yakni :


(50)

a. Kriteria inklusi

Kematian maternal di Kabupaten Bantul tahun 2010 – 2014. b. Kriteria eksklusi

1) Kematian maternal yang tidak terdaftar di dinas Kabupaten Bantul. 2) Ibu hamil yang pindah dari Kabupaten Bantul.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Penellitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dari bulan mei sampai dengan bulan november 2015.

D. Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kematian maternal

2. Variabel bebas

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variabel tergantung. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah :


(51)

a. Komplikasi kehamilan b. Komplikasi persalinan c. Komplikasi nifas d. Usia Ibu

e. Paritas

f. Pemeriksaan antenatal g. Keterlambatan rujukan h. Tingkat pendidikan ibu i. Status pekerjaan ibu E. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Skala Pengukuran Variabel Kematian

Maternal

Adalah kematian yang terjadi pada ibu selama hamil dan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas atau penanganannya dan penyakit yang diderita sebelum atau selama kehamilan, diperberat oleh kehamilan dan bukan kematian karena kecelakaan atau kebetulan. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik.

Nominal (1) Ya (mengalami Kematian maternal) (2) Tidak (tidak mengalami kematian maternal ) Komplikasi

Kehamilan

Adalah komplikasi yang terjadi selama kehamilan terakhir, dapat berupa perdarahan, preeklamsia / eklamsia, infeksi, ketuban pecah dini. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila terdapat komplikasi pada kehamilannya.

Nominal (1) ada (2) tidak ada

Komplikasi Persalinan

Adalah komplikasi yang terjadi selama proses persalinan berupa perdarahan, partus lama, infeksi, preeklamsia/ eklamsia, syok, kelainan plasenta, kelainan letak yang terjadi menjelang atau pada saat persalinan.

Nominal (1) ada (2) tidak ada


(52)

Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila terdapat komplikasi persalinan.

Komplikasi nifas

Adalah komplikasi yang terjadi dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, berupa infeksi nifas, preeklamsia/ eklamsia, perdarahan pada masa nifas. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila terdapat komplikasi nifas.

Nominal (1) ada (2) tidak ada

Usia Ibu Adalah usia ibu saat kehamilan terakhir. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Usia dihitung dalam tahun berdasarkan ulang tahun terakhir. Ibu hamil berisiko tinggi untuk mengalami kematian maternal bila ibu berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Rasio

Paritas Adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko pada paritas ≤ 1 (belum pernah/ baru melahirkan pertama kali) atau paritas lebih dari empat.

Rasio

Pemeriksaa an

Antenatal

Adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu selama masa kehamilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Pemeriksaan antenatal disebut baik bila ibu hamil memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dengan standar 7T oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya bila salah satu atau lebih tidak dilakukan maka pemeriksaan antenatal disebut tidak baik.

Nominal (1) Tidak baik (2) Baik

Keterlamba tan

Rujukan

Adalah keterlambatan pemindahan ibu bersalin pada saat terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan atau nifas, ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap peralatan, dengan tenaga penolong yang lebih ahli. Tempat rujukan adalah rumah sakit dan sebab merujuk karena terdapat

Nominal (1) Terlambat (2) Tidak terlambat


(53)

masalah medik / komplikasi pada saat kehamilan, persalinan atau nifas. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko mengalami kematian maternal bila dalam pelaksanaan rujukan mengalami setidaknya salah satu dari tiga keterlambatan, yaitu keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk, keterlambatan dalam mencapai tempat rujukan dan keterlambatan memperoleh pelayanan di tempat pelayanan kesehatan rujukan.

- Keterlambatan pengambilan keputusan untuk dirujuk : Disebut terlambat apabila keputusan untuk dirujuk diambil dalam waktu > 30 menit.

- Keterlambatan mencapai tempat rujukan : Disebut terlambat apabila waktu yang diperlukan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan rujukan > 2 jam. - Keterlambatan memperoleh pelayanan di tempat pelayanan kesehatan rujukan : Disebut terlambat apabila setelah penderita tiba di tempat pelayanan kesehatan rujukan, penderita baru memperoleh pelayanan setelah > 30 menit.

Pendidikan ibu

Pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani ibu sampai saat persalinan terakhir. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko bila memiliki pendidikan formal kurang dari 9 tahun atau tidak pernah menempuh pendidikan formal sama sekali.

Rasio

Status pekerjaan Ibu

Adalah kegiatan yang dilakukan selain sebagai ibu rumah tangga dalam kurun waktu kehamilan sampai persalinan. Data diperoleh dari dokumen dinas kesehatan atau dari catatan medik. Ibu hamil berisiko tinggi bila selain sebagai ibu rumah tangga, ibu juga bekerja di luar rumah, yang memerlukan beban tenaga atau pikiran selama masa kehamilan.

Nominal (1) Bekerja (2) Tidak bekerja


(54)

F. Instrumen Penelitian

1. Data kematian maternal di Kabupaten Bantul 2010-2014. 2. Data penyebab dan proses terjadinya kematian maternal.

3. Data pribadi dan semua informasi yang tercatat di dinkes dan puskesmas yang dapat membantu jalannya penelitian.

G. Cara Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan dan Badan Statistika Kabupaten Bantul dengan cara retrospektif kemudian diolah dan dilakukan uji statistik dan digunakan untuk pelakasanaan dan melengkapi penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa rekap kematian maternal di Kabupaten Bantul tahun 2010-2014.

H. Pengolahan Data

Tahap – tahap pengolahan data : 1. Cleaning

Data yang telah dikumpulkan dilakukan cleaning (pembersihan data) yaitu sebelum dilakukan pengolahan data, data terlebih dahulu diperiksa agar tidak terdapat data yang tidak diperlukan dalam analisis.

2. Editing

Setelah dilakukan cleaning kemudian dilakukan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin.


(55)

3. Coding

Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data. 4. Entry Data

Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk proses analisis data.

I. Langkah – Langkah Penelitian

Langkah pertama penulis mengumpulkan data dari pihak terkait, setelah itu peneliti melakukan pengecekan kriteria inklusi dan ekslusi untuk memastikan bahwa data - data lengkap dan selanjutnya melakukan analisis data.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan Keterangan

5 6 7 8 9 10 11 1. Penyelesai

an proposal KTI

Proposal KTI telah disetujui dan diseminarkan

2. Penentuan sampel

Seluruh kematian

maternal di

kabupaten Bantul tahun 2010-2014 3. Pengambil

an data

Meminta dan mengambil data penelitian kepada pihak terkait

4. Menganali sis data

Analisis data menggunakan

software uji korelasi 5. Penyelesai

an laporan akhir

Menyelesaikan semua penelitian untuk pembuatan KTI sebagai syarat kelulusan S1


(56)

J. Analisis Data

Hasil pengumpulan data kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS versi 15 analisis data uji korelasi untuk menguji hipotesis hubungan faktor – faktor risiko terhadap kematian maternal dan untuk mengetahui pengaruh secara bersama – sama variabel independen terhadap variabel dependen, dan variabel independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik.

K. Etika Penelitian

Semua data yang didapat akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan pada saat publikasi penelitian tidak menampilkan identitas termasuk nama dan alamat.


(57)

46 A. Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis deskriptif pada penelitian faktor risiko kematian maternal di Kabupaten Bantul tahun 2010-2014 didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah kematian maternal di Kab. Bantul tahun 2010-2014

Tahun Jumlah kematian maternal

2010 10 orang

2011 15 orang

2012 7 orang

2013 13 orang

2014 14 orang

Jumlah 59 orang

Jumlah kematian maternal pada tahun 2010 sebanyak 10 orang, tahun 2011 sebanyak 15 orang, tahun 2012 sebanyak 7 orang, tahun 2013 sebanyak 13 orang dan 2014 sebanyak 14 orang. Kematian maternal dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi, jumlah terkecil pada tahun 2012 dan jumlah terbanyak pada tahun 2011.

Kematian maternal Kab. Bantul tahun 2010-2014 sebanyak 59 orang yang kemudian akan dicari faktor risiko terkait kejadian tersebut, seperti usia, paritas, ANC, pendidikan, pekerjaan, keterlambatan rujukan, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, komplikasi nifas. Dibawah ini adalah hasil analisis faktor risiko kematian maternal.


(58)

a. Karakteristik berdasarkan usia

Tabel 2. Karakteristik usia

Usia N %

20-35 34 57,5

>35 25 42,4

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kematian maternal yang berusia 20-35 tahun sebanyak 34 orang (57,5%) dan usia >35 tahun sebanyak 25 orang (42,4%). Usia 20-35 tahun menunjukkan kejadian terbanyak kematian maternal dibandingkan dengan usia >35 tahun yaitu 57,5%.

b. Karakteristik berdasarkan paritas

Tabel 3. Karakteristik paritas

Paritas N %

Primipara (<1) 33 55,9

Multipara (1-4) 26 44,1

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa jumlah paritas pada kematian maternal menunjukkan primipara sebanyak 33 orang (55,9%) dan multipara sebanyak 26 (44,1%). Jumlah paritas satu/ primipara menunjukkan kejadian terbanyak kematian maternal dibandingkan multipara yaitu 55,9%.

c. Karaktertistik berdasarkan Antenatal care

Tabel 4. Karakteristik Antenatal care

ANC N %

Baik (>4 kali) 45 76,3

Tidak Baik (<4 kali) 14 23,7


(59)

Berdasarkan tabel diatas bahwa jumlah ANC pada kematian maternal menunjukkan baik ( ANC >4 kali) sebanyak 45 orang (76,3%) dan tidak baik ( ANC <4 kali) sebanyak 14 (23,7%). Jumlah ANC baik menunjukkan kejadian terbanyak kematian maternal dibanding tidak baik yaitu 76,3%. d. Karaktertikstik berdasarkan pendidikan Ibu

Tabel 5. Karakteristik tingkat pendidikan

Pendidikan N %

Kurang dari 9 tahun 20 33,9

Lebih dari 9 tahun 39 66,1

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kematian maternal pada pendidikan kurang dari 9 tahun sebanyak 20 orang (33,9%) dan pendidikan lebih dari 9 tahun sebanyak 39 orang (66,1%). Ibu yang berpendidikan lebih dari 9 tahun menunjukkan kejadian kematian maternal lebih banyak dibandingkan Ibu yang berpendidikan kurang dari 9 tahun sebanyak 66,1%.

e. Karakteristik berdasarkan pekerjaan

Tabel 6. Karakteristik pekerjaan

Pekerjaan N %

Bekerja 48 81,4

Tidak bekerja 11 18,6

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa Ibu yang bekerja menunjukkan kejadian kematian maternal sebanyak 48 orang (81,4%), sedangkan Ibu yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (18,6%). Ibu yang bekerja mempunyai kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Ibu yang tidak bekerja yaitu 81,4%.


(60)

f. Karaktertistik berdasarkan keterlambatan rujukan Tabel 7. Karateristik keterlambatan

Keterlambatan rujukan N %

Terlambat 42 71,2

Tidak terlambat 17 28,8

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa keterlambatan rujukan menunjukkan kejadian kematian maternal sebanyak 42 orang (71,2%), sedangkan yang tidak terlambat rujukan sebanyak 17 (28,8%). Keterlambatan rujukan mempunyai kejadian kematian maternal lebih banyak daripada tidak terlambat rujuk sebanyak 71,2%.

g. Karakteristik berdasarkan komplikasi kehamilan

Tabel 8. Karakteristik komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan N %

Ada 41 69,5

Tidak ada 18 30,5

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa tidak adanya komplikasi kehamilan yang mengalami kematian maternal sebanyak 18 orang (30,5%), sedangkan ada komplikasi sebanyak 41 orang (69,5%).

h. Karakteristik berdasarkan komplikasi persalinan

Tabel 9. Karakteristik komplikasi persalinan

Komplikasi persalinan N %

Ada 33 55,9

Tidak ada 26 44,1

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa komplikasi persalinan yang mengalami kematian maternal sebanyak 39 orang (66,1%), sedangkan tidak terdapat komplikasi sebanyak 20 orang (33,9%).


(61)

i. Karakteristik berdasarkan komplikasi nifas

Tabel 10. Karakteristik komplikasi nifas

Komplikasi nifas N %

Ada 29 49,2

Tidak ada 30 50,8

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel diatas bahwa komplikasi nifas yang mengalami kematian maternal sebanyak 29 orang (49,2%), sedangkan tidak komplikasi sebanyak 30 orang (50,8%).

Tabel 11. Proporsi faktor risiko kematian maternal

Variabel Independen Kategori N %

Determinan Dekat

komplikasi kehamilan Ada 41 69,5

Tidak ada 18 30,5

komplikasi persalinan Ada 33 55,9

Tidak ada 26 44,1

komplikasi nifas Ada 29 49,2

Tidak ada 30 50,8

Determinan Antara

Usia Usia 20-35 34 57,6

Usia >35 25 42,4

Paritas < 1 33 55,9

1-4 26 44,1

ANC Baik 45 76,3

tidak baik 14 23,7

Keterlambatan rujukan Ada 42 71,2

Tidak ada 17 28,8

Determinan Jauh

Pendidikan Ibu <9 tahun 20 33,9

>9 tahun 39 66,1

Status pekerjaan Bekerja 48 81,4

Tidak bekerja 11 18,6

Berdasarkan tabel proporsi faktor risiko kematian ibu diatas didapatkan bahwa Ibu yang bekerja mempunyai faktor risiko tertinggi sebesar 81,4%. Tertinggi kedua terdapat ANC baik sebesar 76,3%. Tertinggi ketiga terdapat keterlambatan rujukan sebesar 71.2%. Semua


(1)

83,3%(6). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fibriana (2007) tentang faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal di Kabupaten Cilacap menyebutkan bahwa keterlambatan rujukan mempunyai faktor risiko kematian maternal sebesar 88,5% lebih besar daripada tidak terjadi keterlambatan kurang sebesar 11,5%(7).

Keterlambatan rujukan juga terbukti secara signifikan berhubungan dengan kematian ibu (OR = 10; nilai p =0,013, CI 95% = 1,34 – 74,5). Penelitian sebelumnya, di Kabupaten Cilacap, faktor keterlembatan terutama keterlambatan mengambil keputusan untuk merujuk dan keterlambatan mencapai tempat rujukan berhubungan dengan kematian ibu. Pada penelitian ini, kelompok kasus mengalami lebih dari satu jenis keterlambatan dan yang paling banyak adalah keterlambatan memutuskan dan membawa ibu ke fasilitas kesehatan. Akibat keengganan ibu untuk segera menuju fasilitas kesehatan karena menganggap tanda komplikasi yang

dialami biasa terjadi dalam kehamilan, sementara anggota keluarga lain tidak mengetahui berbagai tanda kegawatan pada komplikasi obstetrik. Pada umumnya hal tersebut terjadi pada ibu dengan paritas > 1 karena merasa berpengalaman pada kehamilan sebelumnya.

g. Karakteristik berdasarkan komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan menyumbang faktor risiko terhadap kematian maternal sebanyak sebanyak 41 orang (69,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aeni (2011) menyebutkan bahwa faktor risiko adanya komplikasi kehamilan menyebabkan kematian maternal sebanyak 70,8% signifikan (OR=17,0; nilai p = 0,001; 95% CI = 3,81 – 75,87) di Kabupaten Pati(6). Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2007) di Kabupaten Cilacap bahwa komplikasi kehamilan secara signifikan berpengaruh terhadap kematian ibu (OR = 12,198; nilai p = 0,010; 95% CI = 1,819–81,817)(7).


(2)

Penelitian Bazar et.,al (2012) di Kabupaten Cilacap dan RSU Dr Mohammad Hoesin bahwa komplikasi persalinan berisiko kematian ibu 147,1 kali lebih besar (nilai p = 0,002) dan 5,5 (nilai p =0,001).11,12. Komplikasi kehamilan yang paling banyak pada penelitian ini adalah adalah preeklamsi/eklamsi(9).

Beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan prevalensi preeklamsi/eklamsi adalah kehamilan pertama kali (primigravida), riwayat penyakit sebelum kehamilan (penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi), kehamilan dengan regangan rahim makin tinggi (hamil dengan kebanyakan air ketuban, kehamilan ganda, dan hamil dengan janin besar)(10).

h. Karakteristik berdasarkan komplikasi persalinan

Komplikasi persalinan yang mengalami kematian maternal sebanyak 39 orang (66,1%) daripada yang tidak mengalami kematian. Komplikasi persalinan berkontribusi terhadap kematian

ibu dengan menyumbang risiko 9,94 kali (nilai p= 0,020, 95% CI =1,441 – 68,592). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian kematian ibu di Kabupaten Cilacap dengan dengan OR sebesar 49,2 dan nilai p = 0,027 dan penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan OR sebesar 8,50 dan nilai p = 0,001).11,12 Analisis univariat menunjukkan bahwa jenis komplikasi persalinan didominasi oleh preeklamsi/eklamsi (29,4%) dan perdarahan (23,53%) (7).

Komplikasi yang terjadi saat persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan infeksi akibat trauma pada persalinan. Perdarahan, terutama perdarahan postpartum memberikan kontribusi 25% pada kematian maternal, khususnya bila ibu menderita anemia akibat keadaan kurang gizi atau adanya infeksi malaria. Partus lama dapat membahayakan jiwa janin dan ibu. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam sejak in


(3)

partu. Partus lama ataupun partus macet menyebabkan 8% kematian maternal. i. Karakteristik berdasarkan komplikasi

nifas

Komplikasi nifas yang mengalami kematian maternal sebanyak 29 orang (49,2%), sedangkan tidak komplikasi sebanyak 30 orang (50,8%). Tidak adanya komplikasi nifas lebih banyak mengalami kematian maternal daripada adanya komplikasi nifas. Hal ini sesuai dengan penelitian Aeni (2011) menyebutkan bahwa tidak adanya komplikasi nifas menyumbang 58,3% terjadinya kematian maternal (OR = 35,48; nilai p = 0,001) signifikan(6). Penelitian Fibriana (2012), menyebutkan bahwa tidak ada komplikasi nifas menimbulkan terjadinya kematian maternal sebanyak 78,8% (OR = 6,7; CI 95% = 1,4-32,0; nilai p = 0,008) tidak signifikan(7).

Adanya komplikasi pada masa nifas terutama adanya infeksi dapat menyebabkan kematian maternal akibat menyebarnya kuman ke dalam aliran darah

(septikemia), yang dapat menimbulkan abses pada organ – organ tubuh, seperti otak dan ginjal, sedangkan perdarahan pada masa nifas dapat melanjut pada terjadinya kematian maternal terutama bila ibu tidak segera mendapat perawatan awal untuk mengendalikan perdarahan.44,48) Hal ini berarti bahwa adanya komplikasi nifas memenuhi aspek biologic plausibility dari asosiasi kausal antara komplikasi nifas dengan kematian maternal.

Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh mempunyai andil dalam kejadian kematian maternal. bahwa Ibu yang bekerja mempunyai faktor risiko tertinggi sebesar 81,4%. Tertinggi kedua terdapat ANC baik sebesar 76,3%. Tertinggi ketiga terdapat keterlambatan rujukan sebesar 71.2%. Ibu yang bekerja berhubungan dengan tingkat pengetahuan Ibu bahwa dengan banyak aktivitas atau pekerjaan saat hamil akan mengganggu proses kehamilan dan menjadikan risiko lebih tinggi untuk mengalami kematian


(4)

maternal. Selain itu, Ibu yang bekerja berhubungan dengan status ekonomi keluarga, dimana Ibu membantu suami dalam peningkatan ekonomi keluarga dengan bekerja. Antenatal Care mempunyai andil besar juga terhadap kematian maternal, hal ini mempunyai arti bahwa pelayanan kesehatan di daerah tersebut masih belum memadai dan maksimal. Keterlambatan rujukan juga mempunyai andil besar ketiga, hal ini berpengaruh dengan pelayanan kesehatan di daerah tersebut, dimana dilihat dari kurang mumpuni tenaga kesehatannya, jeleknya akses kesehatan, buruknya sisitem kesehatan.

Kesimpulan

1. Determinan dekat, determinan jauh dan determinan antara, mempunyai andil dalam kejadian kematian maternal 2. Komplikasi kehamilan terdapat 69%

mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada yang tidak ada komplikasi kehamilan

3. Komplikasi persalinan terdapat 55,9% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada yang tidak ada komplikasi persalinan

4. Komplikasi nifas terdapat 49,2% mengalami kejadian kematian maternal lebih sedikit daripada tidak ada komplikasi nifas

5. Usia 20-35 tahun terdapat 57,6 % mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada usia >35 tahun 6. Paritas < 1 terdapat 55,9% mengalami

kejadian kematian maternal lebih banyak daripada paritas 2-4

7. Antenatal Care ≥4 terdapat 76,3% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Antenaral Care ≤4

8. Keterlambatan rujukan terdapat 71,2% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada tidak terjadi keterlambatan rujukan

9. Pendidikan Ibu >9 tahun terdapat 66,1% mengalami kejadian kematian maternal


(5)

lebih banyak daripada pendidikan Ibu <9 tahun

10. Ibu yang bekerja terdapat 81,4% mengalami kejadian kematian maternal lebih banyak daripada Ibu yang tidak bekerja

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam lagi berkaitan dengan faktor risiko kematian maternal di Kabupaten Bantul atau di Kota/Kab lainnya di Yogyakarta dengan membandingkan antara kasus dan kontrol sehingga terdapat nilai kemaknaan dan angka keberpengaruhan.

2. Perlu adanya kerapihan dan kelengkapan administrasi dalam pencatatan kejadian kematian maternal di Kab. Bantul

3. Perlu dilakukan deteksi dini faktor risiko dan potensi komplikasi obstetrik terutama komplikasi kehamilan dan persalinan agar dapat dilakukan upaya pencegahan secara optimal. Untuk itu

perlu dilakukan peningkatkan kualitas pelayanan antenatal dan postnatal diantaranya dengan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dengan pembekalan keterampilan teknis dan nonteknis terutama kepada para bidan yang bertugas di desa. Selain itu, perlu adanya keterlibatan keluarga terutama suami dan atau anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengan ibu hamil dalam mengawasi ibu hamil dengan faktor risiko melalui pemberian informasi dan pengetahuan tentang risiko kehamilan dan tanda kegawatan obsetrik agar ketika terjadi komplikasi obstetrik dapat segera dikenali sehingga mendapatkan penanganan dengan segera.

Daftar pustaka

1. World Health Organization. 2014. Maternal and Reproductive Health. http://www.who.int/gho/maternal_ health/en/. diakses 23 Maret 2015 2. WHO, UNICEF, UNFPA & Banky, W,

2007. Maternal Mortality in 2005, Geneva, Switzerland:WHO Library Cataloguing-in-Publication Data


(6)

3. Kemenkes RI, 2014. Senyum Keluarga Posyandu Untuk Selamatkan Ibu. Surabaya.

http://www.depkes.go.id/article/pri

nt/201410270005/senyum-

keluarga-posyandu-untuk-selamatkan-ibu.html. Diakses tanggal 24 Maret 2015

4. AbouZahr C, 2010. Making Sense of Maternal Mortality Estimates. Health Information System. School of Population Health, University of Queensland, Australia.

5. AbouZahr C. 2011. New Estimates of Maternal Mortality and How to Interpret Them: Choice or Confusion? Reproductive Health Matters Vol 19 (37):117-128. 6. Nurul Aeni, 2013. Faktor Risiko

Kematian Ibu. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 10, Mei 2013

7. Fibriana, A. I., 2007. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kema-tian maternal (studi kasus di kabupaten Cilacap)[tesis]. Semarang: Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro 8. Fatbinan, Justina; Masni; Ummu

Salmah, Andi, 2014. Faktor risiko kematian maternal di RSUD piere paolo margreti saumlaki Kabupaten Maluku tenggara barat :

Universitas Hasanudin

9. Bazaar A, Theodorus A, Azhari. Maternal mortality and contributing risk factors. Indonesian Journal of Obstetric and Gynecology.2012 10. Manuaba, IBG, Manuaba IAC,

Manuaba, IGF, 2009. Mamahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.