Ketrampilan Reseptif: Membaca Metode Pengajaran dalam Keterampilan Berbahasa

B. Ketrampilan Reseptif: Membaca

Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada ketrampilan berbahasa peserta didik, dan pada tingkat penalarannya. Tujuan orang membaca ialah : 1. Untuk mengerti atau memahami isipesan yang terkandung dalam satu bacaan seefesien mungkin. 2. Untuk Marrow, 1981, op.cit: 89‐104 mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang: a. Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri. b. Referensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta‐ fakta yang nyata di dunia ini. c. Afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca. Seperti dikatakan Munby 1978, membaca itu melibatkan keterampilan‐keterampilan sbb: 1. Mengenal ortografi suatu teks. 2. Mengambil kesimpulan mengenai makna kata‐kata dan menggunakan butir‐butir leksis kosa kata yang belum dikenal. 3. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara eksplisit. 4. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara implisit. 5. Memahami makna konseptual konsep‐konsep apa yang diberikan dalam bacaan itu. 6. Memahami fungsi‐fungsi komunikatif kalimat‐kalimat dalam bacaan itu. 7. Memahami kaitan‐kaitan unsur‐unsur dalam kalimat intra‐kalimat. 8. Memahami kaitan‐kaitan antara bagian‐bagian suatu teks melalui srategi kohesi leksis. 9. Menginterprestasi teks dengan memandang isipesan dari luar teks. 10. Mengenal butir‐butir indikator dalam wacana. 11. Mengidentifikasi butir‐butir yang paling penting atau informasi yang paling menonjol dalam teks. 12. Membedakan ide pokok dari ide‐ide penunjang. 13. Mencarikan butir‐butir yang penting untuk dirangkum ide‐ide. 14. Memilih butir‐butir yang relevan dari teks. 15. Meningkatkan ketrampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar. 16. Mencari pokok landasan dari suatu teks skimming. 17. Mencari informasi khusus dari suatu teks scanning. 18. Mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, skets, skema, dsb disebut transcoding. 19. Mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain, dengan tempat‐tempat kosong setiap kata kesekian cloze prodecure. Untuk mengembangkan ketrampilan tersebut diatas, kita dapat membagi dalam dua kategori, yaitu : 1. Latihan – latihan untuk memahami organisasi atau susunan bacaan.Teknik yang dapat digunakan antara lain: a. Mencari susunan teks secara umum. b. Mencari sarana – sarana kohesi. c. Mencari fungsi bacaan. 2. Latihan – latihan untuk memahami isi atau pesan bacaan. Teknik yang dapat digunakan antara lain: a. Mencari fakta – fakta yang emplisit dan eksplisit. b. Mencari makna atau informasi yang diperoleh dengan mengambil kesimpulan sendiri dengan teknik deduksi. c. Meminta evaluasi kepada peserta didik mengenai bacaan. d. Menyelesaikan bacaan yang belum ada akhirnya. e. Mencari unsur – unsur yang berlebihan dalam bacaan. f. Melatih peserta didik dalam mengalihkan informasi dari bacaan kesebuah grafik, diagram dan sebagainya. Ada beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai pendidik bahasa dalam menyajikan bacaan. Diantaranya adalah : 1. Mengajar membaca dengan cepat. 2. Mengajar pemahaman teks tanpa membuang waktu banyak mengenai latar belakang setting bacaan. 3. Mengajar membaca dengan suara keras untuk menunjang ketrampilan melafal. Banyak guru bahasa berpendapat bahwa membaca dengan suara keras akan menunjang pemahaman teks. Alasan – alasan mereka adalah : 1. Membaca dengan suara keras menambah kepercayaan diri sendiri. 2. Kesalahan – kesalahan dalam lafal akan dapat segera diperbaiki oleh pendidik. 3. Memperkuat disiplin dalam kelas karena peserta didik berperan aktif dan tidak ketinggalan dalam membaca serentak. 4. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk menghubungkan lafal dengan ortografi atau tulisan. 5. Melatih peserta didik untuk membaca dalam kelompok – kelompok arti sense group sehingga menunjang pemahaman. Akan tetapi ada aliran yang berkebalikan yang mengatakan bahwa membaca keras tidak dianjurkan. Hal itu dikemukakan dengan alasan bahwa : 1. Membaca keras menyebabkan interfensi karena menyalahi tujuan utama membaca yaitu mengerti atau memahami isi atau pesan bacaan. 2. Membaca keras menyebabkan peserta didik membaca secara kurang alamiah karena tidak mengindahkan pola – pola intonasi yang benar. 3. Jika bacaan tersebut mencerminkan bahasa yang otentik, maka berarti bahwa ada jeda, keragu–raguan, ulangan–ulangan kata dan frase–frase yang tidak lengkap. Bacaan otentik biasanya sukar dibaca dengan suara keras dan serentak. 4. Peserta didik cenderung melafalkan setiap kata dengan lengkap dan tidak mengingat bahwa dalam bahasa asing ada bentuk yang kuat strong forms dan bentuk lemah weak forms . 5. Peserta didik cenderung untuk membaca teks BT itu seperti teks BS, yakni tanpa mengingat atau mengetahui bahwa BT bukan bahasa yang mengikuti ritme yang sama dengan BS.

C. Keterampilan Produktif Berbicara