PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG JANTEN TERHADAP KADAR HDL DAN LDL TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG JANTEN (Musa paradisiaca var sapientum) TERHADAP KADAR HDL DAN

LDL TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY

Oleh

CHOFI QOLBI NA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF BANANA PEEL JANTEN ON LEVELS OF HDL AND LDL ON WHITE MALE RATS SPRAGUE DAWLEY STRAIN

By Chofi Qolbi NA

Degenerative disease is one of the major problem not only in modern but also developing country, like Indonesia. One of the most common degenerative disease that cause death is Acute Coronary Syndrome or we know it as coronary heart disease. The major cause of this disease is dyslipidemia, it’s signed by the decrease of HDL level and increase of LDL. Lampung is one of Indonesia’s biggest banana producer. Banana fruit using for the production activity will result a lot of banana peels. This banana peel, has a potency to increase HDL level and decrease the LDL level because of its antioxidant potency. This research is aimed to know the influence of giving ethanolic extract of janten banana fruit peel for the HDL and LDL level in male rats fro Sprague Dawley strain. This is an experimental reserach with pre and posttest design with 32 male rats from Sprague Dawley strain as the subjects. Group K1 (control, standard diet) and group K2 (standard diet plus extract of janten banana fruit peel). Normality test did by Shapiro Wilk test (p>0,05). Data analysis then continued by paired t test. From the results, we know the HDL level of group K1 (34,00 ± 2,25), HDL level of group K2 (before 28,00 ± 1,86 and after 35,00 ± 2,47). LDL level in the K1 group is 20,00 ± 2,33, LDL level in group K2 (before 26,00 ± 2,73 and after 21,00 ± 2,12). Based on these results, we can conclude that giving ethanolic extract of janten banana fruit peel influence the HDL and LDL level in male rats fro Sprague Dawley strain.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG JANTEN TERHADAP KADAR HDL DAN LDL TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE

DAWLEY

Oleh Chofi QOlbi NA

Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyakit yang sekarang menjadi masalah utama baik itu di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyakit degeneratif yang paling sering menyebabkan kematian ialah Acute Coronary Syndrome atau lebih dikenal dengan penyakit jantung coroner. Penyebab yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah dislipidemia, ditandai dengan penurunan kadar HDL dan peningkatan kadar LDL. Lampung adalah salah satu penyumbang terbesar produksi pisang di Indonesia. Penggunaan pisang yang banyak untuk kegiatan produksi tentunya akan memberikan limbah kulit yang banyak. Kulit pisang memiliki potensi untuk meningkatkan HDL dan menurunkan LDL karena antioksidan yang dimilikinya. Penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten terhadap kadar HDL dan LDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre dan post-test design dengan subjek 32 ekor tikus jantan galur Sprague Dawley. Kelompok K1 (kontrol, pemberian diet standar) dan kelompok K2 (diet standar ditambah ekstrak etanol kulit pisang janten). Uji normalitas dilakukan dengan shapiro-wilk (p>0,05). Analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji t berpasangan (p<0,05). Dari hasil penelitian didapatkan kadar HDL kelompok K1 (34,00 ± 2,25), kadar HDL kelompok K2 (28,00 ± 1,86 dan sesudah 35,00 ± 2,47), dan kadar LDL kelompok K1 (20,00 ± 2,33), kadar LDL kelompok K2 (sebelum 26,00 ± 2,73 dan sesudah 21,00 ± 2,12). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten memiliki pengaruh terhadap kadar HDL dan LDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Kerangka Teori ... 7

F. Kerangka Konsep ... 8

G.Hipotesis ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaan Pisang ... 9

1. Taksonomi Tanaman Pisang ... 9

2. Kandungan Kimia Kulit Pisang ... 10

3. Komponen antioksidan kulit pisang ... 11

4. Kandungan Polifenol dan Flavonoid Kulit isang ... 11

B. Flavonoid ... 11

C. Penyakit Jantung Koroner ... 12

1. Dislipidemia ... 14

2. HDL ... 15

3. Metabolisme HDL. ... 16

4. LDL ... 18

D. Tikus Putih ... 24

1. Tasonomi ... 24

2. Jenis ... 25

3. Biologi Tikus Putih ... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

1. Waktu Penelitian ... 28

2. Tempat Penelitian... 28


(7)

ii

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 30

E. Variabel Penelitian... 31

1. Variabel Bebas ... 31

2. Variabel Terikat ... 31

F. Definisi Operasional ... 31

G.Metode Ekstraksi ... 32

H.Alur Penelitian... 32

H.Alur Penelitian... 33

I. Analisis Data ... 36

J. Etika Penelitian ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 38

B. Pembahasan ... 41

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Kandungan Kimia Kulit Pisang ... 9

2.Komponen Antioksidan Kulit Pisang... 10

3.Kandungan Polifenol dan Flavonoid Kulit Pisang ... 10

4.Tabel Rerata Pengukuran kadar HDL dan LDL ... 39

5.Uji t Berpasangan Kadar HDL ... 41


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyakit yang sekarang menjadi masalah utama baik itu di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh perubahan pola dan gaya hidup manusia seperti mengkonsumsi makanan siap saji, gaya hidup yang santai (sedentary lifestyle) dan kurangnya aktivitas olahraga (Tsujii, 2004). Salah satu penyakit degeneratif yang paling sering menyebabkan kematian ialah

Acute Coronary Syndrome atau lebih dikenal dengan penyakit jantung coroner (Hamm, 2011). Pada tahun 2005, menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler diperkirakan telah menyebabkan kematian sebanyak 17,5 juta jiwa di seluruh dunia atau sekitar 30% dari seluruh penyebab kematian di dunia. Karena itu diperkirakan pada tahun 2015, akan ada hampir 20 juta jiwa yang mati akibat penyakit kardiovaskuler, jika tidak ada tindakan nyata yang dilakukan untuk mencegahnya. Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, dilaporkan bahwa dari 100 kematian di Indonesia, 25 di


(10)

antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (25.6%), dan merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia (Rachmadan, 2012).

Penyakit jantung koroner terjadi karena penyempitan dari pembuluh darah koroner (jantung) akibat timbunan plak aterosklerosis yang merupakan timbunan lemak dalam pembuluh darah. Proses ini akan mengakibatkan penurunan asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan yang akan menyebabkan terhentinya kerja jantung dan akan menyebabkan kematian (M. Char, 2005). Penyabab yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah suatu keadaan dengan gangguan kadar lipid darah diluar batas normal. Keadaan ini meliputi terdapatnya peningkatan kadar total kolesterol, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol, very low-density lipoprotein (VLDL) kolesterol serta penurunan kadar high-density lipoprotein (HDL) kolesterol (Berenson, 1998).

Salah satu upaya untuk mengatasi penyakit ini ialah dengan menurunkan kadar LDL. Penurunan kadar LDL dapat dilakukan dengan diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Harga obat-obatan hipolipidemia yang mahal, menyebabkan tidak semua orang dapat menjangkaunya., sehingga tidak semua orang dapat menggunakannya. Pencarian obat hipolipidemia terutama yang berasal dari alam sangat giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dan mudah didapat, juga memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan obat-obatan sintetis (Dachriyanus, 2007).


(11)

Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara “megabiodiversity” kedua setelah Brazilia karena memilki hutan tropika terbesar kedua di dunia yang kaya keanekaragaman hayati. Menurut data biro pusat statistik pada tahun 2005 Indonesia menghasilkan 5 juta ton pisang lebih (BPS, 2005). Dan menurut BPTP lampung adalah salah satu penyumbang terbesar produksi pisang di Indonesia. Buah pisang adalah buah segar yang dapat diolah menjadi berbagai produk seperti keripik, bubur, tepung, kolak, biskuit, dan lain sebagainya. Penggunaan pisang yang banyak untuk kegiatan produksi tentunya akan memberikan limbah kulit yang banyak. Limbah kulit pisang ini biasanya tidak dimanfaatkan untuk maksud tertentu dan kadangkala hanya dibuang sebagai limbah padat yang bisa menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Sehingga perlu adanya upaya untuk pemanfaatan kulit pisang untuk hal yang lebih bermanfaat. (Nagarajaiah dan Prakash, 2011).

Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa kulit pisang memiliki potensi yang baik sebagai antioksidan (Nagarajaiah dan Prakash, 2011). Kulit pisang memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yang ini berkolerasi dengan aktivitas anti-lipid peroksidasi. (Baskar et all, 2011).

Kandungan yang terdapat dalam 100 g kulit pisang adalah moisture 1,45 g, protein 7,76 g, ether extractives 11,26 g, Ash 12,96 g, Karbohidrat 9,8 g, Phospor 212 mg Calcium 244,68 mg. Terdapat juga zat-zat antioksidan dan antinutrien seperti carotenes 2,35 mg , β-carotenes 1,52 mg, vitamin C 17,83


(12)

mg, tannin 1073 mg , dan total oksalat 2,83 mg serta terdapat juga polyphenol dan flavonoid yang tinggi yaitu polyphenol 750 mg dan flavonoid sebesar 316,6 mg dalam ekstrak etanol per 100 g kulit pisang. (Nagarajiah, 2011).

Flavonoid adalah antioksidan kuat yang mempengaruhi langkah awal dalam mencegah aterosklerosis melalui penghambatan oksidasi LDL, memblokade uptake LDL oleh makrofag, dan melindungi struktur foam cell. Aktivitas antioksidan flavonoid terjadi melalui beberapa mekanisme diantaranya scavenging radikal bebas dan inhibisi lipid peroksidasi (Gross, 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Jingjing Chen tahun 2007 disebutkan juga bahwa flavonoid dapat meningkatkan rasio HDL/LDL pada tikus percobaan. Dan penelitian yang dilakukan oleh Roza tahun 2007 flavonoid citurs menurun kadar LDL sebanyak 19%-27% dan meningkatkan kadar HDL sebanyak 4%. Flavonoid dalam ekstrak Mucuna pruriens. L yang diberikan 200mg/KgBB hewan coba selama 14 hari dapat menigkatkan HDL dan menurunkan HDL lebih baik daripada simvastatin (Hana, 2011)

Hal-hal tersebut diatas melatar belakangi dilaksanakannya penelitian ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh ekstrak etanol kulit pisang janten terhadap kadar HDL dan LDL pada tikus putih jantan galur


(13)

B. Perumusan Masalah

Tingginya prevalensi dari penyakit jantung koroner dan mortalitasnya yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan banyak studi yang telah dilakukan untuk pengobatan penyakit ini. Salah satunya adalah dengan penggunaan obat yang berasal dari alam. Hal ini dikarenakan obat hipolipidemia yang mahal sehingga tidak semua masyarakat mampu menjangkaunya. Pemakaian obat sintesis juga dikontra indasikan untuk penyakit tertentu sehingga tidak semua orang dapat menggunakannya. Hal ini mendorong berbagai studi untuk menguji efektifitas obat herbal yang relatif murah dan mudah didapat, juga memiliki efek samping yang kecil dan relatif aman digunakan.

Kulit pisang memiliki potensi yang baik sebagai antioksidan (Nagarajaiah dan Prakash, 2011). Kulit pisang memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yang ini berkolerasi dengan aktivitas anti-lipid peroksidasi. (Baskar et all, 2011).

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten terhadap kadar HDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley?

2. Apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten terhadap kadar LDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu :

1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten terhadap kadar HDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten terhadap kadar LDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley

D. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu : Untuk peneliti :

1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki untuk dimanfaatkan demi kepentingan masyarakat.

2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai pengobatan atau terapi berbasis agromedicine.

Untuk masyarakat :

1. Dapat memanfaatkan kulit pisang sebagai salah satu bagian tanaman yang dianggap kurang bermanfaat, menjadi bernilai ekonomis sebagai penurun kadar LDL dan menigkatan kadar HDL yang mencegah aterosklrosis.

2. Mengurangi efek samping dari penggunaan obat kolesterol sintetik. Untuk pemerintah :

1. Memanfaatkan kekayaan alam wilayah setempat menjadi salah satu pengobatan herbal untuk antilipid.


(15)

2. Menambah kekakyaan potensi alam yang dimiliki oleh Provinsi Lampung

D. Kerangka Penelitian 1. Kerangka teori

Kulit pisang memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yang ini berkolerasi dengan aktivitas anti-lipid peroksidasi. (Baskar et all, 2011).

Keterangan :

---- : Fokus Pembahasan Penelitian

Gambar 1. Kerangka Teori Ekstrak Kulit Pisang Janten

Polifenol dan Flavonoid Saponin

Berikatan dengan kolesterol di intestinal Berikatan dengan asam empedu Absorpsi kolesterol menurun Eksresi kolesterol meningkat Meningkatkan ApoA-1 Meningkatkan aktivita enzim lipoprotein lipas3 Kadar HDL meningkat Meningkatkan katabolisme lipoprotein VLDL dan IDL

Kadar LDL

menurun Kadar Kolesterol menurun


(16)

2. Kerangka konsep

Gambar 2. Krangka Konsep

E. Hipotesis

Pemberian ekstrak etanol kulit pisang jantenakan mempengaruhi kadar HDL

dan LDL pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Ekstrak Kulit Pisang Janten

Polifenol dan Flavonoid

Meningkatkan ApoA-1

Kadar HDL meningkat

Meningkatkan aktivita enzim lipoprotein lipas3

Meningkatkan katabolisme lipoprotein VLDL dan IDL Kadar LDL menurun


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Pisang

Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

1 . Taksonomi Tanaman Pisang Taksonomi tanaman pisang Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa paradisiaca var sapientum, Musa paradisiaca normalis (Imam dan Akhera, 2011; Warintek, 2011)

Tanaman pisang merupakan tumbuhan dengan batang basah yang besar dan tersusun dari pelepah-pelepah daun. Tanaman ini memiliki


(18)

helaian daun yang lebar, berbentuk oval, memanjang, dengan tulang-tulang daun yang menyirip dan kecil-kecil.

Pisang dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasarkan penggunaannya. Pisang ambon termasuk pada kategori tanaman pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak disebut Musa paradisiaca var sapientum, sementara pisang janten dan pisang kepok termasuk pada kategori pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu Musa paradisiaca forma typica atau disebut juga Musa paradisiaca normalis (Warintek, 2011).

2. Kandungan Kimia Kulit Pisang

Tabel.1 Kandungan Kimia Kulit Pisang (Per 100 Berat Kering)

Parameter Kandungan dalam kulit pisang

Moisture (g) Protein (g)

Ether extractives (g) Ash (g)

Karbohidrat (g) Phospor (mg) Calcium (mg)

1.45 7.76 11.26 12.96 3.33 212.00 244.68 Sumber : (Nagarajiah dan Prakash, 2011)


(19)

Tabel.2 Komponen Antioksidan dan Antinutrien Dalam Kulit Pisang (per 100 g)

Parameter Kandungan dalam Kulit Pisang

Total Carotane Β-carotane Vitamin C Tannins Total Oksalat 2.35 1.52 17.83 1073 2.83 Sumber : (Nagarajiah dan Prakash, 2011)

4. Kandungan Poliphenol dan Flavonoid dalam Kulit Pisang

Tabel.3 Total Poliphenol, Total Flavonoid Kulit Pisang pada Ekstrak Etanol

Parameter Kandungan dalam kulit pisang

Poliphenol (mg) Flavonoid (mg)

750.00 316.66 Sumber : (Nagarajiah dan Prakash, 2011)

B. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa C15 yang semuanya memiliki struktur C6-C3-C6. Pada tiap flavonoid, dua cincin benzena dihubungkan bersama oleh tiga atom karbon yang membentuk suatu heterosiklik teroksigenasi. Susunan gugus tiga karbon ini yang akan menentukan bagaimana senyawa flavonoid diklasifikasikan. Flavonoid dibagi lagi menjadi enam kelas, yaitu flavon, flavanon, isoflavon, flavonol, flavanol (katekin dan proantosianidin), dan antosianin. Flavonoid yang mengandung substituen –OH multipel memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat melawan radikal peroksil. Flavonoid merupakan


(20)

komponen utama yang berkontribusi untuk kapasitas antioksidan pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Flavonoid bisa membantu mencegah penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif dan memiliki aktivitas antimikroba, antikarsinogenik, antiplatelet, antiiskemik, antialergi, dan antiinflamasi.

C. Penyakit jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya suplai oksigen dan nutrient bagi miokardium untuk melakukan metabolisme (Hamm , 2011). Penyakit jantung koroner biasanya dicirikan sebagai nyeri dada yang merupakan gejala awal. Nyeri dada ini merupakan akibat dari kurangya suplai untuk miokardium yang biasanya disebabkan oleh aterosklerosis.

Peningkatan kolesterol, peningkatan trigliserida, kadar HDL yang rendah, dan

LDL merupakan prediktor independen untuk penyakit jantung koroner. Hipotesis “response to retention” pada aterosklerosis menyatakan bahwa deposisi kolesterol dalam arteri berbanding langsung dengan kadar lipoprotein plasma dalam sirkulasi. Pemahaman terbaru mengenai hipotesisi ini adalah bahwa deposisi kolesterol dalam intima sebanding dengan tingkat paparan arteri terhadap lipoprotein proaterogenik (kaya kolesterol). Penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis diawali proses aterogenik sejak usia anak dengan derajat aterogenesis yang sangat berkaitan dengan faktor-faktor risiko .


(21)

Proses pembentukan aterosklerosis meliputi 4 tahap yaitu diawali oleh jejas endotel kemudian migrasi LDL (kolesterol) kedalam tunica intima endotel, respon inflamasi hingga pembentukan fibrous cap yang akan menutup pembuluh darah (M. Char, 2005)

Gambar 3. Patogenesis Aterosklerosis.

1. Dislipidemia

Etiologi aterosklerosis adalah multifaktorial tetapi ada berbagai keadaan yang erat kaitannya dengan aterosklerosis yaitu faktor genetik/riwayat keluarga dan penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, usia, kelamin pria, kebiasaan merokok, dislipidemia, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, kurang aktifitas fisik dan manopause. Salah satu faktor resiko aterosklerosis utama adalah Dislipidemia (Bahri, 2002)


(22)

Pemasukan Kalori ↑ Pemasukan Lemak ↑ Pemasukan Energi ↓ Penyimpanan Glikogen ↑ Pertukaran Glukosa ↑ Glukosa ↑

Insulin↑ Trigliserida ↑

Sel Lemak

Gluteal ↑

Lipolisis

Basal ↑

Pertukaran

Asam Lemak ↑

Kolesterol :

HDL ↓ LDL ↑

Artherosclerosis

Penyakit Jantung Koroner Reabsorbsi

Natrium↑

Gambar 4. Patofisologi Penyakit Jantung koroner (Suyono,2002) Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai Triad Lipid (Bahri, 2002).

Hal ini menandakan faktor asupan yakni asupan tinggi lemak memngaruhi proses ini. Mekanisme lemak dan karbohidrat menjadi hiperlipidemia sampai terjadinya aterosklerosis dan hipertensi dapat dilihat pada gambar 2:


(23)

2. High Density Lipoprotein (HDL)

Lipoprotein berfungsi untuk transport lipid di plasma. Lipid yang dapat diikat itu adalah triacylglicerol (TAG), fosfolipid, cholesterol

dan cholesteryl esters. Komposisi dari lipoprotein ini adalah neutral lipid core (mengandung TAG atau cholesteryl esters) yang dikelilingi oleh apoliporotein yang merupakan komponen structural lipoprotein sebagai activator untuk enzim dalam metabolisme lipoprotein juga untu menyediakan tempat untuk cell-surface-receptor. Apolipoprotein ini dibagi menjad kelas A-H yang dibagi berdasarkan struktur dan fungsinya.Lipoprtotein ini ada 4 macam yaitu chylomicron, VLDL, LDL, dan HDL.

a. Apolipoprotein dan lipid dibungkus ke dalam secretory vesicle

yang membentuk chylomicron lalu keluar dari sel dengan cara eksositosis dan masuk ke sistem limfatik.

b. Partikel yang dihasilkan oleh intestinal mucosa cell disebut “nascent” chylomicron. Dan mengndung apoliporotein B-48. Diplasma, nascent chylomicron dimodifikasi dengan cepat yaitu : a). penambahan APO-E dimana akan berhubungan dengan APO B-48 untuk dikenali oleh reseptor b). penambahan APO-C untuk aktivasi lipoprotein lipase, enzim yang mendegradasi TAG di dalam chylomicron.

c. Degradasi TAG oleh lipoprotein lipase

Lipoprotein lipase ditemukan di dinding kapiler semua jaringan terutama kapiler jaringan adipose dan jantug dan otot skeletal.


(24)

Lipoprotein lipase juga diaktifkan oleh APO-C II yag nantinya akan mendegradasi TAG didalam kolimikron apoliporotein.

d. Formasi Sisa Chylomycron

Karena TAG Chylomicron di degradasi, partikel ini menjadi lebih kecil dan densitasnya menurun. APO-C kembali ke HDL. Sisa kilomikron (TAG, cholesterol, APO-E) masuk ke hati dengan berikatan dengan lipoprotein reseptor yang mengenali kombinasi APO-B 48 dan APO-E. Sisa kilomikron berikatan dengan reseptor ini dan masuk ke sel dan proses endositosis. Vesikel ter endisotosis lalu berfusi dengan lisosom. Apolipoprotein, Cholesteryl esters

dan komponen sisa lainnya di degradasi, menghasilkan asam amino, kolesterol bebas, dan asam lemak.

3. Metabolisme High Density Lipoprotein (HDL)

Partikel HDL disintesis di liver dan dilepaskan ke darah dengan eksositosis. Fungsinya untuk: 1). Circulating reservoir (penyimpanan APO-C 11) 2). Memindahkan kolesterol bebas dari jaringan

ekstrahepatic dan mengesterifikasikannya dengan menggunakan plasma enzim phospatydylcholine 2). Memindahkan cholesteryl esters

ke VLDL dan LDL dalam perubahana untuk TAG 3). Membawa

cholesteryl esters ke liver, dimana HDL di degradasi dan kolesterl dilepaskan.


(25)

a. HDL sebagai Reservoir Lipoprotein

Partikel HDL tidak hanya sebagai sumber apolipoprotein. Tetapi juga membawa kembali sebgian besar protein ini sebelum sisa kilomikron dan LDL berikatan dengan reseptor dan di endositosis.

b. HDL sebagai Penerima Kolesterol Bebas

HDL yang disekresi mengandung unesterified cholesterol,

phospholipid dan apolipoprotein (APO-E, APO-A, dan APO-C).

partikel HDL adalah penerima yang bagus untuk kolesterol dari membran sel dan dari lipoprotein lain.

c. Esterifikasi Kolesterol Bebas

Saat kolesterol di tangkap oleh HDL, lalu di esterifikasi oleh PCAT

(Plasma enzyme yang disintesis oleh liver) yang diaktifkan oleh

APO-A 1 HDL. Asam lemak dari carbon 2 of phospatdyl choline di transfer ke kolesterol. Hasilnya, cholesterol ester hidophobic yang tekurung di HDL dan tidak dapat di transfer ke membran. Mekanisme untuk memindahkannya dari HDL di plasma adalah lewat transfer ke VLDL dengan cholesterrol transfer protein.

Cholesterol di plasma di esterifikasi oleh asam lemak.

d. High Density Lipoprotein (HDL)

Spherical HDL particles di masukkan ke hati oleh receptor-mediated endocytosis dan cholesterol esters di degradasi. Kolesterol


(26)

yang dilepaskan lalu di repackaged lipoprotein, dirubah ke asam empedu atau disekresi ke empedu untuk dipindahkan dari tubuh.

4. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL merupakan salah jenis lipoprotein. Partikel LDL menyimpan APO-B 100 tetapi kehilangan komponen lipoprotein lainnya ke HDL. Mengandung TAG yang lebih kecil dari VLDL. Mengandung kolesterol dan cholesteryl esters yang tinggi.

a. Sebagai reseptor yang memediasi endositosis kolesterol. LDL itu untuk menyediakan kolesterol ke jaringan perifer. LDL juga mendepositkan kolestrerol bebas di membrane sel dengan melakukan kontak dengan permukaan sel dan berikatan dengan reseptor yang mengenali APO-B 100.

b. Mempengaruhi dari konsentrasi kolesterol di dalam sel. Sisa kilomikron, HDL dan LDL mempengaruhi kolesterol dalam beberapa cara : a) HMG coA reductase activity di inhibisi oleh kolesterol sehingga sintesis kolesterol menurun. b) jika kolesterol tidak dibutuhkan, lalu di esterifikasi oleh Acyl coA : cholesteryl acyl transferase (ACAT). ACAT mentransfer asam lemak dari fatty acyl coA derivative to cholesterol, memproduksi cholesteryl esters yang dapat disimpan di sel. Aktivias enzim ini menguat karena adanya kenaikan kolesterol intraselular c). sintesis reseptor LDL berkurang dengan menurunkan transkripsi gen LDL sehingga pemasukan LDL


(27)

c. Kepentingan klinis LDL

5. Dislipidemia dan Metabolisme Lipid

Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah dalam lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Hal ini berkaitan dengan intake lemak dan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh. Keadaan tersebut akan menimbulkan resiko terjadinya artherosclerosis dan hipertensi.

Artherosclerosis adalah keadaan terbentuknya bercak yang menebal dari dinding arteri bagian dalam dan dapat menutup saluran dari aliran darah dalam arteri koronaria. Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan Penyakit Jantung Koroner.

Pembuluh darah koroner yang menderita artherosklerosis selain menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Tingkat kehidupan yang membaik ternyata berpengaruh terhadap pola kebiasaan hidup dan pola makanan seseorang. Selanjutnya pola hidup akan meningkatkan konsumsi gula dan lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh dan gula tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah yang kemudian berdampak pada terjadinya artherosclerosis.


(28)

Kolesterol dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitasnya yang meningkat adalah chylomicron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL),

Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL). Kolesterol dalam jumlah besar terdapat dalam lipoprotein LDL atau membawa hampir 2/3 kolesterol. Lipoprotein sebagai alat angkut lipida bersirkulasi dalam tubuh dan dibawa ke sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain begitu juga pada trigliserida dalam aliran darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase yang berada pada sel-sel endotel kapiler. Reseptor LDL oleh reseptor yang ada di dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini penting dalam pengontrolan kolesterol darah. Di samping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL, yaitu melalui jalur sel-sel perusak yang dpat merusak LDL. Melalui jalur ini (scavenger pathway), molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium yang akhirnya berkembang menjadi artherosclerosis.

Berbeda dengan LDL, HDL mempunyai peran sebaliknya yaitu tidak menyebabkan artherosclerosis sehingga risiko terjadinya PJK menurun. Mekanisme menurunnya kejadian PJK adalah dengan memindahkan


(29)

kolesterol dari jaringan ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan kemudian diekskresikan dari tubuh.

Salah satu faktor yang menyebabkan kadar kolesterol meningkat adalah kelebihan berat badan. Kenaikan kadar kolesterol kira-kira 25 mg/dl yang juga tergantung umur. Di Amerika, rata-rata kenaikan 10 kg berat badan pada usia 25-50 tahun, kenaikan berat badan ini diikuti dengan kadar kolesterol yang meningkat. Kebanyakan orang dengan hiperkolesterolemia ringan dan kelebihan berat badan diperkirakan konsumsi energi berlebih 300-500 kalori/hari.

Karbohidrat mempunyai pengaruh langsung terhadap total kolesterol dan LDL. Meskipun begitu peningkatan karbohidrat tidak dapat menurunkan asam lemak jenuh, yang terdapat dalam lipoprotein. Hal ini disebabkan karena karbohidrat (khususnya polisakarida; serat larut) dapat menurunkan kolesterol dan LDL. Beberapa peneliti menyarankan agar meningkatkan penggunaan serat makanan karena memberikan efek kenyang dan akhirnya menurunkan asupan asam lemak jenuh dan beberapa makanan yang tinggi energi. Kemudian beberapa contoh makanan dan kandungan yang mempunyai efek ertherogenesis dan thrombogenesitas.


(30)

Gambar 5. Lokasi Aterosklerosis

Pembuluh darah koroner yang menderita artherosclerosis selain menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Tekanan sistolik yang meningkat karena pembuluh darah tidak elastis sertanaiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.


(31)

Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena

turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah.

Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang menuju ke jantung).

D. TIKUS PUTIH 1. Taksonomi

Taksonomi tikus putih;


(32)

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentai

Suboerdo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Ratta norvegicus (Natawidjaja, 1983)

2. Jenis

Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan pengerat dan seringa digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia,sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernafassan, peredaran darah, dan ekskresi menyerupai manusia.

Tikus putih (Rattus norvegicus) juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti: cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang, dan ukurannya lebih besar daripada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badanya, pertumbuhanya cepat, tempramennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap perlakuan. Keuntungan utama tikus putih (Rattus norvegicus) galur


(33)

Sprague Dawley adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi,2010).

3. Biologi Tikus Putih

Di indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan tikus besar. Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi dewasa dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan dengan berat badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram (FKH UGM, 2006)

D. Pengaruh Flavonoid dan Poliphenol sebagai antioksidan terhadap kadar HDL dan LDL

Poliphenol dan Flavonoid adalah senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi . Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau menghambat proses oksidasi lipid atau molekul lain melalui inhibisi proses inisiasi atau propagasi reaksi rantai oksidatif. Menurut Halliwell, antioksidan adalah substansi yang ketika pada konsentrasi rendah dibandingkan terhadap substrat yang bisa dioksidasi, secara signifikan akan memperlambat atau mencegah oksidasi substrat tersebut. Oksidasi adalah reaksi kimia yang mentransfer elektron dari suatu substansi kepada agen pengoksidasi. Reaksi oksidasi bisa melibatkan produksi radikal bebas yang bisa membentuk rantai reaksi yang membahayakan. Antioksidan bersifat menangkal radikal bebas dan bisa menterminasi rantai reaksi yang membahayakan tersebut dengan


(34)

cara mengeliminasi intermediet radikal serta bisa menghambat reaksi oksidasi lain dengan membiarkan dirinya sendiri teroksidasi. Oleh sebab itu, antioksidan biasanya adalah agen pereduksi misalnya tiol atau fenol.

Gambar 6. Langkah-Langkah Oksidasi Lipid

Radikal bebas atau spesies oksigen reaktif merupakan suatu molekul oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan. Itu sebabnya, molekul ini akan selalu mencari pasangan elektronnya dari molekul atau sel lain dengan bergerak liar, tidak stabil, dan radikal. Akibat lebih jauhnya, sel tersebut menjadi mati atau bermutasi dan memicu terjadinya penyakit degeneratif. Patut diketahui, radikal bebas ini juga dihasilkan dari dalam tubuh kita sendiri yakni hasil dari proses metabolisme tubuh. Di samping itu, faktor luar tubuh pun berperan besar, seperti polusi udara, paparan sinar matahari yang tinggi, merokok, ataupun mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet. Radikal


(35)

bebas yang berlebihan pada tubuh itulah yang pada akhirnya mengganggu kesehatan tubuh dan menyebabkan stres oksidatif.

Antioksidan bisa ditemui pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam bentuk vitamin, mineral, karotenoid, dan polifenol. Senyawa antioksidan seperti asam fenolat, polifenol, dan flavonoid meredam radikal bebas, seperti peroksida atau peroksil lipid yang nantinya akan berpengaruh dalam menaikkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL , oleh karena itu dapat menghambat mekanisme yang menyebabkan penyakit degeneratif. (Chen, 2007)


(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan yang peneliti dapatkan dari penelitian ini yaitu:

1. Pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten memiliki pengaruh terhadap kadar HDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

2. Pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten memiliki pengaruh terhadap kadar LDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

B. Saran

Adapun saran untuk pengembangan dan perbaikan penelitian ini yaitu:

1. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan toksisitas yang mungkin terjadi dengan pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten.


(37)

meningkatkan dosis pemberian ekstrak kulit pisang janten dengan pemberian dosis bertingkat.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Achinrwhu SC. 1983. The saponins content of some Nigerian oil seeds. Qual plant foods human nutr, 33: 3-9. http://dx.doi.org/10.1007/BF01093732. [23 Agustus 2013].

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat penelitian dan pengembangan perkebunan, Indonesia.

Bahri AT. 2002. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Baskar R., et all. 2011. Antioxidant potential of peel extract of banana varietes (Musa Sapientum). Food and nutrition sciences. 2:1129-33.

Berenson G, Srinivasan S, Bao W, Newman W, Tracy R, Wattigney W. 1998. For the bogalusa heart study: Association between multiple cardiovascular risk factors and atherosclerosis in children and young adults. N Engl J Med. 338:1650–56. Blumert M, Liu J. 2003. Jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), China’s immortality

herb 3rd ed. Torchlight.

Dachriyanus, Delpa OK, Oktarina R, Ernas O, Suhatri, Mukhtar MH. 2007. Uji efek Α-Mangostin terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolestrol LDL darah mencit putih jantan serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50)

dachtiyanus. Journal Tek. Farm.

Dahlan S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Edeoga HO, Okwu DE, Mbaeble B.O. 2005. Phytochemical constituents of some Nigerian medicinal plants, African journal of biotechnology. 4(7):685-688.

Ekawati PK, Andriyani DD. Rukmini, IS. Indriani, L. Pengaruh teh hitam (Camelia sinensis) terhadap ketebalan dinding arteri koronaria tikus putih (Rattus novergicus) yang diberi diet tinggi lemak (2011) (


(39)

student-Hamm, et all. 2011. ESC Guidelines for the management of acutecoronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. Eropean Society of Cardiology.

M Char, Douglas. 2005. The Pathophysiology of acute coronary syndrome. Washington D.C.

Matsuura H. 2001. Saponins in garlic as modifiers of the risk of cardiovascular disease, J. Nutr. March 1. 131(3) 1000S-1005S.

Muchatadi D. 2012. Dedak Padi Mencegah Penyakit Jantung Koroner. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_dedakpadi.php [13 september 2103].

Murni Sri, et all. 2011. Determination of saponin compound from anredera cordifolia (Ten) steenis plant (Binahong) to potential treatment for several diseases. Malaysia.

Ontoseno T. Pencegahan primordial penyakit jantung koroner. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR

Nagarajaiah B, Prakash J. 2011 Chemical compotition and antioxidant of peels from three varieties of banana. Asian Journal of Food and Agro-Industry, 2011, 4(01), 31-46.

Nijveldt RJ, Nood EV, Danny EC. Boelens, PG. Norren, K. Leeuwen. PAv. Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential

applications (2001)

http://immunobiotics.com/pdf/intro/flavonoidmechanism.pdf. [23 Agustus 2013].

Rachmadan. 2012. Penyakit kardovaskular: Sistem kerja jantung. http://www.rachmadan.com/2012/03/apa-itu-penyakit-kardiovaskuler.html. [September 2013].

Secombe DW (1993). Cholesterol testing: A lifestyle focus for the nineties. Clinical Biochemistry 26: 17-19.

Suyono S, Djauzi S. 2002. Penyakit degeneratif dan gizi lebih. Widya karya nasional pangan dan gizi V dalam Supariasa, Penilaian Status Gizi.


(40)

Vijayakumar S, Nalini N. 2006. Piperine, an active principle from Piper nigrum, modulates hormonal and apo lipoprotein profiles in hyperlipidemic rats. J Basic Clin Physiol Pharmacol. 2006;17(2):71-86.

Wardani SB. 2011. Pemberian Ekstrak Propolis meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada tikus wistar Rattus norvegicus strain Wistar dengan diet tinggi lemak.

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/Savitri%20Budi%20Wardani %20%280910710118%29.pdf. [23 Agustus 2013].


(1)

27

bebas yang berlebihan pada tubuh itulah yang pada akhirnya mengganggu kesehatan tubuh dan menyebabkan stres oksidatif.

Antioksidan bisa ditemui pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam bentuk vitamin, mineral, karotenoid, dan polifenol. Senyawa antioksidan seperti asam fenolat, polifenol, dan flavonoid meredam radikal bebas, seperti peroksida atau peroksil lipid yang nantinya akan berpengaruh dalam menaikkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL , oleh karena itu dapat menghambat mekanisme yang menyebabkan penyakit degeneratif. (Chen, 2007)


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Adapun simpulan yang peneliti dapatkan dari penelitian ini yaitu:

1. Pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten memiliki pengaruh terhadap kadar HDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

2. Pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten memiliki pengaruh terhadap kadar LDL tikus putih jantan galur Sprague Dawley.

B. Saran

Adapun saran untuk pengembangan dan perbaikan penelitian ini yaitu:

1. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan toksisitas yang mungkin terjadi dengan pemberian ekstrak etanol kulit pisang janten.


(3)

50 2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan dosis pemberian ekstrak kulit pisang janten dengan pemberian dosis bertingkat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achinrwhu SC. 1983. The saponins content of some Nigerian oil seeds. Qual plant foods human nutr, 33: 3-9. http://dx.doi.org/10.1007/BF01093732. [23 Agustus 2013].

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat penelitian dan pengembangan perkebunan, Indonesia.

Bahri AT. 2002. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Baskar R., et all. 2011. Antioxidant potential of peel extract of banana varietes (Musa Sapientum). Food and nutrition sciences. 2:1129-33.

Berenson G, Srinivasan S, Bao W, Newman W, Tracy R, Wattigney W. 1998. For the bogalusa heart study: Association between multiple cardiovascular risk factors and atherosclerosis in children and young adults. N Engl J Med. 338:1650–56. Blumert M, Liu J. 2003. Jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), China’s immortality

herb 3rd ed. Torchlight.

Dachriyanus, Delpa OK, Oktarina R, Ernas O, Suhatri, Mukhtar MH. 2007. Uji efek Α-Mangostin terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolestrol LDL darah mencit putih jantan serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50)

dachtiyanus. Journal Tek. Farm.

Dahlan S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Edeoga HO, Okwu DE, Mbaeble B.O. 2005. Phytochemical constituents of some Nigerian medicinal plants, African journal of biotechnology. 4(7):685-688.

Ekawati PK, Andriyani DD. Rukmini, IS. Indriani, L. Pengaruh teh hitam (Camelia sinensis) terhadap ketebalan dinding arteri koronaria tikus putih (Rattus novergicus) yang diberi diet tinggi lemak (2011) (


(5)

student-research.umm.ac.id/index.php/.../25_umm_student_research.doc) [23 Agustus 2013].

Hamm, et all. 2011. ESC Guidelines for the management of acutecoronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. Eropean Society of Cardiology.

M Char, Douglas. 2005. The Pathophysiology of acute coronary syndrome. Washington D.C.

Matsuura H. 2001. Saponins in garlic as modifiers of the risk of cardiovascular disease, J. Nutr. March 1. 131(3) 1000S-1005S.

Muchatadi D. 2012. Dedak Padi Mencegah Penyakit Jantung Koroner. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_dedakpadi.php [13 september 2103].

Murni Sri, et all. 2011. Determination of saponin compound from anredera cordifolia (Ten) steenis plant (Binahong) to potential treatment for several diseases. Malaysia.

Ontoseno T. Pencegahan primordial penyakit jantung koroner. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR

Nagarajaiah B, Prakash J. 2011 Chemical compotition and antioxidant of peels from three varieties of banana. Asian Journal of Food and Agro-Industry, 2011, 4(01), 31-46.

Nijveldt RJ, Nood EV, Danny EC. Boelens, PG. Norren, K. Leeuwen. PAv. Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential

applications (2001)

http://immunobiotics.com/pdf/intro/flavonoidmechanism.pdf. [23 Agustus 2013].

Rachmadan. 2012. Penyakit kardovaskular: Sistem kerja jantung. http://www.rachmadan.com/2012/03/apa-itu-penyakit-kardiovaskuler.html. [September 2013].

Secombe DW (1993). Cholesterol testing: A lifestyle focus for the nineties. Clinical Biochemistry 26: 17-19.

Suyono S, Djauzi S. 2002. Penyakit degeneratif dan gizi lebih. Widya karya nasional pangan dan gizi V dalam Supariasa, Penilaian Status Gizi.


(6)

Tsujii S, Kuzuya H. 2004. The significance of lifestyle as a risk factor for the metabolic syndrome. Nippon Rinsho. 62 (6):1047-52.

Vijayakumar S, Nalini N. 2006. Piperine, an active principle from Piper nigrum, modulates hormonal and apo lipoprotein profiles in hyperlipidemic rats. J Basic Clin Physiol Pharmacol. 2006;17(2):71-86.

Wardani SB. 2011. Pemberian Ekstrak Propolis meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada tikus wistar Rattus norvegicus strain Wistar dengan diet tinggi lemak.

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/Savitri%20Budi%20Wardani %20%280910710118%29.pdf. [23 Agustus 2013].


Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 95% Cabe Jawa (Piper reftrofractum Vahl.) terhadap Kadar HDL Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diberi Diet Tinggi Lemak

3 16 50

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

4 32 62

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG AMBON DAN KULIT PISANG KEPOK TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY THE INFLUENCE OF GIVING ETHANOLIC EXTRACT OF AMBON FRUIT PEEL AND KEPOK FRUIT PEEL TO THE TOTAL CHOLESTEROL

1 6 51

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116

EFEK EKSTRAK KULIT TERONG UNGU (Solanum melongena L ) TERHADAP KADAR LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH

0 6 60

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PEPAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA

0 0 10

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai Terhadap Kadar Kolesterol, LDL,HDL dan Rasio LDL/HDL Darah Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus)yang mengalami Hiperkolesterolemia Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 135