AKUNTANSI KEUANGAN II

(1)

AKUNTANSI KEUANGAN II

PERTEMUAN 3 (aktiva tak berwujud)

NAMA : I GEDE AMBARA CITA NIM : 1506305076

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perusahaan pasti mempunyai aktiva tidak berwujud yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aktiva tidak berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya.

Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aktiva tidak berujud tersebut. Sebagai bagian dari neraca, aktiva tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta penghapusannya.


(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD

Apakah sebenarnya aktiva tak berwujud? Aktiva tak berwujud (intangible assets) memiliki dua karakteristik utama.

1. Kurang memiliki eksistensi fisik. Tidak seperti aktiva berwujud seperti properti, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dan hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.

2. Bukan merupakan instrumen keuangan. Aktiva seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.

Pada banyak kasus, aktiva tak beruwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Oleh karena itu, perusahaan secara umum mengklasifikasikan aktiva tak berwujud ebagai aktiva jangka panjang. Jenis aktiva tak berwujud yang paling umum dilaporkan adalah paten, hak cipta, waralaba atau lisensi, merek dagang atau nama dagang, dan goodwill.

2.2 MASALAH-MASALAH AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD

Ada 3 masalah aktiva tetap tak berwujud yaitu karakteristik, penilaian, dan amortisasi. Penilaian

1. Aktiva Tak Berwujud yang Dibeli

Aktiva tak berwujud yang dibeli dari pihak lain dicatat pada biaya. Biaya ini termasuk semua biaya akuisisi dan pengeluaran yang diperlukan untuk membuat aktiva tak berwujud tersebut siap digunakan sebagaimana dimaksudkan-sebagai contoh, harga beli, biaya hukum, dan beban isidental lainnya.


(4)

Biaya yang terjadi secara internal untuk menciptakan aktiva tak berwujud biasanya dibebankan pada saat biaya itu dikeluarkan. Jadi, walaupun sebuah perusahaan mungkin mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan yang substansial untuk menciptakan aktiva tak berwujud, namun biaya ini dibebankan.

Amortisasi Aktiva Tak Berwujud

Aktiva tak berwujud dapat mempunyai umur manfaat yang terbatas (limited [finite] useful life) atau umur manfaat yang tidak terbatas. Misalnya, sebuah perusahaan seperti Walt Disney mempunyai aktiva tak berwujud dari kedua jenis. Walt Disney mengamortisasi aktiva tak berwujudnya yang mempunyai umur manfaat terbatas, tetapi tidak mengamortisasi aktiva tak berwujudnya yang mempunyai umur manfaat yang tidak terbatas.

Alokasi biaya aktiva tak berwujud dengan cara yang sistematis disebut sebagai amortisasi (amortization). Walt Disney mengamortisasi aktiva tak berwujud yang mempunyai umur manfaat terbatas dengan pembebanan sistematis selama umur manfaatnya. Umur manfaat ini harus mencerminkan periode-periode dimana aktiva-aktiva ini berkontribusi pada arus kas. Walt Disney mempertimbangkan faktor-faktor dibawah ini unutk menentukan umur manfaat:

1. Perkiraan penggunaan aktiva ini oleh perusahaan

2. Perkiraan umur manfaat aktiva yang lain atau kelompok aktiva yang lain yang terkait dengan umur manfaat aktiva tak berwujud itu (misalnya hak lease atas tanah studio)

3. Persyaratan hukum, undang-undang, atau kontrak yang akan membatasi umur manfaat.

4. Persyaratan hukum, undang-undang, atau kontrak yang dapat memperbarui atau memperpanjang umur hukum atau umur kontrak aktiva tersebut tanpa biaya besar. Faktor ini mengasumsikan bahwa ada bukti untuk mendukung pembaruan atau perpanjangan ini. Disney juga harus dapat melakukan pembaruan atau perpanjangan ini tanpa modifikasi material pada syarat-syarat yang sudah ada. 5. Dampak dari keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor-faktor ekonomi yang


(5)

legislatif yang berakibat pada ketidakpastian atau perubahaan lingkungan peraturan, dan perubahan pada jalur distribusi.

6. Tingkat beban pemeliharaan yang diperlukan untuk mendapatkan arus kas yang diharapkan dari aktiva tersebut. Misalnya, tingkatan material dari pemeliharaan yang diperlukan dalam hubungannya dengan jumlah aktiva mungkin mengindikasikan umur manfaat yang sangat terbatas.

2.3 GOODWILL

Goodwill merupakan aset tak berwujud yang paling berbeda dan paling tidak memiliki wujud karena aset tak berwujud yang sulit untuk diukur secara handal. Goodwill hanya akan terjadi apabila ada transaksi strategis semisal akuisisi atau merger dengan perusahaan lain. Munculnya goodwill ketika pembayaran (pembelian) atas transaksi strategis dengan harga diatas harga pasar aset bersih (nilai buku). Selisih yang timbul inilah yang dinamakan Goodwill. Dengan kata lain Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku yang dibayarkan suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain. Manfaat Goodwill ada di masa mendatang, seperti “nama besar”, tingkat ke-strategis-an produk atau perusahaan, kedekatan dengan konsumen, dan yang lainnya.

Perolehan Goodwill

Goodwill akan timbul jika ada aktifitas suatu entitas bisnis membeli entitas lain, dimana harga yang dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih perusahaan yang dibeli. namun, apabila harga belinya dibawah dari kekayaan bersihnya. maka yang muncul adalah goodwill negatif, logikanya sama hanya dibolak balik saja.

Misalnya perusahaan anda ingin membeli sebuah perusahaan lain untuk kepentingan ekspansi usaha anda. Perusahaan yang akan anda beli memiliki total Aset sebesar Rp 1.000, dengan total Liabilitas: Rp 250 dan total Equity Rp 750. Karena posisinya strategis, Perusahaan akan anda beli ini ingin jual mahal terhadap perusahaan anda. Akhirnya perusahaan anda sepakat membeli perusahaan tersebut dengan harga Rp 850.


(6)

Total Aset Bersih Perusahaan yang anda beli adalah Rp 750 namun perusahaan anda membelinya dengan harga Rp 850, ada selisih Rp 100. Selisih inilah yang kita sebut sebagai “Goodwill”. Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih mahal, tapi manfaat pembelian perusahaan tersebut diprediksi akan mengalir hingga beberapa tahun kedepan mengingat lokasinya yang strategis. Dalam akuntansi, pencatatan atas terjadinya goodwill akan dilakukan seperti ini:

Aset Rp 1.000

Goodwill Rp 100

Kas Rp 850 Liablitas Rp 250

Amortisasi Goodwill

Amortisasi merupakan istilah lain dari penyusutan, kalau pada aktiva tetap ada istilah penyusutan, dalam Aset Tak Berwujud, penyusutan itu disebut amortisasi. dalam PSAK disebutkan Amortisasi merupakan alokasi jumlah tersusutkan secara sistematis atas aktiva tak berwujud selama masa manfaat ekonomisnya. Namun, saat ini amortisasi goodwill dalam akuntansi masih menjadi perdebatan baik di IFRS ataupun di IAS. IFRS maupun IAS memutuskan untuk tidak membolehkan penerapan amortisasi goodwill dan menggantinya dengan impairment (revaluasi goodwill).

Di Indonesia, goodwill diperlakukan sebagai beban perusahaan. Beban tersebut dikapitalisasi dan disusutkan sekian tahun, dialokasikan di setiap periode agar tidak mengganggu laporan laba rugi saat goodwill diperoleh, karena nilainya yang cukup material dan diprediksi memiliki manfaat di masa datang. Akan tetapi, goodwill sangat susah diukur nilainya, sampai kapan berakhir manfaatnya, seperti apa bentuknya. Ini berbeda dengan perusahaan membeli gedung, secara teknis dan handal bisa diperkirakan (prediksi) umur ekonomisnya oleh beberapa ahli.


(7)

sebuah perusahaan diprediksi akan mengalami amortisasi selama 20 tahun. Dari pernyataan tersebut, maka setelah 20 tahun goodwill perusahaan tersebut diprediksi sudah tak ada manfaatnya lagi. Lalu jika kita melihat realitanya, brand Nike atau Adidas bertahan sangat lama. Tentu ini sulit untuk diterima dan tak bisa diandalkan sebagai informasi. Meskipun beberapa perusahaan di Indonesia melakukannya. Namun, keakuratan perhitungan manfaat tersebut masih belum memiliki patokan yang jelas. Dengan demikian, goodwill tidak perlu diamortisasi.

2.4 BIAYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) (research dan development cost) dengan sendirinya bukan merupakan aktiva tak berwujud. Akan tetapi, akuntansi untuk biaya penelitian dan pengembangan sering kali menghasilkan pengembangan sesuatu yang dipatenkan atau diberi hak cipta (seperti produk baru, proses, ide, rumus, komposisi, atau hasil sastra).

Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan guna menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produk yang ada, dan menemukan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat di masa depan. Perlu ditekankan bahwa aktivitas penelitian dan pengembangan tidak termasuk perubahan rutin atau periodik atas produk yang ada, lini produksi, proses manufaktur, dan operasi yang sedang berlangsung lainnya walaupun hal-hal tersebutdapat dianggap sebagai pengembangan. Sebagai contoh, upaya rutin yang berkelanjutan untuk memperhalus, memperkaya, atau meningkatkan kualitas produk yang ada tidak dianggap sebagai aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D)

Biaya yang berkaitan dengan aktivitas R&D dan perlakuan akuntansi terhadap biaya berikut:

1. Bahan, peralatan, dan fasilitas. Catat keseluruhan biaya sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain atau yang lainnya), kemudian catatlah sebagai persediaan dan alokasikan ketika dikonsumsi, atau kapitalisasi dan susutkan ketika digunakan.


(8)

2. Personil. Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibat dalam R&D harus dibebankan ketika terjadi.

3. Aktiva tak berwujud yang dibeli. Catat keseluruhan biaya sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif di masa depan, kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.

4. Jasa kontrak. Biaya yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan R&D perusahaan harus dibebankan ketika terjadi.

5. Biaya tak langsung. Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam biaya R&D, kecuali untuk biaya administrasi dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.

4.5 PENYAJIAN AKTIVA TAK BERWUJUD

Pelaporan aktiva tak berwujud berbeda dengan pelaporan properti, pabrik, dan peralatan dalam akun kontra yang biasanya tidak ditunjukan untuk aktiva tak berwujud. Pada neraca, perusahaan harus melaporkan semua aktiva tak berwujudnya selain goodwill sebagai pos terpisah. Goodwill harus dilaporkan terpisah, jika ada. FASB menyimpulkan bahwa karena goodwill dan aktiva tak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aktiva yang lain, pengungkapan ini akan bermanfaat bagi para pemakai neraca.

Pada laporan laba-rugi, perusahaan harus menampilkan beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai untuk aktiva tak berwujud selain goodwill sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan nilai goodwill harus ditampilkan dalam pos terpisah dalam bagian operasi berjalan, kecuali jika penurunan goodwill tersebut terkait dengan operasi yang sudah tidak lagi berjalan. Catatan pada laporan keuangan harus meliputi informasi mengenai aktiva tak berwujud yang diakuisisi, termasuk beban amortisasi keseluruhan untuk setiap tahun berikutnya selama 5 tahun. Catatan tersebut harus mencangkup informasi mengenai perubahan dalam jumlah tercatat goodwill selama periode tersebut.


(9)

BAB III

KESIMPULAN

Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva tidak berujud mungkin timbul dari:

1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang. 2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill. 3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.


(10)

Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aktiva Tak Berwujud yaitucara akuisisi (manner of acquisition), dapat diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit).

Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya, Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.

Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya aktiva tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya. Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kieso, D.E., Weigandt, J.J, dan Warfield , T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Jhon Wiley & Sona. Inc., (Edisi 12 Bahasa Indonesia).

2. https://www.akuntansionline.id/perlakuan-goodwill-dalam-akuntansi/ (diakses pada tanggal 23 september 2016, pukul 16.00)


(1)

legislatif yang berakibat pada ketidakpastian atau perubahaan lingkungan peraturan, dan perubahan pada jalur distribusi.

6. Tingkat beban pemeliharaan yang diperlukan untuk mendapatkan arus kas yang diharapkan dari aktiva tersebut. Misalnya, tingkatan material dari pemeliharaan yang diperlukan dalam hubungannya dengan jumlah aktiva mungkin mengindikasikan umur manfaat yang sangat terbatas.

2.3 GOODWILL

Goodwill merupakan aset tak berwujud yang paling berbeda dan paling tidak memiliki wujud karena aset tak berwujud yang sulit untuk diukur secara handal. Goodwill hanya akan terjadi apabila ada transaksi strategis semisal akuisisi atau merger dengan perusahaan lain. Munculnya goodwill ketika pembayaran (pembelian) atas transaksi strategis dengan harga diatas harga pasar aset bersih (nilai buku). Selisih yang timbul inilah yang dinamakan Goodwill. Dengan kata lain Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku yang dibayarkan suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain. Manfaat Goodwill ada di masa mendatang, seperti “nama besar”, tingkat ke-strategis-an produk atau perusahaan, kedekatan dengan konsumen, dan yang lainnya.

Perolehan Goodwill

Goodwill akan timbul jika ada aktifitas suatu entitas bisnis membeli entitas lain, dimana harga yang dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih perusahaan yang dibeli. namun, apabila harga belinya dibawah dari kekayaan bersihnya. maka yang muncul adalah goodwill negatif, logikanya sama hanya dibolak balik saja.

Misalnya perusahaan anda ingin membeli sebuah perusahaan lain untuk kepentingan ekspansi usaha anda. Perusahaan yang akan anda beli memiliki total Aset sebesar Rp 1.000, dengan total Liabilitas: Rp 250 dan total Equity Rp 750. Karena posisinya strategis, Perusahaan akan anda beli ini ingin jual mahal terhadap perusahaan anda. Akhirnya perusahaan anda sepakat membeli perusahaan tersebut dengan harga Rp 850.


(2)

Total Aset Bersih Perusahaan yang anda beli adalah Rp 750 namun perusahaan anda membelinya dengan harga Rp 850, ada selisih Rp 100. Selisih inilah yang kita sebut sebagai “Goodwill”. Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih mahal, tapi manfaat pembelian perusahaan tersebut diprediksi akan mengalir hingga beberapa tahun kedepan mengingat lokasinya yang strategis. Dalam akuntansi, pencatatan atas terjadinya goodwill akan dilakukan seperti ini:

Aset Rp 1.000

Goodwill Rp 100

Kas Rp 850 Liablitas Rp 250

Amortisasi Goodwill

Amortisasi merupakan istilah lain dari penyusutan, kalau pada aktiva tetap ada istilah penyusutan, dalam Aset Tak Berwujud, penyusutan itu disebut amortisasi. dalam PSAK disebutkan Amortisasi merupakan alokasi jumlah tersusutkan secara sistematis atas aktiva tak berwujud selama masa manfaat ekonomisnya. Namun, saat ini amortisasi goodwill dalam akuntansi masih menjadi perdebatan baik di IFRS ataupun di IAS. IFRS maupun IAS memutuskan untuk tidak membolehkan penerapan amortisasi goodwill dan menggantinya dengan impairment (revaluasi goodwill).

Di Indonesia, goodwill diperlakukan sebagai beban perusahaan. Beban tersebut dikapitalisasi dan disusutkan sekian tahun, dialokasikan di setiap periode agar tidak mengganggu laporan laba rugi saat goodwill diperoleh, karena nilainya yang cukup material dan diprediksi memiliki manfaat di masa datang. Akan tetapi, goodwill sangat susah diukur nilainya, sampai kapan berakhir manfaatnya, seperti apa bentuknya. Ini berbeda dengan perusahaan membeli gedung, secara teknis dan handal bisa diperkirakan (prediksi) umur ekonomisnya oleh beberapa ahli.


(3)

sebuah perusahaan diprediksi akan mengalami amortisasi selama 20 tahun. Dari pernyataan tersebut, maka setelah 20 tahun goodwill perusahaan tersebut diprediksi sudah tak ada manfaatnya lagi. Lalu jika kita melihat realitanya, brand Nike atau Adidas bertahan sangat lama. Tentu ini sulit untuk diterima dan tak bisa diandalkan sebagai informasi. Meskipun beberapa perusahaan di Indonesia melakukannya. Namun, keakuratan perhitungan manfaat tersebut masih belum memiliki patokan yang jelas. Dengan demikian, goodwill tidak perlu diamortisasi.

2.4 BIAYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) (research dan development cost) dengan sendirinya bukan merupakan aktiva tak berwujud. Akan tetapi, akuntansi untuk biaya penelitian dan pengembangan sering kali menghasilkan pengembangan sesuatu yang dipatenkan atau diberi hak cipta (seperti produk baru, proses, ide, rumus, komposisi, atau hasil sastra).

Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan guna menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produk yang ada, dan menemukan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat di masa depan. Perlu ditekankan bahwa aktivitas penelitian dan pengembangan tidak termasuk perubahan rutin atau periodik atas produk yang ada, lini produksi, proses manufaktur, dan operasi yang sedang berlangsung lainnya walaupun hal-hal tersebutdapat dianggap sebagai pengembangan. Sebagai contoh, upaya rutin yang berkelanjutan untuk memperhalus, memperkaya, atau meningkatkan kualitas produk yang ada tidak dianggap sebagai aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D)

Biaya yang berkaitan dengan aktivitas R&D dan perlakuan akuntansi terhadap biaya berikut:

1. Bahan, peralatan, dan fasilitas. Catat keseluruhan biaya sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan lain atau yang lainnya), kemudian catatlah sebagai persediaan dan alokasikan ketika dikonsumsi, atau kapitalisasi dan susutkan ketika digunakan.


(4)

2. Personil. Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibat dalam R&D harus dibebankan ketika terjadi.

3. Aktiva tak berwujud yang dibeli. Catat keseluruhan biaya sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu memiliki kegunaan alternatif di masa depan, kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.

4. Jasa kontrak. Biaya yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan R&D perusahaan harus dibebankan ketika terjadi.

5. Biaya tak langsung. Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam biaya R&D, kecuali untuk biaya administrasi dan umum, yang secara jelas harus berhubungan agar dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.

4.5 PENYAJIAN AKTIVA TAK BERWUJUD

Pelaporan aktiva tak berwujud berbeda dengan pelaporan properti, pabrik, dan peralatan dalam akun kontra yang biasanya tidak ditunjukan untuk aktiva tak berwujud. Pada neraca, perusahaan harus melaporkan semua aktiva tak berwujudnya selain goodwill sebagai pos terpisah. Goodwill harus dilaporkan terpisah, jika ada. FASB menyimpulkan bahwa karena goodwill dan aktiva tak berwujud lainnya sangat berbeda dengan jenis aktiva yang lain, pengungkapan ini akan bermanfaat bagi para pemakai neraca.

Pada laporan laba-rugi, perusahaan harus menampilkan beban amortisasi dan kerugian penurunan nilai untuk aktiva tak berwujud selain goodwill sebagai bagian dari operasi berjalan. Kerugian penurunan nilai goodwill harus ditampilkan dalam pos terpisah dalam bagian operasi berjalan, kecuali jika penurunan goodwill tersebut terkait dengan operasi yang sudah tidak lagi berjalan. Catatan pada laporan keuangan harus meliputi informasi mengenai aktiva tak berwujud yang diakuisisi, termasuk beban amortisasi keseluruhan untuk setiap tahun berikutnya selama 5 tahun. Catatan tersebut harus mencangkup informasi mengenai perubahan dalam jumlah tercatat goodwill selama periode tersebut.


(5)

BAB III

KESIMPULAN

Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva tidak berujud mungkin timbul dari:

1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang. 2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill. 3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.


(6)

Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aktiva Tak Berwujud yaitucara akuisisi (manner of acquisition), dapat diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit).

Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya, Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.

Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya aktiva tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya. Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kieso, D.E., Weigandt, J.J, dan Warfield , T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. Jhon Wiley & Sona. Inc., (Edisi 12 Bahasa Indonesia).

2. https://www.akuntansionline.id/perlakuan-goodwill-dalam-akuntansi/ (diakses pada tanggal 23 september 2016, pukul 16.00)