Gambaran Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH

BEKERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

(TKBM) DI PELABUHAN BELAWAN PADA

TAHUN 2009

Oleh :

FIDA HARYATI

031000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH

BEKERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

(TKBM) DI PELABUHAN BELAWAN PADA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FIDA HARYATI

031000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN

BELAWAN PADA TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : Fida Haryati

031000042

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk di hadapan Tim Penguji Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Ir. Kalsum, M.Kes.


(4)

ABSTRAK

Fida Haryati. 031000042. Hubungan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik: Umur, Pendidikan, Lama kerja, Status gizi, Beban kerja dan Tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

Populasi tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan berjumlah 2000 orang, pengambilan sampel dengan cara Purposive dengan kriteria inklusi menggunakan wawancara pembuka untuk pekerja dan laporan kesehatan dari dokter pekerja berjumlah 95 orang.

Tekanan panas di lingkungan kerja diukur dengan menggunakan thermometer suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola, untuk pemeriksaan tekanan darah digunakan sphygmomanometer dan stethoscope. Status gizi diukur dengan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur BB/TB2, sedangkan beban kerja diukur dengan menghitung denyut nadi/menit dari masing-masing tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tekanan darah sistol nya tetap setelah bekerja 33,7% dan 66,3% mengalami perubahan tekanan darah sistol setelah bekerja, tekanan darah diastol nya tetap setelah bekerja 83,2% dan 16,8% mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah sisol dan diastol. Tidak ada hubungan antara lama kerja, beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Ada hubungan antara beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelumdan sesudah bekerja.


(5)

ABSTRACT

Fida Haryati. 031000042. The relation of pressure blood before and after work in seaport of Belawan2009.

This research is done to know the relation of characteristics: age, education, length of work, status of nutritions with pressure of blood before and after work. The relation between burden of job with pressure of blood before and after work, and relation between pressure of breath with pressure of blood before and after work.

The type of research is descriptive analytic nature with goal to know the description of blood pressure before and after work in workers of luggage in seaport of Belawan.

The population of luggage in seaport of Belawan is total 2000 peoples, taking of sample is to use the purposive method with inclusion criteriainterview opening for labourer and health report from dokter of 95 peoples.

The pressure of heat in work environment is measured to use the thermometer of natural wet temperature, dried temperature, and bell temperature, to check the pressure of blood to use sphygmomanometer and stethoscope. The status of nutrition is measured with calculation of body mass index done with measuring the BB/TB2, while there burden of job is with counting there heart rate/minute from each worker in seaport of Belawan.

From the result of measurement can be known the systolic blood pressure to remain after work 33,7% and 66,3% to undergo the change of systolic blood pressure after work, the diastolic blood pressure is remained after work 83,2% and 16,8% to undergo the he change of diastolic blood pressure after work. There is no relation education with blood pressure of systolic and diastolic before and after work. There is no relation between length, burden, pressure of heat with blood pressure of diastolic before and after work. There relation between length, pressure of heat with blood pressure of systolic before and after work.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fida Haryati

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Desember 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : Jln. Brigjend Zein Hamid Komleks PLN No.1 Titi Kuning Medan.

Riwayat Pendidikan :

1. 1990 – 1991 : TK Sandi Putera Medan. 2. 1991 – 1997 : SD Negri 060900 Medan. 3. 1997 – 2000 : SMP Negri 2 Medan. 4. 2000 – 2003 : SMA Swasta UISU Medan.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena izin dan ridho-NYAlah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kekhilafan.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Ibu Ir. Kalsum, MKes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra Syarifah, Ms selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Staf Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS dan Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Keluarga tercinta : Ayahanda Suryono, Ibunda Rosilawati, Kak Wenny yang selalu memberikan semangat dan doanya serta pengertiannya dengan penuh kasih sayang.

6. Teman-teman stambuk 2003 dan stambuk 2004 : Dian, Dewi, Inda, Nanda, Nadya, Tika, Nova, Kak Sri yang sudah banyak membantu dan seluruh teman-temanku lainnya terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungannya, kerja sama dan doanya.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun demikian Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(9)

DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan... i

Abstract... ... ii

Abstrak……… ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi……….. . vii

Daftar Tabel………. . x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tekanan Darah ... 6

2.1.1. Pengertian Tekanan Darah ... 6

2.1.2. Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah ... 7

2.1.3. Pengukuran Tekanan Darah ... 9

2.1.4. Tekanan Darah Rendah ... 10

2.1.5. Tekanan Darah Tinggi ... 11

2.2. Tekanan Panas ... 12

2.2.1. Definisi Tekanan Panas ... 12

2.2.2. Pertukaran Panas ... 13

2.2.3. Parameter Tekanan Panas ... 15

2.2.4. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas ... 17

2.2.5. Aklimatisasi ... 19

2.3. Penilaian Beban Kerja Fsik. ... 19

2.4. Faktor Resiko ... 23

2.5. Kerangka Konsep. ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.3.1. Populasi ... 25

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Cara Pengumpulan Data ... 26

3.5. Defenisi Operasional ... 26


(10)

3.6.1. Pengukuran Status Gizi. ... 27

3.6.2. Pengukuran Beban Kerja ... 28

3.6.3. Pengukuran Tekanan Panas ... 28

3.6.4. Pengukuran Tekanan Darah ... 29

3.7. Uji Hipotesa ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Sejarah Pelabuhan Belawan... ... 33

4.2. Gambaran Umum Tenaga Kera Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ... 36

4.3. Karakteristik Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan ... 38

4.3.1. Umur ... 38

4.3.2. Pendidikan ... 38

4.3.3. Lama Kerja ... 39

4.3.4. Status Gizi ... 39

4.3.5. Beban kerja ... 39

4.3.6. Tekanan Panas ... 40

4.3.7 Tekanan Darah Sebelum Bekerja ... 40

4.3.8. Tekanan Darah Setelah Bekeja ... 41

4.3.9. Perubahan Tekanan Darah Sistol dan Diastol TKBM Sebelum dan Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan ... 42

4.4. Hubungan Antara Karakteristik TKBM Dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja ... 43

4.4.1. Hubungan Antara Umur dengan Tekanan Darah Sistol Sebelum da Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 43

4.4.2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 44

4.4.3. Hubungan Antara Lama kerja dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 46

4.4.4. Hubungan Antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 47

4.4.5. Hubungan Antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuan Belawan ... 48

4.4.6. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 49


(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Tekanan Darah Sebelum Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 51

5.2. Tekanan Darah Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 51

5.3. Hubungan Antara Karakteristik TKBM dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja ... 53

5.3.1. Hubungan Antara Pendidikan dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 53

5.3.2. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 53

5.4. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 54

5.5. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Lampiran 2 : Crosstab

Lampiran 3 : Foto


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB ... 16 Tabel 2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respiasi,

Suhu Tubuh dan Denyut Jantung... ... 22 Tebel 3 Distribusi TKBM Menurut Kelompok Umur di

Pelabuhan Belawan ... 38 Tabel 4 Distribusi TKBM Menurut Pendidikan di Pelabuhan Belawan .... 38 Tabel 5 Distribusi TKBM Menurut Lama Kerja di Pelabuhan Belawan ... 39 Tabel 6 Distribusi TKBM Menurut Status Gizi di Pelabuhan Belawan... 39 Tabel 7 Distribusi TKBM Menurut Kategori Beban Kerja di

Pelabuhan Belawan ... 39 Tabel 8 Range dan Rata-Rata Hasil Pengukuran Tekanan Panas ... 40 Tabel 9 Distribusi Tekanan Darah Sistol TKBM Sebelum Bekerja di

Pelabuhan Belawan ... 40 Tabel 10 Distribusi Tekanan Darah Diastol TKBM Sebelum Bekerja di

Pelabuhan Belawan ... 41 Tabel 11 Distribusi Tekanan Darah Sistol TKBM Sesudah Bekerja di

Pelabuhan Belawan ... 41 Tabel 12 Distribusi Tekanan Darah Diastol TKBM Ssudah Bekeja di

Pelabuhan Belawan ... 42 Tabel 13 Perubahan Tekanan Darah Sistol TKBM Sebelum dan

Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan ... 42 Tabel 14 Perubahan Tekanan Darah Diastol TKBM Sebelum dan

Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan ... 43 Tabel 15 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Umur Pada TKBM di Pelabuhan Belawan . 43 Tabel 16 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Umur Pada TKBM di Pelabuhan Belawan . 44 Tabel 17 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Pendidikan Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 44 Tabel 18 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Pendidikan Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 45 Tabel 19 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Lama Kerja Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 46 Tabel 20 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Lama Kerja Pada TKBM di


(13)

Tabel 21 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Bekerja Berdasarkan Status Gizi Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 47 Tabel 22 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Status Gizi Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 47 Tabel 23 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Beban Kerja Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 48 Tabel 24 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Beban Kerja Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 48 Tabel 25 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Tekanan Panas Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 49 Tabel 26 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Tekanan Panas Pada TKBM di


(14)

ABSTRAK

Fida Haryati. 031000042. Hubungan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik: Umur, Pendidikan, Lama kerja, Status gizi, Beban kerja dan Tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

Populasi tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan berjumlah 2000 orang, pengambilan sampel dengan cara Purposive dengan kriteria inklusi menggunakan wawancara pembuka untuk pekerja dan laporan kesehatan dari dokter pekerja berjumlah 95 orang.

Tekanan panas di lingkungan kerja diukur dengan menggunakan thermometer suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola, untuk pemeriksaan tekanan darah digunakan sphygmomanometer dan stethoscope. Status gizi diukur dengan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur BB/TB2, sedangkan beban kerja diukur dengan menghitung denyut nadi/menit dari masing-masing tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tekanan darah sistol nya tetap setelah bekerja 33,7% dan 66,3% mengalami perubahan tekanan darah sistol setelah bekerja, tekanan darah diastol nya tetap setelah bekerja 83,2% dan 16,8% mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah sisol dan diastol. Tidak ada hubungan antara lama kerja, beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Ada hubungan antara beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelumdan sesudah bekerja.


(15)

ABSTRACT

Fida Haryati. 031000042. The relation of pressure blood before and after work in seaport of Belawan2009.

This research is done to know the relation of characteristics: age, education, length of work, status of nutritions with pressure of blood before and after work. The relation between burden of job with pressure of blood before and after work, and relation between pressure of breath with pressure of blood before and after work.

The type of research is descriptive analytic nature with goal to know the description of blood pressure before and after work in workers of luggage in seaport of Belawan.

The population of luggage in seaport of Belawan is total 2000 peoples, taking of sample is to use the purposive method with inclusion criteriainterview opening for labourer and health report from dokter of 95 peoples.

The pressure of heat in work environment is measured to use the thermometer of natural wet temperature, dried temperature, and bell temperature, to check the pressure of blood to use sphygmomanometer and stethoscope. The status of nutrition is measured with calculation of body mass index done with measuring the BB/TB2, while there burden of job is with counting there heart rate/minute from each worker in seaport of Belawan.

From the result of measurement can be known the systolic blood pressure to remain after work 33,7% and 66,3% to undergo the change of systolic blood pressure after work, the diastolic blood pressure is remained after work 83,2% and 16,8% to undergo the he change of diastolic blood pressure after work. There is no relation education with blood pressure of systolic and diastolic before and after work. There is no relation between length, burden, pressure of heat with blood pressure of diastolic before and after work. There relation between length, pressure of heat with blood pressure of systolic before and after work.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Yang dimaksud pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penghidupannya dapat terpenuhi sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

Semua pekerjaan baik di sektor formal maupun di sektor informal diharapkan untuk dapat menerapkan K3. Pekerja yang bekerja di sektor formal maupun informal mempunyai resiko yang sama untuk mendapatkan gangguan kesehatan akibat dari pekerjaan.

Gangguan kesehatan dapat terjadi dimana saja, termasuk di lingkungan kerja, yang dialami oleh para pekerja atau tenaga kerja. Namun ini terjadi akibat ketidak seimbangan antara (1) beban kerja, (2) beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, serta (3) kemampuan kerja.

Setiap pekerjaan merupakan pekerjaan bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa fisik, mental maupun sosial. Dan suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat lima faktor penyebab beban tambahan dimaksud :


(17)

1. Faktor fisik, yang meliputi pencahayaan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, tekanan udara, radisi.

2. Faktor kimia, yaitu asap, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan. 3. Faktor biologis, termasuk disini flora maupun fauna.

4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

5. Faktor mental-fisiologis, yaitu suasana kerja, hubungan antara pekerja dan atasan, pemilihan kerja dan lain-lain.1)

Pekerjaan di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau pekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Menurut Grantham (1992) dan Bernard (1996) dalam Tarwaka (2004), reaksi sosiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius.2)

Suhu yang tinggi dapat pula mengakibatkan heat exhaustion biasanya sering terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan normal atau subnormal. Tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat.3)

Menurut hasil penelitian Saridewi (2002) menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas.4)

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan


(18)

aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat beban kerja , maka akan semakin pendek waktu kerja seorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.2)

Selain suhu dan beban kerja makanan juga dapat berpengaruh pada tekanan darah. Konsumsi garam memberikan efek langsung terhadap tekanan darah. Alkohol juga memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung kafein juga dapat mempengaruhi tekanan darah.5)

Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang mengandalkan fisik pekerja, faktor-faktor lain seperti lingkungan kerja yang berada di luar ruangan dan langsung terkena sinar matahari juga memberikan beban tambahan bagi para pekerja bongkar muat.

Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan hanya dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di Kantor Pelabuhan Belawan. TKBM Pelabuhan Belawan terhimpun dalam sebuah wadah berbentuk koperasi. Dalam setiap kegiatan bongkar muat barang, Koperasi TKBM bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yan terdaftar di Pelabuhan Belawan.

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan di bagi dalam tiga bagian terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya, Receiveing/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga


(19)

kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan aperasional pelabuhan dalam 24 jam.

Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan, bekerja sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa. Sehingga memungkinkan waktu kerja melebihi 8 jam per hari.

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti kegiatan bongkar muat pada bagian

Stevedoring yaitu pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan

sebaliknya. Karena para pekerja di tempat tersebut lebih sering merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja akibat suhu panas yang langsung dari sinar matahari. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah ”bagaimanakah hubungan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan tahun 2009.


(20)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tekanan darah tenaga kerja bongkar muat sebelum bekerja di pelabuhan Belawan.

2. Untuk mengetahui tekanan darah tenaga kerja bongkar muat setelah bekerja di pelabuhan Belawan.

3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik (umur, pendidikan, lama kerja dan status gizi) terhadap tekanan darah pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

4. untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tekanan darah pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

5. Untuk mengetahui hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Masukan bagi perusahaan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit akibat lingkungan kerja yang panas sehingga mendorong untuk melakukan pencegahan dan pengendaliannya.

2. Masukan bagi tenaga kerja bongkar muat untuk mengetahui bahaya akibat lingkungan kerja yang panas.

3. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam meneliti dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai syarat untuk mencapai Sarjana Kesehatan Masyarakat.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah

2.1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan keseluruh tubuh. Umumnya semakin rendah tekanan darah, semakin sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit).5)

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.

Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah.


(22)

Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk tiap individu. Namun, secara umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa (≥18 tahun) adalah 120/80, angka 120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik.

Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi.5)

2.1.2 Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah a) Kekuatan memompa jantung

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah. b) Viskositas (kekentalan) darah

Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding tabung yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat


(23)

cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh.

c) Elastisitas dinding pembuluh darah

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.

d) Tahapan tepi (resistensi perifer)

Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di dalam arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena.

e) Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit

Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena panas dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga bekerja seperti termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Kalau arteri-arteri kecil ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh karena itu panas akan menurukan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi kurang aktif karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan glukose yang biasanya tersedia.6)


(24)

2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah

Kebanyakan orang memeriksakan tekanan darahnya paling sedikit sekali seumur hidupnya, baik dilakukan oleh dokter, bidan ataupun sendiri dengan menggunakan alat khusus.

Meskipun metode yang ideal adalah mengukur tekanan darah di dalam arteri, hal ini tidak dapat dilakukan secara mudah karena menggunakan jarum. Namun, gambaran tekanan yang akurat saat darah sedang dipompakan dapat diperoleh dengan pendekatan yang kurang invasif.

Biasanya seseorang diminta untuk duduk dan pada lengan akan dililitkan manset karet, kira-kira sama tingginya dengan jantung pasien. Pasien harus benar-benar rileks dan lengan akan bertopang pada siku yang diletakkan di atas meja. Karena gerakan mengangkat tangan dapat menghasilkan pengukuran yang tidak tepat.

Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Tekanan darah akan dapat meningkat jika seseorang merasa cemas atau stres. Jadi cobalah untuk serileks mungkin ketika dilakukan pengukuran.

Orang yang memeriksa tekanan darah akan melilitkan semacam manset karet, bagian dari alat yang disebut sphygmomanometer, di lengan dan memompanya dengan menggunakan sebuah pompa tangan kecil untuk menghentikan sebentar aliran darah di lengan. Stetoskop di tempelkan pada arteri tepat di bawah manset tersebut untuk mendengarkan suara saat manset dikempiskan secara perlahan-lahan dan darah mengalir kembali ke lengan.

Ketika manset dipompa sampai pada tekanan di antara tekanan sistolik dan diastolik, darah dalam arteri mengalir dengan cepat pada tiap detak jantung. Aliran


(25)

inilah yang menimbulkan suara. Tekanan dalam manset ketika terdengar pertama kali berkaitan dengan tekanan darah sistolik. Hilangnya suara berkaitan dengan tekanan darah diastolik yang terjadi ketika jantung rileks.

Suara yang di dengar melalui stetoskop ditimbulkan oleh pergolakan darah di dalam arteri di depan engsel siku (denyut pada lengan atas), dan disebut suara Korotkoff sebagai penghargaan kepada dokter tentara Rusia Nicholas Korotkoff, yang pertama kali menggunakan cara ini pada tahun 1905.

Sebuah pengukur merkuri yang ditempelkan di manset tersebut membuat ke dua tekanan tersebut dapat diukur dan dicatat. Tekanan dalam manset tersebut diukur dengan satuan milimeter merkuri (mmHg), yang merupakan tinggi merkuri yang dapat dipompa dalam tabung kaca.5)

2.1.4 Tekanan Darah Rendah

Tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah seseorang jauh lebih dari pada biasanya. Yang dapat menyebabkan gejala pusing/tidak bisa berpikir secara jernih atau bergerak dengan mantap (light headedness). Jika tekanan darah terlampau rendah, aliran darah ke jantung, otak, dan organ vital lainnya tidak cukup.

Penyebab tekanan darah rendah antara lain ”hipotensi ortostatik”. Seharusnya pembuluh darah berespon terhadap gravitasi dengan kontraksi (menyempit), dan dengan demikian dapat meningkatkan tekanan darah, jika kita berdiri dari posisi duduk atau berbaring. ”Hipotensi ortostatik” berarti bahwa pembuluh darah tidak disesuaikan diri terhadap posisi berdiri, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.


(26)

Penyebab ”hipotensi orostatik” meliputi: penyakit sistem saraf, seperti neuropati, istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama , irama jantung yang tidak teratur, penyakit kencing manis, dimana kerusakan saraf mengganggu refleks yang mengontrol tekanan darah. Penyebab tekanan darah rendah lainnya adalah dehidrasi (kekurangan cairan), reaksi tubuh terhadap panas, sehingga darah berpindah ke pembuluh kulit, sehingga memicu dehidrasi, gagal jantung, serangan jantung, perubahan irama jantung, pingsan (stres emosional, takut, rasa tidak aman/nyeri), anafilaksis (reaksi alergi yang menancam jiwa), donor darah, perdarahan di dalam tubuh, kehilangan darah, kehamilan, etherosklerosis (pengerasan dinding arteri).7) 2.1.5 Tekanan Darah Tinggi

Ukuran tekanan darah merupakan peramal harapan hidup yang sangat akurat : semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar resikonya. Bahkan mereka yang memiliki tekanan darah rata-rata pada suatu populasi memiliki resiko menderita penyakit jantung yang agak lebih besar daripada mereka yang memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Karena itu sulit sekali untuk mencari definisi hipertensi yang sederhana.

Hipertensi disebut sebagai ’pembunuh bisu’ karena biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala sampai pada tahap lanjut penyakit. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah tekanan darah meningkat adalah dengan mengukurnya menggunakan alat pengukur tekanan darah.

Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus menerus ke manapun dibutuhkan. Arteri, yang mengalirkan darah ke luar dari jantung, harus menahan tekanan yang tinggi ketika darah dipompakan ke luar. Jika


(27)

tekanan darah lebih tinggi daripada biasanya selama bertahun-tahun, seperti pada hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi rusak. Lapisan pada arteri dapat menjadi kasar dan tebal, dan pada akhirnya menimbulkan penyempitan sehingga menjadi kurang lentur daripada sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai

arteriosklerosis. Jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya

dengan benar, dan bagian tubuh yang bergantung pada arteri tersebut untuk mendapatkan darah mengalami kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan. Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan kecenderungan darah membeku (trombosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada areteri sehingga bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati. Jika jantung atau otak yang terkena dampaknya, bagian yang mati disebut infark.5)

2.2 Tekanan Panas

2.2.1 Definisi Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (1996) cuaca kerja adalah kombinasi dari: a. Suhu udara, b. Kelembaban udara, c. Kecepatan gerakan, dan d. Suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.

Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan) panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja).8)


(28)

2.2.2 Pertukaran Panas

Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas. Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di luar tubuh.

Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian panas secara fisiologi dan fisika. Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004) membagi proses fisika tersebut menjadi empat bagian yaitu konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi.

1. Konduksi

Konduksi ialah pertukaran panas diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya dan dapat menambah panas kepada tubuh, manakala benda-benda sekitar lebih panas dari pada manusia.

2. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang baik, tetapi dengan kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan peranan dalam pertukaran panas. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh manusia.3)


(29)

3. Evaporsi keringat

Hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi karena keringat di bagian kulit tersebut menguap/evaporasi. Pada kondisi yang normal setiap orang akan menguapkan sebanyak satu liter perhari. Berarti akan kehilangan 600 kcal atau sekitar satu seperempat dari total panas yang hilang perharinya. Akan tetapi jika temperatur sekeliling melebihi batas ambang kenyamanan maka kulit akan merefleksikannya berupa proses keluarnya keringat yang disertai dengan hilangnya panas.

Selanjutnya proses hilangnya panas yang dikarenakan penguapan keringat tersebut tergantung dari luasan kulit yang bersangkutan dan juga pada perbedaan tekanan uap keringat yang berada antara udara dan kulit.

Faktor yang diduga penting adalah aliran udara sekeliling yang disatukan pihak akan meningkatkan gradient tekanan uap keringat, tetapi di pihak yang lain akan mendinginkan kulit dengan proses konveksi, yang nantinya akan menurunkan jumlah penguapan keringat.

Pada emperatur sekeliling di atas 250C, kulit manusia mampu untuk kehilangan panas melalui proses konveksi atau radiasi, dan keluarnya keringat adalah merupakan satu-satunya mekanisme yang ada. Dari segi hilangnya panas karena proses penguapan keringat akan meningkat secara drastis setelah dicapai temperatur krisis tertentu.

4. Radiasi panas

Tubuh manusia yang panas menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004) akan meradiasikan gelombang elektomagnetik dengan panjang gelombang yang relatif panjang, yang diabsorbsi oleh benda lain dan dikonversikan lagi dalam bentuk


(30)

panas. Hal itu tidak tergantung sama sekali pada medium material tertentu untuk mentransmisikannya.

Radiasi panas banyak dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban dan aliran udara. Hal itu terganung sekali pada perbedaan temperatur diantara kulit dan medium yang berdekatan dengan kult. Di negara-negara klim tropis, permukaan objek yang ada di sekeliling biasanya lebih dingin dari kulit tubuh manusia, sehingga tubuh manusia akan kehilangan sejumlah panas radiant dalam aktivitasnya sehari-hari. 2.2.3 Parameter Tekanan Panas

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut3) : 1. Suhu effectif. Suhu effektif, yaitu indeks sensori dari tingkat panas yang

dialami oleh seseorang tanpa baju dan kerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu effektif ialah tidak memperhitungkan dan panas metabolisme tubuh sendiri. Untuk menyempurnakan pemakaian suhu effektif dengan memperhatikan panas radiasi, dibuatlah Skala Suhu Effektif Dekoreksi. Namun tetap ada kekurangannya yaitu tidak diperhitungkannya panas hasil metabolisme.

2. Indeks suhu basah dan bola, (= wet bulb-globe temperatura index), yaitu

rumus-rumus sebagai berikut :

I.S.B.B (untuk bekerja dengan sinar matahari ) = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu bola + 0,1 x suhu kering.

I.S.B.B ( untuk pekerjaan tanpa penyinaran sinar matahari ) = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu bola.


(31)

Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep-51/ MEN/ 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja, ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola dan ditetapkan pengaturan waktu kerja dengan metode ISBB.

Tabel 1. Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB

Pengaturan Waktu Kerja ISBB (

0

C) Beban Kerja

Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus menerus (8 jam/hari)

75 % kerja 50 % kerja 25 % kerja

- 25 % istirahat 50 % istirahat 75 % istirahat

30,0 30,6 31,4 32,2 26,7 28,0 29,4 31,1 25,0 25,9 27,9 30,0

Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/ MEN/ 1999.

3. Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam ( = predicated-4-hour sweetrate

disingkat P4SR), yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radasi. Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan-pekerjaan. 4. Indeks Belding-Hatch, dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang

standard yaitu seseorang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond, dalam keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani, serta berakimatisasi terhadap panas. Dalam lingkungan panas, efek pendinginan dari penguapan keringat adalah terpenting untuk keseimbangan termis. Maka dari itu, Belding-Hacth mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat. Untuk menentukan indeks tersebut, diperlukan pengukuran-pengukuran suhu


(32)

kering dan basah, suhu globetermometer, kecepatan aliran udara, produksi panas akibat kegiatan dalam pekerjaan.

2.2.4 Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat (1992) dalam Tarwaka (2004) bahwa reaksi fisiologis tubuh ( heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah sebagai berikut :

1. Vasodilatasi

2. Denyut jantung meningkat 3. Temperatut kulit meningkat

4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dll.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian.

2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan

yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5 % gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.

3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/ keringat buntat, gatal kulit akibat

kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistiraat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang keringat.


(33)

4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat

keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke

otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu

banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.2)

7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh

meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah keadaan darurat medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah bingung, perilaku irasional, hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat (biasanya), kulit panas dan keringat dan temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi pengaruh terhadap heat stroke, juga sangat bervariasi dan sulit memprediksinya.


(34)

2.2.5 Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung menurun, dan suhu tubuh menurun. Proses ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi dapat pula menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja selama seminggu berturut-turut. Untuk menimbulkan aklimatisasi, faktor pembebanan dan lama kerja peru diperhatikan dengan cara sebagai berikut :

1. Hari pertama masuk kerja, pembebanan fisik dan lama bekerja usahakan tidak melebihi 50 % dari beban lama bekerja yang sebenarnya.

2. Hari kedua kerja, beban kerja dan lama kerja di tambah 10 % (=60 %). 3. Hari ketika kerja dan seterusnya hingga hari ke enam pembebanan fisik dan

lama bekerja akan mencapai 100 %.8) 2.3 Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2004) denyut nadi untuk mnegestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Denyut nadi istirahat : adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai 2. Denyut nadi kerja : adalah rerata denyut nadi selama bekerja

3. Nadi kerja : adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja NO : 51 tahun 1999 menetapkan kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :

1. Beban kerja ringan : 100 – 200 kilo kalori/jam 2. Beban kerja sedang : >200 – 350 kilo kalori/jam 3. Beba kerja berat : >350 – 500 kilo kalori/jam


(35)

Faktor yang mempengaruhi beban kerja, menurut Manuaba (2000) dalam Tarwaka (2004) bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal maupun faktor internal.

Beban kerja oleh faktor Eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stresor antara lain :

1. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, cara angkat angkut, beban yang diangkat-angkut, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk displai dan kontrol, alur kerja dan lainnya. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan atau tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan lain-lain. 2. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya

waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang, dan lain-lain.

3. Lingkungan kerja yang dapat memberikan tambahan kepada pekerja adalah : - Lingkungan kerja fisik seperti ; mikroklimat (suhu udara ambien,

kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi dan tekanan udara.


(36)

- Lingkunan kerja kimiawi seperti; debu, gas-gas pencemar udara, uap logam fume dalam udara dan lain-lain.

- Lingkungan kerja psikologis seperti ; pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja.

Beban kerja oleh faktor internal adalah yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjekif dapat dilakukan mealui perubahan reaksi psikologis dan perubahan prilaku. Karena itu strain secara subjektif erat dengan harapan keinginan kepuasan dan penilaan subjektif lainnya. Secara ringkas faktor internal meliputi :

a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi)

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain.).

Menurut Astrand (1977) dan Rodahl (1989) dalam Tarwaka (2004) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat badan kerja akan semakin banyak energi yang diperlkan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen


(37)

lebih akurat, namun hanya dapat mengukur waktu untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.

Lebih lanjut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan behwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Kemudian Kronz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan vasodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991) dapat dilihat pada :

Tabel 2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

Kategori Beban Kerja Konsumsi Oksigen (l/mm) Ventilasi Paru (l/mm) Suhu Rektal (0C)

Denyut Jantung (denyut/min) Ringan Sedang Berat Sangat Berat Sangat berat sekali

0,5 – 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5 2,5 – 4,0

11 – 20 20 – 31 31 – 43 43 – 56 60 – 100

37,5 37,5 – 38,0 38,0 – 38,5 38,5 – 39,0

>39

75 – 100 100 – 125 125 – 150 150 – 175

>175

Sumber : Ergonomy untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas Tarwaka (2004)


(38)

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.2)

2.4 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan tekanan darah terdiri dari faktor resiko yang dapat dihindari dan faktor resiko yang tidak dapat dihindari. Faktor resiko yang dapat dihindari antara lain : obesitas, konsumsi garam berlebih, merokok, kopi dan alkohol. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dihindari antara lain : Faktor genetik.

Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun dapat meningkatkan tekanan darah karena meningkatkan kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteriol. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan arteriol berkontraksi pada dan menyempit pada lingkar dalamnya.

Mereka yang memiliki berat badan berlebihan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada mereka yang kurus. Hal ini sebagian disebabkan karena tubuh orang yang memiliki berat badan yang berlebih harus bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori yang mereka konsumsi. Sebagian lainnya karena mereka cenderung mengkonsumsi garam yang lebih banyak.

Jika kedua orang tua menyandang tekanan darah tinggi ataupun rendah, maka kemungkinan anaknya akan menyandangnya juga. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak lebih mendekati tekanan darah orang tuanya


(39)

dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan yang berperan besar dalam menentukan tekanan darah.4)

2.5 Kerangka Konsep

TKBM Karakteristik Tenaga

Kerja Bongkar Muat o Umur

o Pendidikan o Lama Kerja o Status Gizi

Beban Kerja Tekanan Darah Pekerja

Sebelum Bekerja

Tekanan Darah Pekerja Sesudah Bekerja


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif analitik desain cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pelabuhan Belawan pada bulan Juni 2008 sampai bulan November 2009.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan sebanyak 2000 orang, jenis kelamin laki-laki.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive dengan menggunakan rumus9) :

n = N 1+ N (d2) = 2000

1 + 2000 (0,12) = 2000

1 + 20 = 95,23 = 95 orang


(41)

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan Maka:

Dari hasil perhitungan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel adalah sebanyak 95 orang pekerja. Kriteria inklusi, menggunakan wawancara pembuka untuk pekerja dan laporan kesehatan dari dokter pekerja.

3.4 Cara Pengumpulan Data

a. Data primer, dikumpulkan dengan cara : Pengukuran langsung :

1. Status Gizi 2. Beban Kerja

3. Tekanan panas yaitu : suhu basah alami, suhu globe (bola), suhu kering, kelembaban

4. Tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

b. Data skunder, yaitu gambaran umum perusahaan yang diperoleh dari pimpinan perusahaan.

3.5 Definisi Operasional

1. Umur, ditetapkan pada saat ulang tahun terakhir responden.

2. Pendidikan adalah jenjang sekolah terakhir sewaktu masuk bekerja sebagai TKBM.

3. Lama kerja adalah jam bekerja dalam sehari. Lama kerja pada TKBM lebih dari 8 jam sehari dengan waktu istirahat tidak ada.


(42)

4. Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat Gizi. Gizi baik antara 18,5 – 25, gizi sedang antara 17,5 – 18,5, gizi kurang < 17,5.

5. Beban kerja adalah beban yang diakibatkan oleh kerja dengan menghitung denyut nadi (Arteri radialis) per menit selama bekerja. Ringan (75-100) denyut/menit, Sedang (100-125) denyut/menit, Berat (125-150) denyut/menit. 6. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada bongkar muat di pelabuhan

Belawan.

7. Tekanan panas adalah perpaduan dari suhu basah alami, suhu bola, suhu kering di lingkungan kerja yang diperoleh dari hasil pengukuran dalam ISBB.

8. Tekanan darah adalah perubahan nilai tekanan sistol dan diastol yang diukur pada saat sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja bongkar muat.

3.6 Pengukuran (status gizi, beban kerja, tekanan panas, tekanan darah ) 3.6.1 Pengukuran Status Gizi

Indikator yang paling baik untuk mengukur cukup atau tidaknya gizi pada individu adalah dengan cara mengukur status gizi.

1. Pengukur tinggi badan 2. Pengukur berat badan Cara kerja :

1. Penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur BB/TB2.

2. Hasil status gizi yag didapat berhubungan dengan resiko terhadap penyakit, dikategorikan menurut tingkatnya yaitu10) :


(43)

Gizi Baik, jka IMT berkisar antara 18,5 – 25,0 Gizi Sedang, jika IMT berkisar antara 17,5 – 18,5 Gizi Kurang, jika IMT berkisar antara < 17,5. 3.6.2 Pengukuran Beban Kerja

Menurut Astrand & Rodahl 1977 dan Rodahl 1989, bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan penilaian tidak langsung. Di dalam penilaian beban kerja penulis memakai metode pengukuran tidak langsung yaitu dengan menghitung denyut nadi selama kerja.

Cara kerja :

1. Pekerja diistirahatkan terlebih dahulu selama 5-10 menit dari kerjanya. 2. Dilakukan pengukuran dengan menghitung denyut nadi (Arteri Radialis)

permenit.

3. Jika hasil penghitungan tidak jelas maka digunakan alat stetoskop untuk menghitung denyut jantung per menit.

Hasil beban kerja yang didapat dikategorikan berdasarkan mekanisme denyut jantung yaitu : ringan (75-100) denyut /menit, Sedang (100-125) denyut/menit, Berat (125-150) denyut/menit.

3.6.3 Pengukuran Tekanan Panas

Variabel yang diukur adalah tekanan panas di pelabuhan Belawan dengan menggunakan rangkaian termometer suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola (globe) dalam ISBB. Parameter ISBB merupakan cara paling sederhana dan secara teknis semua faktor telah masuk


(44)

1. Termometer suhu basah alami yang mempunyai kisaran -50 C sampai dengan 500 C.

2. Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran -50 C sampai dengan 500 C. 3. Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran -50 C sampai dengan 500 C. Cara Kerja :

1. Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air, jarak antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat air 1 inci. Rankaikan alat pada statif.

2. Rangkaikan termometer suhu kering pada statif.

3. Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam (diameter 15 cm), lambung termometer tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan alat pada statif.

4. Alat-alat tersebut diatas diletakkan pada titik pengukuran dengan lambung termometer setinggi 1 meter-1,25 meter dari lantai selama 15 menit.

5. Pengukuran pertama sekali dilakukan pada pagi hari, pada saat awal kerja. 6. Kemudian dilakukan kembali pengukuran pada siang hari.

7. Selanjutnya dihitung rata-ratanya. 3.6.4 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah tenaga kerja yang bekerja di pelabuhan Belawan dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dibantu dengan stethoscope. Penggunaan alat dan cara kerjanya :


(45)

Alat Pengukur Tekanan Darah

1 Sphygmomanometer air raksa : alat pengukur tekanan darah.

Merek : Riester nova-presameter Buatan : Jerman

2 Stethoscope : untuk mengetahui bunyi denyut jantung sistol dan diastol.

Merek : Littman Buatan : Jerman Cara kerja :

1. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh dua orang perawat yang ditunjuk untuk membantu dalam penelitian. Pengukuran dilengkapi dengan alat

stethoscope.

2. Setiap pekerja dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali yang mana pengukuran dilakukan pertama sekali pada pagi hari saat pekerja tiba di tepat kerja (sebelum terpapar tekanan panas).

3. Pengukuran yang kedua dilakukan sore hari yaitu setelah selesai bekerja (segera setelah terpapar tekanan panas).

4. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada pekerja yang tidak dalam keadaan sakit.

5. Agar nilai tekanan darah yang diperoleh lebih akurat, maka setiap pengukuran pada seorang tenaga kerja dilakukan sebanyak 3 kali selama 3 hari dan dihitung nilai rata-rata.

6. Pengukuran tekanan darah selama posisi duduk dan tenang. Manset dilingkarkan pada lengan atas. Stethoscope diletakkan pada kedua telinga dan


(46)

ujung Stethoscope ditempelkan pada arteri brachialis tepat dibawah manset tersebut.

7. Lalu dilakukan pemompaan sehingga tekanan di dalam manset sampai sekitar 30 mmHg di atas sistol kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat di dengar. Pada titik ini tekanan yang nampak pada kolom air aksa dalam manometer dianggap tekanan sistol.

8. Kemudian tekanan di atas arteri brachialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung/ pukulan denyut arteri dengan jelas dapat di dengar/dirasakan dan titik dimana bunyi mulai menghilang adalah tekanan diastol.

9. Pengukuran dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila cuaca tidak cerah maka pengukuran dibatalkan dan diulangi pada waktu cuaca cerah.

3.7 Uji Hipotesa

Analisa statistik menggunakan uji Chi-Square, dengan uji hipotesa :

HI Ho diterima : tidak ada hubungan antara umur dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara umur dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

H2 Ho diterima : tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

H3 Ho diterima : tidak ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.


(47)

Ho ditolak : ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

H4 Ho diterima : tidak ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

H5 Ho diterima : tidak ada hubungan antara beban kerja dengan tekanan panas sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara beban kerja dengan tekanan panas sebelum dan sesudah bekerja.

H6 Ho diterima : tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Sejarah Pelabuhan Belawan

Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan terbesar ke III di Indonesia setelah Tanjung Priok dan Tanjung Perak, memegang peranan penting bagi daerah Sumatera Utara bahkan untuk Sumatera. Meninjau kembali sejarah asal mulanya pelabuhan Belawan ini dapat dituturkan secara ringkas, Belawan terletak di pantai Timur Sumatera Utara. Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan laut dan pantai yang terletak di Muara Sungai Belawan yang bertemu dengan sungai Deli yang menyatu dari sebelah timur.

Menurut sejarahnya sebelum Belawan dijadikan pelabuhan, maka pada zaman Hindia Belanda dahulu, ketika kerajaan Sultan Deli berkedudukan di Labuhan Deli, pelabuhan kapal-kapal niaga berada di Labuhan Deli. Tetapi pelabuhan ini tidak dapat bertahan lama karena alur pelabuhan Deli ini semakin lama semakin dangkal. Sehingga tidak saja menghambat kalancaran lalu lintas kapal ketika itu, juga dengan keadaan pelabuhan yang sempit kapal-kapal besar tidak dapat berlabuh di pelabuhan ini.

Sebaliknya dengan berkembangnya usaha dari Pengusahaan Belanda ketika itu, terutama di bidang perkebunan seperti tembakau, karet, maka oleh Pemerintah Hindia Belanda dibuka pelabuhan baru di Belawan yang ketika itu terletak di Kali Belawan Deli, kira-kira 6 KM dari Pelabuhan Deli. Pelabuhan baru itu terus dikembangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda mengingat hasil-hasil perkebunan dari daerah ini juga meningkat. Tahun 1899 pelabuhan Belawan terus diperluas dengan dimulainya


(49)

pembangunan sarana dermaga, gudang dan fasilitas lainnya. Tertarik akan hasil perkebunan di daerah Sumatera Timur yang ketika itu lebih dikenal dengan “Tembakau Deli” nya dan sehubungan dengan kemajuan perdagangan hasil-hasil bumi antara daerah ini dengan luar negeri dan diikuti pula dengan perkembangan kemajuan Perhubungan laut (Shipping) mulai tahun 1872 untuk pertama kalinya pelabuhan Belawan disinggahi oleh kapal dari “British Indio Steam Navigation Coy”. Selanjutnya Jalan kereta api dibangun kira-kira pada tahun 1890. Sehubungan dengan meningkatnya terus hasil-hasil perkebunan dan bertambahnya fasilitas angkutan kereta api maka ekspor melalui pelabuhan Belawan terus meningkat pula. Untuk itu pemerintah Hindia Belanda sudah terpikirkan untuk membuat pelabuhan baru lagi yang terletak di Ujung Baru sedang lama di Pelabuhan Belawan Lama atau lebih dikenal dengan sebutan Gudang Merah. Pembangunan pelabuhan di Ujung Baru ini dimulai pada tahun 1912 sampai 1920.

Pada zaman Hindia Belanda dahulu Pengusaha Pelabuhan Belawan ini bernama “HAVEN BEDRIJF” dan nama itu masih dipakai terus sampai tahun 1950. Ketika itu

Haven Bedrijf Belawan Deli ini mempunyai karyawan/pegawai berjumlah lebih

kurang 50 orang dan hingga tahun 1950 masih tetap berstatus pegawai Federal. Pada tahun 1951 nama Haven Bedrijf dirubah menjadi Jawatan Pelabuhan. Priode tahun 1956-1961 dari Jawaban Pelabuhan diganti lagi dengan Preusan Pelabuhan Negara. Tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15/1961, nama Preusan Pelabuhan Negara diganti lagi menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan Daerah-I. Selanjutnya PP No. 18/1964 sistem organisasi kepelabuhanan berobah. PN


(50)

Pelabuhan ditetapkan kembali statusnya seperti semula dan organisasi Penguasa Pelabuhan lebih diarahkan kepada segi ekonomi dan perdagangan. Penguasa Pelabuhan dirubah menjadi Administrator Pelabuhan selaku penanggungjawab tunggal di pelabuhan, didalamnya organisasi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP)Belawan. Sebagai unsur penunjang kelancaran angkutan laut telah ditata kembali, baik status pembinaannya maupun pengelolaannya.

Berdasarkan PP No. 11/tahun 1983 pelabuhan menjadi Perusahaan Umum seluruh pelabuhan yang diusahakan di wilayah Nusantara dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara di lingkungan Departemen Perhubungan. Dalam hal ini Blawan termasuk kedalam Perum Pelabuhan I dengan beberapa pelabuhan dikawasan Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Dalam upaya pembenahan dan akan kelangsungan dan perkembangan pelabuhan Belawan, berdasarkan PP. No. 56/1991 dari Perum Pelabuhan I berubah status menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I hingga kini. Sementara perencanaan dan pembangunan didalam daerah kerja Pelabuhan Begawan terus berkembang dan berkembang serta pembenahan untuk melangkah maju ke depan sesuai Master Plan pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan Utara Belawan. Pelabuhan Belawan sendiri dalam menggiatkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan keharusan menyiapkan fasilitas keamanan pelabuhan dan kapal yang melayani pelayaran internasional yang disebut dengan istilah


(51)

4.2 Gambaran Umum Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Pelabuhan Belawan yang merupakan pintu gerbang untuk transaksi ekonomi dari laut, letaknya sangat menguntungkan bagi daerah Sumatera Utara. Pelabuhan ini mempunyai fasilitas yang cukup serta kondisinya baik, tetapi alur pelayarannya harus terus menerus dikeruk.

Perusahaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Sumatera Utara (Sumut). Koperasi Upaya Karya Belawan yang di percayakan Mentri Koperasi sebagai Unit Kerja buruh TKBM. Setiap buruh TKBM Belawan menjalankan tugasnya sebagai bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan, upah yang di terima buruh TKBM Belawan rata-rata di atas Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Propinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota (UMK) sekitar Rp.912 ribu per bulan.11)

Di pelabuhan Belawan terbagi dalam 4 sektor. Sektor I buruh yang bekerja di dermaga pelabuhan Belawan Lama, sektor II dermaga Ujung Baru, sektor III dermaga Citra dan sektor IV dermaga Terminal Peti Kemas Konvensional Gabion, setiap sektor terdapat beberapa regu dan setiap regunya di ketua oleh KRK (Kepala Regu Kerja) atau mandor yang bertugas untuk mengawas TKBM.

Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang mengandalkan fisik pekerja. Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan hanya dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di Kantor Pelabuhan Belawan. TKBM Pelabuhan Belawan terhimpun dalam sebuah wadah berbentuk koperasi. Dalam setiap kegiatan bonkar muat barang, Koperasi


(52)

TKBM bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang terdaftar di Pelabuhan Belawan.

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan di bagi dalam tiga bagian terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya, Receiveing/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan aperasional pelabuhan dalam 24 jam.

Peneliti melakukan penelitian pada sektor II yaitu di ujung baru terdiri dari 116 regu, setiap regunya ada 12 orang. Bongkar muat dalam 1 kapal bisa dikerjakan dalam 2 atau 3 hari tergantung muatan kapal dan besarnya kapal. Dalam 1 kapal bisa dikerjakan oleh 2 atau 3 regu tergantung banyaknya muatan kapal.

Kegiatan bongkar muat pada bagian stevedoring yaitu pekerjaan membawa barang dari dermaga ke kapal dan sebaliknya. Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan, bekerja sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa. Sehingga memungkinkan waktu kerja melebihi 8 jam per hari. Dimulai pada pukul 8 pagi sampai selesai mengangkat barang dari kapal sampai ke dermaga atau sebaliknya. Istirahat siang selama 1 jam pada jam 12.00 – 13.00.


(53)

4.3. Karakteristik Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan.

4.3.1. Umur

Tabel 3. Distribusi TKBM Menurut Kelompok Umur di Pelabuhan Belawan No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)

1 25-30 11 11,6

2 31-36 6 6,3

3 37-42 22 23,2

4 43-48 18 18,9

5 49-54 28 29,5

6 55-60 9 9,5

7 61-66 1 1,1

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 7 kelompok umur, dimana kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur 49-54 tahun berjumlah 28 orang (29,5%). Sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur 61-66 tahun yaitu berjumlah 1 orang (1,1%).

4.3.2. Pendidikan

Tabel 4. Distribusi TKBM Menurut Pendidikan di Pelabuhan Belawan

No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persen (%)

1 SD 55 57,9

2 SMP 33 34,7

3 SMA 7 7,4

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa status pendidikan TKBM yang terbanyak adalah tamat SD yaitu berjumlah 55 orang (57,9 %), sedangkan yang paling sedikit adalah tamatan SMA yaitu berjumlah 7 orang (7,4 %).


(54)

4.3.3. Lama Kerja (Jam)

Tabel 5. Distribusi TKBM Menurut Lama Kerja di Pelabuhan Belawan No. Lama Kerja (Jam) Jumlah (Orang) Persen (%)

1 8 5 5,3

2 16 90 94,7

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja yang bekerja selama 8 jam dalam sehari berjumlah 5 orang (5,3%) dan yang bekerja selama 16 jam dalam sehari berjumlah 90 orang (94,7%).

4.3.4. Status Gizi

Tabel 6. Distribusi TKBM Menurut Status gizi di pelabuhan Belawan No. Status Gizi Jumlah (Orang) Persen (%)

1 Baik 86 90,5

2 Sedang 7 7,4

3 Kurang 2 2,1

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja yang memiliki status gizi yang terbanyak adalah status gizi baik yaitu berjumlah 86 orang (90,5 %), sedangkan yang paling sedikit adalah dengan status gizi yang kurang yaitu berjumlah 2 orang (2,1%)

4.3.5. Beban Kerja

Tabel 7. Distribusi TKBM Menurut Kategori Beban Kerja di Pelabuhan Belawan

No. Beban Kerja Jumlah (Orang) Persen (%)

1 Sedang 12 12,6

2 Berat 83 87,4


(55)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tenaga kerja dengan kategori beban kerja berat yaitu berjumlah 83 orang (87.4%), sedangkan kategori beban kerja sedang berjumlah 12 orang (12.6%) dan kategori beban kerja ringan tidak ada.

4.3.6 Tekanan Panas

Tabel 8 Range dan Rata-Rata hasil pengukuran Tekanan Panas di Pelabuhan Belawan

No. Parameter Range (0C) Rata-Rata (0C)

1 Ta 27 - 35 30,5

2 Tb 24,5 - 31 27,75

3 Tg 27 - 37 32,5

4 ISBB 25,4 - 32,5 28,98

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tekanan panas dalam derajat celsius ISBB adalah 28,980 C.

4.3.7. Tekanan Darah Sebelum Bekerja

Tabel 9. Distribusi Tekanan Darah Sistol TKBM Sebelum Bekerja di Pelabuhan Belawan

No. Tekanan Darah Sistol Awal (mmHg)

Jumlah (Orang) Persen (%)

1 90 6 6,3

2 100 17 17,9

3 110 31 32,6

4 120 29 30,5

5 130 12 12,6

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, 31 orang (32,6%) tenaga kerja memiliki tekanan darah sistol sebelum bekerja adalah 110 mmHg, sedangkan yang paling sedikit adalah berjumlah 6 orang (6,3%) tenaga kerja yang memiliki tekanan darah sistol sebelum bekerja adalah 90 mmHg.


(56)

Tabel 10. Distribusi Tekanan Darah Diastol TKBM Sebelum Bekerja di Pelabuhan Belawan

No. Tekanan Darah Sistol Awal (mmHg)

Jumlah (Orang) Persen (%)

1 60 3 3,2

2 70 21 22,1

3 80 35 36,8

4 90 36 37,9

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, tenaga kerja memiliki tekanan darah diastol awal 90 mmHg berjumlah 36 orang (37,9%), sedangkan yang paling sedikit adalah berjumlah 3 orang (3,2%) tenaga kerja yang memiliki tekanan darah diastol awal 60 mmHg.

4.3.8. Tekanan Darah Sesudah Bekerja

Tabel 11. Distribusi Tekanan Darah Sistol TKBM Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan

No. Tekanan Darah (mmHg)

Jumlah (Orang) Persen (%)

1 90 2 2,1

2 100 18 18,9

3 110 16 16,8

4 120 37 38,9

5 130 16 16,8

6 140 6 6,3

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang memiliki tekanan darah sistol akhir 120 mmHg berjumlah 37 orang (38,9%), sedangkan yang paling sedikit adalah berjumlah 2orang (2,1%) yang memiliki tekanan darah sistol akhir 90 mmHg.


(57)

Tabel 12. Distribusi Tekanan Darah Diastol TKBM Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan

No. Tekanan Darah (mmHg)

Jumlah (Orang) Persen (%)

1 60 4 4,2

2 70 13 13,7

3 80 37 38,9

4 90 41 43,2

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang memiliki tekanan darah diastol akhir 90 mmHg berjumlah 41 orang (43,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah berjumlah 4 orang (4,2%) yang memiliki tekanan darah diastol akhir 60 mmHg.

4.3.9. Perubahan Tekanan Darah Sistol dan Diastol TKBM Sebelum dan Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan

Tabel 13. Perubahan Tekanan Darah Sistol TKBM Sebelum dan Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan.

No. Tekanan Darah (mmHg)

Jumlah (Orang) Persen (%)

1 Tetap 32 33,7

2 Berubah 63 66,3

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tekanan darah sistol nya tetap setelah bekerja berjumlah 32 orang (33,7%), sedangkan 63 orang (66,3%) mengalami prubahan tekanan darah sistol setelah bekerja.


(58)

Tabel 14. Perubahan Tekanan Darah Diastol TKBM Sebelum dan Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan

No. Tekanan Darah (mmHg)

Jumlah (Orang) Persen (%)

1 Tetap 79 83,2

2 Berubah 16 16,8

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tekanan darah diastol nya tetap setelah bekerja berjumlah 79 orang (83,2%), sedangkan 16 orang (16,8%) mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja.

4.4 Hubungan Antara Karakteristik TKBM Dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja.

4.4.1. Hubungan Antara Umur dengan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan.

Tabel 15. Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Bekerja Berdasarkan Umur Pada TKBM di Pelabuhan Belawan.

No Umur Jumlah (Orang) Total

Tetap % Berubah %

1 25-30 4 4,2 7 7,4 11

2 31-36 0 0 6 6,3 6

3 37-42 8 8,4 14 14,7 22

4 43-48 5 5,3 13 13,7 18

5 49-54 12 12,6 16 16,8 28

6 55-60 3 3,2 6 6,3 9

7 61-66 0 0 1 1,1 1

Jumlah 32 33,7 63 66,3 95

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari semua umur yang tidak mengalami perubahan tekanan darah sistol setelah bekerja berjumlah 32 orang (33,7%) sedangkan mengalami perubahan tekanan darah sistol setelah bekerja


(59)

berjumlah 63 orang (66,3%). Nilai p tidak ada karena salah satu variabel bernilai 0 atau tidak ada.

Tabel 16. Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah Bekerja Berdasarkan Umur Pada TKBM di Pelabuhan Belawan

No Umur Jumlah (Orang) Total

Tetap % Berubah %

1 25-30 8 8,4 3 3,2 11

2 31-36 5 5,3 1 1,1 6

3 37-42 20 21,1 2 2,1 22

4 43-48 16 16,8 2 2,1 18

5 49-54 22 23,2 6 6,3 28

6 55-60 7 7,4 2 2,1 9

7 61-66 1 1,1 0 0 1

Jumlah 79 33,7 16 16,8 95

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari semua umur tidak mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja berjumlah 79 orang (83,2%), sedangkan mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja berjumlah 16 orang (16,8%). Nilai p tidak ada karena salah satu variabel bernilai 0 atau tidak ada.

4.4.2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan.

Tabel 17. Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Bekerja Berdasarkan Pendidikan Pada TKBM di Pelabuhan Belawan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Total p

Tetap % Berubah %

1 SD 19 20,0 36 37,9 55

0,521

2 SMP 12 12,6 21 22,1 33

3 SMA 1 1,1 6 6,3 7


(1)

sg * perubsis

Crosstab

perubsis Total tdk Berubah berubah tdk Berubah

sg baik 18,5-25,0 Count 31 55 86

% within sg 36.0% 64.0% 100.0% % within perubsis 96.9% 87.3% 90.5%

% of Total 32.6% 57.9% 90.5%

sedang 17,5-18,5 Count 1 6 7

% within sg 14.3% 85.7% 100.0% % within perubsis 3.1% 9.5% 7.4%

% of Total 1.1% 6.3% 7.4%

kurang < 17,5 Count 0 2 2

% within sg .0% 100.0% 100.0% % within perubsis .0% 3.2% 2.1%

% of Total .0% 2.1% 2.1%

Total Count 32 63 95

% within sg 33.7% 66.3% 100.0% % within perubsis 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 33.7% 66.3% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.410(a) 2 .300

Likelihood Ratio 3.219 2 .200

Linear-by-Linear

Association 2.362 1 .124

N of Valid Cases

95


(2)

sg baik 18,5-25,0 Count 73 13 86 % within sg 84.9% 15.1% 100.0% % within perubdis 92.4% 81.3% 90.5% % of Total 76.8% 13.7% 90.5%

sedang 17,5-18,5 Count 4 3 7

% within sg 57.1% 42.9% 100.0% % within perubdis 5.1% 18.8% 7.4%

% of Total 4.2% 3.2% 7.4%

kurang < 17,5 Count 2 0 2

% within sg 100.0% .0% 100.0% % within perubdis 2.5% .0% 2.1%

% of Total 2.1% .0% 2.1%

Total Count 79 16 95

% within sg 83.2% 16.8% 100.0% % within perubdis 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 83.2% 16.8% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 3.971(a) 2 .137

Likelihood Ratio 3.528 2 .171

Linear-by-Linear

Association .678 1 .410

N of Valid Cases

95

a 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .34.


(3)

dn * perubsis

Crosstab

perubsis Total tdk Berubah berubah tdk Berubah

dn sedang 101-125 Count 1 11 12

% within dn 8.3% 91.7% 100.0% % within perubsis 3.1% 17.5% 12.6%

% of Total 1.1% 11.6% 12.6%

berat 126-150 Count 31 52 83

% within dn 37.3% 62.7% 100.0% % within perubsis 96.9% 82.5% 87.4%

% of Total 32.6% 54.7% 87.4%

Total Count 32 63 95

% within dn 33.7% 66.3% 100.0% % within perubsis 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 33.7% 66.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.952(b) 1 .047

Continuity

Correction(a) 2.759 1 .097

Likelihood Ratio 4.819 1 .028

Fisher's Exact Test .055 .041

Linear-by-Linear

Association 3.910 1 .048

N of Valid Cases 95

a Computed only for a 2x2 table


(4)

dn sedang 101-125 Count 8 4 12 % within dn 66.7% 33.3% 100.0% % within perubdis 10.1% 25.0% 12.6%

% of Total 8.4% 4.2% 12.6%

berat 126-150 Count 71 12 83

% within dn 85.5% 14.5% 100.0% % within perubdis 89.9% 75.0% 87.4%

% of Total 74.7% 12.6% 87.4%

Total Count 79 16 95

% within dn 83.2% 16.8% 100.0% % within perubdis 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 83.2% 16.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.667(b) 1 .102

Continuity

Correction(a) 1.490 1 .222

Likelihood Ratio 2.275 1 .131

Fisher's Exact Test .115 .115

Linear-by-Linear

Association 2.639 1 .104

N of Valid Cases 95

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.02.


(5)

isbbi * perubsis

Crosstab

perubsis Total tdk Berubah berubah tdk Berubah

isbbi 31.65 Count 7 25 32

% within isbbi 21.9% 78.1% 100.0% % within perubsis 21.9% 39.7% 33.7%

% of Total 7.4% 26.3% 33.7%

32.40 Count 16 16 32

% within isbbi 50.0% 50.0% 100.0% % within perubsis 50.0% 25.4% 33.7%

% of Total 16.8% 16.8% 33.7%

32.55 Count 9 22 31

% within isbbi 29.0% 71.0% 100.0% % within perubsis 28.1% 34.9% 32.6%

% of Total 9.5% 23.2% 32.6%

Total Count 32 63 95

% within isbbi 33.7% 66.3% 100.0% % within perubsis 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 33.7% 66.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.112(a) 2 .047

Likelihood Ratio 6.061 2 .048

Linear-by-Linear

Association 2.057 1 .151

N of Valid Cases

95


(6)

isbbi 31.65 Count 25 7 32 % within isbbi 78.1% 21.9% 100.0% % within perubdis 31.6% 43.8% 33.7%

% of Total 26.3% 7.4% 33.7%

32.40 Count 28 4 32

% within isbbi 87.5% 12.5% 100.0% % within perubdis 35.4% 25.0% 33.7%

% of Total 29.5% 4.2% 33.7%

32.55 Count 26 5 31

% within isbbi 83.9% 16.1% 100.0% % within perubdis 32.9% 31.3% 32.6%

% of Total 27.4% 5.3% 32.6%

Total Count 79 16 95

% within isbbi 83.2% 16.8% 100.0% % within perubdis 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 83.2% 16.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1.021(a) 2 .600

Likelihood Ratio 1.015 2 .602

Linear-by-Linear

Association .737 1 .390

N of Valid Cases

95

a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.22.