35 perkenalan dengan menyebutkan nama, alamat, status pendidikan serta
maksud dan tujuan penulis datang ke sekolah. Untuk mengakrabkan diri dan agar siswa tidak jenuh karena bertepatan bulan puasa, penulis mencoba
memberikan permainan sederhana tentang konsentrasi dan siswa diminta untuk menjawab
perkataan penulis, seperti “lantai ini berwarna? putih, ada merah ada? putih,baju kalian berwarna? putih, kalau sapi minumnya..??
” siswa menjawab serentak “susu”. Kemudian mereka tertawa karena
menjawab bukan air melainkan susu. Setelah permainan selesai, penulis membagikan instrument dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang cara
menjawab soal. Setelah semua data didapatkan, penulis mohon pamit undur dan barulah penulis melakukan analisis terhadap instrumen yang sudah diisi
oleh siswa kelas X MAN Salatiga.
4.3 Analisis Deskriptif
Untuk membuat kategorisasi variabel kepercayaan diri digunakan rumus sebagai berikut: Lebar interval =
Pada masing-masing item kepercayaan diri, skor tertinggi 4 dan skor terendah adalah 1. Untuk membuat kategori variabel kepercayaan diri, dibagi
dalam lima kategori, yaitu Sangat Rendah SR, Rendah R, Sedang S, Tinggi T, dan Sangat Tinggi ST. Skor maksimal yang diperoleh adalah
36x4 = 144 dan skor minimal 36x1 = 36, sehingga diperoleh lebar interval sebagai berikut :
144 – 36 : 5= 22
36
Tabel 4.4. Kepercayaan Diri Kategori
Range Frekuensi
Prosentase
Sangat Rendah 36
– 57 Rendah
58 – 79
Sedang 80
– 101 34
10.33 Tinggi
102 – 123
261 79.34
Sangat Tinggi 124
– 144 34
10.33 TOTAL
329 100
Berdasarkan tabel 4.3.1 sebagian besar siswa kelas X MAN 1 Salatiga memiliki kepercayaan diri pada kategori Tinggi dengan prosentase 79.34 .
Untuk membuat kategorisasi variabel perilaku asertif digunakan rumus sebagai berikut: Lebar interval =
Pada masing-masing item perilaku asertif, skor tertinggi 4 dan skor terendah adalah 1. Untuk membuat kategori variabel kepercayaan diri, dibagi
dalam lima kategori, yaitu Sangat Rendah SR, Rendah R, Sedang S, Tinggi T, dan Sangat Tinggi ST. Skor maksimal yang diperoleh adalah
51x4= 204 dan skor minimal 51x1= 51, sehingga diperoleh lebar interval sebagai berikut :
Tabel 4.5. Perilaku Asertif Taraf
Kategori Range
Frekuensi Prosentase
Sangat Rendah 51
– 81 Rendah
82 – 112
Sedang 113
– 143 102
31 Tinggi
144 – 174
215 65.35
Sangat Tinggi 175
– 204 12
3.65 TOTAL
329 100
Berdasarkan tabel 4.3.2 sebagian besar siswa kelas X MAN 1 Salatiga berperilaku asertif pada kategori Tinggi dengan prosentase 65.35 .
204 – 51: 5 = 31
37
4.4. ANALISIS KORELASI
Untuk mengetahui hasil korelasi antara kepercayaan diri dengan perilaku asertif maka pengolahan data digunakan tehnik analisis Kendall Tau dengan
bantuan SPSS for Windows 11.0 dari hasil perhitungan atau pengolahan secara statistik diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6 Korelasi Kepercayaan Diri dengan Perilaku Asertif
Cor relatio ns
1,000 ,375
. ,000
329 329
,375 1,000
,000 .
329 329
Correlation Coef f ic ient Sig. 2-tailed
N Correlation Coef f ic ient
Sig. 2-tailed N
skor PD
skor ASTF Kendalls tau_b
skor PD skor ASTF
Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el 2-tailed. .
Hasil analisis menggunakan teknik analisis Kendall Tau dengan bantuan SPSS For Window 11.0 karena data dalam penelitian ini merupakan data
ordinal Sugiyono, 2011. Diperoleh hasil koefisien korelasi antara kepercayaan diri dengan perilaku asertif yaitu rxy=0,375 dan p=0,000
p0,01. Berpedoman pada taraf signifikansi 1 dengan tingkat kepercayaan 99 didapatkan p=0,000 0,01 yang artinya ada hubungan signifikan dengan
arah positif antara kepercayaan diri dengan perilaku asertif siswa kelas X MAN1 Kota Salatiga dengan kategori hubungan yang rendah karena menurut
Sugiyono 2011 koefisien korelasi rxy 0.375 berada pada kategori rendah karena terletak pada rentang 0,20-0,399.
Sehingga disimpulkan apabila skor kepercayaan diri naik, maka skor perilaku asertif juga naik, dan sebaliknya apabila skor kepercayaan diri turun,
maka skor perilaku asertif juga turun.
38
4.5 Uji Hipotesis