Kebudayaan Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: GREBEG GETHUK : Sebuah Kajian Budaya T1 152009029 BAB II

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta yaitu Buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi atau akal”. Kebudayaan dalam bahasa Latin berasal dari kata “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Koentjaraningrat 1969:76. Istilah kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu maka kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan pekerjaan, larangan-larangan, dan lain-lain. Ihromi, 1980:7. Ralph Linton menjelaskan bagaimana definisi kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari yaitu bahwa kebudayaan adalah seluruh cara hidup dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimana sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah mahkluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian 8 dalam suatu budaya Ihromi, 1980:18. Sedangkan menurut Soekmono, kebudayaan ialah hasil usaha manusia untuk mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya Soekmono, 1983:9. Tujuh unsur kebudayaan sebagai cultural universals adalah Koentjaraningrat, 1969:76: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dan sebagainya 2. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya 3. Sistem kemasyarakatan sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan 4. Bahasa lisan maupun tertulis 5. Sistem pengetahuan 6. Kesenian 7. Religi Unsur – unsur yang telah disebutkan Koentjaraningrat tersebut dapat dilihat dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu : 1. Wujud ideal merupakan ide-ide, gagasan dan norma. Wujud ini sering disebut sebagai sistem budaya. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya. Wujud ini berada pada alam pikiran dari warga masyarakat atau dapat pula berisi tulisan-tulisan, karangan-karangan warga yang bersangkutan. 9 2. Merupakan suatu komplek tindakan atau aktivitas yang berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering disebut wujud sosial. 3. Wujud kebudayaan fisik sebagai hasil nyata dari karya manusia yang disebut artefak. Wujud kebudayaan ini sebagai benda-benda hasil karya manusia, yang berupa kebudayaan fisik yang berbentuk nyata yang merupakan hasil karya masyarakat yang bersangkutan. Koentjaraningrat, 1984: 207. Ketiga wujud dari kebudayaan tersebut, tentu tidak terpisah dari satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dengan adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis, ia selalu berubah, tanpa adanya gangguan yang disebabkan leh masuknya unsur budaya assing sekalipun suatu kebudayaan dalam masyarakat tertentu, pasti akan berubah dengan berlalunya waktu. Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu pada para individu dan kebebasan individu diperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku dan variasi itu yang pada akkhirnya dapat menjadi milik bersama, dan dengan demikian di kemudian hari menjadi bagian dari kebudayaan. Ihromi, 1980: 32. Dua ahli antropologi A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn telah menyimpulkan dalam buku “ Culture, a Critical Review of Concepts and Definitions bahwa kebudayaan terdiri dari pola-pola yang nyata maupun tersembunyi, dari, dan untuk perilaku yang diperoleh dan dipindahkan dengan simbol-simbol, yang menjadi hasil-hasil yang tegas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk 10 perwujudannya dalam barang-barang buatan manusia, inti yang pokok dari kebudayaan terdiri dari gagasan tradisional yaitu yang diperoleh dan dipilih secara historis dan khususnya nilai-nilai yang tergabung. Dilain pihak, sistem kebudayaan dapat dianggap sebagai hasil tindakan sedangkan dipihak lain sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi tindakan selanjutnya. Budiono Herusatoto, 1984:9. B. Upacara Tradisional Tradisi Bahasa Latin : traditio , “diteruskan” atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau Agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun sering kali lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat. “Upacara tradisional merupakan suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan, yang mengandung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh wa rga masyarakat”Depdikbud, 1984: 1. Upacara-upacara tradisional merupakan perwujudan dari pelaksanaan proses sosialisasi dalam masyarakat tradisional sebagai kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat pendukungnya dan dapat menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan aspek- 11 aspek kehidupan lain, seperti gotong royong, solidaritas, kekeluargaan, ketaqwaan, dan lain-lain. Selain itu upacara tradisional juga mengandung pengertian sebagai berikut: ”Istilah upacara menunjuk pada sebuah prosesi kegiatan tertentu, oleh karena itu upacara dapat berupa aturan resmi, seremoni, rangkaian tindakan yang terikat pada aturan, kebiasaan yang berlaku se bagaimana dari sebuah perayaan”. Badudu dan Zain, 1994: 1595. Badudu dan Zain juga menjelaskan bahwa apa yang dilakukan itu sudah menurut tradisi atau adat istiadat atau sudah menjadi kebiasaan dan tetap dilakukan seperti itu secara turun menurun dari dahulu hingga sekarang. Dari beberapa pengertian di atas, terdapat beberapa hal yang penting yaitu: 1. Upacara tradisional sebagai suatu kegiatan sosial yang dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat, dimana warga masyarakat tersebut memiliki keyakinan bahwa hal tersebut sebagai sarana untuk mencapai tujuan. 2. Upacara tradisional dalam pelaksanaannya mengandung aturan-aturan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga pendukungnya. 3. Upacara tradisional dilakukan menurut tradisi atau adat istiadat atau sudah menjadi kebiasaan dan tetap dilakukan secara turun temurun dari dahulu hingga sekarang. Badudu dan Zain, 1994: 1595. 12

C. Jenis – Jenis Upacara Tradisional