T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Lintas Budaya Selama “Sawasdee Project 21” di Ratchaburi, Thailand T1 BAB II

BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Proses Komunikasi
2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Dalam proses ini komunikator akan sebisa mungkin
mengutarakan pesan sejelas mungkin supaya komunikan dapat menangkap jelas
maksud dari komunikator.
Terdapat dua tahap yang terjadi selama proses komunikasi yaitu1:
1. Proses komunikasi secara primer atau langsung dengan menggunakan
lambang atau simbol tertentu.
2. Proses komunikasi secara sekunder atau dengan perantara media.
2.1.2

Unsur-Unsur Proses Komunikasi
Hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi pada umumnya. Unsur-unsur

dalam proses komunikasi terdapat:
-


Source: komunikator atau orang yang menyampaikan pesan,

-

Encoding: proses pengalihan pikiran kedalam bentuk simbol atau lambang
tertentu yang dilakukan oleh komunikator,

-

Message: pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator,

-

Channel: saluran atau media yang dipakai untuk menyampaikan pesan,

-

Decoding: proses pemaknaan simbol atau lambang oleh komunikan,

-


Reciever: komunikan atau orang yang menerima pesan,

-

Feedback: umpan balik atau tanggapan yang diberikan oleh komunikan
terhadap komunikator,

-

Noise: gangguan yang terjadi selama proses komunikasi berjalan.

1

Kajianteori.com: http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-komunikasi.html

7

2.2 Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya merupakan proses mempelajari komunikasi antar individu

maupun kelompok suku bangsa dan ras yang berbeda. Komunikasi lintas budaya juga
merupakan analisis perbandingan yang memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan dan
lebih berfokus pada hubungan antar bangsa tanpa harus membentuk kultur baru. (Purwasito,
2003)
Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada proses pertukaran pesan yang
terjadi antara ras, suku, bangsa, serta kebudayaan yang berbeda. Dari situ kita bisa
mengetahui hal-hal lain diluar kebudayaan kita tanpa terjadinya proses pembentukan kultur
atau budaya yang baru.
Komunikasi lintas budaya sekilas hampir sama dengan komunikasi antar budaya.
Akan tetapi perbedaannya adalah komunikasi antar budaya tidak melihat perbandingan antara
kebudayaan dari perilaku komunikasi tetapi lebih kepada proses interaksi yang berlangsung.
Sedangkan dalam komunikasi lintas budaya tidak hanya memperhatikan proses interaksi yang
terjadi namun juga membandingkan kebudayaan yang berbeda.
Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola komunikasi
antarpribadi pada komunikator maupun komunikan yang memiliki kebudayan berbeda. Pada
awalnya studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial budaya sehingga lebih
dapat menggambarkan tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu dengan
mendalam.
2.2.1 Pendekatan Adaptasi
Penulis menggunakan pendekatan adaptasi untuk menganalisis komunikasi

lintas budaya yang penulis lakukan selama Sawasdee Project 21 di Ratchaburi,
Thailand.
Pendekatan adaptasi ini diperkenalkan oleh Ellingsworth dalam Gundykunts
(1983)2. Menurut Ellingsworth, setiap individu dianugerahi kemampuan untuk
beradaptasi antarpribadi. Setiap individu juga memiliki kemampuan untuk menyaring
manakah perilaku yang harus dan tidak harus dilakuakan termasuk dalam konteks
komunikasi lintas budaya.

2

Aloliliweri: Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. 2011: 63

8

Adaptasi nilai dan norma dalam komunikasi lintas budaya ditentukan oleh dua
faktor:
1) Mengadaptasi nilai dan norma yang fungsional,
2) Mendukung hubungan antarpribadi.
Dalam realitasnya, pendekatan adaptasi selalu digunakan dalam komunikasi
lintas budaya di negara berkembang.

2.2.2 Konflik Lintas Budaya
Perbedaan antara dua budaya atau lebih juga dapat menimbulkan konflik lintas
budaya. Konflik lintas budaya bisa kita jumpai saat kita melakukan komunikasi lintas
budaya.
Penyebab dari konflik lintas budaya adalah sebagai berikut:
1. Setiap individu tidak mengetahui sejauh mana bentuk, jenis, tingkat harapan
terhadap suatu nilai tertentu,
2. Dua orang atau kelompok yang berbeda budaya saling mengetahui harapan
namun masing-masing menampilkan cara yang berbeda-beda.
2.3 Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang terjadi antara dua
orang. Menurut Effendy komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang
dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Ciri dari komunikasi antar
pribadi adalah adanya umpan balik dan bersifat dua arah. (Effendy, 1993:61)
Sedangkan menurut De Vito komunikasi antar pribadi adalah sebagai
pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok
orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.(Liliweri, 1991:13)
Karakeristik komunikasi antar pribadi menurut Everet M. Roger adalah:
1. Arus pesannya cenderung dua arah,
2. Konteks komunikasi tatap muka,

3. Tingkat umpan balik yang terjadi cukup tinggi,
4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektifitas yang tinggi,
5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar dan relatif lambat,
6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. (Liliwerri, 1991: 19)

9

Sedangkan proses komunikasi antar pribadi sendiri terjadi dalam bentuk
kontak langsung. Komunikasi antar pribadi merupakan rangkaian tindakan, kejadian
yang terjadi terus menerus.
Untuk memahami proses komunikasi antar pribadi kita dapat menggunakan
paradigma dari Harold Lasswell dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal
dengan menjawab pertanyaan who, says what, in which channel, to whom, with what
effect (Effendy, 1993: 10)
Adapun paradigma dari Harold Lasswell adalah sebagai berikut:
1. Who
Siapa yang menyampaikan pesan atau komunikator dalam komunikasi
antar pribadi.
2. Says what
Pesan apa yang disampaikan oleh komunikator baik verbal (kata-kata dan

bahasa yang digunakan) maupun non verbal (gerakan tangan, intonasi atau
ekspresi wajah).
3. In which channel
Saluran atau media apa yang digunakan oleh komunikator dalam
menyampaikan pesan.
4. To whom
Penerima pesan atau komunikan
5. With what effect
Timbal balik atau efek yang didapatkan setelah pesan disampaikan.
2.4 Teori Penetrasi Sosial
Teori penetrasi sosial dikembangkan sejak tahun 1973 oleh Irwin Altman dan
Dalmas

Taylor.

Teori

ini

menjelas


bagaimana

berkembangnya

kedekatan

hubungan.(Kadarsih, 2009: 53) Bagi mereka hubungan interpersonal yang baik akan
berakhir menjadi teman terbaik hanya jika mereka memproses dalam sebuah “tahapan
dan bentuk yang teratur dari permukaan ke tingkatan prtukaran yang intim sebagai
fungsidari hasil langsung dan perkiraan”.(Kadarsih, 2009: 53)
Teori penetrasi sosial menjelaskan dengan berkembangnya hubungan
interpersonal maka keluasan dan kedalaman suatu hubungan antar pribadi pun

10

meningkat. Akan tetapi bila suatu hubungan menjadi rusak maka keluasan dan
kedalaman seringkali akan menurun. (Kadarsih, 2009: 54)
Menurt Altman dan Taylor, komunikasi adalah hal penting dalam
mengembangkan dan memelihara hubungan-hubungan

hubungan hubungan antar pribadi. Dengan komunikasi
yang terjadi terus menerus maka seseorang akan menjadi akrab dengan orang lain.
pengungkapan diri tampil sebagai syarat mutlak bagi
Komunikasi dan keakraban pengungkapan
pengembangan hubungan antar pribadi yang memuaskan.
Altman dan Taylor membandingkan orang dengan bawang. (Kadarsih, 2009:
53) Bawang memiliki berbagai lapis dan kita harus membukanya satu persatu agar bisa
melihat intinya. Sama seperti orang untuk bisa mengetahui seseorang lebih dalam kita
harus membuka setiap lapisan satu persatu dengan cara menjalani kedekatan hingga kita
bisa dikatakan memiliki kedekatan intim dengannya. Mislanya kita bisa mengetahui
bagaimana
imana makanan atau warna favorit seseorang apabila kita sudah dekat dengannya.
Seperti pada bagan dibawah ini.

Gambar 2.4.1: ilustrasi bawang mengenai teori penetrasi sosial
Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=bagan+bawang+teori+penetrasi+sosial&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=0ahUKEwj1gIHHk5zTAhUFmZQKHddQCtMQ_AUIBigB&biw=1366&bih=667#imgrc=E
a=X&ved=0ahUKEwj1gIHHk5zTAhUFmZQKHddQCtMQ_AUIBigB&biw=1366&bih=667#imgrc=E
rWdecsdtI_xXM:


11

Selanjutnya, teori penetrasi sosial akan menjelaskan tahapan-tahapan hubungan
antar pribadi hingga seseorang menjadi akrab bahkan intim dengan orang lain.
1. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Pengungkapan diri merupakan jantung dari proses komunikasi antar
pribadi. Pengungkapan diri juga menjadi cara agar orang lain dapat
mengetahui apa yang terjadi pada diri kita, yang sedang dipikirkan, atau hal
yang menjadi perhatian kita. Pengungkapan diri dapat mengurangi
kecemasan, meningkatkan kenyamanan, dan mengintensifkan ketertarikan
antar pribadi. (Kadarsih, 2009: 55)
2. Kedekatan Melalui Pengungkapan Diri
Dengan mengijinkan orang lain menembus dengan baik bagian dasar dari
diri kita maka orang tersebut dapat mengambarkan kebenaran yang
sesungguhnya tentang diri kita. (Kadarsih, 2009: 57)
Altman dan Taylor mengklaim bahwa pada tingkat permukaan seperti
informasi seputar biografi dapat dengan mudah untuk bertukar satu sama
lain. Akan tetapi informasi seperti perasaan akan sulit diungkapkan jika
tidak ada kedekatan. Oleh karena itu seseorang akan lebih berhati-hati

dalam menampilkan perasaan yang sesungguhnya. Maka dari itu kita harus
menjalin kedekatan terlebih dahulu sebelum dapat mengetahui perasaan
orang lain. (Kadarsih, 2009: 57)
3. Kedalaman dan Luasnya Penyingkapan Diri – Keintiman
Keintiman berarti tingkat dimana kita bisa menjadi diri sendiri di depan
orang lain dan masih diterima oleh orang lain.(Kadarsih, 2009: 57-58)
Keintiman bisa diukur dengan memperluas dimana orang lain memberitahu
kita bahwa mereka melihat kita dengan jalan yang sama dengan kita melihat
diri kita sendiri dan mengekspresikan perasaan positif mengenai siapa
kita.(Kadarsih, 2009: 58)
Kita dapan mengkomunikasikan perasaan keintiman secara langsung
maupun tidak langsung dan secara verbal maupun non-verbal. (Kadarsih,
2009: 58)
Semakin intim sebuah hubungan, semakin kuat kontrak emosi dan lebih
besar tingkat kepercayaan dalam sebuah hubungan.(Kadarsih, 2009: 58)

12

4. Pengaturan Kedekatan Berdasarkan Penghargaan dan Biaya
Menurut teori penetrasi sosial, semua tergantung dari analisis biayakeuntungan.(Kadarsih, 2009: 60) Karena seseorang akan memperhitungkan
biaya dan keuntungan apa yang kemungkinan akan ia dapatkan ,ketika ia
menjalin kedekatan dengan orang lain.
Thibaut dari Universitas North Carolina dan Kelly dari UCLA mempelajari
konsep kunci pertukaran sosial yang sesuai dengan teori penetrasi sosial.
(Kadarsih, 2009: 60) Teori pertukaran sosial menawarkan dua standar
perbandingan yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi hasil-hasil
hubungan antar pribadi mereka, yaitu (Kadarsih, 2009: 61):
a. Tingkat Perbandingan: Mengukur Kepuasan Hubungan (Kadarsih,
2009: 61)
Poin ini berhubungan dengan kepuasan relatif, baik buruknya sebuah
hasil hubungan antar pribadi akan meninggalkan sebuah perasaan
dibelakang. Sebuah hubungan mempunyai makna hanya ketika kita
perbandingkan secara kontras dengan kenyataan lain atau hasil yang
dibayangkan.(Kadarsih, 2009: 61)
b. Tingkat Perbandingan Alternatif: Mengukur Stabilitas Hubungan
(Kadarsih, 2009: 61)
Ada standar kedua yang dapat dipakai untuk mengevaluasi hasil yang
kita terima. (Kadarsih, 2009: 61-62) Hal ini berangkat dari pertanyaan:
“Akankah hasil hubungan saya lebih baik dengan orang lain?” dan
“Apakah hasil terburuk yang akan didapatkan dan masih tetap dalam
hubungan saat ini?” (Kadarsih, 2009: 62)
5. Evaluasi: Penarikan Kembali dan Penetrasi Sosial
Keterbukaan adalah kualitas utama dari pengembangan hubungan.
(Kadarsih, 2009: 62) Altman percaya bahwa tekanan antara keterbukaan
dan ketertutupan menghasilakn penyingkapan dan penarikan. Fakta
menunjukan bahwa persahabatan terbentuk melalui penyingkapan yang
tepat. (Kadarsih, 2009: 62)
Statement terakhir dari teori penetrasi sosial Altman dan Taylor
menggambarkan dari pemecahan hubungan sebagai proses penetrasi
kebalikan/mundur dimana kedua belah pihak secara metode menguncilahan
hanyut terpisah. (Kadarsih, 2009: 63)
13

2.5 Penelitian Terdahulu
Dibawah ini merupakan pemetaan tentang penelitian dan jurnal ilmiah mengenai
komunikasi lintas budaya terdahulu.
Penelitian

pertama

dengan

judul

“Intercultural

and

Cross-Cultural

Communication Research: Some Reflections about Culture and Qualitative Methods”
dengan penelitinya Maria Assumpta Aneas dan Maria Paz Sandin. Konsep dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peraan budaya dalam penelitian kulaitatif.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan
emik seperti teknik etnografi, observasi, analisis konten, dan in-depth interviews.
Hasilnya penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana budaya dapat mengaplikasikan
dirinya sendiri dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kedua dengan judul “Pengaruh Perbedaan Budaya Terhadap Proses
Komunikasi Interpersonal Pengaruh Perbedaan Etnis Tionghoa – Jawa dan Agama
Islam – Kristen dalam Berpacaran” dengan penelitinya Dini Yohannawarti. Konsep
penelitian ini

adalah

untuk

mendeskripsikan

bagaimana proses

komunikasi

interpersonal dalam berpacaran yang dilatar belakangi oleh perbedaan etnis Jawa –
Tionghoa dan agaman Islam – Kristen. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini akan mengungkapkan
bagaimana proses komunikasi interpersonal yang terjadi dengan perbedaan etnis dan
agama.
Penelitian ketiga dengan judul “Peran Komunikasi Antar Budaya Masyarakat
Dalam Menyelesaikan Konflik di Perumahan Talang Sari Kota Samarinda” dengan
penelitinya Nurita Arya Kusuma. Konsep dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan konflik yang terjadi di Perumahan Talang Sari Kota Samarinda.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subyek atau boyek berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Hasil penelitian ini akan
mengungkapkan konflik yang terjadi di Perumahan Talang Sari Kota Samarinda dan
bagaimana penyelesaian dari konflik tersebut.
Sedangankan penelitian dari penulis sendiri mengenai komunikasi lintas budaya
yang terjadi selama Sawasdee Project 21 di Ratchaburi, Thailand. Konsep dari
penelitian penulis sendiri adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi lintas
budaya berlangsung selama Sawasdee Project di Thailand. Metode penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan pendekatan komunikasi lintas budaya serta beberapa kasus
14

dari komunikasi lintas budaya yang penulis alami. Hasil dari penelitian ini adalah kita
dapat mengetahui bagaimana proses komunikasi lintas budaya yang terjadi selama
Sawasdee Project 21 di Ratchaburi, Thailand.
2.6 Kerangka Berpikir
AIESEC

Indonesia, Thailand, China, India, Sri Lanka,
Malaysia, Vietnam, Brazil, Argentina

SAWASDEE
PROJECT(MURID DAN
PESERTA) di Thailand

TEORI
PENETRASI
SOSIAL

KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA di Thailand

15