T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Anggota “JKT48 Surakarta” T1 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan sosial yang dilakukan oleh manusia. Untuk memahami
pengertian komunikasi hingga dapat dilancarkan secara efektif, terdapat
paradigma yang ditentukan oleh Harold Lasswell dalam karyanya “The
Structure and Function of Communication in Society”. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaanWho Say What In Which Channel To Whom
With What Effect? yang berarti “Siapa mengatakan apa melalui saluran apa

kepada siapa dengan efek apa”. Menurut paradigma tersebut, Lasswell
mengartikan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendi,
200:253).
Proses komunikasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari penggemar
JKT48. Penggemar JKT48 bertindak sebagai komunikator yang
menyampaikan


pesan

kepada

orang-orang

disekitarnya.

Dalam

menyampaikan pesan, proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu :
1) Komunikasi Verbal
Pesan verbal adalah semua jenis pesan yang menggunakan satu
kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari
termasuk ke dalam kategori pesan verbal. Bahasa dapat juga
dianggap sebagai suatu sistem kode verbal (Mulyana, 2007:237)
2) Komunikasi Non Verbal

6


Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan berupa katakata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter,
komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima
(Mulyana, 2007:237).

2.2. Konsep Diri
Konsep diri merupakan refleksi dari seorang individu mengenai dirinya
sendiri yang bersifat pribadi, dinamis, dan evaluatif. Secara singkat, konsep
diri merupakan pandangan dimana seorang individu mampu mengetahui
apa yang dimilikinya, yaitu kelebihan dan kekurangannya. George Herbert
Mead menjelaskan konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan
individu mengenai dirinya yang timbul sebagai hasil dari suatu interaksi
sosial.
Dalam pembentukan konsep diri, ada 2 kelompok masyarakat yang
memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan konsep diri seseorang.
George Herbert (Rakhmat, 2007:106) mengurai masyarakat sebagai :


1. Significant others, merupakan orang terdekat yang memiliki arti
yang sangat penting. Seseorang akan menilai dirinya sendiri
secara keseluruhan menurut pandangan orang lain terhadap
dirinya atau ia menilai dirinya sesuai dengan persepsi orang lain.
2. Reference group, merupakan kelompok rujukan yang secara
emosional mengikat seseorang dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri. Dengan melihat kelompok ini, orang
mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan
ciri-ciri kelompoknya.

7

George Herbert mengatakan setiap manusia mengembangkan
konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan
itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita mengenal diri kita lewat orang
lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita. Charles H.
Cookey menyebut konsep diri itu sebagai the looking glass-self, yang secara
signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran
orang lain terhadapnya, jadi menekankan pentingnya respons orang lain
yang diinterpretasikan secara subjektif sebagai sumber primer dan

mengenai diri.

2.1.1. Jenis Konsep Diri
Jenis konsep diri menurut James F Calhoun dan Joan Ross Acocella
(1995:72-72) ada dua, yaitu :
1. Konsep Diri Positif
Orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang
dirinya sendiri. Konsep diri positif cukup luas untuk
menampung seluruh pengetahuan seseorang, maka penilaian
tentang dirinya sendiri secara apa adanya. Hal ini tidak berarti
bahwa dia tidak pernah kecewa terhadap dirinya sendiri, namun
dengan menerima dirinya sendiri, dia juga dapat menerima orang
lain. Orang dengan konsep diri positif akan mempunyai harapan
dan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan dirinya dan
realistis. Adapun ciri konsep diri positif adalah :







Dapat menerima dan mengenal dirinya dengan baik
Dapat memahami dan menerima fakta yang bermacammacam tentang dirinya.
Apabila memiliki pengharapan selalu merancang tujuantujuan yang sesuai dan realistis

8



Menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan,
keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui



oleh masyarakat
Dapat menyerap pengalaman masalahnya

9


2. Konsep Diri Negatif
Muncul karena pandangan seseorang tentang dirinya benarbenar tidak teratur. Dia tidak tahu apa kekuatan dan
kelemahannya dan apa yang dia hargai dalam hidupnya. Konsep
diri yang negatif merupakan penilaiannegatif terhadap diri
sendiri. Apapun yang diperoleh tampaknya tidak berharga
dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain.


Mudah untuk marah dan naik pitam serta tahan dan tidak



peduli terhadap kritikan yang diterima



orang lain




penghargaan atau pengakuan pada orang lain



Individu responsif terhadap pujian yang diberikan oleh

Tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkap

Merasa tidak disenangi oleh orang lain
Bersikap pesimis terhadap kompetisi, enggan untuk
bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

2.3. Teori Interaksi Simbolik
Sedikit definisi mengenai interaksi simbolik yang dicetuskan oleh
George Herbert Mead. Setiap manusia yang menjalani hidupnya, pasti
tidak dapat lepas dari proses komunikasi yang dilakukannya. Komunikasi
yang dilakukan terdapat interaksi antar individu yang membutuhkan
simbol-simbol sebagai alat untuk saling bertukar pesan. Simbol-simbol
pesan tersebut dapat berbentuk verbal maupun non verbal. Pesan-pesan
tersebut tentunya mengandung makna yang dimengerti oleh individuindividu yang berinteraksi di dalam sebuah proses komunikasi tersebut.

Mulyana (2002) menjelaskan tiga premis utama dalam teori
interaksi simbolik. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik.
Ketika mereka menghadapi suatu situasi, respon mereka bergantung pada

10

bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi
sosial. Jadi, individu yang dipandang aktif dalam menentukan lingkungan
sendiri. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna
tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan
bahasa. Individu membayangkan atau merencanakan apa yang akan
mereka lakukan. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat
berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang
ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan
karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi
dengan dirinya sendiri.
Tiga konsep utama dalam teori Mead yang ditangkap dalam judul
karyanya yang paling terkenal yaitu Mind (pikiran), Self (diri sendiri), dan
Society (masyarakat). Kategori-kategori ini merupakan asek-aspek yang


berbeda dari proses umum yang sama yang disebut tindak sosial, yang
merupakan sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis
kedalam bagian-bagian tertentu. Tindakan saling berhubungan dan
dibangun seumur hidup. Tindakan dimulai dengan sebuah dorongan,
melibatkan

persepsi

dann

pernunjukan

makna,

repetisi

mental,

pertimbangan alternatif, dan penyempurnaan.
Berdasarkan tiga konsep yang diungkapkan oleh Mead, yakni

pikiran, diri sendiri, dan masyarakat maka dapat dijabarkan sebagai berikut
:
1. Pikiran (mind)
Pikiran

adalah

mekanisme

penunjukan

diri

untuk

menunjukan makna kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
Pikiran menghasilkan suatu bahasa isyarat yang disebut simbol.
Simbol-simbol yang mempunyai arti bisa berbentuk gerak gerik
atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa. Pikiran
ini jugalah yang merupakan anugrah dan dikembangkan melalui

interaksi dengan individu lain. Karena dengan banyaknya

11

melakukan interaksi, seseorang akan dapat lebih banyak
mengenal simbol.
Pikiran adalah hal yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Pikiran mengisyaratkan kapasitas dan
sejauh mana manusia sadar akan diri mereka sendiri, siapa, dan
apa mereka, objek disekitar mereka, dan makna objek tersebut
bagi mereka.
Ketika indiviu mengetahui berbagai macam simbol-simbol
yang ada, maka selanjutnya individu tersebut akan berpikir
melalui situasi yang ada. Kemudian individu tersebut akan
mengidentifikasi, menamai, dan memaknai simbol tersebut
secara konsensus.

2. Diri Sendiri (self)
Cooley mendefinisikan diri sebagai sesuatu yang dirujuk
dalam pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertama
tuggal, yaitu “aku” (I), “daku” (me), “milikku” (mine), dan
“diriku” (myslef). Self merujuk pada kapasitas dan pengalaman
yang memungkinkan manusia menjadi objek bagi diri mereka
sendiri. Kemunculannya bergantung kepada kemampuan
individu untuk mengambil peran orang lain dalam lingkungan
sosialnya. Melalui proses pengambilan peran ini, individu
menginternalisasikan norma-norma kelompoknya, mulai dari
keluarganya, kelompok sebaya, kelompok masyarakat hingga
bangsanya. Individu dapat bergaul dengan orang-orang lain ini
berdasarkan norma-norma tersebut

yang

memungkinkan

individu tersosialisasikan. Pandang orang lain inilah yang
menyebabkan individu memiliki konsep diri.
Proses melihat diri sendiri melalui sudut pandang orang lain
merupakan cara yang efektif bagi seorang individu masuk
kedalam tatanan sosial, karena individu tersebut mampu untuk

12

menilai kekurangan ataupun kelebihan yang ada pada dirinya
sendiri. Inti dari diri ini adalah kemampuan untuk merefleksikan
diri setiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat
orang lain.

3. Masyarakat (society)
Proses berkehidupan ditengah kelompok yang terdiri atas
perilaku-perilaku anggotanya, manusia diharuskan untuk
memahami maksud orang lain yang juga mengharuskan kita
untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan selanjutnya.
Artinya, di dalam kelompok itu individu diharuskan untuk dapat
membaca tindakan dan maksud orang lain serta menanggapinya
dengan cara yang tepat.
Cooley beranggapan bahwa poin diri dan masyarakat yang
dikembangkan oleh Mead ini sangatlah berkaitan dan memiliki
efek yang besar. Ia memberi ilustrasi bahwa perasaan diri dan
masyarakat ini dikembangkan lewat penafsiran individu atau
realitas fisik dan sosial, termasuk aspek-aspek pendapat
mengenai tujuan, materi, ambisi, dan gagasan apapun atau
sistem gagasan yang berasal dari kehidupan komunikatif yang
dianggap sebagai milik individu.
Cooley juga menegaskan bahwa perasaan diri bersifat sosial,
karena maknanya diciptakan melalui bahasa dan budaya
bersama dan karena hal itu berasal dari interpretasi subjektif
individu atas penilaian orang-orang lain yang mereka anggap
penting dan punya hubungan dekat dengan mereka ( significant
others) mengenai sikap dan tindakan individu tersebut. Jadi diri

dan masyarakat saling mempengaruhi, masing-masing berfungsi
sebagai rujukan bagi yang lainnya, sehingga kedua disebut
kembar (twin born).

13

Society atau masyarakat merupakan kumpulan dari berbagai

macam aspek sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat.
antara lain adat, suku bangsa, budaya, hingga kepada aspek
agama. Sehingga perkembangan interaksi yang dilakukan oleh
significant othersdan reference group akan sangat vital untuk

mempengaruhi konsep diri seseorang individu untuk siap terjun
ke dalam tatanan masyarakat.

Tiga konsep pemikiran Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain;
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya konsep mengenai diri
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya
membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi
simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya
makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara
interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna
yang dapat disepakari secara bersama.
Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya
“Konsep Diri” atau “Self-Concept), dimana pada tema interaksi simbolik ini
menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu-individu
tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya.
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan
antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui
bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada
akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada di dalam
sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan
mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial.

14

2.4. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitianpenelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan
dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikanperbandingan
tidak terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai konsep diri.
Penelitian tentang identitas pernah dilakukan oleh Alfahmi Pratama
dengan judul “Konsep Diri Wanita Pekerja Seks (PSK) di Kota Serang”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PSK memaknai
dirinya sebagai seorang wanita di kota Serang dan untuk mengetahui
bagaimana significant others serta reference group membangun konsep diri
para PSK di kota Serang. Penelitian ini menggunakan teori interaksi
simbolik, konsep diri, dan psikologi komunikasi. Metode yang digunakan
adalah dengan metode deskriptif kualitatif.Hasil dari penelitian ini adalah
berdasarkan poin utama yang ada di teori interaksi simbolik. Faktor self
dan mind lah yang utama mendorong para PSK melakukan pekerjaannya
tersebut meskpin mereka sadar bahwa pekerjaan mereka merupakan
pekerjaan yang memiliki pandangan buruk di masyarakat. Faktor reference
group dalam teori data diklasifikasikan sebagai society, menjadi kendala

utama mereka dalam menjalani hidup. Para PSK ini tinggal di lingkungan
yang mayoritas beragama islam. Informan pertama tetap menjaga rahasia
pekerjaannya sebagai PSK dengan berpakaian sopan. Sedangkan informan
kedua merasa society yang ada disekitarnya tidak terlalu peduli dengan
kehadiran dirinya, sehingga ia merasa leluasa dalam menjalani
pekerjaannya.
Penelitian selanjutnya adalah dari Linda Yulianti dengan
judul“Konsep Diri Mahasiswi Perokok di Kota Bandung (Studi
Fenomenologi

Konsep

Diri

Mahasiswi

Perokok

di

Kota

Bandung)”.Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian
yang sebelumnya yakni bertujuan untuk mengetahui mahasiswi memaknai
dirinya sebagai seorang perkokok di kota Bandung dan untuk mengetahui
bagaimana significant othersserta reference group memaknai mahasiswi

15

perokok di kota Bandung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori interaksi simbolik dan konsep diri. Metode yang peneliti ini
gunakan

adalah

dengan

deskriptif

kualitatif

dan

menggunakan

fenomenologi. Hasil penelitian ini adalah mahasiswi perokok merasa
tindakannya adalah tindakan yang wajar dan sudah umum dilakukan meski
terkadang mereka harus melakukan kebiasaannya di tempat yang khusus,
lalu significant others memaknai mahasiswi perokok di kota Bandung
sebagai tindakan yang terpaksa oleh keadaan yang terjadi pada mahasiswi
tersebut, namun significant others sebenarnya tidak menghendaki
mahasiswi perokok ini untuk melanjutkan kebiasaannya. Namun orangorang dalam reference group menganggap bahwa kebiasaan mahasiswi ini
adalah hal yang dapat dimaklumi. Pandangan umum tentang merokok ini
beranggapan bahwa mahasiswi perokok dianggap sebuah hal yang negatif.
Penelitian ketiga yang juga membahas mengenai konsep diri oleh
Nozy Ardyan Yuliyanti dengan judul “Konsep Diri Cosplayer Berdasarkan
Komunikasi Simbolik”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang
konsep diri cosplayer berdasarkan interaksi simbolik yang terjadi dalam
komunikasi oleh cosplayer anggota komunitas Cosplay Jaico. Teori yang
digunakan adalah interaksi simboli, konsep diri, dan proses pengelolaan
kesan yang merupakan toeri penutup dalam pembahasan tentang
Presentation of Self in Everyday Life yang membahas teori dramaturgi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil
dari penelitian ini adalah konsep diri cosplayer diperoleh melalui cosplayer
itu sendiri kemudian mereka menerima informasi mengenai diri mereka
dari anggota Komunitas Cosplay Jaico ( reference group) dan juga anggota
keluarga (significant others). Dari pemahaman mereka tentang diri mereka
yang sudah menjadi cosplayer, khususnya cosplayer senior Komunitas
Jaico yang merupakan informan dalam penelitian ini termasuk dalam
kategori konsep diri positif karena dapat belajar dari pengalaman
masalahnya selama menjadi cosplayer, bersikap positif dalam menghadapi

16

orang lain yang lebih hebat ketika mengikuti kontes, dan dapat merancsng
strategi untuk masa depan dan harapannya yang akan datang.

17

2.5. Kerangka Pikir
JKT48

Anggota
JKT48
Surakarta
Interaksi
Simbolik

Reference
Group

Konsep
Diri

Significant
Others

Penjelasan dari kerangka pikir ini adalah anggota JKT48 Surakarta

yang merupakan penggemar dari idol group JKT48 membentuk konsep
dirinya dengan interaksi sosialnya bersama indidivu-individu lainnya.
Dalam interaksi terdapat simbol-simbol verbal maupun non verbal untuk
menyampaikan pesan. Di dalam interaksi simbolik terdapat tiga konsep
utama yang membantu membentuk konsep diri yaitu mind, self, dan society.
Pembentukkan konsep diri tidak hanya dibentuk dari diri sendiri, melainkan
juga dari kelompok masyarakat. Society atau masyarakat merupakan
kumpulan dari berbagai macam aspek yang ada didalam kehidupan
masyarakat. Sehingga perkembangan interaksi yang dilakukan oleh
significant others dan reference group akan sangat vital mempengaruhi

konsep diri individu. Significant others disini adalah orang tua atau kerabat
dari anggota JKT48 Surakarta dan reference group merupakan idol group
JKT48 serta teman-teman fanbase JKT48 Surakarta.

18

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

INTERAKSI SIMBOLIK DALAM PROSES KOMUNIKASI NONVERBAL PADA SUPORTER SEPAKBOLA (Studi Pada Anggota Juventus Club Indonesia Chapter Malang)

5 66 20

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGENAL UNSUR BANGUN DATAR KELAS II SDN LANGKAP 01 BANGSALSARI

1 60 18

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103

Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi)

4 40 1

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2