EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE
EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh
Nur Ani Sri Hartati

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE

EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP
Oleh
Nur Ani Sri Hartati

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model siklus pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) pada materi pokok Terkomia dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa. Subjek
penelitian ini adalah siswa siswi kelas XI IPA 1 SMA Gajah Mada Bandar
Lampung semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pre-Experimental , dan menggunakan one-group
pretest-posttest design. Efektivitas model siklus pembelajaran POE diukur berdasarkan nilai n-gain (gain ternormalisasi). Dimana rerata n-Gain untuk
keterampilan berkomunikasi siswa 0,4, dengan kriteria sedang. Dan rerata n-Gain
penguasaan konsep 0,7, dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
model siklus pembelajaran POE efektif dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa pada materi termokimia.

Kata kunci: model siklus belajar POE, keterampilan berkomunikasi, penguasaan
konsep.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I.

x

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 5
II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kontruktivisme ..........................................................


6

B.Hakikat pembelajaran Kimia ...............................................................

8

C.Model siklus Pembelajaran POE ......................................................... 9
D. Keterampilan Proses Sains ................................................................ 12
E. Penguasaan konsep …… ................................................................... 16
F. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 17
G. Anggapan Dasar ................................................................................ 18
H.Hipotesis Umum ................................................................................. 19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian .............................................................................

20

iv

B.Jenis dan Sumber Data ........................................................................


20

C. Desain dan Metode Penelitian ............................................................

21

D. Variabel Penelitian ............................................................................

21

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ....................................................

22

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 23
G. Teknik Analisis Data ........................................................................

26


1. Menghitung Skor Pretest dan Posttest..........................................
2. Menghitung n-Gain.......................................................................

26
26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisisnya....................................................... 27
B.Pembahasan ........................................................................................ 29
C. Kendala Yang Dihadapi .................................................................... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... . 39
LAMPIRAN
1.Silabus .......................................................................................................... 40
2. Pemetaan Indikator ................................................................................... 52

3. RPP ........................................................................................................... 62
4. Lembar Kerja Siswa .................................................................................... 89
5. Kisi-kisi Pretestdan Possttest ................................................................... 137
6. Soal Pretes dan Posttest ............................................................................ 139
7. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest ........................................................ 144
8. Rubrik Penilaian Pretesdan Posttest ........................................................... 147
9.Daftar Nilai Pretest, Posttest, dan n-Gain .................................................... 152
10.Daftar Nilai n-Gain ..................................................................................... 154
11.PerhitunganAnalisis Data ............................................................................ 157
12.Lembar Kinerja Guru .................................................................................. 159
13. Daftar Nama Kelompok ............................................................................ 169
14. LembarAktivitas Siswa ............................................................................. 170
15.Surat Izin Penelitian .................................................................................... 180

v

16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .............................................. 181
17. Daftar Hadir Seminar .............................................................................. 182

vi


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan di mana saja. Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin di sebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya
(Arsyad, 2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses
pembelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang
maksimal.

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat,
dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia
dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti
mengobservasi, mengklasifikasi, melakukan pengukuran, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains
lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan
dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS terutama keterampilan

2

berkomunikasi dan penguasaan konsep dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan sains yang dimiliki oleh siswa. Seorang guru perlu melatihkan
keterampilan berkomunikasi kepada siswa, karena dapat membekali siswa untuk
menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam
kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan pada
salah satu sekolah di Bandar Lampung yaitu SMA Gajah Mada Bandar Lampung.
Peneliti melihat bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, khususnya pada
materi termokimia, proses pembelajarannya tidak menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk mengemukakan pendapat dari suatu konsep/fakta dan
pemberian pengalaman secara langsung. Guru lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, akibatnya siswa hanya
sebatas memperoleh informasi/ konsep saja tanpa dilatih untuk menemukan

pengetahuan dan konsep tersebut, siswa kurang dapat berkembang dan menggali
potensi dirinya. Sehingga materi yang dipelajari tidak akan tertanam erat dalam
memori siswa dan akan lebih mudah dilupakan.

Materi Termokimia merupakan suatu materi yang memuat konsep yang erat
dengan kehidupan sehari-hari, misalnya reaksi eksoterm dan endoterm. Dalam
proses pembelajarannya siswa dapat diajak berpikir melalui percobaan yang
berhubungan dengan kalor, dimana siswa sudah ada pengalaman tentang masalah
itu baik dalam kehidupan sehari-hari maupun informasi yang telah diperoleh di
sekolah. Dengan demikian keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep
siswa dapat terlatih.

3

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan
penguasaan konsep. Salah satu meodel pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa adalah
dengan model siklus pembelajaran POE (predict-observe-explain). Dengan
menggunakan model siklus pembelajaran POE diharapkan dapat memunculkan
indikator dari keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa.


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, saya melakukan penelitian dengan
judul Efektivitas Model Siklus Pembelajaran Predict-Observe-Explain pada
Materi Termokimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan
Penguasaan Konsep

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran POE(predict-observe-explain) pada materi
termokimia dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa SMA
Gajah Mada Bandar Lampung?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran POE(predict-observe-explain) pada materi
termokimia dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Gajah Mada
Bandar Lampung?

4

C. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan efektivitas model siklus belajar POE pada materi termokimia
dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa SMA Gajah Mada
Bandar Lampung.
2. Mendiskripsikan efektivitas model siklus belajar POE pada materi Termokimia
dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Gajah Mada Bandar
Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui
kegiatan penyelidikan atau proses ilmiah. Dan dapat meningkatkan
kemampuan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa.
2. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran sains.
3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan agar peneliti lebih
terampil dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang
ada,khususnya dalam model siklus pembelajaran POE
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan informasi
tentang penggunaan model pembelajaran POE untuk kepentingan penelitian
selanjutnya.

5

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :
1. Lokasi penelitian ini adalah SMA Gajah Mada Bandar Lampung.
2. Model siklus belajar POE adalah salah satu model pembelajaran yang terdiri
dari 3 tahap yaitu : memprediksi, observasi,dan penjelasan.
3. Efektivitas POE ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara
pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang
signifikan).
4. Penguasaan konsep untuk materi termokimia dilihat nilai siswa- siswa yang
diperoleh dari hasil pretes maupun postes.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan
yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan
adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001),
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi
individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan mem-bandingkan

7

sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya
untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain
(selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian
siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan
pengetahuannya.
Menurut Trianto (2007):
“Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang
yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada
orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa,
pemindah-an itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu
lewat pengalamannya”.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
mengajar adalah membantu siswa belajar
tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
kurikulum menekankan partisipasi siswa
guru adalah fasilitator.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut :
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai
penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan
suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran
yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

8

B. Hakikat Pembelajaran Kimia

Pada hakikatnya sains (termasuk kimia) dipandang sebagai proses, produk dan
sikap. Untuk itu, kegiatan pembelajaran kimia perlu dikembangkan berdasarkan
pada hakikat kimia. Proses pembelajaran yang erat kaitannya dengan hakikat kimia adalah inkuiri ilmiah. Hal ini didasarkan pada National Science Education
Standard (NRC, 1996) yang menyatakan bahwa pembelajaran sains pada dasarnya
bertujuan untuk :
1) memahami hakikat inkuiri ilmiah dan peran sentralnya dalam sains serta
bagaimana menggunakan keterampilan-keterampilan dan proses inkuiri ilmiah; 2)
memahami fakta-fakta fundaamental dan konsep-konsep utama dalam disiplin
sains; 3) membuat keterkaitan konsep dalam disiplin sains itu sendiri ataupun
antara disiplin sains dengan disiplin lainnya seperti matematika, fisika, biologi.

Depdiknas (2006) berpendapat bahwa sains (termasuk kimia) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, serta
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran
sains diharapkan dapat menjadi suatu wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek kehidupan lebih lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Rutherford and Ahlgren (1990) :
“Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam, khususnya yang berkait-an dengan komposisis, struktur dan
sifat, transformasi, dinamika serta energetika tentang materi. Oleh karena itu,
kimia merupakan segala sesuatu tentang materi dan perubahannya yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan

9

kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja
ilmiah) yang mengembangkan sikap ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran
kimia perlu memperhatikan karakteristik ilm kimia sebagai produk, proses dan
sikap”.

C. Model Siklus Pembelajaran POE

Model siklus pembelajaran POE lahir dari teori belajar kontruktivisme. Model
pem-belajaran POE merupakan model pembelajaran yang di mulai dengan
penyajian persoalan kimia, dimana siswa diajak untuk menduga kemungkinan
yang terjadi, di lanjutkan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap persoalan kimia, dan kemudian di buktikan dengan melakukan
percobaan untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam
bentuk penjelasan.

White dan Gustone (1992) memperkenalkan Predict-Observe-Explain (POE)
dalam bukunya Probing Understanding (Mabout. 2006). Model pembelajaran
POE dinyatakan sebagai model pembelajaran yeng efisien untuk memperoleh dan
meningkatkan konsepsi sains siswa, serta menimbulkan ide atau gagasan siswa
dan melakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE adalah meliputi prediksi
siswa dari hasil demonstrasi, mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka
berikan dari hasil demonstrasi, dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari
pengamatan mereka. Model Pembelajaran POE menggali pemahaman melalui 3
(tiga) langkah utama, yaitu Prediction (prediksi), Observation (observasi) dan
Explanation (eksplanasi) menurut Indrawati dan Setiawan (2009) ketiga langkah
utama dalam model pembelajaran POEyaitu :
a. Prediction (prediksi) pada tahap ini peserta didik diajak menduga apa yang
akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari.

10

b. Observation (observasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk
melakukan kegiatan, menunjukan proses atau demonstrasi dan peserta didik
diminta untuk mencatat apa yang akan terjadi.
c. Explanation (eksplanasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk
menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuat dengan hasil observasinya.

Model siklus Pembelajaran POE menurut Hakim (2012). Model pembelajaran
POE memilki 3 (tiga) langkah secara terinci, yang dimulai dengan guru
menyajikan peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri dengan menghadapkan
semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun ketiga langkah
model pembelajaran POE secara terinci sebagai berikut:
a. Langkah ke 1. Membuat prediksi atau dugaan (P)
1. Guru menyajikan suatu permasalahan.
2. Siswa diminta untuk membuat dugaan (prediksi). Dalam membuat dugaan
siswa di minta untuk berfikir tentang alasan mengapa ia membuat dugaan
seperti itu.
b. Langkah ke 2. Melakukan observasi (O)
1. Siswa diajak oleh guru melakukan eksperimen berkaitan dengan
permasalahan kimia yang disajikan di awal.
2. Siswa di minta mengamati apa yang terjadi.
3. Lalu siswa menguji apakah dugaan mereka benar atau salah.
c. Langkah ke 3. Menjelaskan (E)
1. Bila dugaan siswa ternyata terjadi dalam eksperimen, guru dapat
merangkum dan memberi penjelasan untuk menguatkan hasil eksperimen
yang dilakukan.

11

2. Bila dugaan siswa tidak terjadi dalam eksperimen yang di lakukan maka
guru membantu siswa mancari penjelasan mengapa dugaannnya tidak
benar.
3. Atau guru dapat membantu siswa untuk mengubah dugaanya dan
membenarkan dugaan yang semula tidak benar.

Oleh karena itu guru harus memahami karakter peserta didik sehingga materi IPA
akan dapat tersampaikan secara optimal. Maka orientasi guru dalam mengajar
tidak hanya sebatas menyelesaikan materi ajar saja tetapi juga tetap memperhatikan paham atau tidaknya siswa terhadap bahan ajar tersebut.
Menurut Suparno (2007) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model
pembelajaran POEadalah sebagai berikut:
1. Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik
kognitif dan memicu rasa ingin tahu.
2. Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak.
3. Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas
masalah.
4. Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.

Menurut Nurjanah (2011), model pembelajaran POE memiliki beberapa kelebihan
dan kelemahan sebagai berikut :
a. Kelebihan model siklus pembelajaran POE
1. Merangsang peserta didik untuk lebih kreaktif khusunya dalam mengajukan
prediksi.
2. Dengan melakukan eksperimen dalam prediksinya dapat mengurangi
verbalisme.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, karena peserta didik tidak
hanya mendengarkan tetapi mengamati peristiiwa yang terjadi melalui
eksperimen.
4. Dengan mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan
untuk membandingkan antara dugaanya dengan hasil pengamatanya.
Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.

12

b. Kelemahan model pembelajaran POE
1. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian
persoalan kimia dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan yang akan
dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajuka peserta didik.
2. Untuk melakukan pengamatan langsung memerlukan bahan-bahan, peralatan
dan tempat yang memadai.
3. Untuk kegiatan eksperimen memerlukan kemampuan dan keterampilan yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional.
4. Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
dan proses pembelajaran peserta didik.

D. Keterampilan Proses Sains

Pengertian Keterampilan Proses Sains
Menurut Rustaman, keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan
kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau
intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan
pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan,
pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial dimaksudkan
bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Cara berpikir dalam sains, fisika
misalnya, adalah keterampilan-keterampilan proses.

Semiawan menyatakan bahwa:
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Dengan mengembangkan keterampilanketerampilan memproses perolehan siswa mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

13

Menurut Mundilarto proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan
saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan
keterampilan proses. Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai
kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar
sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau
bukti. Suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar
kumpulan yang dinama-kan fakta. Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan
juga kumpulan proses. Aspek proses merupakan aspek sains yang kedua setelah
aspek produk. Aspek produk yaitu metode memperoleh pengetahuan. Metode ini
di kenal sebagai metode keilmuan.
“Metode keilmuan memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan
dalam enam langkah: (1) Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah; (2)
Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, (3) Penyusunan dan klasifikasi
data; (4) Perumusan hipotesis; serta (6) Tes dan pengujian kebenaran hipotesis.
Pada tahap-tahap tersebut terdapat aktivitas-aktivitas di antaranya melakukan
observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan,
menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis
data, membuat laporan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil penelitian.

Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya
Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Rustaman, adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan (observasi)
Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.
Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga
termasuk keterampilan proses mengamati.
2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

14

Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan
menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.
3) Mengelompokkan (klasifikasi)
Dalam proses pengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan
mencari dasar penggolongan.
4) Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan
perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan
atau pola yang sudah ada.
5) Berkomunikasi
Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan
grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
6) Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan
perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara
melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya
terkadang cara untuk mengujinya.
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikian
Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan
proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak
dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang
dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan
alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah
yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel
bebas, menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis, serta menentukan cara
dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah
data untuk dapat disimpulkan, maka dapat merencanakan penyelidikanpun
terlibat kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik
kesimpulan.
8) Menerapkan konsep atau prinsip
Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan
menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang
telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru.
9) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa,
bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian
jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran

Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan adalah:
a) Observasi atau pengamatan; observasi mencakup perhitungan, pengukuran,
klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu.
b) Pembuatan Hipotesis
c) Perencanaan penelitian/eksperimen

15

d) Pengendalian variabel
e) Interpretasi data
f) Menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
g) Meramalkan (prediksi)
h) Menerapkan (aplikasi)
i) Mengkomunikasikan.

Tabel 1 Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains Menurut Dahar:
Keterampilan
Proses Sains
1. Mengamati

Sub-Keterampilan Proses Sains

3. Meramalkan

a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
a.

4. Menggunakan
Alat dan Bahan

a.
b.

5. Menerapkan
Konsep

a.
b.

2. Menafsirkan
Pengamatan

6. Merencanakan
Penelitian

c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

7. Berkomunikasi

8. Mengajukan
Pertanyaan

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.

Mengamati dengan indera
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
Mencari kesamaan dan perbedaan
Mencatat setiap pengamatan
Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan
Menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
mengemukakan apa yang mungkin terjadi
Terampil menggunakan alat/bahan
Mengetahui konsep dan menggunakan alat
dan bahan
Menerapkan konsep dalam situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk
menjalankan apa yang sedang terjadi
Menyusun hipotesis
Menentukan alat, bahan dan sumber yang
digunakan dalam penelitian
Menentukan variabel-variabel
Menentukan variabel yang di buat tetap dan mana
yang harus berubah
Menentukan apa yang akan diamati, diukur dan
ditulis
Menentukan cara dan langkah kerja
Menetukan bagaimana mengolah data hasil
pengamatan untuk mengambil kesimpulan
Menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis dan jelas
Menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan
Mendiskusikan hasil percobaan
Menggambarkan data dengan tabel grafik
Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan yang berlatarbelakang
hipotesis

16

E. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan
kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari
tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pe-mahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti
dari materi suatu bahan yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni
melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaaan konsep diukur melalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil
dalam proses pembelajaran.
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan
banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang me-ngandung
konsep tersebut.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari pe-nguasaan
konsep yang dicapai siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Romiszowski
(dalam Abdurrahman, 1999) :
Penguasaan konsep merupakan hasil dari suatu sistem pemrosesan
masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam
informasi yang didapat dalam proses pembelajaran, sedangkan
keluarannya adalah perbuatan perbuatan dan hasil dari suatu pembelajaran
atau kinerja (action). Penguasaan konsep dapat dilihat dari hasil tes tertulis
setelah dilakukannya proses pembelajaran.

17

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan me-ningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
didukung oleh Djamarah dan Zain (1996) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pem-belajaran yang digunakan guru
dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk me-ningkatkan penguasaan materi. Materi
pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan
antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempelajari
ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelajari
konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

F. Kerangka Pemikiran

Dengan menggunakan model siklus pembelajaran POE, pengetahuan yang diperoleh sebagian besar didasarkan pada hasil usaha sendiri atas keterampilan dan
kinerja dari individu maupun kelompok yang dimiliki sehingga peserta didik
mempunyai kesempatan yang luas mencari dan menentukan sendiri apa yang
dibutuhkan.

Model pembelajaran POE adalah singkatan dari predict-observe-explain yaitu
model pembelajaran dimana guru menggali pemahaman siswa dengan cara
meminta mereka untuk melaksanakan tugas utama yaitu prediksi, observasi dan
menjelaskan. Melalui langkah-langkah ini siswa diarahkan untuk membuat

18

prediksi terhadap suatu peristiwa kimia, melakukan percobaan untuk menguji
kebenaran prediksi yang mereka sampaikan sehingga dalam tahap ini siswa diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari
tahap observasi sehingga akhirnya siswa dapat mengkomunikasikan hasil dari
percobaan berdasarkan proses yang dilakukan, sehingga dalam tahap ini siswa
diharapkan dapat meningkatkan pencapaian keterampilan mengkomunikasikan
dan penguasaan konsep.

Berdasarkan uraian diatas apabila pada pembelajaran kimia digunakan model
pembelajaran POE diharapkan siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berkomunikasi, sehingga penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi menggunakan pembelajaran POE akan lebih baik bila dibanding-kan
dengan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi yang dibelajar-kan
melalui pembelajaran konvensional.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswi kelas XI IPA1 semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung
tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
2. Perbedaan n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep
siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.
3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan pencapaian
keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi

19

Termokimia siswa kelas XI IPA1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun
pelajaran 2012/2013 pada kelas sampel diusahakan sekecil mungkin sehingga
dapat diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
Model pembelajaran POE efektif dalam meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi termokimia.

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar
Lampung tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 163 siswa dan tersebar dalam empat
kelas. Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan suatu pertimbangan, berdasarkan
pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penentuan
subyek dalam penelitian ini dipilih peneliti dengan bantuan pihak sekolah. Dalam
pelaksanaan penentuan subyek, peneliti meminta pertimbangan dari Bapak Ali
sebagai guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa kelas XI IPA
SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk menentukan kelas subyek yang akan
digunakan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu skor
pretes, hasil tes keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa sebelum
pembelajaran dan skor postes, hasil tes keterampilan berkomunikasi dan penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa

21

kelas XI IPA1 SMA Gajah Mada Bandar lampung, yang hadir selama proses
pembelajaran dan mengikuti pretes dan postes.
C. Desain dan Metode Penelitia

Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Designs (nondesigns),
dan menggunakan desain one-group pretest-posttest design yaitu ada pemberian tes
awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam satu
kelompok yang sama. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2. Desain penelitian
Kelas

Pretes

Perlakuan

Postes

Kelas sampel

O1

X

O2

O1 adalah pretes yang diberikan sebelum perlakuan, O2 adalah postes yang diberikan
setelah perlakuan. X adalah perlakuan terhadap kelas sampel berupa penerapan
pembelajaran POE(predict-observe-explain).

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi berubahnya variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007). Sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran
POE (Predict-observe-explain). Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah
keterampilan yang ditelii yaitu keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep
pada materi Termokimia siswa kelas XI IPA1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

22

E. Instrumen dan Validitas

1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Soal pretes adalah materi Termokimia yang terdiri dari 10 butir soal pilihan
jamak dan 5 butir soal uraian. (lamp.6 hal: )
b. Soal postes adalah materi Termokimia yang terdiri dari 10 butir soal pilihan
jamak dan 5 butir soal uraian. (lamp.6 hal: )
c. LKS pada kelas eksperimen yang disesuiakan dengan model pembelajaran
POE (Predict-observe-explain) dengan keterampilan berkomunikasi dan
penguasaan konsep yang diukur.
d. Lembar aktivitas, yaitu lembar pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran.
e. Lembar penilaian kemampuan guru mengajar, yaitu lembar pengamatan yang
berisi aspek-aspek yang akan dinilai berupa kecakapan guru dalam mengajar.
2. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen, maka
instrumen yang digunakan harus valid dan bersifat reliabel, dapat membedakan
kelompok atas dan bawah serta memiliki taraf kesukaran yang tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sulit. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan.

23

Pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment
atau penilaian, dan pengujian empirik.
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara
instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian
validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini
pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan
penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila
antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan
penelitian yang bersangkutan. Karena berbagai hal dan keterbatasan peneliti, tim
ahli, dalam hal ini pembimbing, merekomendasikan pengukuran validitas instrumen
saja.

F. Prosedur dan Pelaksanaa Penelitian

1. Tahap prapenelitian
a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan siswa, jadwal dan tata tertib sekolah,
serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai
pendukung pelaksanaan penelitian.
b. Menentukan kelas sampel.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang
akan diteliti, yaitu materi Termokimia.

24

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembalajaran POE (Predict-observe-explain) dengan keterampilan berkomunikasi
dan penguasaan konsep yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas sampel.
e. Membuat soal-soal pretes dan postes berbasis keterampilan berkomunikasi dan
penguasaan konsep.
f. Pengujian validitas instrumen dengan dosen pembimbing.
2. Tahap penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas yaitu pada kelas XI IPA1 diterapkan model
pembelajaran POE (predict-observe-explain). Urutan prosedur pelaksanaannya
sebagai berikut :
a. Melakukan pretes pada kelas sampel.
b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi Termokimia dengan
menggunakan metode pembelajaran POE(predict-observe-explain).
c. Melakukan postes pada kelas sampel.
d. Menganalisis data yang diperoleh dan membuat kesimpulan

25

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di
bawah ini.
Tahap Persiapan dan
Observasi
Penetapan Populasi dan
Sampel
Mempersiapkan
istrumen

Validasi instrumen

Pretest

Pembelajaran
POE(predict-observeexplain)
postest

Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

26

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Menghitung skor pretest dan posttest
Nilai pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya.

2. Menghitung n-Gain
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran POE (project-observe-explain) dalam
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa, maka
dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk menentukan
peningkatan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep siswa berdasarkan hasil
pretes dan postes. Menurut Hake (dalam Meltzer, 2002) rumus N-gain yang digunakan
adalah sebagai berikut:

3. Penentuan kriteria n-gain
Kriteria interpretasi N-gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu :
N-gain > 0,7

(N-gain tinggi)

0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7

(N-gain sedang)

N-gain < 0,3

(N-gain rendah)

37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model siklus belajar POE pada materi termokimia efektif dalam meningkatkan
keterampilan berkomunikasi siswa SMA.
2. Model siklus pembelajaran POE pada materi Termokimia efektif dalam
meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA.
3. Model siklus pembelajaran POE terdiri atas tahapan predict, observe, dan
explain. Dalam pembelajan ini menggunakan LKS sebagai tahapan model
siklus pemebelajaran POE. Tahap pertama adalah predict, dalam tahap ini
siswa diberikan sebuah gambar percobaan. Seperti dalam lks 1 kegiatan 2,
siswa diberikan sebuah gambar percobaan tentang macam – macam sistem.
Kemudian dari gambar tersebut, guru meminta siswa untuk memprediksikan
apakah yang dimaksud ke dalam sistem terbuka, system tertututp, dan system
terisolasi. Kemudian dari prediksi yang di buat siswa maka tahap selanjutnya
adalah observe, tahap ini bertujuan untuk membuktikan prediksi siswa melalui
observasi atau melakukan percobaan. Kemudian siswa di ajak untuk mengisi
hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan. Setelah selesai melakukan

38

percobaan maka dalam tahap selanjtunya adalah explain. Dalam tahap ini
siswa di minta untuk menjelaskan perbedaan antara prediksi yang mereka buat
dengan hasil percobaan yang telah mereka lakukan. Kemudian guru memberkan penguatan terhadap prediksi siswa yang benar dan atau membantu siswa
membenarkan dugaan siswa yang tidak atau kurang tepat.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih maksimal serta memperhatikan pengelolaan kelas yang lebih
terencana dan terorganisasi.
2. Model siklus belajar POE dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran
bagi guru dalam membelajarkan materi termokimia dan materi lain dengan
karakteristik materi yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Dahar, R. W. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Kimia SMA.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Dimyati. 2006. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.
Djamarah, S.B. dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Indrawati dan Setiawan, wanwan. 2009. Pembelajaran inovatif Kreatif dan
Inovatif untuk siswa sekolah dasar. [Online]. Tersedia di
http://www.p4tkipa.org/data/pakem/pdf. [22 Februari 2010].
Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Dikti. Jakarta
Purba, M. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S. Yudianto, S.A. Achamd, Y. Subekti, R.
Rochintawati, D, dan Nurjani, M. 2005. Strategi Belajar Mengajar biologi.
Bandung. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPS UPI.
Rutherford and Ahlgren. 1990. Science for All Americans. Oxford University
Press. New York.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.
Jakarta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.