EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

(Skripsi)

Oleh

NI WAYAN EVIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Februari 2013

Ni Wayan Eviyanti NPM 0853023036


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

Oleh

NI WAYAN EVIYANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran

POEpada materi pokok laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 6 Bandar Lampung kelas XI IPA1Tahun Ajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan metode

Preexperimentaldenganone-group pretest-posttest design. Efektivitas model pembelajaranPOE diukur berdasarkan nilai n-gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai n-gain keterampilan

mengidentifikasi kesimpulan sebesar 0,65. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

POE pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria sedang.


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

Oleh

NI WAYAN EVIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

Judul Skrips : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

Nama Mahasiswa : Ni Wayan Eviyanti Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023036 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M. Si. Dra. Nina Kadaritna, M. Si. NIP 19660824 199111 2 001 NIP 19600407 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ______________ 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Siswo Bangun, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung

Tengah diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kristen 1 Metro pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Himasakta (Himpunan Maha-siswa Pendidikan Eksakta) FKIP Unila dan UKM Hindu Universitas Lampung tahun 2008, penulis menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Terang, Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada Juli 2011.

Penulis dilahirkan di Siswo Bangun, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 23 Mei 1991sebagai anak dari pasangan Bapak Wayan Darwan, S.Pd dan Ibu Ni Nengah Sulatri, A.Ma.Pd.


(8)

PERSEMBAHAN

Om Swasty Astu, Atas asung kerta wara nugraha Brahman, dengan penuh rasa

syukur ku persembahkan tulisan ini kepada :

Teristimewa untuk Bapakku Wayan Darwan, S.Pd dan Mamaku

Ni Nengah Sulatri, A.Ma.Pd tersayang, yang tanpa letih membesarkan dan

mendidikku, terimakasih atas doa yang tiada pernah putus untukku, aku

sangat mencintai kalian.

Kekasih hatiku I Komang Sutawijaya yang selalu memotivasi dan

menyayangiku

Sahabat-sahabat yang selalu kurindukan, terima kasih telah menjadikan

hari-hariku penuh warna


(9)

M O T T O

Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang

lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku

bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi

segala apa yang mereka miliki

(Bhagavad Gita.IX.22)

Terkadang sesuatu yang kita pikirkan lebih menakutkan dari sesuatu yang akan terjadi

( Fadilla Dewi Putri)

Apa yang kau yakini, itulah yang akan terjadi

(Ni Wayan Eviyanti)


(10)

iii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Predict-Observe-Explainpada Materi Laju Reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan Mengidentifikasi Kesimpulan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I atas kesediaan, ketulusan, dan kesabarannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini;

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaannya mem-berikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini; 5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembahas atas kesediaan,

keikhlas-an, dan kesabarannya memberikan bimbingkeikhlas-an, sarkeikhlas-an, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi;


(11)

iv 6. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi PMIPA Unila.

7. Bapak Dra. Hi. Ahyauddin, M. Pd., selaku kepala Sekolah SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

8. Ummi Fitri Yani, S.Si., selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 9. Teman Seperjuanganku Evy, Wayan Giri, Rosmawati, Wirda, Ence, Juslia, Dewi

Putu A., Diana dan Fadila D.P, atas kerjasama dan semangat yang telah diberikan

10. Teman-temanku, Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusus-nya dan pembaca pada umumkhusus-nya.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis,


(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme... 8

B. Model PembelajaranPOE... 10

C. Keterampilan Berpikir Kritis... 13

D. Konsep... 14

E. Kerangka Berpikir ... 23

F. Anggapan Dasar... 24

H. Hipotesis Penelitian... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian... 25

B. Jenis dan Sumber Data ... 25


(13)

vi

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 26

F. Pelaksanaan Penelitian ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 31

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 48

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 61

3. Lembar Kerja Siswa ... 94

4. Kisi-kisi Soal ... 127

5. SoalPretestdanPosttest ... 128

6. Rubrik Penskoran... 131

7. Lembar Penilaian Aspek Afektif... 139

8. Lembar Penilaian Aspek Spikomotor ... 154

9. Data SkorPretest, Posttest,Gain dan n-gain... 163

10. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian... 164

11. Surat izin Penelitian 165 12. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 166


(14)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis ... 15 2. Analisis Konsep ... 18

3. Desain penelitian 26

4. Klasifikasi gain (g) 30

5. Data rata-rata nilaipritest, posterstdan n-gain dari keterampilan

mengidentifikasi kesimpulan 31

6. Data Skorpretest, posttest, Gain, dan n-Gain Keterampilan


(15)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 28 2. Diagram rata-rata perolehan nilaipretestdanpostest


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2005.Memahami Berfikir Kritis. Tanggal Akses 12 Agustus 2011. http://re-searchengines.com/1007arief3.html

Ali, M. 1992.Strategi Penelitian Pendidikan.Angkasa. Bandung.

Anitah, S, dkk. 2007.Strategi Pembelajaran Kimia. Universitas Terbuka. Jakarta Arends, R. I. 2008.Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bell, G.M.E. 1994.Belajar dan Membelajarkan.PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Creswell, John W. 1994.Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Sage Publications. London

Dahar, R.W. 1989.Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia.Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ennis, R.H. 1985.Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).

Fadiawati, N. 2007.Deskripsi Pembelajaran David Ausubel. Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Hake, R. R. 1999.Analyzing Change-Gain Scores.

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Diakses 20 Juni 2012.

Indrawati dan Setiawan. 2010.Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah Dasar.Jakarta : PPPPTK IPA

Komalasari, Kokom. 2010.Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama. Bandung.


(17)

46

Nurhayati, Hera. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Poe (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Difusi Dan Osmosis Di Kelas VIII.Skripsi. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Nurjanah. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa MTS.Tesis. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Purba, M. 2006.Kimia Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran problem solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi pada Siswa.

Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sudarwan, Danim. 2003.Menjadi Komunitas Pembelajaran.Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Suparno, A Suhaenah. 2001.Membangun Kompetensi Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas menjadi tolak ukur peradaban suatu bangsa yang berkualitas. Berdasarkan Undang-undang No.20 Tahun 2003, tentang pendidikan nasional yang mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi peserta didik yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab dalam mencer-daskan kehidupan bangsa (Sugiyono, 2012).

Proses pembelajaran pada ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya mencakup penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam pene-rapannya dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006).

Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA, yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam, yang menyebabkan kimia mempunyai karakteristik IPA.


(19)

Karak-2

teristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Pada awalnya kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berda-sarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangannya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (induktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan ener-getika zat. Tujuan pembelajaran kimia adalah menumbuhkan kemampuan ber-pikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia yang digunakan adalah pembelajaran konvensional dimana pembelajaran sangat didominasi dengan ceramah dan penjelasan dari guru atau berpusat pada guru (teacher centered learning),tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya kon-sep dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa, pembelajaran menjadi sangat abstrak dan monoton yang tidak menghubung-kannya dengan dunia nyata, sehingga siswa dalam proses belajar mengajar belum dilatih berpikir kritis khususnya pada kemampuan untuk keterampilan mengi-dentifikasi kesimpulan. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam bertanya, memberi pendapat dan sanggahan, serta menjawab pertanyaan dari guru atau teman.

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan sesuai untuk materi laju reaksi adalah model pembela-jaranPOE. Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang


(20)

3

menggunakan metode eksperimen yang dimulai dengan penyajian persoalan kimia dimana peserta didik diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi dilanjutkan dengan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoa-lan kimia dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan. Hal ini sesuai dengan materi laju reaksi seperti fenomena kimia yang terjadi di kehidupan sehari-hari mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti luas permukaan, suhu, katalis, konsentrasi dan tekanan sebagai pertanyaan dugaan awal (prediksi) dan untuk membuktikannya membutuhkan suatu percobaan (observasi) di laboratorium, akhirnya siswa dapat mengidentifikasi kesimpulan dari percobaan tersebut (menjelaskan).

Komponen dari POE yaitu Predict(prediksi) adalah suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa kimia, dalam membuat dugaan siswa sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan sepert itu. Observe(observasi) yaitu melakukan percobaan pengamatan apa yang terjadi. Explain(eksplanasi) yaitu pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi sehingga akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan proses yang dilakukan, sehingga dalam tahap ini siswa dapat meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan yang merupakan bagian dari berfikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lain-nya. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah


(21)

4

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka me-mecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemung-kinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian Nurhayati (2012), bertujuan untuk menganalisis hasil penerapan model pembelajaranPOEsebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa pada konsep difusi dan osmosis di kelas VIII. Penelitian ini merupakan penelitianweak eksperimentdengan desain penelitianOne-Group Pretest-Posttest Design. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaranPOEdapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian Nurjanah (2011), bertujuan untuk menganalisis peningkatan penguasaan konsep tekanan dan keterampilan berfikir kreatif siswa MTs. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan desainPritest-postest control group design. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

POEdapat meningkatkan penguasaan konsep tekanan dan keterampilan berfikir kreatif siswa MTs.

Berdasarkan hal tersebut, diharapkan modelPOEdapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

khususnya dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan dari jawaban yang diberikan. Dalam upaya meningkatkan keterampilan


(22)

5

mengidentifikasi kesimpulan, khususnya pada materi pokok laju reaksi, maka sudah dilaksanakan penelitian yang berjudul : Efektivitas Model Pembelajaran

Predict-Observe-Explain pada Materi Laju Reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan Mengidentifikasi Kesimpulan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah efektivitas model pembelajaranPOEpada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin di capai adalah untuk mendeskripsikan efektifitas model pembelajaranPOE pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti

Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung dalam kegiatan

membelajarkan kimia dengan menerapkan model pembelajaranPOE sebagai model alternatif baik pada materi laju reaksi maupun materi lain yang


(23)

6

2. Siswa

Melalui modelPOE diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Guru

Model pembelajaranPOE merupakan salah satu alternatif model

pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru pada materi laju reaksi.

4. Sekolah

Penerapan modelPOEdalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaranPOE adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 langkah utama yaitu (1)predict

(prediksi), (2)observe(pengamatan), (3)explain(menjelaskan)

2. Keterampilan mengidentifikasi kesimpulan adalah keterampilan berpikir kritis yang diteliti menurut Ennis (1985).

3. EfektivitasPOEditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang


(24)

9

Tabel 2. Analisis konsep materi laju reaksi

Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep

Contoh ContohNon Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Laju Reaksi Menyatakan laju perubahan konsentrasi zat-zat komponen reaksi yaitu zat pereaksi (reaktan) atau zat hasil reaksi (produk), setiap satuan waktu yang berlangsung dalam orde tertentu. Abstrak Laju Perubahan Konsentrasi zat komponen reaksi dan hasil reaksi Satuan Waktu Tumbukan efektif Orde reaksi Konsentrasi zat komponen reaksi Suhu Luas permukaan Katalis Perubahan konsentrasi Persamaan laju reaksi Orde reaksi Persamaan laju reaksi aA+ bB pP + qQ

Perkaratan besi Kembang api Tumbu-kan efektif Tumbukan yang mempunyai energi yang cukup untuk memutus-Abstrak Tumbukan Energi cukup Ikatan kimia Molekul pereaksi dalam wadahnya selalu bergerak Partikel-partikel pereaksi dalam suatu reaksi Molekul pereaksi Molekul hasil reaksi

- K +

CH3I→ KI + CH3 -1 9 1 9


(25)

kan ikatan-ikatan kimia pada zat yang bereaksi dan mengha-silkan energi.umbu kan Zat yang bereaksi Mengha-silkan energi ke segala arah. Konsen-trasi larutan Menyatakan hubungan kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Berda-sarkan prinsip Hubungan kuantitatif Komposisi zat terlarut dan pelarut Larutan Bergan-tung pada jumlah mol spesi zat terlarut dalam larutan Faktor-faktor yang mempe-ngaruhi tumbukan efektif. Luas Permuka-an bidPermuka-ang sentuh Katalis Tempera-tur

- HCl 2M

HCl 3M -Luas permu-kaan bidang sentuh Ukuran besarnya bidang sentuh Berda-sarkan prinsip Ukuran Bidang sentuh Bergan-tung pada ukuran kepingan zat padat. Faktor-faktor yang mempe-ngaruhi tumbukan efektif. Konsen-trasi larutan Katalis Tempera-tur - Batu kapur serbuk Batu kapur kepi-ngan

-Katalis suatu zat yang berfungsi memper-Abstrak Zat sebagai katalis dalam Bergan-tung pada suatu zat yang Faktor-faktor yang mempe-Luas Permuka-an bidPermuka-ang sentuh

- nikel (Ni), platina (Pt), dan


(26)

cepat terjadinya reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. reaksi digunakan sebagai katalis ngaruhi tumbukan efektif. Konsen-trasi larutan Tempera-tur (Cr). Tempe-ratur Intensitas energi panas suatu zat atau benda. Dengan menaikkan temperatur, maka hal ini akan memper-besar energi potensial, sehingga ketika bertumbu-kan abertumbu-kan menghasil-kan reaksi. Berda-sarkan prinsip Inetensitas panas Energi potensial Tumbuka Mengha-silkan energi Bergan-tung pada kalor yang diberikan dalam suatu reaksi Faktor-faktor yang mempe-ngaruhi tumbukan efektif. Luas Permuka-an bidPermuka-ang sentuh Katalis Konsen-trasi larutan

- 25oC 50oC

-Orde reaksi tingkat reaksi Berda-sarkan Tingkat reaksi Memper-kirakan Konsen-trasi zat Jumlah molekul

- v = k[A]n - 2


(27)

terhadap suatu komponen yang merupakan pangkat dari konsentrasi komponen tersebut. prinsip Kompo-nen reaksi Pangkat Konsen-trasi komponen sejauh mana konsen-trasi zat pereaksi mempe-ngaruhi laju reaksi tertentu

pereaksi pereaksi bila m=1 n=3 Energi Aktivasi Merupakan energi minimum agar suatu reaksi dapat berlangsung. Abstrak Energi minimum Berlang-sungnya suatu reaksi Jumlah energi yang tersedia Energi Energi ionisasi

- B + K > BK

BK + A > A-B-K

A-B-K > A-B + K

-2


(28)

20

A. Kerangka Berpikir

Diperlukan model pembelajaran untuk dapat melatih keterampila berpikir kritis siswa, yang mengaharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaranPOE. Model pembelajaranPOEyaitu model pembelajaran dimana guru menggali pemahaman siswa dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tugas utama yaituPredict(prediksi),

Observe(observasi) danExplain(menjelaskan).

Pada tahap pertama yaitupredict(prediksi), dalam pembelajaran guru akan menunjukan suatu fenomena yang terjadi saat itu, kemudian siswa diminta untuk memperkirakan peristiwa yang akan datang. Dalam kegiatan ini siswa akan mem-buka memorinya yang berhubugan dengan fenomena yang akan dipredikskan atau mengingat pengalaman yang berkaitan dengan fenomena yang akan diprediksikan dan mencari informasi yang berhubungan dengan fenomena yang akan dipre-diksikan. Pada tahap kedua yaituobserve(observasi) siswa akan melakukan kegiatan menggamati fenomena yang terjadi sehingga siswa dapat mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau fenomena yang terjadi. Pada tahap ketiga yaituexplain(menjelaskan) merupakan kegiatan dimana guru meminta siswa untuk memaparkan hasil pengamatan mereka serta menjelaskannya, terutama tentang kesesuaian antara dugaan awal dengan hasil eksperimen dari tahap observasi sehingga akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan proses yang dilakukan, sehingga melalui tahap-tahap ini siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

23


(29)

Berdasarkan uraian diatas apabila pada pembelajaran kimia khususnya pada materi laju reaksi digunakan model pembelajaranPOEdiharapkan efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan, sehingga perlu

dilakukan penelitian tentang efektifitas model pembelajaranPOEpada materi laju reaksi di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

B. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI IPA1semester ganjil SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.

2. Perbedaann-gainketerampilan mengidentifikasi kesimpulan siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.

3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan pada materi laju reaksi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 pada kelas sampel diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Model pembelajaranPOE pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

24


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2009).

Menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) mengemukakan:

Dalam paham konstruktivisme, pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri (Glasersfeld:1989). Glasersfeld menegaskan bahwa

pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur penegtahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat, melainkan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh

dialaminya. Pengetrahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan segai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, ataupun lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).

Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu


(31)

9

saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarakan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalam kog-nitif dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal mengin-terpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.

Paham konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010). Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masa-lah yang dihadapi dalam lingkungannya. Persyaratan penting untuk terjadinya asimilasi adalah struktur internal yang menggunakan informasi baru. Namun seseorang sering tidak memadukan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya karena tidak memiliki struktur asimilasi yang cocok. Akomodasi ialah penye-suaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi ialah penyepenye-suaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi. Dalam proses akomodasi ini seseorang memerlukan modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Asimilasi dan akomodasi


(32)

ber-10

fungsi bersama-smaa dalam menghadapi lingkungan (beradaptasi) pada semua tingkat fungsi intelek. Dalam perkembangan intelektual, akomodai mempunyai arti dalam pengubahan struktur kognitif individu. Bila ia menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian lingkungan, ia akan mengorganisasikan dara berpikir sebelumnya. Reorganisasi inilah yang menghasilkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Ekuilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/ seimbang. Ekuilibrasi bukan keseimbangan dalam hal kekuatan melainkan merupakan proses yang dinamis yang secara terus mene-rus mengatur tingkah laku. Proses Ekuilibrasi ini disebut juga proses penyeim-bangan antara Tanpa proses perkembangan intelektual seorang akan terganggu dan berlangsung secara tidak seimbang (Bell, 1994).

Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan

pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkem-bangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentangzone of proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual, menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan


(33)

11

orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkembangan inilah yang disebutnya sebagaizone of proximal development(Arends dalam Septiana, 2012).

B. Model PembelajaranPOE

Model pembelajaran POE lahir dari paham kontruktivisme. Model pembelajaran

POEmerupakan model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang di mulai dengan penyajian persoalan kimia dimana siswa diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi, di lanjutkan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoalam kimia dan kemudian di buktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan.

Model pembelajaranPOEpertama kali diperkenalkan oleh White dan Gustone (1992) dalam bukunyaProbing Understanding (Mabout. 2006). Model pembelajaranPOEdinyatakan sebagai model pembelajaran yang efisien untuk memperoleh dan meningkatkan berfikir kritis, serta menimbulkan ide atau gagasan siswa dan melakukan diskusi dari ide mereka.

Model PembelajaranPOE menggali pemahaman melalui 3 (tiga) langkah utama, yaitu prediction(prediksi), observation(observasi) dan explanation(eksplanasi) menurut Indrawati dan Setiawan (2009) ketiga langkah utama dalam model pembelajaranPOEyaitu yang pertama adalah prediction(prediksi) pada tahap ini peserta didik diajak menduga apa yang akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari, kedua adalah observation(observasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan, menunjukan proses atau


(34)

12

demonstrasi dan peserta didik diminta untuk mencatat apa yang akan terjadi dan yang ketiga adalah explanation(eksplanasi) pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuat dengan hasil observasinya.

Model PembelajaranPOE menurut Hakim (2012) menyatakan bahwa, model pembelajaranPOE memilki 3 (tiga) langkah secara terinci, yang dimulai dengan guru menyajikan peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri dengan menghadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun ketiga langkah model pembelajaranPOEyaitu pada langkah pertama adalah membuat prediksi atau dugaan (P) yang dimulai dengan guru menyajikan suatu permasalahan atau persoalan kimia, kemudian siswa diminta untuk membuat dugaan (prediksi). Dalam membuat dugaan siswa di minta untuk berfikir tentang alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Pada langkah kedua yaitu melakukan observasi (O) yang dilakukan dengan cara guru mengajak siswa melakukan eksperimen berkai-tan dengan permasalahan kimia yang disajikan di awal, kemudian siswa di minta mengamati apa yang terjadi, lalu siswa menguji apakah dugaan mereka benar atau salah, dan pada langkah yang ketiga yaitu menjelaskan (E) yang dilakukan jika dugaan siswa ternyata terjadi dalam eksperimen, guru dapat merangkum dan memberi penjelasan untuk menguatkan hasil eksperimen yang dilakukan,

kemudian jika dugaan siswa tidak terjadi dalam eksperimen yang di lakukan maka guru membantu siswa mancari penjelasan mengapa dugaannnya tidak benar atau guru dapat membantu siswa untuk mengubah dugaanya dan membenarkan dugaan yang semula tidak benar.


(35)

13

Oleh karena itu guru harus memahami karakter peserta didik sehingga materi IPA akan dapat tersampaikan secara optimal. Maka orientasi guru dalam mengajar tidak hanya sebatas menyelesaikan materi ajar saja tetapi juga tetap memperhati-kan paham atau tidaknya siswa terhadap bahan ajar tersebut. Menurut Suparno (2007) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaranPOEadalah sebagai berikut:

1. Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu; 2. Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak; 3. Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas masalah; 4. Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.

Menurut Nurjanah (2011), model pembelajaranPOEmemiliki beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :

Kelebihan model pembelajaranPOE,yaitu a. Merangsang peserta didik untuk lebih kreaktif khusunya dalam mengajukan prediksi; b. Dengan melakukan eksperimen dalam prediksinya dapat mengurangi verbalisme;

c. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, karena peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi mengamati peristiiwa yang terjadi melalui eksperimen; d. Dengan mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara dugaanya dengan hasil pengamatanya. Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Kelemahan model pembelajaranPOE,yaitu a. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan kimia dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajuka peserta didik; b. Untuk melakukan pengamatan langsung memerlukan bahan-bahan, peralatan dan tempat yang memadai; c. Untuk kegiatan eksperimen memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional; d. Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan dan proses pembelajaran peserta didik.

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Secara umum berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan


(36)

14

pola perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hubungan kompleks dikembangkan melalui berpikir. Hubungan ini saling terkait dengan struktur yang mapan dan dapat diekspresikan oleh pemikir dengan bermacam-macam cara. Jadi berpikir merupakan upaya kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang kreatif (Costa dalam Liliasari, 2001).

Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wacana terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang yang logis, memahami asumsi dan biasa yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Mengajarkan keterampilan berpikir dan memadukannya dengan materi pembelajaran dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif. Menurut Ennis (1996)Critical thingking is reasonable, reflective thingking that is focused on deciding what to believe or do. Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun


(37)

15

penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan; 2. Menganalisis argumen; 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan; 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber; 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi; 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan; 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi; 10. Mengidentifikasi asumsi; 11. Memutuskan suatu tindakan; 12. Berinteraksi dengan orang lain.

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan

kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis

argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat bukan bukan pertanyaan

d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu

argumen

f. Membuat ringkasan Bertanya dan

menjawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide

utamamu?

Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....? 2 Membangun

keterampilan dasar

Mempertimbangka n apakah sumber dapat dipercaya atau tidak a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber d. Mempertimbangkan


(38)

16

reputasi

e. Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat

f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi

g. Kemampuan untuk memberikan alas an h. Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan

mempertimbang-kan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang

singkat antara observasi dan laporan

c. Melaporkan hasil observasi

d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti

yang benar

f. Menggunakan akses yang baik

g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil observasi 3 Menyimpul-kan Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum

b. Mengemukakan

kesimpulan dan hipotesis Membuat dan

menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang

dapat diterima

d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan masalah. 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

a. Membuat bentuk definisi(sinonim, klasifikasi, rentang

ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh)

b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan


(39)

17

b. Mengkonstruksi argumen 5 Mengatur

strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif

d. Menentukan tindakan sementara

e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya Berinteraksi

denganorang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi

logika

c. Menggunakan strategi retorika

d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan

Indikator berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini adalah menganalisis argumen, yang berfokus pada sub indikator keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

D. Konsep

Konsep merupakan suatu abstraksi yang melibatkan hubungan antar konsep (relational concepts)dan dapat dibentuk oleh individu dengan mengelompokkan obyek, merespon obyek tersebut dan kemudian memberinya label (concept by definition). Oleh karena itu, suatu konsep mempunyai karakteristik berupa hirarki konsep dan definisi konsep. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan penga-jaran bagi pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal seperti nama konsep, atribut-atribut variabel dari konsep,


(40)

18

definisi konsep, contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, hubungan konsep dengan konsep-konsep lain (Dahar, 1989).


(41)

25

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1SMA Negeri 6 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 31 siswa perempuan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) kepada siswa. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas XI IPA1SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

C. Desain dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalahPre-Experimentaldan menggunakan desainone-group pretest-posttest designyaitu ada pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan (pretest) dan tes akhir setelah diberi perlakuan (posttest)dalam satu kelompok yang sama (Sugiyono, 2012; Creswell, 1994).


(42)

26

Tabel 3. Desain penelitian

O1 X O2

(Sugiyono, 2012; Creswell, 1994)

Dengan keterangan O1adalah nilaipretestsebelum diberikan perlakuan, O2 adalah nilaipostestsetelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan yang berupa pembelajaranPOE.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran dan sebagai variabel terikat adalah keterampilan mengidentifikasi kesimpulan siswa pada materi laju reaksi.

E. Instrumen dan Validitas penelitian 1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

a. LKS kimia yang menggunakan model POE sejumlah 5 LKS

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

c. Soal pretest dan postest yang berjumlah 5 soal essay.

d. Lembar aktivitas, yaitu lembar pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.


(43)

27

Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah ataudomainyang diukur. Pengujian kevalidan isi pada penelitian ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukanjudgment

diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.

F. Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan sarana prasarana di sekolah.

b. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu kelas XI IPA1.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model pembelajaranPOEdengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.


(44)

28

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas menggunakan model pembelajaranPOE. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukanpretestpada kelas sampel.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai dengan model pembelajaranPOE.

c. Melakukanposttestpada kelas sampel.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini :

Gambar 1. Alur penelitian G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Observasi Penentuan Subyek Penyusunan Instrumen

Pretest

Treatment (PembelajaranPOE) Postest

Analisis data Kesimpulan


(45)

29

1. Hipotesis

Model pembelajaranPOEpada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

2.Nilai akhir

Nilai akhirpretestataupostestdirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = skor yang diperoleh siswa

skor maksimum × 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung Gain. 3. Gain ternormalisasi

N-gain merupakan perbandingan antara selisih skorpretestdan skorposttest

dengan selisih skor maksimum dan skorpretest. N-gain digunakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. N-gain dirumuskan sebagai berikut:

n gain = ( )

( )

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut :


(46)

30

Besarnya g Interpretasi

g > 0. 7 Tinggi

0,3 Sedang

Rendah


(47)

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaranPOE pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan SMA Negeri 6 Bandar Lampung dengan kriteria sedang.

2. Perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilaipretestdanpostest

keterampilan mengidentifikasi kesimpulan yaitu padapretestrata-rata nilai adalah 37,83 dan rata-rata nilaipostestadalah 78,33 sehingga didapatkan rata-rata nilai n-gain adalah 0,65.

3. Peningkatan nilai pada lembar penilaian afektif kognitif dan psikomotor dari pertemuan kedua sampai pertemuan keenam, diartikan bahwa penerapan model pembelajaranPOE dalam pembelajaran dinilai menarik dan dapat membatu siswa dalam meningkatkann keterampilan mengidentifikasi kesimpulan. B. saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa hendaknya melakukan observasi dengan matang untuk menyesuaikan keadaan sekolah dengan model pembelajaranPOEdan membuat perencanaan serta skenario


(48)

44

pembelajaran dengan matang sehingga pembelajaran lebih efektif dan maksimal.

2. LKS dengan menggunakan model pembelajaranPOE ini, sebagai media pembelajaran perlu upaya pengembangan yang lebih baik agar lebih efektif dan menarik sehingga dapat menunjang proses pembelajaran.

3. Model pembelajararanPOEdapat dipakai sebagai model pembelajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa.

4. Untuk sekolah diharapkan menyediakan alat dan bahan praktikum yang lengkap dan memadai untuk melakukan praktikun agar model pembelajaran

POE dapat dipakai sebagai model pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(1)

Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah ataudomainyang diukur. Pengujian kevalidan isi pada penelitian ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukanjudgment

diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan sarana prasarana di sekolah.

b. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu kelas XI IPA1.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model pembelajaranPOEdengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.


(2)

Prosedur pelaksanaan di kelas menggunakan model pembelajaranPOE. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukanpretestpada kelas sampel.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai dengan model pembelajaranPOE.

c. Melakukanposttestpada kelas sampel.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini :

Gambar 1. Alur penelitian G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Observasi Penentuan Subyek

Penyusunan Instrumen

Pretest

Treatment (PembelajaranPOE) Postest

Analisis data Kesimpulan


(3)

1. Hipotesis

Model pembelajaranPOEpada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

2.Nilai akhir

Nilai akhirpretestataupostestdirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = skor yang diperoleh siswa

skor maksimum × 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung Gain.

3. Gain ternormalisasi

N-gain merupakan perbandingan antara selisih skorpretestdan skorposttest dengan selisih skor maksimum dan skorpretest. N-gain digunakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. N-gain dirumuskan sebagai berikut:

n gain = ( )

( )

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut :


(4)

Besarnya g Interpretasi

g > 0. 7 Tinggi

0,3 Sedang

Rendah


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaranPOE pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan SMA Negeri 6 Bandar Lampung dengan kriteria sedang.

2. Perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilaipretestdanpostest

keterampilan mengidentifikasi kesimpulan yaitu padapretestrata-rata nilai adalah 37,83 dan rata-rata nilaipostestadalah 78,33 sehingga didapatkan rata-rata nilai n-gain adalah 0,65.

3. Peningkatan nilai pada lembar penilaian afektif kognitif dan psikomotor dari pertemuan kedua sampai pertemuan keenam, diartikan bahwa penerapan model pembelajaranPOE dalam pembelajaran dinilai menarik dan dapat membatu siswa dalam meningkatkann keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

B. saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa hendaknya melakukan observasi dengan matang untuk menyesuaikan keadaan sekolah dengan model pembelajaranPOEdan membuat perencanaan serta skenario


(6)

maksimal.

2. LKS dengan menggunakan model pembelajaranPOE ini, sebagai media pembelajaran perlu upaya pengembangan yang lebih baik agar lebih efektif dan menarik sehingga dapat menunjang proses pembelajaran.

3. Model pembelajararanPOEdapat dipakai sebagai model pembelajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa.

4. Untuk sekolah diharapkan menyediakan alat dan bahan praktikum yang lengkap dan memadai untuk melakukan praktikun agar model pembelajaran POE dapat dipakai sebagai model pembelajaran kimia yang dapat