Bahasa Indonesia Baku

(1)

BAHASA INDONESIA BAKU

DOSEN PEMBIMBING Andi Adam S.pd. M.pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK III

Ketua : Jumriani Nur (90100115008) Anggota : Meyska Fardani (90100115027) Samsul Bahri (90100115006) Eva Kurniawati (90100115034) Indah Khaerunnisa (90100115040)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

EKONOMI ISLAM 2016/2017


(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Cikal bakal Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda.Menurut sugono (2007) sikap politik pemuda nusantara yang menyatakan “memjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia “ merupakan pengakuan terhadap banyaknya bahasa di Indonesia sebanyak 746 bahasa.Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,disamping menjadi alat komunikasi antar etnik yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama,bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnik di Indonesia.Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara yang ditetapkan sehari setelah hari proklamasi kemerdekaan republic Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam pasal 36 UUD 1945,sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan dalam mengelola Negara dalam situasi formal,seperti interaksi dikantor-kantor,disekolah-sekolah,pidato dan ceramah serta secara tertulis dalam buku. Namun tidak semua orang menggunakan tatacara atau aturan-aturan yang benar,salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan.

Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. Mereka tidak mampu membedakan antara bahasa yang baku dan yang nonbaku. Pateda (Alwi, 1997:30) mengatakan bahwa, “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang


(3)

baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku.”

Slogan “Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah.’’ Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan.


(4)

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan di bahas dalam Makalah ini, yaitu :

a. Apa itu Bahasa Baku ?

b. Bagaimana Proses Terrjadinya Pembakuan Bahasa Baku ?

c. Bagaimana Ciri-ciri Bahasa Baku ?

d. Bagaimana Fungsi Bahasa Baku ?

e. Mengapa penggunaan bahasa baku sangat minim di dalam kehidupan masyarakat ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk : a. Menjelaskan pengertian dari Bahasa Baku

b. Menjelaskan Proses Terjadinya Pembakuan Bahasa Baku c. Menjelaskan Ciri-ciri Bahasa Baku

d. Menjelaskan Fungsi Bahasa Baku

e. Menjelaskan minimnya penggunaan Bahasa Baku di dalam Kehidupan masyarakat

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk :


(5)

b. Mengetahui Proses Terjadinya Pembakuan Bahasa Baku

c. Mengetahui Ciri-ciri Bahasa Baku

d. Mengetahui Fungsi Bahasa Baku

e. Mengetahui minimnya Penggunaan Bahasa Baku dalam kehidupan masyarakat

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Bahasa Baku

Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menghubungkan seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan ada dua pengertian dari bahasa yaitu pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah


(6)

dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada saat proses belajar mengajar di dalam dunia pendidikan , pada urusan resmi pekerjaan misalnya saat rapat besar, dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku.

2.2. Proses Terjadinya Pembakuan Bahasa

Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia, sebab bahasa merupakan alat bagi manusia untuk berinteraksi. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam prakteknya kita sering menggunakan kata non baku. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakan sama yaitu bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan


(7)

bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. Pembakuan bahasa juga dibutuhkan masyarakat. Usaha pembakuan bahasa tersebut bertujuan agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, cepat, dan efisien dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

Pembakuan disebut juga standardisasi. Menurut J.S. Badudu pembakuan atau standardisasi adalah penetapan aturan-aturan atau norma-norma bahasa. Berdasarkan bahasa yang dipakai oleh masyarakat, ditetapkan pola-pola yang berlaku pada bahasa itu. Pola yang dipilih itulah yang dijadikan acuan. Bila kita akan membentuk kata atau menyusun kalimat, maka bentukan itu haruslah mengacu pada pola bahasa yang sudah ditetapkan. Pembakuan bahasa dapat dilakukan terhadap tulisan, ejaan, ucapan, perbendaharaan kata, pembentukan istilah, dan penyusunan tata bahasa. Pembakuan bahasa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :

1. Standardisasi dapat dilakukan secara spontan, seperti penetapan bahasa Melayu Riau sebagai standar bahasa Melayu yang dipakai oleh sekolah-sekolah sebelum Perang Dunia ke-2,

2. Standardisasi dapat dilakukan secara terencana, seperti penyusunan suatu sistem ejaan, misalnya ejaan Suwandi, Van Ophyusen, dan penerapan istilah-istilah ilmu pengetahuan oleh Komisi Istilah.

2.3. Ciri-ciri Bahasa Baku

Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.


(8)

2. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

3. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.

Ciri-ciri lain bahasa baku adalah:

1. tidak terpengaruh bahasa daerah;

2. tidak dipengaruhi bahasa asing;

3. bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;

4. pemakaian imbuhannya secara eksplisit;

5. pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;

6. tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

2.4. Fungsi Bahasa Baku

Bahasa baku ialah salah satu daripada variasi bahasa yang diangkat dan disepakati ragam bahasa yang akan dijadikan kayu pengukur sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara lisan atau tulisan.

Selain fungsi penggunaannya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahasa baku menurut Gravin dan Mathiot (1956:785-787) juga mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, iaitu :

a. Fungsi pemersatu b. Fungsi pemisah


(9)

c. Fungsi harga diri d. Fungsi kerangka rujuk

1. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemersatu

Bahasa baku sebagai fungsi pemersatu adalah kesanggupan bahasa baku untuk meghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat terciptanya kesatuan dalam masyarakat tutur dalam bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialektal dan menyatukan masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.

Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka kemungkinan terbesar masyarakat tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.

2. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemisah

Bermaksud bahwa ragam bahasa baku itu dapat memisahkan atau membedakan penggunaan bahasa tersebut untuk situasi yang formal dan tidak formal. Para penutur perlu tahu menentukan bila dia harus menggunakan ragam yang baku dan ragam tidak baku. Pemisahan kedua-dua ragam bahasa tersebut tidak akan menimbulkan


(10)

persoalan sosial selama ragam-ragam tersebut digunakan sesuai pada tempatnya. Misalnya, ragam tidak baku digunakan apabila seseorang penutur hendak berbicara dengan rekan-rekan, ibu bapak, dan sebagainya, manakala ragam baku digunakan apabila berbicara dengan orang yang tidak dikenali, dengan orang yang berpangkat tinggi, dan dengan orang lebih tua daripada penutur.

3. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Harga Diri

Bermaksud pemakai ragam baku itu akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tinggi daripada yang tidak dapat menggunakannya. Hal ini demikian kerana, ragam bahasa baku biasanya tidak dapat dipelajari daripada lingkungan keluarga atau linkungan sehari-hari. Ragam bahasa baku hanya dapat dicapai melalui pendidikan formal, yang tidak menguasai ragam baku tentu tidak dapat masuk ke dalam situasi-situasi formal, di mana ragam baku itu harus digunakan. Ragam bahasa baku juga merupakan lambang atau simbol suatu masyarakat tutur.

4. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Kerangka Rujuk

Bermaksud bahwa ragam bahasa baku itu akan dijadikan pengukur untuk norma pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum. Ini mungkin lebih kepada kesepakatan ramai (kovensional) dalam sebuah masyarakat penutur. Misalnya, dalam bahasa Melayu ‘kerusi’ merujuk sesuatu yang dibina daripada kayu dan mempunyai empat kaki. Dalam bahasa Inggeris, ‘kerusi’dipanggil ‘chair’.

2.5. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku dalam Kehidupan Masyarakat


(11)

Di dalam masyarakat kita saat ini masih banyak orang yang tidak menggunakan bahasabaku, mereka cenderung menggunakan bahasa gaul. Namun terkadang mereka juga berbicara dengan menggunakan logat daerahnya masing-masing. Kebanyakan orang yang menggunakan bahasa baku ialah kalangan terpelajar yang sopan dan beretika. Mereka berbicara kepada orang yang lebih tua, atau pejabat dengan menggunakan bahasa yang baik, bahasa yang baku dan tidak menggunakan bahasa gaul. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain .Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam praktiknya kehidupan sehari-hari sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu di perhatikan waktu dan kesempatan, misalnya kapan kita menggunakan bahasa baku pada situasi resmi dan ilmiah . Bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari di masyarakat Indonesia , dapat kita ambil contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa baku hanya nampak dan terdengar hanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit per hari. Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan,pemilihan nama acara televisi,dan praktik bahasa di dalam siaran itu sendiri. Alasannya beragam, bahasa baku tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat penghayatan pembaca.


(12)

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN 3.1. Simpulan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada bahasa terdapat dua bahasa yaitu bahsa baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku merupakan bahasa standar atau pokok yang di gunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi yang mewakili semua bahasa yang ada di Negara Indonesia. Bahasa Indonesia baku pada umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya di pelajari di sekolah dan di gunakan pada lingkungan dan keadaan resmi. Bahasa Indonesia Baku merupakan suatu bahasa yang sangat penting karena salah satu Fungsinya itu sebagai Bahasa Pemersatu Negara.


(13)

Dengan adanya makalah ini, kita menyadari pentingnya Bahasa Indonesia Baku sebagai bahasa pemersatu di antara masyarakat. Pembaca di harapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia Baku di dalam kehidupan social di dalam masyarakat, dengan mengurangi penggunaan bahasa gaul yang dari hari ke hari semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, (1984). Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia. Laporan Penelitian untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: FPBS-IKIP Jakarta

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, G. 1991. Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah. Jakarta: Gramedia.

http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-baku.html

https://unserebloggie.wordpress.com/2013/05/09/kelompok-2-bahasa-indonesia-baku/


(14)

(1)

c. Fungsi harga diri d. Fungsi kerangka rujuk

1. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemersatu

Bahasa baku sebagai fungsi pemersatu adalah kesanggupan bahasa baku untuk meghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat terciptanya kesatuan dalam masyarakat tutur dalam bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialektal dan menyatukan masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.

Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka kemungkinan terbesar masyarakat tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.

2. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemisah

Bermaksud bahwa ragam bahasa baku itu dapat memisahkan atau membedakan penggunaan bahasa tersebut untuk situasi yang formal dan tidak formal. Para penutur perlu tahu menentukan bila dia harus menggunakan ragam yang baku dan ragam tidak baku. Pemisahan kedua-dua ragam bahasa tersebut tidak akan menimbulkan


(2)

persoalan sosial selama ragam-ragam tersebut digunakan sesuai pada tempatnya. Misalnya, ragam tidak baku digunakan apabila seseorang penutur hendak berbicara dengan rekan-rekan, ibu bapak, dan sebagainya, manakala ragam baku digunakan apabila berbicara dengan orang yang tidak dikenali, dengan orang yang berpangkat tinggi, dan dengan orang lebih tua daripada penutur.

3. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Harga Diri

Bermaksud pemakai ragam baku itu akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tinggi daripada yang tidak dapat menggunakannya. Hal ini demikian kerana, ragam bahasa baku biasanya tidak dapat dipelajari daripada lingkungan keluarga atau linkungan sehari-hari. Ragam bahasa baku hanya dapat dicapai melalui pendidikan formal, yang tidak menguasai ragam baku tentu tidak dapat masuk ke dalam situasi-situasi formal, di mana ragam baku itu harus digunakan. Ragam bahasa baku juga merupakan lambang atau simbol suatu masyarakat tutur.

4. Bahasa Baku Sebagai Fungsi Kerangka Rujuk

Bermaksud bahwa ragam bahasa baku itu akan dijadikan pengukur untuk norma pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum. Ini mungkin lebih kepada kesepakatan ramai (kovensional) dalam sebuah masyarakat penutur. Misalnya, dalam bahasa Melayu ‘kerusi’ merujuk sesuatu yang dibina daripada kayu dan mempunyai empat kaki. Dalam bahasa Inggeris, ‘kerusi’dipanggil ‘chair’.

2.5. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku dalam Kehidupan Masyarakat


(3)

Di dalam masyarakat kita saat ini masih banyak orang yang tidak menggunakan bahasabaku, mereka cenderung menggunakan bahasa gaul. Namun terkadang mereka juga berbicara dengan menggunakan logat daerahnya masing-masing. Kebanyakan orang yang menggunakan bahasa baku ialah kalangan terpelajar yang sopan dan beretika. Mereka berbicara kepada orang yang lebih tua, atau pejabat dengan menggunakan bahasa yang baik, bahasa yang baku dan tidak menggunakan bahasa gaul. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain .Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam praktiknya kehidupan sehari-hari sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu di perhatikan waktu dan kesempatan, misalnya kapan kita menggunakan bahasa baku pada situasi resmi dan ilmiah . Bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari di masyarakat Indonesia , dapat kita ambil contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa baku hanya nampak dan terdengar hanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit per hari. Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan,pemilihan nama acara televisi,dan praktik bahasa di dalam siaran itu sendiri. Alasannya beragam, bahasa baku tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat penghayatan pembaca.


(4)

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN 3.1. Simpulan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada bahasa terdapat dua bahasa yaitu bahsa baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku merupakan bahasa standar atau pokok yang di gunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi yang mewakili semua bahasa yang ada di Negara Indonesia. Bahasa Indonesia baku pada umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya di pelajari di sekolah dan di gunakan pada lingkungan dan keadaan resmi. Bahasa Indonesia Baku merupakan suatu bahasa yang sangat penting karena salah satu Fungsinya itu sebagai Bahasa Pemersatu Negara.


(5)

Dengan adanya makalah ini, kita menyadari pentingnya Bahasa Indonesia Baku sebagai bahasa pemersatu di antara masyarakat. Pembaca di harapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia Baku di dalam kehidupan social di dalam masyarakat, dengan mengurangi penggunaan bahasa gaul yang dari hari ke hari semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, (1984). Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia. Laporan Penelitian untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: FPBS-IKIP Jakarta

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Keraf, G. 1991. Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah. Jakarta: Gramedia.

http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-baku.html

https://unserebloggie.wordpress.com/2013/05/09/kelompok-2-bahasa-indonesia-baku/


(6)