dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Menurut Indradi 2008 bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian
berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku
memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena
memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai
kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat.
Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat.
Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih
sering digunakan pada saat proses belajar mengajar di dalam dunia pendidikan , pada urusan resmi pekerjaan misalnya saat rapat besar, dan
juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari- hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku.
2.2. Proses Terjadinya Pembakuan Bahasa
Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia, sebab bahasa merupakan alat bagi manusia untuk berinteraksi. Bahasa Indonesia
mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam prakteknya kita sering menggunakan kata non baku. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa
yang digunakan sama yaitu bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan
bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. Pembakuan bahasa juga dibutuhkan masyarakat. Usaha pembakuan bahasa tersebut
bertujuan agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, cepat, dan efisien dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
Pembakuan disebut juga standardisasi. Menurut J.S. Badudu pembakuan atau standardisasi adalah penetapan aturan-aturan atau norma-
norma bahasa. Berdasarkan bahasa yang dipakai oleh masyarakat, ditetapkan pola-pola yang berlaku pada bahasa itu. Pola yang dipilih itulah
yang dijadikan acuan. Bila kita akan membentuk kata atau menyusun kalimat, maka bentukan itu haruslah mengacu pada pola bahasa yang
sudah ditetapkan. Pembakuan bahasa dapat dilakukan terhadap tulisan, ejaan, ucapan, perbendaharaan kata, pembentukan istilah, dan penyusunan
tata bahasa. Pembakuan bahasa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :
1. Standardisasi dapat dilakukan secara spontan, seperti penetapan bahasa Melayu Riau sebagai standar bahasa Melayu yang dipakai
oleh sekolah-sekolah sebelum Perang Dunia ke-2, 2. Standardisasi dapat dilakukan secara terencana, seperti penyusunan
suatu sistem ejaan, misalnya ejaan Suwandi, Van Ophyusen, dan penerapan istilah-istilah ilmu pengetahuan oleh Komisi Istilah.
2.3. Ciri-ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk 2003:14 ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat
berubah setiap saat.
2. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. 3. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses
pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman
variasi bahasa. Ciri-ciri lain bahasa baku adalah:
1. tidak terpengaruh bahasa daerah; 2. tidak dipengaruhi bahasa asing;
3. bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari; 4. pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
5. pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat; 6. tidak terkontaminasi dan tidak rancu.
2.4. Fungsi Bahasa Baku