BAGAIMANA MENEMUKAN “PEMBELAJARAN ALA ANAK INDONESIA” MELALUI LESSON STUDY

BAGAIMANA MENEMUKAN PEMBELAJARAN ALA ANAK INDONE“IA
MELALUI LESSON STUDY
Oleh:
Asep Supriatna
FPMIPA UPI Bandung
Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40154
Email: supriatna_asep@yahoo.de; HP 0813 2071 8595
A. Pendahuluan
Lesson Study diartikan sebagai strategi pembinaan profesi pendidik berbasis kelas
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif yang dilakukan secara terus menerus
berdasarkan prinsi-prinsip kolegalitas dan mutualial learning untuk membangun komunitas
belajar. Berdasarkan pemahaman tersebut Lesson Study merupakan suatu kegiatan pelatihan
bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Matode
pembelajaran merupakan salah satu kajian dalam kegiatan Lesson Study. Kata kajian
pembelajaran sendiri mengandung makna penelitian sehingga tidak salah jika Lesson Study
diartikan sebagai penelitian pembelajaran (research lesson) atau study pembelajaran. Aktivitas
yang dilakukan dalam Lesson Study adalah mengkaji semua aspek pembelajaran dengan
harapan kita dapat membelajarakan siswa secara optimal dalam memenuhi hak anak belajar
untuk masa depannya yang lebih baik.
Makalah ini akan memaparkan gagasan awal Lesson Study, aspek yang dikembangkan
dalam Lesson Study, inovasi pembelajaran dalam lesson study, serta penelitian pembelajaran

dalam Lesson study. Melalui pemahaman ini diharapkan kita dapat menemukan pembelajaran
seperti apa yang sesuai dengan keperluan masa depan anak dan bagaimana bangsa ini
dibangun melalui perbaikan pembelajaran.

B. Gagasan awal Lesson Study
Gagasan awal mengapa Lesson Study diperlukan berawal dari pentingnya penyiapan
masa depan anak untuk kehidupannya yang lebih baik. Dalam mempersiapkan masa depan
anak yang lebih baik ini perlu adanya komunitas belajar (Learning Community), perlu adanya
perbaikan pembelajaran, perlunya reformasi sekolah, dan perlunya perubahan cara pandang
kita tentang pembelajaran.
Learning Community yang dimaksud adalah Learning Community yang di-inovasi Prof
Manabu Sato, yaitu semua warga masyarakat harus belajar sepanjang hayat, dari kandungan

sa pai akhir hayat Ma a i- o kyodotai = Lear i g Co
u ity . Komunitas belajar yang
dimaksud bukanlah berupa tim. Learning Community yang di-inovasi Prof Manabu Sato didasari
pada tiga filosofi yaitu: 1) Fairness (to be generous to people, respect diversity of people) atau
respek terhadap keanekaragaman pendapat; 2) Democracy (Teacher, Student, etc everyone
live together in a way of associated live) bahwa semua orang harus hidup bersama dan
bergotong royong); dan 3) Exellency (Everyone has the best achievements) bahwa semua orang

bisa menjadi yang terbaik.
Untuk mewujudkan Learning Community tersebut tidak mungkin jika tidak memperbaiki
pembelajaran. Terdapat tiga konsep pembelajaran, yaitu: 1) Pembelajaran individual (individual
learning); 2) Pembelajaran Pembelajaran kompetitiv (competitive learning); dan 3)
Pembelajaran Kelompok (Group learning).
Individual learning terjadi pada jaman dulu, untuk sekarang sangat sulit direalisasikan
karena banyaknya jumlah siswa, sehingga pembelajaran secara individual tidak memungkiknan
dilaksanakan. Pada jaman industrialisasi hampir diseluruh dunia menerapkan pembelajaran
kompetitiv (competitive learning). Dalam pembelajaran competitive ini kita sangat menekankan
penilaian akademik terhadap siswa. Dampak dari penilaian ini manumbuhkan sifat superior bagi
siswa yang mampu dan sifat imperior bagi siswa yang tidak mampu. Akibatnya, bagi siswa yang
tidak mampu/kalah bersaing menyebabkan tidak termotivasi untuk belajar lagi. Keadaan ini
menyebabkan banyaknya anak yang tidak semangat belajar dan menyebabkan timbulnya
kenakalan anak. Dengan demikian pembelajaran kompetitiv tidak menguntungkan jika
diterapkan.
Dalam pembelajaran berkelompok (group learning) terdapat dua model yaitu
kolaboratif dan kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diarahkan melalui kelompok
untuk menghasilkan satu pemahaman atau satu kesimpulan yang sama. Sedangkan dalam
pembelajaran kolaboratif, kelompok hanyalah untuk sharing sehingga siswa memahami konsep,
dalam satu kelompok tidak menghasilkan satu kesimpulan/pemahaman yang sama. Dalam hal

pembelajaran, Manabu Sato menolak kooperatif, karena pembelajaran kooperatif tidak
menghargai keragaman. Manabu Satu sangat mengajurkan pembelajaran kolaboratif, karena
memlalui pembelajaran kolaboratif memungkinkan terjadinya saling manghargai, serta dapat
menumbuhkan kreativitas, dan kebebasan untuk memahami sendiri.
Supaya pembelajaran kolaboratif tumbuh, fokus pada satu kelas saja tidak cukup. Untuk
menghasilkan atmosfir kolaboratif dibutuhkan reformasi Sekolah, artinya tidak cukup focus
hanya dalam satu kelas saja tapi diperlukan perubahan dalam sekolah secara keseluruhan.
Inilah yang dimaksud dengan reformasi sekolah dengan tujuan menumbuhkan budaya
kolaboratif di sekolah.

Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang siswa belajar, kita perlu memahami cara
pandang kita terhadap pembelajaran. Terdapat dua cara pandangan kita terhadap
pembelajaran, yaitu pendangan ilmiah (scientific) dan pandangan reflektif.
Pandangan ilmiah (scientific), dalam pandangan ini kita hanya melihat antara lain,
bagaimana kurikulum, RPP, Metode, Media, Buku Paket, Jumlah siswa dalam kelas, dan fasilitas
yang digunakan oleh guru dalam pembelajarannya. Dalam hal ini, jika kurikulum, RPP, metode,
media, jumlah siswa, dan lainnya bagus maka hasilnya juga akan bagus. Jadi dalam pandangan
ilmiah ini kita hanya membahas pembelajaran antara lain dari segi kurikulum, RPP, metode,
media, jumlah siswa dalam kelas, dan fasilitas dipakai oleh guru dalam pembelajarannya.
Kita telah banyak membahas kurikulum, metoda, media, buku paket, dan lainnya tapi itu

semua tidak banyak menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran kita harus melihat hal-hal di luar kelas tadi (perangkat pembelajaran),
dan kita harus melihat lebih mendalam tentang pembelajaran-nya. Inilah yang dimaksud
pendekatan reflektif, yaitu berangkat dari apa yang terjadi di dalam kelas dalam membelajarkan
siswa untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Secara sederhana kedua pandangan tersebut
digambarkan dalam gambar 1 berikut ini:

Gambar 1: Pandangan ilmiah dan pandangan reflektif dalam pembelajaran

C. Aspek apa yang kita bahas dalam Lesson Study?
Aspek yang kita bahas dalam kegiatan lesson study adalah aspek yang tampak (visible aspects)
dan aspek yang tidak tampak (invisible aspects). Konsep tentang aspek yang tampak dan aspek yang
tidak tampak dikemukakan oleh Prof. Kajita. Aspek yang tampak dalam pembelajaran antara lain:
tentang materi ajar/kurikulum, model pembelajaran, media pembelajaran, serta penilaian. Tentang
aspek yang tampak ini semua guru sudah mendaptakannya selama perkuliahan di LPTK.
Aspek yang tidak tampak dalam pembelajaran antara lain: memahami situasi pembelajaran,
mengambil keputusan sebelum pembelajaran dan selama pembelajaran, serta strategi membelajarkan
siswa. Aspek yang tidak tampak ini hanya diperoleh guru melalui pengalamannya sehari-hari.
Terdapat juga pandapat lain yaitu, aspek yang tampak adalah kurikulum, dan aspek tidak
tampak adalah hidden curriculum. Secara sederhana aspek yang tampak dan aspek yang tidak tampak

digambarkan dalam gambar gunung es berikut ini (gambar 2).

Gambar 2. Gambar gunung es: menggambarkan aspek yang tampak (bagian atas) dan aspek yang tidak
tampak (bagian bawah)

Menurut Manabu Sato, dalam kegiatan refleksi aspek yang tidak tampak lebih penting dibahas jika aspek
yang tampak sudah bagus.

D. Inovasi Pembelajaran seperti apa yang dikembangkan dalam Lesson Study ?
Seperti telah dikemukaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran hanyalah salah satu aspek
yang dibahas dalam kegiatan Lesson Study. Semua hal yang termasuk dalam pembelajaran dibahas
dalam kegiatan Lesson Study. Dalam kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan pembelajaran dan
observasi (do), serta pada kegiatan refleksi (see) masalah-masalah pembelajaran dibahas dengan tujuan
agar siswa mendapatkan pembelajaran secara optimal.
Usaha yang kita lakukan dalam kegiatan Lesson Study adalah memenuhi hak anak belajar.
Pembelajaran yang diterima anak adalah pembelajaran yang memenuhi kebutuhan perkembangan anak
dalam hal ilmunya dan hatinya. Pembelajaran yang diterima anak harus seimbang anatara ilmu dan
hatinya, dengan harapan anak berkembang menjadi anak yang cerdas dan berhati mulia.
Dilihat dari gagasan awal Lesson Study, inovasi pembelajaran yang diharapkan adalah inovasi
pembelajaran yang memfasilitasi bagi pemenuhan keperluan hidup anak didik di masa yang akan datang

agar bisa hidup tentram, damai, dan sejahtera. Inovasi pembelajaran yang dimaksud adalah inovasi
pembelajaran yang menyadarkan anak bahwa belajar harus dilakukan sepanjang hayat, mulai dari
buaian seorang ibu sampai liang lahat. Melalui pembelajaran anak harus disadarkan bahwa manusia
hidup dengan keberagaman, anak harus respek dengan adanya keberagaman ini. Manusia harus hidup
bersama dan bergotong royong. Serta menyadari bahwa pada dasarnya manusia memiliki kemampuan
dan semua bisa menjadi yang terbaik sesuai dengan bakat dan minatnya.
Agar tumbuh kesadaran bahwa belajar sepanjang hayat, hidup harus bersama dalam
keberagaman dan bergotongroyong, serta semua bisa menjadi yang terbaik maka kita harus melakukan
inovasi dalam pembelajaran. Inovasi pembelajaran seperti apakah yang kita perlukan ?
Kita ketahui, model-model pembelajaran yang ada sekarang adalah model pembelajaran yang
ditemukan orang lain (orang Amerika, Eropa, Australia dan lainnya) atas pengalaman mereka dengan
anak-anak mereka. Dalam hal ini, tentu saja akan cocok bagi mereka. Jika kita ingin menerapkannya
dalam pembelajaran kita untuk anak-anak kita maka tentu saja kita harus melakukan inovasi agar cocok
dengan karakter anak-anak kita. Jadi kita perlu melakukan inovasi pembelajaran agar model
pembelajaran yang kita gunakan sesuai dengan karakter anak didik kita. Inilah yang dimaksud dengan
odel pe elajara ala a ak-a ak I do esia , sa pai saat i i kita asih e ari ya.

E. Plan-Do-See dan Penelitian Disain Pembelajaran
Lesson Study dapat pula kita artikan sebagai penelitian pembelajaran. Melalui kegiatan Lesson
Study kita mencari cara membelajarkan anak agar anak dapat belajar secara optimal. Kegiatan kajian

pembelajaran yang dilakukan pada tahapan Plan-Do-See secara kolaboratif dan terus menerus
diharapkan dapat menghasilkan output berupa model pembelajaran yang teruji/RPP yang teruji,
pengalaman berharga yang dapat diterapkan untuk perbaikan pembelajaran sehari-hari, serta karya
ilmiah. Secara sederhana gambaran kegiatan Lesson Study, Plan-Do-See, kaitannya dengan penelitian
disain pembelajaran dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.
Apabila kita melakukan kajian pembelajaran ini secara terus menerus tentu saja pada saatnya
nanti kita dapat menemukan model-model pembelajaran yang cocok dengan karakter anak-anak kita,

odel pe elajara ala a ak-a ak I do esia . De gan kata lain, melalui kegiatan Lesson Study ini kita
bisa menemukan teori belajar yang sesuai dengan keperluan anak-anak kita.
Pengembangan/inovasi model pembelajaran apa pun, termasuk model pembelajaran berbasis
kearifan lokal kita perlu mengujinya melalui penerapannya di dalam kelas, melakukan observasi
pembelajaran, serta melakukan refleksi pasca pembelajaran. Re-disain atau perbaikan rencana
pembelajaran sesuai masukkan pada saat refleksi merupakan hal penting dalam menemukan model
pembelajaran yang cocok untuk anak-anak kita.

Masalah
Pembelajaran
Disan Pembelajaran
(Model

Pembelajaran/RPP)

Pelaksanaan
Pembeajaran
(Observasi)
Rfleksi
Re-Disain Model
Pembelajaran/RPP

Model
Pembelajaran/RPP
Hasil Perbaikan
Pelaksanaan
Pembeajaran
(Observasi)
Reflkesi
Model
Pembelajaran/RPP
Perbaikan


Model
Pembelajaran
Teruji/RPP dan
Pengalaman
Pembelajaran
untuk
Perbaikan
Pembelajaran
sehari-hari

Karya Ilmiah

Gambar 3. Kegaitan lesson study (Plan-Do-See) dan Kaijian Pembelajaran
F. Kesimpulan
Lesson Study adalah kegiatan pengkajian pembelajaran berbasis kelas yang dilakukan secara
kolaboratif dan terus menerus berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar. Melalui kegiatan Lesson study dapat ditemukan model-model
pembelajaran/teori belajar yang sesuai dengan karakter anak-anak Indonesia. Inovasi pembelajaran
yang dikembangkan adalah inovasi pembelajaran yang memenuhi tuntutan anak untuk masa depannya
yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving
Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publishers.
Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership.
Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.
Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teachi g Gap: Best Ideas fro the World’s Teachers for
Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Sumar Hendayana, et.al. (2006). Lesson Study: Pengalaman IMSTEP-JICA. Bandung UPI Press.