Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru Pai Di Smp Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten

(1)

LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

PROFESIONALITAS GURU PAI DI SMP NEGERI 1

KRAMATWATU SERANG-BANTEN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)

Oleh

TUTI ALIAH

NIM 109011000097

\

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Tuti Aliah (NIM: 109011000097)

Lesson Study As Effort of Improvement Profesionalitas Teacher of Islamic Religion Education in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-Banten

This research aim to tknow how process of execution of lesson study as effort of Improvement Profesionalitas learn the Islamic Religion Education, knowing impact of execution of lesson study MGMP conducted by teacher of Islamic Religion Education, and to know the supplementary factor and resistor in execution of lesson study. This research have been conducted at November 2013 in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-Banten.

To obtain get the information under consideration this Research, writer use the descriptive research method. As for research type in this writing script is qualitative. Later Then in technique of data collecting of writer conduct three technique of data collecting namely observation, interview and documentation. Later Then data which have been got from third the technique analysed to use the analysis model told by Miles and Huberman namely model the data analysis emit a stream of the (flow model the). Data collecting, reduce the data, presentation of data and conclusion withdrawal.

Result of research of pursuant to data from observation, interview and documentation indicate that the process of execution lesson study base on the MGMP Islamic Religion Education in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-Banten can be executed better and get the good support from all teachers, student and also headmaster. Affect from execution of lesson study which have been conducted by existence of partner which mutual of among teacher of subject Islamic Religion Education with the other partner school teacher, giving understanding to all teacher of about its his important is study study as base of is Improvement of attitude profesionalitas which he own so that four interest: interest pedagogik, social, professional, personality which dimliki teacher can mount and expand. At subject of Islam education Learn the teacher of Islamic Religion Education more inovatif, study method more varying and more relevant to storey; level of student ability. While constraint faced in course of execution start from planning phase (plan), come up with the phase refleksi (See) is problem of time and expense limited for the melaksankan of return the activity of lesson study chronically.

Keyword: Lesson Study, Profesionalitas, Teacher of Islamic Religion Education


(7)

v

ABSTRAK

Tuti Aliah (NIM: 109011000097).

Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri Kramatwatu Serang-Banten.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan

lesson study sebagai upaya peningkkatan profesionalitas guru PAI, mengetahui

dampak pelaksanaan lesson study MGMP yang dilakukan guru PAI, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2013 di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten

Untuk memperoleh informasi dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif. Kemudian dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan tiga teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian data-data yang telah didapat dari ketiga teknik tersebut dianalisis menggunakan model analisis yang dikatakan oleh Miles dan Huberman yakni model analisis data mengalir (flow model). Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan lesson study berbasis MGMP PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten dapat terlaksana dengan baik dan mendapat dukungan baik dari para guru-guru, siswa serta kepala sekolah. Dampak dari pelaksanaan lesson study yang telah dilakukan terjalinya kemitraan yang mutual antara guru mata pelajaran PAI dengan guru sekolah mitra yang lain, memberikan pemahaman bagi para guru tentang pentingnya pengkajian pembelajaran sebagai dasar peningkatan sikap profesionalitas yang ia miliki sehingga empat kompetensi: kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian yang dimliki guru dapat meningkat dan berkembang. Pada mata pelajaran pendidikan agama Islam Guru PAI lebih inovatif, metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan mulai dari tahap perencanaan (plan), sampai pada tahap refleksi (see) ialah persoalan waktu dan biaya terbatas untuk melaksankan kembali kegiatan lesson

study secara berkesinambungan.

Kata Kunci: Lesson Study, Profesionalitas, Guru PAI


(8)

vi











Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi yang berjudul Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten. Menyadari bahwa dalam menghantarkan penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan bimbingan, dukungan serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah menjadi kepatutan sebagai ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang berjasa, yaitu:

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA., Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

3. Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. Drs. Abdul Haris, M.Ag., Dosen penasihat akademik penulis yang telah banyak memberikan nasihat sekaligus motivasi bagi penulis mulai dari semester pertama hingga semester akhir.


(9)

vii

5. Yana Suryana, M.Pd., Kepala sekolah SMP Negeri 1 Kramatwatu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

6. Seluruh dewan guru SMP Negeri 1 Kramatwatu khususnya Detty Herawati, S.Ag guru Pendidikan Agama Islam dan Rodiyah, S.Pd.I pengurus lesson study MGMP PAI yang menjadi responden dalam wawancara tentang masalah penelitian penulis.

7. Kedua orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

8. Kakakku Herlina, Lukman Hakim, dan Muhammad Sulpan, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini, serta telah memberi keceriaan yang mampu menghilangkan penatku.

9. Sahabat-sahabatku, Uun Choerunnisa, Hilda, Newa, Karmila dan Lina. Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang kalian berikan.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazakumullah Ahsanal

Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Jakarta, 19 April 2014


(10)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

F. Tujuan Penelitian ... 13

G. Manfaat Penelitian... 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 15

1. Classroom Action Research dan Lesson Study ... 15

a. Sejarah Lesson Study ... 20

b. Pengertian Lesson Study ... 21

c. Konsep Lesson Study ... 23

d. Tahapan Lesson Study ... 26

1) Perencanaan (Plan) ... 26

2) Pelaksanaan (Do) ... 27


(11)

ix

e. Manfaat Lesson Study ... 29

f. Kelebihan Lesson Study ... 30

2. Profesionalisme Guru ... 31

a. Pengertian Profesi ... 31

b. Pengertian Profesionalisme ... 33

c. Pengertian Profesional ... 34

d. Guru Profesional ... 35

e. Prinsip Profesional ... 36

f. Kompetensi Guru ... 37

1) Pengertian Kompetensi ... 37

2) Macam-macam Kompetensi Guru ... 40

a) Kompetensi Pedagogik ... 40

b)Kompetensi Kepribadian ... 42

c) Kompetensi Sosial ... 43

d)Kompetensi Profesional ... 44

3. Pendidikan Agama Islam ... 45

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 45

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 47

B. Penelitian yang Relevan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50

B. Metode dan Desain Penelitian ... 50

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 51

1. Teknik Pengumpulan Data ... 51

2. Teknik Analisis Data ... 55

3. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 56


(12)

x

B. Lesson Study sebagai Upaya Penigkatan Profesionalisme Guru

PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ... 61

1. Implementasi Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ... 61

a. Tahapan Lesson Study ... 62

1) Perencanaan (Plan) ... 62

2) Pelaksanaan (Do) ... 63

3) Refleksi (See) ... 65

b. Manfaat Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramat watu Serang-Banten ... 66

2. Dampak Lesson Study terhadap Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ... 67

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 74

C. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pendekatan Follow-Up IMSTEP ... 10

Gambar 2.1 Siklus Pengkajian dalam Lesson Study di Indonesia ... 29

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Mengalir ... 55

Gambar 4.1 Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang -Banten ... 58

Gambar 4.2 Hasil Observasi (Perencanaan) Plan ... 58

Gambar 4.3 Hasil Observasi (Pelaksanaan) Do ... 59

Gambar 4.4 Hasil Observasi (Refleksi) See ... 59

Gambar 4.5Aktivitas Mengajar Guru ... 60

Gambar 4.6 Hasil Observasi Guru ... 60

Gambar 4.7 Hasil Wawancara ... 60

Gambar 4.8 Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII A ... 60

Gambar 4.9 Hasil Observasi Siswa Kelas VIII A ... 60

Gambar 4.10 Gambaran Umum dan Tujuan Utama Lesson Study serta Hubungannya dengan Kompetensi ... 70


(14)

xii

Lampiran 1 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah ... 81

Lampiran 2 Lembar Observasi Guru ... 89

Lampiran 3 Lembar Observasi Siswa ... 91

Lampiran 4 Format Observasi Siswa ... 93

Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Guru ... 96

Lampiran 6 Laporan Lesson Study MGMP PAI SMP N 1 Kramatwatu ... 98

Lampiran 7 RPP Pendidikan Agama Islam (Meningkatkan Keimanan kepada Rasul Allah) ... 100

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi ... 103

Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi ... 108

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 109

Lampiran 11 Surat Keterangan Observasi Sekolah ... 110


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan di Indonesia dianggap masih rendah oleh banyak kalangan. Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem. Subsistem dalam suatu sistem mutu pendidikan adalah guru. Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai IPTEK dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas.

Guru sebagai pendidik mempunyai tuntutan untuk selalu berusaha meingkatkan kualitas kompetensi. Peningkatan kualitas kompetensi ini dapat terwujud pada saat ilmu pengetahuan yang guru miliki bisa berkembang dan meningkat. Dalam hal ini terlihat jelas peran pendidikan sangatlah penting. Dengan adanya pendidikan seseorang bisa meningkatkan keilmuan yang dimlikinya. Pada dasanya manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum mengetahui apa-apa. Hal ini jelas tertulis dalam Firman Allah QS: An-Nahl ayat 78.1

1


(16)











“Dan Allah Mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pandangan, pengelihatan,

dan hati nurani, agar kamu bersyukur (QS: An-Nahl 16: 78)

Dalam firman Allah SWT di atas dijelaskan bahwa, selain dari penciptaan manusia yang dilahirkan dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, namun Allah SWT memberikan panca indra dan hati nurani kepada manusia. Bukti tanda syukur seorang hamba kepada Dzat yang telah menciptakannya adalah senantiasa memanfaatkan sekaligus meningkatkan apa yang sudah diberi oleh-Nya dengan sebaik mungkin dan manusia dapat berusaha untuk mengubah keadaaan yang awalnya tidak mengetahui sesuatu apa pun menjadi makhluk ciptaan Allah yang berilmu. Manusia yang berilmu adalah manusia yang selalu ingin tahu tentang hal apapun dari apa yang dilihat dan dirasa guna menambah dan meningkatkan pengetahuan yang dimiliknya.2 Salah satu diantara dalil yang menunjukan keutamaan ilmu dan orang yang berilmu terdapat dalam potongan ayat Al-Qur’an. Firman Allah SWT dalam QS: Az-Zumar ayat 9.3

.

.

.

.

.

.

.











". . . . Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang

berakallah yang dapat menerima pelajaran".(QS: Az-Zumar 39: 9)

2Abu Zakaria, “Apakah sama orang

-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak

mengetahui, “www.assunnahSurabaya.wordpress.com, 24 April 2014.

3


(17)

3

Dalam potongan ayat di atas Allah menyuruh Rasulullah SAW untuk

bertanya “Apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?” ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena sudah

pasti berbeda antara keduanya. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

menjelaskan ayat di atas di awal bab “Keutamaan Ilmu” dalam “Kitabul Ilmi” beliau. Diantaranya beliau berkata “tidak sama orang yang berilmu

dan tidak berilmu sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan yang mati, yang mendengar dengan yang tuli, yang melihat dengan yang buta. Ilmu adalah cahaya yang dengannya manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya. Dengan ilmu, Allah mengangkat/melebihkan siapa yang dikehendakiNya dari para makhlukNya. Allah SWT menjamin derajat seorang hamba yang beriman dan berilmu. Hal ini disebutkan dalam firman Allah dalam QS: Al-Mujadilah ayat 11.4











“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS: Al-Mujadilah 58: 11)

“Manusia yang berilmu akan dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial maka keberadaan dari hadirnya harus bermanfaat, tidak hanya manfaat untuk dirinya namun untuk orang lain. Sebagaimana petikan hadits Rasullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir sebagai berikut”:5

.

.

.

.

.

يخ .

(ي طقرادلا ينربطلا ا ر) ساَلل م عفنا سا لا ر

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia (HR: Thabrani dan Daruquthni).

Agar manusia dapat bermanfaat bagi sesamanyaa maka manusia harus berilmu pengetaahuan. Ilmu pengetahuan tersebut bisa didapat dari

4

Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 544.

5


(18)

pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan pembelajaran akan melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai peserta didik merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.6

Depdiknas mengatakan yang dikutip oleh Ibrohim dalam modulnya yang berjudul Panduan Pelaksanaan Lesson Study diKKG /MGMP bahwa sampai saat ini pembangunan Pendidikan Nasional belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan, terutama terkait dengan pemasalahan pemerataan akses dan kualitas pendidikan. Secara eksternal, komponen pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia diantaranya ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas dan proses pembelajaran yang belum efesien dan efektif.7

Salah satu faktor esensial yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pendidikan adalah guru. Sebagai pendidik profesional, guru memiliki peran penting dalam pendidikan. Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru diakui sebagai jabatan

6Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 378.

7Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP, (Malang: t.p., 2010), h. 4.


(19)

5

profesional hal ini sekaligus mengangkat harkat dan martabat guru yang sungguh luar biasa bila dibandingkan dengan profesi di kalangan pegawai negeri sipil.8 Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing. Di dalam kelas terdiri dari tipe dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, oleh sebab itu tugas pendidik mengupaya mengembangkan siswa berdasarkan kemampuan yang dimilikinya masing-masing dari segi kognitif, apektif, dan psikomotorik. 9

Guru sebagai profesi, selain memiliki peran dan tugas sebagai pendidik juga memilik tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesionalnya adalah memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Lebih khusus, guru dituntut memberikan layanan profesionalnya kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. 10

Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi

prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri

handayani.” Artinya seorang guru bila di depan memberikan suri teladan

(contoh) di tengah memberikan prakarsa di belakang memberikan dorongan atau motivasi. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, para guru harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan dan kaidah-kaidah guru yang profesional.11

Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar dan melatih anak didik bukan suatu hal yang mudah. Pekerjaan ini membutukan pengalaman yang

8

Subjianto, Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13, 2007, h. 696.

9Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), h. 34.

10Muhammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. I, h. 7.

11Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 15.


(20)

banyak dan keseriusan, disana-sini masih juga terdapat kejanggalan dan kekurangan, sang guru berupaya mengurangi sedikit mungkin kekurangan dan kesalahan didalam mengembangkan tugas sebagai pendidik, pepatah

khusus sering diistilahkan sebagai “jiwa bagi tubuh” pendidikan. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun model kurikulum dan paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada akhinya yang menentukan tercapainya progran tersebut. Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masing-masing guru di kelas, tenaga pengajar yang profesional akan terukur dan sejauh mana dia menguasai kelas yang diasuhnya, hingga mengantarkan peserta didiknya mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pandangan psikologi belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh tenaga pengajarnya.12

Para ahli pendidikan, pada umumnya memasukan guru sebagai tenaga profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugas upaya secara profesioanal, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan harus berupaya agar dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Namun Peran guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai dipertanyakan eksistensinya secara fungsional.13

Selama proses pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan kita pun sebagai pengajar tak akan henti-hentinya untuk terus menyelesaikan, membicarakan dan memperdebatkan tentang masalah-masalah kependidikan, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafah sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar permasalahan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya menemukan cara yang terbaik guna mencapai proses pendidikan yang bermutu.14

Dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan yaitu berkaitan dengan faktor guru. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu

12Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 29.

13Abuddin, Nata, Manajement Pendidikan, (Jakarta: Kencana PMG, 2010), h. 156.

14Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA Universitas Malang.


(21)

7

pendidikan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran sekolah. Berbagai upaya tersebut anatara lain dalam bentuk penataran guru, kulifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurikulum, implementasi model atau metode pembelajaran baru dan penelitian tentang kesulitas dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti tindakan kelas.15

Keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Di sisi lain, salah satu hal yang menyebabkan rendahnya mutu guru adalah karena rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Ada empat kompetensi yang harus dimliki oleh seoarng guru yang profesional meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial.

Dalam kualitas guru dapat terlihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, dan sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu, dapat dilihat dari motivasi dan semanagat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah prilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang guru profesional. Dalam masyarakat berkembang tuntutan terhadap profesionalisme disetiap bidang pekerjaan menjadi keseharusan. Tuntutan ini diketahui dengan kewajiban memliki sertifikasi-sertifikasi. Hal yang sama berlaku dibidang pendidikan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.16

15J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011, h. 481.

16Astri Fitriani, Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di

SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 15, tidak dipublikasikan.


(22)

Sertifikasi profesi mencakup kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional sesuai dengan Pasal 28 PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 10-11 UU No. 14/2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.17

Melihat bahwa guru yang profesional diyakini sebagai salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik. Guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing senantiasa dituntut untuk secara profesional melaksanakan tugas utamanya sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kualitas guru yang ditunjang oleh kinerja yang profesional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara nasional. Oleh karena itu, kedudukan dan peranan guru sebagai pendidik sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku peserta didik. Guru senantiasa dapat mempertahankan ketauladanan dan profesionalismenya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita,


(23)

9

namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik. 18 Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar.19

Seorang guru yang memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya senantiasa akan berusaha meningkatkan kebutuhan akan kemampuan profesionalnya guna mengimbangi tuntutan pendidikan yang harus berkembang. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui peningkatan kompetensi guru, pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai bentuk pelatihan guru dalam jabatan (in-service teacher training) yang bertujuan membantu guru memperbaiki kualitas mengajar untuk meningkatkan sikap profesionalnya dengan mendorong mereka secara kolaboratif agar dapat memperbaiki cara mereka.

Dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia seperti dikemukakan di atas, adalah merupakan tanggung jawab fungsional Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. Tenaga pendidik sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dikemukakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang

18

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131.

19Ibid


(24)

berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional, dan internasional.20

Gambar 1.1

Pendekatan Follow-Up IMSTEP

(Sumber: Sumar Hendayana, 2007)

Berdasarkan gambar di atas, peningkatan mutu pendidikan akan dicapai manakala terjadi kerjasama yang baik antara penyelenggara pendidikan

pre-service, sekolah on service, dan kelompok kerja guru in service. LPTK dapat

menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan ke sekolah untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif belajar. KKG merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Kegiatan pembelajaran di sekolah piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase follow-up program IMSTEP melalui kegiatan lesson study. Lesson study yaitu suatu kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah yakni lesson study yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi permasalahan praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang bahkan tidak efektif.

20

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 86.

Pre-Service

On-Service (Sekolah)

Enhancement of Education

Quality

In-Service (KKG)


(25)

11

Kegiatan pelaksanaanya dilakukan oleh guru yang sadar bahwa proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji dari waktu ke waktu agar dapat lebih meningkatkan hasil belajar sisiwa. Harapan ideal yang ingin dicapai dalam kegiatan lesson study ini adalah membangun masyarakat belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life long learning).

Berdasarkan penjelasan di atas, sangat penting sekali bagi para guru-guru berusaha mengubah cara mengajar mereka yang konservatif menjadi pengajaran yang inovatif dengan cara melaksanakan salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif dalam mengatasi permasalahan praktik pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah lesson study. Hasil observasi awal peneliti di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten menunjukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam masih terlihat proses pembelajaran yang konservatif dimana para guru belum mencoba melakukan inovasi dengan cara menggunakan metode yang dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehinga terlihat proses pembelajaran yang monoton dan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru, terlebih khusus para guru PAI. Dari permasalahan tersebut Kepala Sekolah bekerja sama dengan guru-guru untuk melaksanakan model pembelajaran

lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

Berdasarkan penjelasan penulis di atas, maka penulis mengambil judul

Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten”

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa pernyataan yang dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut:

1. Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.


(26)

2. Pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional.

3. Salah satu faktor esensial yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pendidikan adalah guru.

4. Mendidik adalah pekerjaan profesional, karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional.

5. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.

6. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten masih terlihat proses pembelajaran yang konservatif

7. Sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru, terlebih khusus para guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.

8. Lesson study merupakan salah satu alternatif guna mengatasi

permasalahan praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang bahkan tidak efektif

C.

Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sesuai dengan maksud penulis yang akan dilakukan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penulis membatasi masalah pada salah satu model pembelajaran yakni lesson study sebagai model pembinaan profesi pendidik.

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka pesoalan/masalah yang akan diungkap oleh penulis yaitu:

1. Bagaimana Implementasi Lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ?

2. Bagaimana dampak Lesson study terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson


(27)

13

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini ialah :

1. Mengetahui implementasi lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.

2. Mengetahui dampak lesson study terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.

3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson

study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.

E.

Manfaat Penelitian

Pelaksanaan Penelitian kualitatif ini diharapkan akan memberi manfaat, yaitu:

1. Secara formal untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Adapun tujuan non formal yaitu ingin memberikan sumbangsih untuk merperkaya khazanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai pembinaan

salah satu kompetensi yang harus dimliki guru “kompetensi profesional”

melalui model pembinaan yang disebut Lesson study.

3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca umumnya mengenai salah satu model pembinaan profesi pendidik (Lesson

study).

4. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pendidik maupun calon pendidik yang ingin menjadi guru yang profesional, serta menjadi bahan informasi dan pengetahuan tentang proses pelaksanaan lesson

study yang merupakan salah satu model pembelajaran kontemporer.

5. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya wawasan ilmu khususnya dalam bidang pendidikan


(28)

6. Sebagai sumbangan data ilmiah mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru profesional. 7. Dengan penelitian ini penulis berharap para pendidik dapat memahami lebih jauh tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan kompetensi yang ia miliki.


(29)

15

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Deskripsi Teoritik

1.

Classroom Action Research dan Lesson study

Classroom action research yang sering disebut dengan penelitian

tindakan kelas di Indonesia belum lama dikenal. Baru pada sekitar tahun 80-an pemerintah menggalakannya untuk dilaksanakan oleh guru sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengertian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu untuk memahami pengertian classroom action research ini perlu kita telusuri pengertian

action research. Kemmis mengatakan action research adalah “suatu bentuk

penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka”.1

Pertama kali Classroom action research diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt. Pada awalnya

classroom action research menjadi salah satu model penelitian yang

dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, seperti pada bidang pendidikan. Salah ssatu contoh pekerjaan utama pada bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling serta mengelola sekolah. Dengan demikian yang

1


(30)

menjadi subjek penelitian adalah situasi kelas, individu siswa atau di sekolah.2

Classroom action research adalah action research yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.

Classroom Action Research berfokus pada kelas atau pada proses belajar

mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Classroom Action Research harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi mengatakan Classroom Action Research melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, classroom + action + research sebagai berikut:

a. Classsroom adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

b. Action adalah sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Research adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Jadi menurutnya Classroom Action Research adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran.3

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang

dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Terdapat beberapa jenis action

research, dua diantaranya adalah penelitian tindakan perorangan

(individual action research) dan penelitian tindakan kelompok

(collaborative action research)”.4

2

Nizar Alam H dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa, 2008), h. 42.

3

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 58.

4

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal PenelitianTindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 9.


(31)

17

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa classroom action research merupakan proses yang mengevaluasi kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara sistematik dan menggunakan teknik-teknik yang relevan. Kegunaan classroom action research adalah untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi, meningkatkan tingkat efektivitas dalam proses pembelajaran, prinsip kemitraan dan meningkatkan profesionalisme guru. Esensi permasalahan guru sebenarnya di kelas, bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang mempunyai daya saing, seringkali proses pembelajaran di kelas tidak diteliti oleh guru sehingga tingkat keefektifan metode pembelajaran, media, keterkaitan RPP sulit diukur. Dengan adanya classroom action research diharapkan dapat meningkatkan segi koognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.5

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model action research dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan

(See), dan repleksi (reflecting). Keempat tahap dalam penelitian tindakan

tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.6

Classroom action research adalah salah satu sarana yang dapat

mengembangkan sikap profesional guru. Melalui Classroom Action

Research guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuanya dalam

pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial. Tujuan utama Classroom

Action Research adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar,

meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis, sehingga kadang-kadang pelaksanaanya sangat situasional dan kondisional.7

5

Nizar Alam H dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa, 2008), h. 44.

6

Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti, Panduan Lengkap PTK, (Yogyakarta:Sabda Media, 2011), h. 41.

7


(32)

Classroom action research bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi sebagai kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok batasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan CAR yakni:

a. Classroom Action Research adalah penelitian yang

mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

b. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.

c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan dalam praktik pembelajaran.8 Sedangkan lesson study telah dilaksanakan dan cukup dikenal di Indonesia sejak tahun 2006 melalui program SISTTEMS (strengthening in-service teacher training of mathematics and science education at secondary

level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI dan JICA. Lesson study

awalnya dilakukan, terutama di tiga kota, yaitu Sumedang, berkolaborasi dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Bantul berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Pasuruan berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UNM) pelaksanaanya ditekankan pada empat tahap, yaitu plan (merencanakan atau merancang), do (melaksanakan), dan see (mengamati), dan sesudah itu merefleksikan hasil pengamatan. Dalam perkembangan selanjutnya, lesson study di Indonesia didefinisikan sebagai suatu model pembinaan profesi dan pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan

8


(33)

19

berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.9

Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan UM) dan sekolah-sekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang makin dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan

Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran

diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam kelas karena observer tidak mengganggu siswa belajar tetapi lebih konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi pembelajaran.10

Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru terutama guru-guru model. Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa classroom action

research dimodifikasi menjadi lesson study yang dalam pelaksanaan pun

melakukan empat tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan

(See), dan repleksi (reflecting). Dan keduanya pun mempunyai ciri-ciri

pokok yang sama seperti classroom action research dan lesson study bersifat kolaboratif, inovatif dan bersiklus/siklusistis.

9

Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: BayuMedia, 2011), h. 32.

10

Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 28.


(34)

a.

Sejarah Lesson study

Membahas tentang sejarah lesson study yang pertama kali dicetuskan di Jepang tidak bisa dilepaskan dari kata kounaikenshu yaitu sebuah CPD (continuing professional development) bentuk pengembangan profesional berkelanjutan. Kounaikenshu yang mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an pada dasarnya adalah bentuk pelatihan berkelanjutan berbasis sekolah (school-based in service

training) dimana setiap guru secara terus menerus melakukan workshop

bersama rekan-rekannya untuk meningkatkan kualitas profesional mereka.11

Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri.

Lesson study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang

Jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau

pembelajaran, dan kenkyu yang berati study atau research pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran.12

Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyoukenkyu sendiri dalah merupakan salah satu tokoh reformasi pendidikan Jepang yang disebut sebagai suhu reformasi, yaitu Manabu Sato yang merupakan dosen Universitas Tokyo. Beliau mengemukakan perlunya perubahan dalam pola pembelajaran yang tertutup. Perubahan itu adalah penciptaan masyarakat belajar di sekolah dan membuka seluas-luasnya proses pembelajaran di kelas untuk diamati. Teknik pembelajaran yang terbuka akan menerima masukan dari yang mengamatinya.13

11

Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan

Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 1.

12

Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 20.

13


(35)

21

Di Indonesia sendiri lesson study berkembang melalui proyek IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education

Project), yaitu sebuah proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di

Indonesia JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia. Proyek yang dimulai pada tahun 1998 ini melibatkan IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (saat ini ketganya telah berubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang). Ketiga perguruan tinggi tersebut bersama JICA dan beberapa sekolah terpilih (piloting) merumuskan serangkaian program untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPA dan Matematika di Indonesia. Penerapan lesson study sendiri adalah salah satu program yang termasuk di dalamnya. Walaupun proyek IMSTEP sendiri telah selesai namun saat ini ketiga perguruan tinggi tersebut masih aktif mengembangkan lesson study di berbagai sekolah.14

Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) mengakui keunggulan dari

lesson study dalam mengembangkan kompetensi dosen dan guru. Oleh

karena itu, berbagai program dirancang dan diupayakan agar lesson

study segera tersebar ke seluruh pelosok tanah air, dosen dan guru.

Dengan demikian, yang menjalankannya dapat meningkatkan kompetensinya sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman.15

b.

Pengertian Lesson study

Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas

pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara

14

Ibid., h. 7.

15

Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: Bayumedia Publishing, 2011), h. 1.


(36)

tersebut, kata istilah itu lebih populer dengan sebutan “jugyokenkyu”

lesson study mulai dipelajari di Amerika sejak dilaporkannya hasil Third

Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1996.

Dalam bahasa Indonesia disebut “Kaji Pembelajaran”. Lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang.16

Menurut Sumar Hendayana mendefinisikan “Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan brdasarkan prinsip-prinsip

kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar”. 17

Menurut Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang

Lesson Study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran yang

dilakukan oleh para guru secara kolaboratif, berkelanjutan membangun masyarakat belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life

long learning)”.18

Sedangkan menurut Cerbin dan Kopp yang dikutip oleh Putu Ashintya Widhiartha dalam Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal bahwa Lesson study adalah sebuah proses pengembangan kompetensi profesional untuk para guru yang berasal dan dikembangkan secara sistematis dalam sisitem pendidikan di Jepang dengan tujuan utama menjadikan prosesnpembelajaran menjadi lebih baik dan efektif.19 Dengan demikian,

lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan

lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran

sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.

16

Ibid., h. 2.

17

Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007, h. 10.

18

J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di

Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan

Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011, h. 483.

19

Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan


(37)

23

Dari beberapa pengertian lesson study di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1) Istilah lesson study merupakan penerjemahan dari istilah jugyou kenkyuu, sebuah bentuk evolusi dari program pendidikan profesional "kounaikenshu" yang tumbuh dan berkembang di Jepang

2) Lesson study merupakan model pembinaan dan pendidikan

khusus bagi para pendidik, jadi bukan merupakan metode ataupun strategi pembelajaran

3) Lesson study merupakan bentuk kolaborasi antarguru dalam

rangka melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran melalui proses-proses merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons)

4) Prinsip lesson study adalah kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar

5) Proses lesson study dilakukan secara berkelanjutan

c. Konsep Lesson Study

Konsep dan praktik lesson study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang yang dalam bahasa Jepang nya disebut dengan istilah jugyokenkyuu. Makoto Yoshida orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan jugyokenkyuu. di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan lesson study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa Negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai diperaktikan. Meski pada awalnya lesson study dikembangkan pada pendidikan dasar namun saat ini ada


(38)

kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.20

Lesson study adalah sebuah frasa yang berasal dari kata-kata to

study lesson, mempelajari pelajaran. Apa yang menjadi pelajaran dalam hal ini adalah KBM (kegiatan belajar-mengajar). Lesson study pada hakikatnya merupakan kegiatan perbaikan KBM melalui studi/observasi/refleksi. Studi atau observasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk dapat kita pikirkan dalam rangka menarik suatu penjelasan (eksplanasi).

Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif

pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson

study yang dikembangkan. Berikut tipe lesson study yang telah

dilakukan oleh para guru:21

1) Lesson study berbasis sekolah

Lesson study dengan tipe ini seperti ini dilaksanakan dengan tujuan

utama untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson

study meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru

terlibat secara aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Walaupun lesson

study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang

bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya.

2) Lesson study berbasis MGMP (bidang studi)

Lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang

diuraikan sebelumnya. Perbedaannya hanya anggota komunitas yang

20Nur’aini

, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran PAI, (tt.p: t.p., t.t), h. 3.

21

Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan

Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h.47.


(39)

25

datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencangkup satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten atau lebih luas lagi.

Kegiatan awal lesson study dimulai dari tipe Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang kemudian oleh masing-masing guru MGMP dikembangkan di sekolahnya masing-masing untuk semua guru mata pelajaran sehingga menjadi lesson study berbasis sekolah. Selanjutnya diharapkan lesson study yang dikembangkan adalah lesson

study berbasis sekolah (LSBS), karena dapat diikuti oleh semua guru di

sekolah bersama kepala sekolah.

Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe leson study di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu menciptakanterobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif. Dengan langkah, cara serta roses seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar lainya.22

Lesson study berbasis MGMP memiliki dua tujuan. Tujuan yang

pertama adalah agar para guru bisa saling belajar dari realita-realita pembelajaran siswa dalam kelas yang nyata, mengapa mereka bisa atau tidak bisa belajar dengan baik dalam situasi-situasi tertentu pada pembelajaran yang diamati dan bagaimana sebaiknya guru-guru menanggapi situasi semacam itu. Kedua, oleh karena MGMP adalah perkumpulan guru-guru bidang studi yang sama, tujuan penting lainya adalah memperkuat latar belakang mereka tentang materi pelajaran.

22

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 401.


(40)

Kelebihan dan keistimewaan lesson study berbasis MGMP adalah mampu mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang saling berdekatan.23

Sedangkan lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan, pertama adalah pertama, agar semua guru dapat diobservasi dan refleksi setidaknya satu kali dalam satu tahun. Kedua, agar guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekan-rekannya sesame guru. Ketiga, agar guru dapat membentuk kolegalitas dengan cara berkolaborasi bersama sehingga terciptannya masyarakat belajar, sesuai dengan prinsif sepanjang hayat (life long learning).24 d. Tahapan lesson Study

1) Perencanaan (Plan)

Beberapa hal sebagai tahapan pertama dari lesson study apa yang direncanakan, bagaimana merencanakan, siapa yang merencanakan, pemilihan guru model buku kelas, persiapan untuk open lesson dan dan kebutuhan akan dukungan teknis. Kegiatan perencanaan ini dilakukan sebanyak dua kali. Pertemuan pertama membahas tentang permasalahan dalam pembelajaran siswa di kelas seperti, kesulitan belajar siswa, cara pembelajaran materi yang sulit diajarkan dan penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan diskusi tersebut maka diidentifikasi materi pelajaran yang akan dijadikan model RPP sekaligus dikembangkan drafnya.25

Tahap perencanaan (Plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif dan membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama (kolaboratif).

23

Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah (tt.p. : JICA, 2011), h.6.

24

Ibid., h. 68.

25


(41)

27

Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam satu kelompok lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Perencanaan diawali diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran berupa materi bidang studi atau bagaimana menjelaskan suatu konsep materi tertentu. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif.26

2) Pelaksanaan (Do)

Tahap kedua adalah open class atau tahap pelaksanaan yaitu menerapkan RPP yang sudah dirancang dan didiskusikan pada tahapan sebelumnya. Pada pelaksanaanya seorang guru disebut guru model membuka kelas (Open Class) untuk menerapkan RPP yang telah dirancang bersama, semetara guru lainya disebut observer mengamati dan mencatat proses pembelajaran yang terjadi. Pada proses pelaksanaan lesson study hal penting bagi para pengamat harus berdiri di posisi-posisi dimana mereka bisa melihat wajah para siswa. Karena tujuan lesson study adalah untuk belajar dari realita siswa (belajar dari pembelajaran).27 Tahap pelaksanaan

(Do), dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah

direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model. Sedangkan anggota kelompok lainnya mengamati.

3) Refleksi (See)

Tahap ketiga adalah refleksi. Setelah selesai pembelajaran dilakukan diskusi antara guru model dan para pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah. Diskusi diawali oleh guru model dengan menyampaikan kesan-kesan dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan hasil pengamatannya berupa komentar-komentar dan lesson learn dari proses

26

Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Kemitraan dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 11, 2009, h.55.

27

Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah (tt.p. : JICA, 2011), h.3.


(42)

pembelajaran yang baru saja dilakukan oleh guru model. Tahap refleksi merupakan bagian terpenting dalam lesson study meski banyak orang yang menganggapnya tidak begitu penting. Refleksi harus dimulai dengan mengacu pada kenyataan atau bukti-bukti yang ditemukan oleh pengamat dalam pengamatan.28

Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada guru yang bertugas sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar juga mengemukakan apa

lesson learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru

berlangsung.29Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu

lesson study dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang

harus dipersiapkan baik oleh guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran, tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang menggambarkan seting kelas yang digunakan.30

Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson

study juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam

mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing (Plan-Do-See).

28

Ibid., h. 3.

29

Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: Bayumedia Publishing, 2011), h h. 34.

30

Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 56.


(43)

29

SEE

Secara kolaboratif guru merefleksikan

keefektifan pembelajaran dan saling belajar dengan prinsip kolegalitas

Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran berorientasi praktik. Kegiatan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study di Indonesia

(Sumber: Jurnal Pendidikan Dasar oleh Effendi Zulkily, dkk., 2009)

e. Manfaat Lesson Study

Sumar Hendayana menyebutkan dalam “Profesionalisme Pendidik

dan Lesson Study” yang dikutip oleh Yudhi Fachrudin dalam skripsinya

lesson study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan:31

1) Mendukung implementasi UU No. 14/2005 tentang guru dan dosen untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

2) Mendukung implementasi PP 19/2005 SNP Pasal 19 proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

31Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model

Lesson Study

di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010, h. 30, Tidak dipublikasikan.

PLAN

Secara kolaboratif guru merencanakan

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik berbasis

permasalahan di kelas

DO Seorang guru melaksanakan pembelajaran yang berpusat peserta didik. Sementara itu guru lain mengobservasi


(44)

memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

3)Tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga akan selalu ada celah untuk melakukan perbaikan dan inovasi. Lesson study membuat guru menjadi terbuka menerima saran guna perbaikan pembelajaran. 4)Memungkinkan menghasilkan karya ilmiah berbasis penelitian kelas.

Selain dari beberapa alasan yang disebutkan di atas lesson study pun memberikan asumsi positif akan manfaat model pembelajaran ini jika dilakukan secara kolaboraif dan berkesinambungan. Berikut manfaat lesson study :32

1)Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri

2)Lesson study melatih pendidik “melihat” peserta didik.

3)Lesson study menjadikan penelitian sebagai bagian integral

pendidikan.

4)Lesson study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru.

5)Lesson study menepatkan para pendidik pada posisi terhormat

Lesson study bukan hanya memberi manfaat seperti yang telah

disebutkan di atas, lesson study juga memberikan keuntungan sekaligus pembelajaran bagi para pendidik seperti:

1)Menumbuhkan sikap bekerjasama (kolaboratif) 2)Membiasakan melakukan refleksi pasca mengajar

3)Menciptakan RPP yang benar-benar tepat untuk peserta didik 4)Menumbuhkan kebiasaan melakukannpenelitian bagi pendidik

5)Mengembangkan budaya saling berbagi dan peduli (sharing and caring)

6)Menciptakan pembelajaran yang berkualitas

7)Menemukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.

32

Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan


(45)

31

Lesson study sangat bermanfaat bagi guru dalam pembelajaran di

kelas, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kompetensinya. Dalam kegiatan lesson study guru dituntut untuk dapat melakukan perencanaan f. Kelebihan Lesson Study

Upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses pendidkan pada umumnya telah banyak dilakukan pemerintah melalui berbagai kegiatan penataran baik bersifat regional maupun nasional. Akan tetapi hasil-hasil penataran tersebut seringkali tidak bisa secara langsung diterapkan di lapangan karena berbagai alasan antar lain tidak tersedianya infrastruktur pendukung yang memungkinkan hasil penataran tersebut bisa diimplementasikan. Lesson study sebagai strategi peningkatan keprofesionalan guru di Jepang saat ini telah menyebar ke berbagai Negara termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal ini terjadi terutama sejak diterbitkannya buku The Teaching Gap tahun 1999 yang memuat uraian tentang gambaran proses pembelajaran di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat, buku tersebut mengulas tentang tradisi guru-guru di Jepang untuk belajar dari proses pembelajaran aktual yang kemudian dikenal dengan sebutan Lesson Study. Strategi lesson study memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model inservice

training guru lainya.33 Lesson study telah menjadi salah satu alternatif

yang dipilih guru-guru di Jepang dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang nantinya akan dapat mengatasi rendahnya mutu pembelajaran di Indonesia.

2.

Profsionalisme Guru

a.

Pengertian Profesi

Sebutan “guru profesioanl” juga dapat mengacu pada pengakuan terhadap kompetensi penampilan untuk kerja seseorang guru dalam melakasanakan tugasnya sebagai guru. Dengan demikian sebutan

33

Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 36.


(46)

profsioanal didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan untuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (pasal

1 ayat 4) dinyatakan bahwa “profesioanal adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.34

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu

profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya

pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuaan, keahlian, dan persiapan akademik.35

Secara sederhana profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan keahliannya

(expertise). Ini berarti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan harus

dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih dan disiapkan untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, suatu profesi erat kaitannya dengan pekerjaan yang spesifik terstandar mutunya dan dapat menjadi sumber penghasilan sesuai dengan penghargaan keprofesionalannya.36

Kunandar mendefinisikan “Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang

34

Muhammad Surya, Landasan Pendidiakan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia,2010), cet. 1, h. 76.

35

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 16.

36

Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru


(47)

33

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, propesi adalah suatu jabatan yang menuntut keahlian tetentu”. Artinya suatu jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secra khusus.37

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.

b.

Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dari profession yang berarti pekerjaan. Arifin mengatakan yang dikutip oleh Rusman dalam bukunya “

Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru” bahwa

profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau

pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Sedangkan menurut Kunandar pun mengatakan dikutip oleh Rusman dalam bukunya “Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru” bahwa profesionalisme berasal

dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.38

Profesionalisme adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada keahlian tertentu. Seorang profesional memahami apa, mengapa, dan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Mengetahui upaya dan langkah

37

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007), h. 45.

38

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 18.


(1)

L A M P I R A N | 8

105 2010).

28. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011).

1,6

29. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010).

23

30. Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa, 2009).

2, 5

31. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2006).

35

32. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005).

7

33. J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011.

10 18 ,

30 ,

50 34. Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang

menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007.

3 22

35. Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Kemitraan dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, nomor 11, 2009.

15

36. Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson study di SMA

Laboratorium Percontohan UPI Bandung”,

Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010.


(2)

L A M P I R A N | 8

106

Jakarta, 5 April 2014

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag NIP: 19710709 199803 1 001 37. Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi

Pedagogik Guru Melalui Model Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012.

11 53

38. Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP, (Malang: t.p., 2010).

2

39. Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA Universitas Malang.

9

40 Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran PAI, (tt.p: t.p., t.t).

1

41 Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: FITK, 2013).

3, 8, 10 42 Buku Panduan Implementasi Lesson Study

(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010)

25

43 Detty Herawati, wawancara, Serang, 19 November 2013.

28, 33 44 Saltiyah, wawancara, Serang, 19 November 2013 27, 29,

31 45 Mengapa Lesson Study,

http://p4tkpknips.org/2012-04/meningkatkan-kompetensi-guru-melalui-lesson-study.htm diunduh pada tanggal 14 Desember 2013.


(3)

(4)

(5)

PEMERINTAH KABUPATEN

SERANG

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 1 KRAMATWATU

Jl.Raya Cilegon KM.8 Serang (0254) 230 395

SURAT KETERANGAN

Nomor: 422/129/SMPN1. KrWatu/2014 Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yana Suryana, S.Pd, M.Pd NIP : 19610613 198303 1 008

Jabatan : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kramatwatu Dengan ini menerangkan bahwa:

Nama : Tuti Aliah

NIM : 109011000097

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Semester : (Sembilan)

Fakultas : Imu Tarbiyah dan Keguruan Tahun Akademik : 2013/2014

Telah mengadakan riset/penelitian di SMP Negeri 1 Kramatwatu pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013

Surat keterangan ini dibuat dalam rangka penyusunan skripsi yang merjudul: ”Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru ”.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


(6)