Perjanjian Kerjasama Pengadaan Obat Berdasarkan E-Catalogue Dengan Prosedur E-Purchasing Oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara Dengan PT. Merapi Utama Pharma (Studi Di Dinas Kesehatan Sumatera Utara)

(1)

105

LAMPIRAN


(2)

106


(3)

107


(4)

108


(5)

109


(6)

110


(7)

111


(8)

112


(9)

113


(10)

114


(11)

115


(12)

116


(13)

117


(14)

118


(15)

119


(16)

120


(17)

121


(18)

122


(19)

123


(20)

124


(21)

125


(22)

126


(23)

127


(24)

128


(25)

129


(26)

130


(27)

131


(28)

132


(29)

133


(30)

134


(31)

135


(32)

136


(33)

137


(34)

138


(35)

139


(36)

140


(37)

141


(38)

142


(39)

143


(40)

144


(41)

145


(42)

146


(43)

147


(44)

148


(45)

149


(46)

150


(47)

151


(48)

152


(49)

153


(50)

154


(51)

99

3.

Kendala-kendala dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat

akan membawa konsekuensi terlambatnya proses pelaksanaan perjanjian yang

membawa dampak tidak terpenuhinya hak masyarakat terhadap obat. Untuk

itu perlu adanya evaluasi dan pembenahan terhadap sistem pelaksanaan

perjanjian kerjasama pengadaan obat yang telah dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

A.

Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2013, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan

dengan Penjelasan, Alumni, Bandung.


(52)

100

________________________, 2015, Mariam Darus Badrulzman, Hukum

Perikatan dalam KUH Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Budiono, Herlien, 2011, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, Cetakan Ketiga, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT

Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hernoko, Agus Yudha, 2008, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam

Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta.

H.S. Salim, 2002, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika Offset,

Jakarta.

Ibrahim, Johanes, 2003, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak,

CV Utama, Bandung.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-Purchasing

Berdasarkan e-Katalog. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Surat Edaran Nomor

KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan

Katalog Elektronik (e-Catalogue). Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Komariah, 2008, Hukum Perdata, UMM Press, Malang.


(53)

101

Miru, Ahmadi, 2011, Hukum dan Kotrak Perancangan Kontrak, Cetakan ke-4,

PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono, 2011, Azas-azas Hukum Perjanjian, Penerbit Mandar

Maju, Bandung.

Saliman, Abdul R., 2014, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh

Kasus, Penerbit Kencana, Jakarta.

Santiago, Faisal, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media,

Jakarta.

Setiawan, R., 1999, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Putra A. Bardin Press,

Bandung.

Silondae, Arus Akbar & Andi Fariana, 2013, Aspek Hukum Dalam Ekonomi &

Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Simamora, Yohanes Sogar, 2009, Hukum Perjanjian; Prinsip Hukum Kontrak

Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Jilid I, Laksbang

PRESSindo, Yogyakarta.

Sinaga, Budiman N.P.D., 2005, Hukum Kuntrak & Penyelesaian Sengketa dari

Perspektif Sekretaris, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2013, Penelitian Hukum Normatif : Suatu

Tinjauan Singkat, Penebit Rajawali Press, Jakarta.

Subekti, R. 1976, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Penerbit Alumni,

Bandung.


(54)

102

Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Penerbit Rajawali

Pers, Jakarta.

Sutedi, Adrian, 2014, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan berbagai

Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta.

Syahrum dan Salim, 2012, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Penerbit

Citapustaka Media.

Syahrani, H. Riduan, 2004, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit

PT. Alumni, Bandung.

Yahya, Marzuki dan Endah Fitri Susanti. 2012, Buku Pintar Pengadaan Barang

& Jasa Pemerintah, Penerbit Laskar Aksara, Jakarta.

Widjaja, Gunawan, 2006, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum

Perdata, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

B.

Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat

Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue)

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah


(55)

103

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor

: 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur e-Purchasing

Berdasarkan e-Katalog. (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013)

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia,

Surat

Edaran

Nomor

KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat Berdasarkan

Katalog Elektronik (e-Catalogue). (Jakarta : Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2014)

C.

Jurnal

Arif E., & Halim, A. Identifikasi faktor-faktor penyebab minimnya penyerapan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di

Propinsi Riau tahun 2011. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi

XVI, 2014

Dian Endianingsih, Peran e-catalogue dalam proses Pengadaan Elektronik,

Jurnal Kalibrasi ISSN : 2302-7320 Vol. 13 No. 1 2015 Sekolah Tinggi

Teknologi Garut

Rozi Zulkifli, Deskripsi Perjanjian Pengadaan Obat-Obatan Antaraapotik

Pramitha Dengan PT Enseval Puteramegatrading Cabang Lampung,

Jurnal hukum Vol 4 No.16, Universitas Lampung, 2013

D.

Website

http://rizkyisninda.blog.binusian.org/analisis-penerapan-e-catalogue-di-pemerintahan/html, diakses tanggal 29 Februari 2016

http://www.mudjisantosa.net/2013/09/keuntungan-adanya-e-catalog-dan-e.html,

diakses tanggal 30 Februari 2016


(56)

104

http://hamdani-agus.blogspot.co.id/2015/04/e-purchasing_18.html,

diakses

tanggal 1 Maret 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Pejabat_pengadaan, diakses tanggal 2 Maret 2016

http://lpse.blogdetik.com/2010/01/12/e-purchasing/html, diakses tanggal 3 Maret

2016

Nurul Muslimah Kurniati, Asas Kebebasan Berkontrak, melalui http://notarisnurul

muslimahkurniati.blogspot.co.id/2009/04/asas-kebebasan-berkontrak.htmlm diakses tanggal 27 Februari 2016

Putra Wicaksono, Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama, melalui

http://iyudkidd02street17.blogspot.co.id/2012/11/perjanjian-bernama-dan-perjanjian-tidak.html, diakses tanggal 26 Februari 2016


(57)

60

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENGGUNAKAN CATALOGUE MELALUI

E-PURCHASING


(58)

61

A. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan e-catalogue 1. Pengertian

Penerapan e-catalog pada sistem pemerintahan meningkatkan kualitas layanan publik, juga meningkatkan penataan sistem dan proses kerja di dalam pemerintahan. Setiap pemerintahan telah menerapkannya dan cukup berpotensi dalam segi ekonomi dan sumber daya manusia.170 Tujuan dari analisis penerapan

e-catalogue pada kegiatan pemerintahan di Indonesia ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan dan perkembangan e-catalogue dalam sistem pemerintahan, serta mengetahui peran dan manfaat e-catalogue dalam meningkatkan efisiensi kinerja pemerintahan daerah. Sebuah paket konten yang berisi informasi tambahan tentang item yang tersedia. Paket konten harus berisi halaman HTML, atau gambar (JPEG, GIF), yang ditampilkan ketika objek disebut. Selain itu, paket konten mungkin berisi struktur direktori, dan setiap jenis file lainnya. e-catalogue dirancang dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan elektronik informasi tentang barang, produk, atau spesies. Hal ini membuat struktur penyimpanan database umum yang dapat digunakan di banyak aplikasi seperti menyimpan persediaan, produk yang diproduksi dan komponen, atau katalog dari beberapa organisme hidup dan lain – lain.171

E-catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan elektronik informasi tentang barang, produk, atau pun jasa. Sebagai bagian dari e-procurement, e-catalogue memainkan peranan yang penting karena berisikan daftar item, spesifikasi dan harga yang menjadi rujukan dalam komparasi berbagai produk sejenis. Melalui e-catalogue, pengguna jasa dapat memastikan bahwa penawaran yang disampaikan oleh vendor telah memenuhi atau tidak

170

Silvia Tanggara, Penerapan E-catalog, Jakarta : Binas Nusantara Press, 2014, hal 3

171

http://rizkyisninda.blog.binusian.org/analisis-penerapan-e-catalogue-di-pemerintahan/html, diakses tanggal 29 Februari 2016

62


(59)

62

sesuai dengan standar yang ditetapkan. E-catalogue (katalog elektronik) adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah172

Manajemen katalog memainkan peran penting dalam menciptakan siklus implementasi penuh dari solusi e-procurement. Katalog berarti "sebuah pencacahan lengkap item disusun secara sistematis dengan rincian deskriptif".173 E-catalogue adalah dokumen elektronik yang membawa spesifikasi produk, daftar dan informasi secara detail. E-catalogue dapat diakses kepada para pelanggan dan mitra melalui internet. Sebuah manajemen katalog sukses meningkatkan hubungan kerja antara pembeli dan pemasok juga secara otomatis menyediakan bagian untuk produk bersumber, pemasok dan proses pemesanan. Selain ini mereka menyediakan link ke review produk dan informasi industri.174 E-catalogue mengatur informasi rinci mengenai produk dan layanan yang ditawarkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan informasi produk dengan benar.175 E-catalogue tidak terbatas hanya menyediakan informasi rinci tetapi juga memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Membantu pemasok dalam menciptakan, menganalisis dan memvalidasi konten katalog.

b. Mengarahkan dan dapat melakukan pemantauan dan pemeliharaan semua komunikasi antara semua pihak yang terlibat.

c. Melakukan validasi terhadap konten format data, logika bisnis dan struktur coding.

d. Pemantauan semua proses manajemen katalog.

172 http://www.mudjisantosa.net/2013/09/keuntungan-adanya-e-catalog-dan-e.html,

diakses tanggal 30 Februari 2016

173 http://e-katalogalkes.com/news/13/Pengadaan-Alkes-E-catalog.html, diakses tanggal

31 Februari 2016

174 Dian Endianingsih, Op.Cit, hal 4 175 Silvia Tanggara, Op.Cit, hal 6


(60)

63

e. Memperbarui daftar pada saat produk baru di pasar dengan membuatnya tersedia bagi pelanggan.

f. Memberikan perbandingan fitur produk, memberikan masukan terkait produk dan layanan alternatif untuk pelanggan.176

2. Dasar hukum

Adapun dasar hukum pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan e-catalogue adalah:

a. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Katalog elektronik atau e-catalogue adalah system informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.177

Pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan secara elektronik.178 Dalam rangka e-purchasing, sistem katalog elektronik (e-catalogue) sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan harga Barang/Jasa.179

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue)

Katalog elektronik (e-catalogue) adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.180

176 Sopian, Abu, Dasar-Dasar Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah dalam E-catalogue,

(Jakarta : In Media; 2014), hal 61

177 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 1 angka 40

178 Ibid, Pasal 106 ayat (1) 179

Ibid, Pasal 110 ayat (1)

180 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 Pengadaan Obat Berdasarkan

Katalog Elektronik (E-Catalogue), Pasal 1 angka 1


(61)

64

Pengaturan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) bertujuan untuk menjamin transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi proses pengadaan obat dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.181

Seluruh satuan kerja di bidang kesehatan baik pusat maupun daerah dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) atau fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) Pemerintah melaksanakan pengadaan obat melalui e-purchasing berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.182

FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan dapat melaksanakan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue).183

Dalam hal pengadaan obat melalui e-purchasing berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) mengalami kendala operasional dalam aplikasi (offline), pembelian dapat dilaksanakan secara manual.184 Pembelian secara manual dilaksanakan secara langsung kepada Industri Farmasi yang tercantum dalam katalog elektronik (e-catalogue).185

Pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk oleh industri farmasi yang tercantum dalam katalog elektronik (e-catalogue) wajib memenuhi permintaan obat dari FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan dalam rangka pengadaan obat.186 Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pengadaan obat berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian

181 Ibid, Pasal 2

182 Ibid, Pasal 3 ayat (1) 183 Ibid, Pasal 3 ayat (2) 184

Ibid, Pasal 4 ayat (1)

185 Ibid, Pasal 4 ayat (2) 186 Ibid, Pasal 5 ayat (1)


(62)

65

tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.187 Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Dengan Prosedur E-Purchasing berdasarkan E-Catalogue, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.188

c. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui E-Purchasing

Terhadap proses pengadaan barang/jasa yang sedang berlangsung sebelum e-catalogue diterbitkan, maka proses pengadaan barang/jasa dapat dilanjutkan sampai selesai. Jika proses pengadaan barang/jasa tersebut dinyatakan gagal, maka proses pengadaan barang/jasa dilanjutkan dengan e-purchasing. Jika di dalam satu paket pengadaan barang/jasa terdapat sebagian atau beberapa barang/jasa telah tercantum di dalam e-catalogue, maka K/L/D/I diartikan Kementerian/Lembaga/ Daerah/Institusi melaksanakan e-purchasing terhadap sebagian atau beberapa barang/jasa tersebut.

3. Peran dan fungsi e-catalogue

E-catalogue dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat penyimpanan elektronik

informasi tentang barang, produk, atau pun jasa. Sebagai bagian dari e-procurement, e-catalogue memainkan peranan yang penting karena berisikan daftar item, spesifikasi dan harga yang menjadi rujukan dalam komparasi berbagai produk sejenis. Melalui e-catalogue, pengguna jasa dapat memastikan bahwa penawaran yang disampaikan oleh vendor telah memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Manajemen katalog memainkan peran penting dalam menciptakan siklus implementasi penuh dari solusi e-procurement. Katalog berarti "sebuah pencacahan lengkap item disusun secara sistematis dengan rincian deskriptif".

187 Ibid, Pasal 6

188 Ibid, Pasal 7


(63)

66

catalogue adalah dokumen elektronik yang membawa spesifikasi produk, daftar dan informasi secara detail. E-catalogue dapat diakses kepada para pelanggan dan mitra melalui internet. Sebuah manajemen katalog sukses meningkatkan hubungan kerja antara pembeli dan pemasok juga secara otomatis menyediakan bagian untuk produk bersumber dari pemasok dan proses pemesanan. Selain itu menyediakan link ke review produk dan informasi industri. E-catalogue mengatur informasi rinci mengenai produk dan layanan yang ditawarkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan mendistribusikan informasi produk dengan benar.

B. Pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui e-purchasing 1. Latar belakang

Di tahun 2013 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (disingkat LKPP) membuat aplikasi e-purchasing yang diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012 Tentang E-Purchasing dan Surat Edaran Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pengadaan Barang/Jasa dengan Sistem E-purchasing. Dengan sistem ini pengadaan barang/jasa bisa efektif dan efisien dalam ketepatan serta kecepatan dan lebih menghemat biaya. Sistem ini lebih transparan karena daftar, jenis, spesifikasi teknis serta harga barang dari penyedia ditampilkan secara elektronik dan dapat diakses oleh publik.

Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dilakukan dengan dua cara e-tendering (cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan) dan e- purchasing (tata cara pembelian barang/jasa


(64)

67

melalui sistem katalog elektronik). Sebagaimana telah disebutkan di atas mengenai pengertian e-purchasing, secara nyata Perpres 4 tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah memberikan perubahan dan ketegasan mengenai pelaksana purchasing. Dimana pada aturan sebelumnya, e-purchasing dilakukan oleh kelompok kerja (Pokja) unit layanan pengadaan (ULP), sedangkan pada perubahan keempat, e-purchasing dilaksanakan oleh pejabat pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan instansi/institusi (yang bertindak sebagai pemesan).

Untuk pejabat yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan e-purchasing ini tidak diwajibkan memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa. Hal ini dikarenakan pada proses e- purchasing tidak terdapat lagi penilaian kualifikasi. Pada e-purchasing hanya dilakukan pemesanan terhadap komoditas pada katalog elektronik, sementara penilaian kualifikasi dan penetapan harga telah dilakukan oleh LKPP yang dituangkan dalam kontrak payung antara LKPP dengan penyedia barang/jasa. Disisi lain, perubahan e-purchasing tersebut akan menimbulkan tanda tanya oleh sebagian penggiat pengadaan. Hal yang paling banyak diragukan adalah perihal batasan pagu dalam pelaksanaannya. Namun sebagaimana diterangkan pada Pasal 110 angka (5) Perpres 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dinyatakan bahwa tidak ada batasan bagi pelaksanaan pengadaan dengan sistem e-purchasing ini. Sejauh pengadaan dilakukan dengan sistem e-purchasing, maka proses dilakukan oleh Pejabat pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi/Institusi yang bertindak sebagai pemesan. Hal tersebut juga telah ditunjang oleh aplikasi pada layanan pengadaan secara elektronik (LPSE), dimana e-purchasing terdapat pada aplikasi e-procurement lainnya yang dilakukan oleh pemesan.189

189 http://hamdani-agus.blogspot.co.id/2015/04/e-purchasing_18.html, diakses tanggal 1

Maret 2016


(65)

68

2. Pengertian

E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.190Hal ini asumsinya adalah karena dalam e-purchasing tidak perlu dilakukan evaluasi penawaran dan kualifikasi sehingga tugas pejabat pengadaan adalah melaksanakan sistem dalam aplikasi e-purchasing. Jika kebutuhan akan barang/jasa tersedia di dalam katalog elektronik (e-catalogue), maka K/L/D/I wajib melakukan pengadaan barang dan jasa dengan e-purchasing.191

3. Dasar hukum

Adapun dasar hukum pengadaan barang dan Jasa pemerintah dengan e-purchasing adalah:

a.

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing

E-Purchasing dilaksanakan melalui aplikasi e-purchasing pada sistem pengadaan secara elektronik (SPSE) yang dikembangkan dan dikelola oleh LKPP.192 Ketentuan e-purchasing terdiri atas prosedur e-purchasing yang tercantum dalam lampiran peraturan kepala ini, syarat dan ketentuan penggunaan yang melekat pada aplikasi e-purchasing dan panduan pengguna aplikasi e-purchasing (user guide).193

Penyedia barang/jasa dikenakan sanksi apabila tidak menanggapi pesanan dalam transaksi melalui e-purchasing, tidak dapat memenuhi pesanan sesuai dengan kesepakatan dalam transaksi melalui e-purchasing tanpa disertai alasan yang dapat diterima, harga barang/jasa melalui proses e-purchasing lebih mahal dari harga barang/jasa yang dijual selain melalui e-purchasing

190 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, Pasal angka 1

191 https://id.wikipedia.org/wiki/Pejabat_pengadaan, diakses tanggal 2 Maret 2016 192

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor : 14 Tahun 2015 Tentang E-Purchasing, Pasal 16 ayat (1)

193 Ibid, Pasal 16 ayat (2)


(66)

69

pada periode penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang sama dan/atau membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan katalog elektronik.194

Apabila penyedia barang/jasa tidak menanggapi pesanan dalam transaksi melalui e-purchasing dan tidak dapat memenuhi pesanan sesuai dengan kesepakatan dalam transaksi melalui e-purchasing tanpa disertai alasan yang dapat diterima maka penyedia barang/jasa akan peringatan tertulis.

Dalam hal penyedia barang/jasa tidak membayar denda dimaksud maka pejabat penandatangan/pengesahan tanda bukti perjanjian melaporkan kepada LKPP agar penyedia barang/jasa dikenakan sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi e-purchasing atas barang/jasa yang dipesan.195LKPP melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan e-purchasing. Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka menjamin penyedia barang/jasa melaksanakan kewajiban sesuai dengan kontrak katalog, harga barang/jasa yang dicantumkan dalam katalog elektronik tidak lebih mahal dari harga barang/jasa yang dijual diluar katalog elektronik pada periode penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang sama, harga barang/jasa melalui proses e-purchasing tidak lebih mahal dari harga barang/jasa yang dijual selain melalui e-purchasing pada periode penjualan, jumlah, dan tempat serta spesifikasi teknis dan persyaratan yang sama, pelaksanaan proses pemilihan penyedia barang/jasa dalam rangka katalog elektronik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.196 K/L/D/I dan

194

Ibid, Pasal 18 ayat (2)

195 Ibid, Pasal 20 ayat (9) 196 Ibid, Pasal 24 ayat (2)


(67)

70

penyedia barang/jasa melaporkan kemajuan realisasi transaksi setiap kontrak katalog melalui aplikasi e-purchasing.197

K/L/D/I dapat melaksanakan pengadaan barang/jasa selain melalui e-purchasing dengan melalui e-lelang cepat apabila total volume kontrak sudah terpenuhi, dan penyedia barang/jasa tidak bersedia menambah volume kontrak, pemesanan baru ditolak oleh penyedia barang/jasa, barang sudah tidak diproduksi lagi atau satu-satunya barang/jasa dalam katalog elektronik sedang dikenakan sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi e-purchasing atau penurunan pencantuman dari katalog elektronik.198

b.

Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui E-Purchasing

Kewajiban K/L/D/I melakukan e-purchasing dikecualikan dalam hal barang/jasa belum tercantum dalam e-catalogue, Spesifikasi teknis barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh K/L/D/I, penyedia barang/jasa tidak menanggapi pesanan sedangkan kebutuhan terhadap barang/jasa tersebut mendesak dan tidak dapat ditunda lagi, penyedia barang/jasa tidak mampu menyediakan barang baik sebagian maupun keseluruhan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa karena kelangkaan ketersediaan barang (stock), penyedia barang/jasa tidak mampu melayani pemesanan barang/jasa karena keterbatasan jangkauan layanan penyedia barang/jasa, penyedia barang/jasa tidak dapat menyediakan barang/jasa sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan setelah pejabat pembuat komitmen (PPK)/pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi menyetujui pesanan barang/jasa, penyedia barang/jasa dikenakan sanksi

197 Ibid, Pasal 24 ayat (4) 198 Ibid, Pasal 27


(68)

71

administratif berupa penghentian sementara dalam sistem transaksi e-purchasing dan/atau harga katalog elektronik pada komoditas online shop dan hasil negosiasi harga barang/jasa melalui e-Purchasing untuk komoditas online shop pada periode penjualan, jumlah, merek, tempat, spesifikasi teknis,dan persyaratan yang sama, lebih mahal dari harga barang/jasa yang diadakan selain melalui e-purchasing.

Dalam hal aplikasi e-purchasing mengalami kendala operasional yang menyebabkan aplikasi tersebut belum/tidak dapat dipergunakan, maka pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e-purchasing dilakukan secara offline (manual) dengan cara e-purchasing melalui pejabat pengadaan : 1) PPK menyampaikan permintaan secara tertulis kepada pejabat pengadaan

dengan mengacu pada spesifikasi teknis, harga, dan penyedia barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue untuk melaksanakan proses pengadaan barang/jasa

2) Pejabat pengadaan melakukan negosiasi dan membuat berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi

3) Pejabat pengadaan mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa kepada penyedia barang/jasa yang tercantum pada e- catalogue

4) Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan pembelian barang/jasa 5) PPK menyetujui pembelian barang/jasa

6) Penerbitan tanda bukti perjanjian.

E-purchasing langsung dilaksanakan oleh PPK

(1) PPK melakukan negosiasi terhadap barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue dan membuat berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi;


(69)

72

(2) PPK mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa secara tertulis kepada penyedia barang/jasa yang terdaftar pada e- catalogue;

(3) Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas permintaan pembelian barang/jasa;

(4) Penerbitan tanda bukti perjanjian.

E-purchasing melalui pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi

1.1 Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi melakukan negosiasi terhadap barang/jasa yang tercantum pada e-catalogue dan membuat berita acara negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi;

1.2 Pejabat yang ditetapkan oleh pimpinan institusi mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa secara tertulis kepada penyedia barang/jasa yang terdaftar pada e-catalogue;

1.3 Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas permintaan pembelian barang/jasa;

1.4 Penerbitan tanda bukti perjanjian.

Tanda bukti perjanjian pada e-purchasing dapat berupa:

1. Bukti pembelian yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)

2. Kuitansi yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

3. Surat perintah kerja (SPK) yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) 4. Surat perjanjian yang digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya

diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); atau 5. Surat pesanan.


(70)

73

Pelaksanaan e-purchasing termasuk tindakan pemecahan paket pengadaan barang/jasa dalam rangka menghindari pelelangan sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (3) huruf c Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 berikut perubahannya.

4. Pedoman dan pelaksanaan e-purchasing

E

purchasing dibuat agar proses untuk pengadaan produk barang/jasa pemerintah dapat dilakukan secara elektronik. Dalam e purchasing produk barang/jasa pemerintah, terdapat fitur untuk pembuata n paket, unduh (download) format surat pesanan/surat perjanjian, unggah (upload) hasil scan kontrak yang sudah ditandatangan, sampai dengan cetak pesanan produk barang/jasa pemerinta

h. dengan adanya

e-purchasing produk barang/jasa pemerintah, diharapkan proses pengadaan pr oduk barang/jasa pemerintah dapat lebih efisien dan lebih transparan.

Produk yang sudah tampil di

e--catalogue produk barang/jasa pemerintah dapat dibeli dengan menggunakan e-purchasing. E-catalogue produk barang/jasa pemerintah menampilkan informasi penyedia produk, spesifikasi produk, harga, serta gambar dari pro duk barang/jasa pemerintah.

Pembelian secara elektronik (e-purchasing) membawa manfaat besar dalam hal mempercepat proses pengadaan dan memberikan harga lebih efisien. Untuk membangun sistem e-purchasing diperlukan adanya:

a. Electronic catalogue. Untuk katalog memerlukan standarisasi barang/jasa. Penyelenggara e-catalogue dapat mengacu ke standar yang sudah ada. b. Institusi penyelenggara e-purchasing.


(71)

74

c. Regulasi yang menaungi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Regulasi mencakup juga kontrak payung (framework contract) antara pembeli dan penjual. Di pemerintahan, pembeli adalah instansi-instansi pemerintah pusat maupun daerah. Framework contract dapat dilakukan antara supplier (penyedia produk) dengan salah satu instansi pusat untuk mewakili seluruh pembeli atau pengguna jasa.

d. Database yang besar dan selalu terbaru (up to date) tentang barang/jasa. Database ini sebaiknya terintegrasi dengan sistem di penyedia barang/jasa sehingga dapat diketahui stok dari barang yang dicantumkan di dalam sistem.199

E-purchasing dapat dilakukan di instansi pemerintah melalui regulasi. Di dalam draft Perpres Pengadaan Barang/Jasa pengganti Keppres 80 Tahun 2003, dimungkinkan adanya e-purchasing. Untuk mewujudkannya masih memerlukan beberapa langkah lagi seperti dibahas sebelumnya. Implementasi dapat dilakukan secara bertahap dan memerlukan strategi karena ada efek samping yang cukup besar, salah satunya yaitu terpotongnya jalur distribusi. Sebelum ada regulasi dan standarisasi maka e-purchasing tidak dapat diterapkan.

Pelaksanaan e-purchasing yaitu akses ke dalam e-purchasing produk barang/jasa pemerintah penyedia dapat mengakses e-purchasing melalui alamat katalog.lkpp.go.id, kemudian pilih login untuk masuk ke dalam aplikasi. Selanjutnya tampil halaman login, isikan untuk username dan password (gunakan username & password yang sudah terdaftar di SPSE), kemudian klik login. Saat penyedia baru pertama kali masuk ke dalam aplikasi, penyedia akan diminta memilih apakah bertindak sebagai Penyedia dan distributor/pelaksana pekerjaan, penyedia atau distributor. Pilihan ini bersifat permanen, apabila penyedia berlaku

199 http://lpse.blogdetik.com/2010/01/12/e-purchasing/html, diakses tanggal 3 Maret 2016


(72)

75

sebagai distributor/ pelaksana pekerjaan, maka pilih penyedia dan distributor/pelaksana pekerjaan. Apabila penyedia berlaku sebagai penyedia saja, maka pilih penyedia saja. Setelah memilih dan klik tombol submit, maka aplikasi akan logout secara otomatis, kemudian penyedia dapat melakukan login kembali. Apabila berhasil login, maka akan tampil halaman syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi.

BAB IV

TINJAUAN ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN OBAT DENGAN E-CATALOGUE MELALUI E-PURCHASING ANTARA DINAS KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN PT. MERAPI UTAMA PHARMA

A. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan Catalogue melalui E-Purchasing

Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah proses untuk menyediakan kebutuhan obat di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat publik dan


(73)

76

perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Dalam melakukan pengadaan obat perlu memperhatikan beberapa kriteria diantaranya kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan, persyaratan pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, penerimaan dan pemeriksaan obat dan pemantauan status pesanan.

Tujuan dari melakukan pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, menjamin mutu sediaan obat, obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Proses pengadaan obat yang efektif akan menjamin ketersediaan obat yang baik dalam jumlah yang tepat, harga yang wajar dan kualitas yang sesuai dengan standar yang diakui.200

Semua definisi tetap mengacu pada definisi yang tercantum dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman e-Purchasing di Lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi lainnya.

1. Pengguna (user) adalah pemakai aplikasi e-purchasing yang memiliki User ID dan Password yang telah terregistrasi di LPSE;

2. User ID adalah nama dan pengenal unik sebagai identitas diri dari pengguna yang digunakan untuk beroperasi dalam website LPSE;

3. Password adalah kumpulan karakter yang digunakan oleh pengguna untuk memverifikasi User ID pada website LPSE;

4. User ID dan Password yang masih aktif dapat digunakan oleh pengguna untuk mengikuti pengadaan melalui aplikasi e-purchasing;

200

http://buletinfarmasi.blogspot.co.id/2011/11/perencanaan-pengadaan-dan-distribusi.html, diakses tanggal 3 April 2016

78


(74)

77

5. Dengan menjadi pengguna aplikasi e-purchasing maka pengguna dianggap telah memahami, mengerti dan menyetujui semua isi di dalam persyaratan dan ketentuan pengguna sistem e-purchasing obat pemerintah, petunjuk penggunaan, dan ketentuan lain yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Proses/prosedur e-purchasing terdiri dari panitia pengadaan/ULP membuat paket pekerjaan dalam e-purchasing. Panitia pengadaan/ULP memasukkan data yang diminta dalam e-purchasing untuk pembuatan paket pekerjaan. Satu paket pekerjaan dapat terdiri dari beberapa jenis dan jumlah obat. Setelah paket dibuat, panitia pengadaan/ULP memasukkan data-data obat yang akan dibeli sesuai dengan e-catalogue obat yang ada dalam portal pengadaan nasional (INAPROC). Setelah data-data obat yang akan dibeli lengkap, PPK mengunduh format kontrak pengadaan dan melakukan kontrak dengan PT Merapi Utama Pharma. Kesepakatan yang sudah ada dalam contoh format kontrak dapat ditambah maupun dikurangi sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara PPK dengan distributor tersebut.

Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemajuan teknologi informasi lebih mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/jasa, karena penyedia barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan, tetapi cukup melakukannya secara online pada website pelelangan elektronik.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dimana pada dasarnya obat termasuk dalam kriteria barang/jasa khusus karena jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh menteri kesehatan sehingga dapat dilakukan pengadaan melalui penunjukan langsung.


(75)

78

Dengan dikembangkannya sistem e-catalogue untuk obat, maka pengadaan obat oleh K/L/D/I dapat dilaksanakan dengan:

a. Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar e-catalogue portal pengadaan nasional dilakukan dengan prosedur e-purchasing.

b. Pengadaan obat yang belum ada dalam e-catalogue menggunakan proses pengadaan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

Pengadaan obat yang tersedia dalam daftar di sistem e-catalogue obat portal pengadaan nasional dilakukan dengan prosedur e-purchasing. E-purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem catalogue obat. Adapun pengertian e-catalogue obat adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga obat dari berbagai penyedia barang/jasa tertentu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan E-Catalogue terdapat tata cara/prosedur dalam melakukan pengadaan obat pemerintah yang akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Persiapan

Pengadaan obat dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) atau Pejabat Pengadaan Satuan Kerja berdasarkan perintah dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja di Bidang Kesehatan.

(a) Satuan kerja bidang kesehatan di daerah maupun pusat menyampaikan rencana kebutuhan obat kepada PPK

(b) PPK melihat e-catalogue obat dalam portal pengadaan nasional yang memuat nama, provinsi, nama obat, nama penyedia, kemasan, harga satuan terkecil, distributor dan kontrak payung penyediaan obat.

(c) PPK menetapkan daftar pengadaan obat sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran yang terdiri atas


(76)

79

1.1 Daftar pengadaan obat berdasarkan e-catalogue 1.2 Daftar pengadaan obat di luar e-catalogue

(d) Daftar pengadaan obat berdasarkan e-catalogue ditandatangani oleh PPK selanjutnya diteruskan kepada Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan untuk diadakan dengan metode e-purchasing.

(e) Daftar pengadaan obat di luar e-catalogue ditandatangani oleh PPK selanjutnya diteruskan kepada Pokja ULP/pejabat pengadaan untuk diadakan dengan metode lain sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012.

2) Pengadaan obat dengan e-purchasing

Pengadaan obat dengan e-purchasing berdasarkan e-catalogue dilakukan oleh PPK dan Pokja ULP/pejabat pengadaan melalui aplikasi e-purchasing pada website layanan pengadaan secara elektronik (LPSE). Untuk dapat menggunakan aplikasi tersebut PPK dan Pokja ULP/pejabat pengadaan harus memiliki kode akses (user id dan password) dengan cara melakukan pendaftaran sebagai pengguna kepada LPSE setempat. Adapun tahapan e-purchasing adalah sebagai berikut :

(a) Pokja ULP/pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi e-purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat sebagaimana tercantum dalam formulir yang diberikan oleh PPK

(b) Pokja ULP/pejabat pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket pengadaan.

(c) Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat melalui e-purchasing dari Pokja ULP/ pejabat pengadaan memberikan


(77)

80

persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor/ PBF. Apabila menolak harus menyampaikan alasan penolakan.

(d) Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ pejabat pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.

(e) PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah disetujui dengan distributor/pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk penyedia obat/ industri farmasi.

(f) Distributor/pedagang besar farmasi (PBF) kemudian melaksanakan penyediaan obat sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli.

(g) PPK selanjutnya mengirim perjanjian pembelian obat serta melengkapi riwayat pembayaran dengan cara mengunggah pada aplikasi e-purchasing.

(h) PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak dipenuhi oleh penyedia obat/ industri farmasi kepada kepala lembaga pengadaan barang/jasa pemerintah (LKPP).

Dalam hal aplikasi e-purchasing mengalami kendala operasional/ offline (gangguan daya listrik, gangguan jaringan atau kerusakan aplikasi) maka pembelian dapat dilakukan secara manual dengan tetap melalui koordinasi PPK dan Pokja ULP/ pejabat pengadaan beserta pihak penyedia obat/ industri farmasi. Tahapan yang dilakukan dalam pengadaan obat secara manual yaitu :

1.1 Pokja ULP/ pejabat pengadaan membuat paket pembelian obat dalam aplikasi e-purchasing berdasarkan daftar pengadaan obat sebagaimana tercantum dalam formulir yang diberikan oleh PPK.

1.2 Pokja ULP/ pejabat pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan pembelian kepada penyedia obat/ industri farmasi yang termasuk dalam kelompok paket pengadaan.


(78)

81

1.3 Penyedia obat/ industri farmasi yang telah menerima permintaan pembelian obat melalui dari Pokja ULP/ pejabat pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat dan menunjuk distributor/pedagang besar farmasi (PBF). Apabila menolak harus menyampaikan alasan penolakan.

1.4 Persetujuan penyedia obat/ industri farmasi kemudian oleh Pokja ULP/ Pejabat Pengadaan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.

1.5 PPK selanjutnya melakukan perjanjian/ kontrak jual beli terhadap obat yang telah disetujui dengan distributor/ pedagang besar farmasi (PBF) yang ditunjuk penyedia obat/ industri farmasi

1.6 Distributor/ pedagang besar farmasi (PBF) kemudian melaksanakan penyediaan obat sesuai dengan isi perjanjian/ kontrak jual beli.

Dalam hal terdapat gangguan teknis pada aplikasi e-purchasing sehingga aplikasi tersebut tidak dapat dipergunakan untuk sementara waktu, maka K/L/D/I dapat melakukan proses pengadaan tanpa melalui prosedur e-purchasing (secara manual/offline) dengan tetap mengacu pada harga dan penyedia yang dimuat dalam e-catalogue. Proses pengadaan yang dilakukan secara manual tersebut memerlukan dokumen pengadaan yang meliputi undangan negosiasi, berita acara proses negosiasi, permintaan pembelian dan perjanjian pembelian.

Untuk melaksanakan e-catalogue pengadaan obat buffer stok, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015 Nomor 440.442/6667/VII/2015 surat

perjanjian ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut “kontrak”) dibuat dan

ditandatangani di Medan pada hari senin tanggal tiga bulan Juli tahun dua ribu lima belas antara Sri Suriani Purnamawati, Ssi, Apt M.Kes selaku Kuasa pengguna anggaran, yang bertindak untuk dan atas nama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44/1070/KPTS/2014 tanggal 22 Desember 2014 tentang Pengguna Anggaran/Barang, Kuasa Pengguna


(79)

82

Anggara/Barang disebutkan bahwa bendahara penerima, bendahara pengeluaran, bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka pengelolaan keuangan daerah tahun anggaran 2015 selanjutnya disebut “KPA” dan Drs Sunardi Manager Cabang yang bertindak untuk dan atas nama PT Merapi Utama Pharma yang berkedudukan di Medan, selanjutnya disebut “Penyedia”.

PT Merapi Utama Pharma

didirikan di Indonesia, pada tahun 1973 dengan

akte pendirian Nomor 4 tertanggal 27 Juni 1973 dengan Notaris Kartini Muljadi, SH.

Selanjutnya akte perusahaan/kuasa nomor 25 tanggal 12 Januari 2015 dengan Notaris

Ny. Heidi Ratnawati Porwayla, SH.

PT Merapi Utama Pharma memiliki nama manager

cabang yang bernama Drs Sunardi. Perseroan Terbatas didirikan Undang-Undang RI, yang anggaran dasar dan perubahannya telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI.

Kantor perusahaan ini beralamat di Jl. Tapian Nauli Pasar 1 No.5

Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.

Perjanjian kerjasama pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma berlaku efektif pada tanggal penandatanganan surat perjanjian oleh para pihak atau pada tanggal yang ditetapkan dalam SSKK (Syarat-Syarat Khusus Kontrak). Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK. PT. Merapi Utama Pharma harus menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang ditentukan dalam SSKK. Apabila PT. Merapi Utama Pharma berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal karena keadaan di luar pengendaliannya dan PT. Merapi Utama Pharma telah melaporkan kejadian tersebut kepada KPA maka KPA dapat melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas PT. Merapi Utama Pharma dengan addendum kontrak.


(80)

83

PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada rapat persiapan kontrak untuk disetujui oleh KPA. Program mutu disusun oleh PT Merapi Utama Pharma paling sedikit berisi informasi pengadaan barang, organisasi kerja PT Merapi Utama Pharma, jadwal pelaksanaan pekerjaan, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja dan pelaksanaan kerja. Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan. PT. Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk memutakhirkan program mutu jika terjadi addendum kontrak dan peristiwa kompensasi. Pemutakhiran program mutu harus menunjukkan perkembangan kemajuan setiap pekerjaan dan dampaknya terhadap penjadwalan sisa pekerjaan, pemutakhiran program mutu harus mendapat persetujuan dari KPA.

Berdasarkan hasil penelitian perjanjian kerjasama antara

Dinas Kesehatan

dalam melakukan kerjasama dengan

PT. Merapi Utama Pharma

harus memenuhi

syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata dan syarat khusus yang

dibuat Dinas Kesehatan. Prosedur pengajuan perjanjian kerjasama dilakukan melalui

tahap-tahap pengajuan, dilanjutkan dengan pengiriman berkas ke

PT. Merapi Utama

Pharma

dan berkas di klarifikasi, setelah itu berkas dikirim kembali ke

PT. Merapi Utama Pharma

untuk memberitahukan tentang apakah Dinas Kesehatan layak/tidak

untuk melakukan perjanjian kerjasama.

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja

diterbitkan SP (surat pesanan) dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, KPA bersama dengan penyedia menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma adalah program mutu, organisasi kerja, tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan apabila


(81)

84

ada, rincian rencana pengiriman dan rencana pabrikasi barang, jika barang yang akan diadakan memerlukan pabrikasi.

B. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan E-Catalogue melalui E-Purchasing

Pengadaan secara elektronik atau e-procurement merupakan pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemajuan teknologi informasi mempermudah dan mempercepat proses pengadaan barang/ jasa, karena penyedia barang/jasa tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) untuk melihat, mendaftar dan mengikuti proses pelelangan tetapi cukup melakukannya secara online melalui website pelelangan elektronik.

Pengadaan barang/ jasa secara elektronik dapat dilakukan dengan sistem e-purchasing. Sistem e-purchasing merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/ jasa yang dapat dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/ jasa yang terdaftar pada sistem elektronik. Prinsip pemilihan penyedia barang/ jasa sebagaimana mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 yaitu secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Dengan sistem tersebut maka proses pengadaan obat yang dilakukan oleh seluruh satuan kerja di bidang kesehatan mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan hingga Rumah Sakit Pemerintah dilakukan berdasarkan katalog elektronik (e-catalogue) dengan sistem e-purchasing.

Hak dan kewajiban timbal balik KPA dan penyedia dinyatakan dalam kontrak yang meliputi khususnya:

1. KPA mempunyai hak dan kewajiban untuk:


(82)

85

a. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Merapi Utama Pharma.

b. Meminta laporan-laporan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Merapi Utama Pharma.

c. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasaran yang dibutuhkan oleh PT. Merapi Utama Pharma untuk kelancaran pekerjaan sesuai ketentuan kontrak. d. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak

yang telah ditetapkan kepada PT. Merapi Utama Pharma.201 2. PT. Merapi Utama Pharma mempunyai hak dan kewajiban untuk:

a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak

b. Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari KPA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketantuan kotrak

c. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada KPA

d. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak

e. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan KPA

f. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak

g. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.202

201

Surat Perjanjian Nomor 440.442/6667/VII/2015 tentang Melaksanakan E-Katalog pengadaan obat Buffer Stock Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Tahun 2015

202 Ibid


(83)

86

C. Tinjauan atas Perjanjian Kerjasama Pengadaan obat dengan E-Catalogue melalui E-Purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma

Perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma telah ditandatangi perjanjian kontrak dua belah pihak antara pemerintah dengan PT Merapi Utama Pharma. KPA telah meminta PT Merapi Utama Pharma untuk menyediakan barang sebagaimana diterangkan dalam SSUK (syarat-syarat umum kontrak) selanjutnya disebut pekerjaan pengadaan barang. PT Merapi Utama Pharma dinyatakan kepada KPA, memiliki keahlian profesional, personil, dan sumber daya teknis serta telah menyetujui untuk menyediakan barang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam kontrak ini. KPA dan PT Merapi Utama Pharma menyatakan memiliki kewenangan untuk menandatangani kontrak ini, dan mengikat pihak yang diwakili, KPA dan PT Merapi Utama Pharma mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penandatangan Perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma masing-masing pihak telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk di damping oleh advokat, menandatangani kontrak ini setelah meneliti secara patut, telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan kontrak ini, telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam kontrak ini beserta semua fakta dan kondisi yang terkait.

Dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma telah sesuai dengan isi atau materi perjanjian pengadaan obat yang telah disepakati. Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue


(84)

87

melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma adalah:

1. Pelaksanaan pekerjaan

Lingkup pekerjaan berupa barang yang akan diadakan harus sesuai dengan daftar kuantitas dan harga. PT Merapi Utama Pharma harus menyediakan barang yang memenuhi spesifikasi dan standar yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis dan gambar yang disusun berdasarkan standar yang ditetapkan dalam SSKK. Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, KPA jika dipandang perlu dapat mengangkat pengawas pekerjaan yang berasal dari personil KPA. Pengawas pekerjaan berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Dalam melaksanakannya, pengawas pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan KPA. Jika tercantum dalam SSKK, pengawas pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah KPA. PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk melaksanakan semua perintah pengawas pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan pekerjaan dalam kontrak ini. Pemeriksaan bersama dilakukan apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma, KPA bersama-sama dengan penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan, untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat membentuk panitia/pejabat peneliti pelaksanaan kontrak atas usul KPA. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak, maka harus dituangkan dalam addendum kontrak.

Jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi sesuai SSKK. Biaya pelaksanaan inspeksi termasuk dalam harga kontrak. PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk menyelesaikan pengiriman barang sesuai dengan jadwal pengiriman. Dokumen rincian pengiriman dan dokumen terkait lainnya diatur dalam SSKK. Sarana


(85)

88

transportasi yanag dipakai diatur dalam SSKK. Untuk barang-barang yang mudah rusak atau berisiko tinggi, PT Merapi Utama Pharma harus memberikan informasi secara rinci tentang cara penanganannya.

PT Merapi Utama Pharma harus mengasuransikan barang-barang yang akan diserahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan yang tercantum dalam SSKK. Penyedia harus mengasuransikan pengiriman barang-barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan yang tercantum dalam SSKK. Asuransi terhadap barang harus diteruskan sampai ke tempat tujuan akhir, sebagaimana ditetapkan dalam SSKK. Semua biaya penutupan asuransi telah termasuk dalam nilai kontrak.

PT Merapi Utama Pharma bertanggungjawab untuk mengatur pengangkutan barang (termasuk pemuatan dan penyimpanan) sampai dengan tempat tujuan pengiriman. Transportasi barang harus diteruskan sampai dengan tempat tujuan akhir sebagaimana ditetapkan dalam SSKK. Semua biaya transportasi (termasuk pemuatan dan penyimpanan) telah termasuk di dalam nilai kontrak. Semua risiko terhadap kerusakan atau kehilangan barang tetap berada pada PT Merapi Utama Pharma dan tidak akan beralih kepada KPA sampai dengan tempat tujuan pengiriman.

KPA berhak untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian atas barang untuk memastikan kecocokannya dengan spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan dalam kontrak. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan sendiri oleh PT Merapi Utama Pharma dan disaksikan oleh KPA atau diwakilkan kepada pihak ketiga. Biaya pemeriksaan dan pengujian ditanggungjawab oleh PT Merapi Utama Pharma.

Pemeriksaan dan pengujian dilakukan di tempat yang ditentukan dalam SSKK dan dihadiri oleh KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan. PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk memberikan akses kepada KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan tanpa biaya. Jika pemeriksaan dan pengujian dilakukan di luar tempat tujuan akhir maka semua biaya kehadiran KPA dan/atau


(86)

89

pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan merupakan tanggungan KPA. Atas pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang terpisah dari serah terima barang, KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan membuat berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh KPA dan/atau pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan dan PT Merapi Utama Pharma.

Hasil uji coba dituangkan dalam berita acara. Apabila pengoperasian barang tersebut memerlukan keahlian khusus maka harus dilakukan pelatihan kepada KPA oleh PT Merapi Utama Pharma, biaya pelatihan termasuk dalam harga barang. Apabila hasil uji coba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam kontrak, maka PT Merapi Utama Pharma memperbaiki atau mengganti barang tersebut, dengan biaya sepenuhnya ditanggung PT Merapi Utama Pharma.

Waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali kontrak diputuskan lebih awal, penyedia berkewajiban menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya pada tanggal penyelesaian yang ditetapkan dalam SSKK. Jika pekerjaan tidak selesai pada tanggal penyelesaian bukan akibat keadaan kahar atau peristiwa kompensasi karena kesalahan atau kelalaian penyedia dikenakan denda. Jika keterlambatan tersebut semata-mata disebabkan oleh peristiwa kompensasi maka KPA dikenakan kewajiban pembayaran ganti rugi. Denda atau ganti rugi tidak dikenakan jika tanggal penyelesaian disepakati oleh para pihak untuk diperpanjang.

Perpanjangan waktu, jika terjadi peristiwa kompensasi sehingga penyelesaian pekerjaan akan melampaui tanggal penyelesaian maka PT Merapi Utama Pharma berhak untuk meminta perpanjangan tanggal penyelesaian berdasarkan data penunjang. KPA berdasarkan pertimbangan pengawas pekerjaan memperpanjang tanggal penyelesaian harus dilakukan melalui addendum kontrak jika perpanjangan tersebut mengubah masa perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma.


(87)

90

KPA berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT Merapi Utama Pharma. Apabila diperlukan KPA dapat memerintahkan kepada pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT Merapi Utama Pharma.

KPA berdasarkan pertimbangan pengawas pekerjaan harus telah menetapkan ada tidaknya perpanjangan dan untuk berapa lama, dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah PT Merapi Utama Pharma meminta perpanjangan. Jika PT Merapi Utama Pharma lalai untuk memberikan peringatan dini atas keterlambatan atau tidak dapat bekerja sama untuk mencegah keterlambatan maka keterlambatan seperti ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memperpanjang tanggal penyelesaian.

KPA membayar kepada penyedia atas pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak sebesar harga kontrak. Harga kontrak telah memperhitungkan keuntungan, beban pajak dan biaya overhead serta biaya asuransi yang meliputi juga biaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Pembayaran uang muka dapat diberikan kepada PT Merapi Utama Pharma sesuai ketentuan dalam SSKK untuk pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material dan/atau persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan barang. Jaminan uang muka diterbitkan oleh bank umum, perusahaan penjamin, atau menjual produk jaminan (suretyship) ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pengembalian uang muka harus diperhitungkan berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan harus lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100%.

2. Penyelesaian kontrak

Setelah pekerjaan 100% (seratus perseratus), PT Merapi Utama Pharma mengajukan permintaan secara tertulis kepada KPA untuk penyerahan pekerjaan. Serah terima barang dilakukan di tempat sebagaimana ditetapkan dalam SSKK.


(88)

91

Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, KPA menugaskan panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan. Pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh PT Merapi Utama Pharma. Apabila terdapat kekuarangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, pejabat/penitia penerima hasil pekerjaan menyampaikan kepada KPA untuk meminta penyedia memperbaiki/ menyelesaikannya. Pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan berkewajiban untuk memeriksa kebenaran dokumen identitas barang dan membandingkan kesesuaiannya dengan dokumen rincian pengiriman. Jika identitas barang tidak sesuai dengan dokumen rincian pengiriman pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan dapat secara langsung meminta PT Merapi Utama Pharma melakukan pemeriksaan serta pengujian barang. Jika barang dianggap tidak memenuhi persyaratan kontrak maka pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan berhak untuk menolak barang tersebut. Atas pelaksanaan serah terima barang, pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan oleh pejabat/panitia penerima hasil pekerjaan dan PT Merapi Utama Pharma. Jika pengoperasian barang memerlukan keahlian khusus maka PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk melakukan pelatihan sebagaimana tercantum dalam jadwal pengirim dan penyelesaian kepada KPA atau pihak lain yang ditunjuk oleh KPA. Biaya pelatihan termasuk dalam nilai kontrak. Penilaian hasil pekerjaan, dilaksanakan oleh panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan. Jika barang tidak dikirimkan sesuai jadwal pengiriman bukan akibat keadaan kahar atau karena kesalahan atau kelalaian PT Merapi Utama Pharma maka PT Merapi Utama Pharma dikenakan denda keterlambatan.

PT Merapi Utama Pharma dengan jaminan pabrikan dari produsen pabrikan berkewajiban untuk menjamin bahwa selama penggunaan secara wajar oleh KPA, barang tidak mengandung cacat mutu yang disebabkan oleh tindakan atau kelalaian penyedia atau cacat mutu akibat desain, bahan dan cara kerja. Jaminan bebas cacat


(89)

92

mutu ini berlaku sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah serah terima barang atau jangka waktu lain yang ditetapkan dalam SSKK. KPA akan menyampaikan pemberitahuan cacat mutu kepada penyedia segera setelah ditemukan cacat mutu tersebut selama masa layanan purnajual. Terhadap pemberitahuan cacat mutu oleh KPA, penyedia berkewajiban untuk memperbaiki atau mengganti barang dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan tersebut. Jika PT Merapi Utama Pharma tidak memperbaiki atau mengganti barang akibat cacat mutu dalam jangka waktu yang ditentukan maka KPA akan menghitung biaya perbaikan yang diperlukan dan KPA secara langsung atau melalui pihak ketiga yang ditunjuk oleh KPA akan melakukan perbaikan tersebut. PT Merapi Utama Pharma berkewajiban untuk membayar biaya perbaikan atau penggantian tersebut sesuai dengan klaim yang diajukan secara tertulis oleh KPA. Biaya tersebut dapat dipotong oleh KPA dari nilai tagihan atau jaminan pelaksanaan PT Merapi Utama Pharma.

Terlepas dari kewajiban penggantian biaya, maka KPA berwenang untuk melakukan penyedia yang lalai memperbaiki cacat mutu ke dalam daftar hitam. PT Merapi Utama Pharma diwajibkan memberikan petunjuk kepada KPA tentang pedoman pengoperasioan dan perawatan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam SSKK dan apabila PT Merapi Utama Pharma tidak memberikan pedoman pengoperasian dan perawatan, KPA berhak menahan pembayaran sebesar 5 (lima) persen dari nilai kontrak. PT Merapi Utama Pharma harus melaksanakan beberapa atau semua layanan lanjutan sebagaimana tercantum dalam SSKK.

Penyelesaian pembayaran hanya dapat dilaksanakan setelah barang dinyatakan diterima sesuai dengan berita acara serah terima barang dan bilamana dianggap perlu dilengkapi dengan berita acara hasil uji coba. Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada PT Merapi Utama Pharma karena terjadinya cidera janji/wanprestasi. Besarnya denda yang dikenakan kepada PT Merapi Utama Pharma


(90)

93

atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan untuk setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi dan 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi. Ganti rugi dan kompensasi kepada peserta dituangkan dalam addendum kontrak. Pembayaran ganti rugi dan kompensasi dilakukan oleh KPA apabila PT Merapi Utama Pharma telah mengajukan tagihan disertai perhitungan dan data-data.

Penyelesaian perselisihan, para pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan kontrak ini atau interprestasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini. Cara menyelesaikan perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak dapat dilakukan melalui musyawarah, arbitrase mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan dengan hak-hak yang terdapat dalam kontrak. Para pihak-hak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa menonjolkan kepentingan masing-masing pihak. Apabila selama kontrak, salah satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.

3. Adendum

Kontrak hanya dapat diubah melalui addendum kontrak. Perubahan kontrak dapat dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak, meliputi perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak, perubahan jadwal pelaksanaan akibat adanya perubahan pekerjaan dan perubahan nilai kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan, perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga.


(91)

94

Perubahan kontrak tidak dapat dilakukan untuk kontrak lump sum dan bagian lump sum dari kontrak gabungan lump sum dan harga lump sum. Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat membentuk panitia/pejabat pelaksanaan kontrak atas usul KPA.

Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya anggaran dan paling tinggi 10% dari nilai kontrak awal. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh KPA secara tertulis kepada penyedia kemudian dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak awal dan hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan addendum kontrak.

Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan waktu terhentinya kontrak akibat keadaan kahar. KPA dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan setelah melakukan penelitian terhadap usulan tertulis yang diajukan oleh penyedia. KPA dapat menegaskan panitia/pejabat pelaksanaan kontrak untuk meneliti kelayakan usaha perpanjangan waktu pelaksanaan. Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan dalam addendum kontrak.

4. Keadaan kahar

Keadaan kahar dalam kontrak ini adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Akibat terjadi keadaan kahar, maka penyedia memberitahukan kepada KPA paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya keadaan kahar, dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari pejabat yang berwenang, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal yang merugikan akibat perbuatan atau kelalaian para pihak. Jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerjasama


(1)

ii

5. Bapak Sunarto Adiwibowo, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 8. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 9. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum, selaku Ketua Program

Kekhususan Hukum Perdata BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Ibu Rosmalinda SH, LLM, selaku Dosen Wali atau Dosen Penasehat Akademik penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk selama menjalani proses pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pendidikan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

12. Segenap Staff Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas bantuannya yang memudahkan penulis mencari bahan – bahan referensi untuk skripsi ini.

13. Bapak Drs. Afwan, Apt, MM, selaku Sekretaris di Dinas Kesehatan Sumatera Utara yang telah memberikan ijin kepada saya untuk riset di Dinas Kesehatan Sumatera Utara.

14. Kepada kedua orang tua yang saya sayangi, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang tulus kepada saya sehingga dapat menyelesaikan sekolah hingga pada tahap ini.

15. Kepada kakak dan abang tersayang, kakak Elvrida Sidabalok S,Si dan abang Daniel Freddy Sidabalok S,Si yang sudah memberikan dukungan dan kasih sayang sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

16. Kepada teman spesial, abang Daniel HTP yang sudah membantu, mendukung dan menemani saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 17. Kepada kakak, abang dan teman sepelayanan saya NHKBP Bethel

Tanjung Selamat yang memberikan doa dan dukungannya.

18. Sahabat terbaik serta teman – teman nongkrongnya penulis di kampus maupun di luar kampus selama perkuliahan, Tipa, Tiffany, Silvie, Mery, Pudes, Puka, Citek, Lisa, Mifta, Eca, Leha dan lain – lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu karena terlalu banyak, terima kasih atas kebersamaan, kebaikan serta supportnya selama ini.


(2)

iii

19. Teman – Teman seperjuangan Grup F Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengisi hari – hari kuliah penulis selama ini dan juga teman – teman seangkatan stambuk 2012 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan yang ada pada penulis. Akan tetapi penulis tetap memberikan pengharapan bahwa skripsi ini dapat memberikan sedikit sumbangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata diucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan kepada penulis. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembacanya.

Medan, April 2016 Penulis

Ruth Angeline. S


(3)

iv ABSTRAK Ruth Angeline S * Sunarto Adi Wibowo **

Rabiatul Syahriah ***

Pengadaan obat dilaksanakan berdasarkan e-catalogue obat dengan menggunakan metode pembelian secara elektronik (e-purchasing) tercantum dalam e-catalogue obat yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan latar belakang diatas, dipilih judul tentang “Perjanjian kerjasama pengadaan obat berdasarkan e-catalogue dengan prosedur e-purchasing oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma (Studi di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara). Adapun permasalahan yang timbul dalam penulisan ini adalah bagaimanakah prosedur pelaksanaan pengadaan obat menggunakan e-catalogue melalui e-purchasing, bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan pengadaan obat menggunakan e-catalogue melalui e-puchasing dan bagaimanakah perjanjian kerjasama pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-puchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma.

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris, sedangkan sumber data yang dipakai dalam skripsi ini berupa data primer dan data sekunder serta pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan dan wawancara. Analisis data yang diperoleh yakni dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan kesimpulan penulis bahwa prosedur pelaksanaan pengadaan obat menggunakan e-catalogue melalui e-purchasing terdiri dari panitia pengadaan / ULP membuat paket pekerjaan dalam e-purchasing. Panitia pengadaan / ULP memasukkan data yang diminta dalam e-purchasing untuk pembuatan paket pekerjaan. Satu paket pekerjaan dapat terdiri dari beberapa jenis dan jumlah obat. Panitia pengadaan/ULP memasukkan data-data obat yang akan dibeli sesuai dengan e-catalogue obat yang ada dalam portal. Kontrak kerjasama pengadaan obat mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dengan tanggal mulai dan penyelesaian keseluruhan pekerjaan. Kewajiban utama pihak Dinas Kesehatan adalah membayar harga pesanan obat-obatan sesuai dengan penawaran, sedangkan haknya adalah menerima pasokan obat-obatan dari PT Merapi Utama Pharma. Kewajiban utama PT Merapi Utama Pharma adalah memenuhi kebutuhan pesanan obat-obatan, sedangkan haknya adalah menerima sejumlah pembayaran dari harga persanan obat-obatan. Perjanjian kerjasama pengadaan obat antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT. Merapi Utama Pharma. KPA meminta PT. Merapi Utama Pharma untuk menyediakan barang. KPA dan PT. Merapi Utama Pharma dengan sepakat dan menyetujui dalam hal harga kontrak dan dokumen kontrak. Waktu penyelesaian pekerjaan sudah diputuskan lebih awal, PT. Merapi Utama Pharma berkewajiba menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya pada tanggal penyelesaian yang ditetapkan dalam SSKK.

Kata kunci : Perjanjian, pengadaan obat, e-catalogue, prosedur e-purchasing *) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis


(4)

v

**) Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I

***) Dosen/ Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II


(5)

6 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

Bab I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penelitian. ... 9

F. Keaslian Penulisan ... 12

G. Sistematika Penelitian ... ……. 12

BAB II : PERJANJIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENURUT KETENTUAN HUKUM PERDATA DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA ... 15

A. Perjanjian Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata ... 15

1. Pengertian Perjanjian ... 15

2. Asas-asas Perjanjian ... 18

3. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian ... 23

4. Jenis-jenis Perjanjian ... 26

5. Wanprestasi ... 31

6. Berakhirnya Perjanjian ... 33

B. Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya ... 41

1. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ... 43

2. Prinsip dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ... 45

3. Jenis-jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ... 45

4. Perbedaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan Kontrak pada Umumnya ... 48

5. Hak dan Kewajiban para Pihak ... 52

6. Pemutusan Kontrak dan Penyelesaian Perselisihan ... 59 BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

MENGGUNAKAN E-CATALOGUE MELALUI E-PURCHASING 62

A. Pengadaan barang dan Jasa pemerintah dengan e-catalogue ... 62 v


(6)

7

1. Pengertian ... 62

2. Dasar Hukum ... 64

3. Peran dan Fungsi e-catalogue ... 67

B. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah melalui e-purchasing ... 68

1. Latar Belakang ... 68

2. Pengertian ... 70

3. Dasar Hukum ... 70

4. Pedoman dan Pelaksanaan e-purchasing ... 75

BAB IV : TINJAUAN ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN OBAT DENGAN E-CATALOGUE MELALUI E-PURCHASING ANTARA DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN PT. MERAPI UTAMA PHARMA ... ……… 78

A. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan e-catalogue melalui e-purchasing ….... ... 78

B. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Pelaksanaan Pengadaan obat Menggunakan e-catalogue melalui e-purchasing ... ……… 87

C. Tinjauan atas Perjanjian Kerjasama Pengadaan obat dengan e-catalogue melalui e-purchasing antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan PT Merapi Utama Pharma... 89

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN