Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PROGRAM MALARIA

DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

OLEH:

APRIL SABRI NASUTION NIM 122410032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PROGRAM MALARIA DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

APRIL SABRI NASUTION NIM 122410032

Medan, April 2015 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul

“Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”.

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Lapangan Kerja (PKL) di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 4. Ibu Sri Suriani Purnamawati, S.Si., M.Kes., Apt., selaku kepala Bidang

Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan yang telah memberi izin pelaksanaan PKL di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.


(4)

5. Bapak Popi Patilaya, S.Si, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.

7. Seluruh staf dan karyawan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu selama melaksanakan PKL.

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis Surya Ramayani Manurung,Rahma maya sari, Rahmadhani, Shalihin Amta, Indra Lesmana, yang telah memberikan semangat, bantuan dan masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Japijor Nasution, S.Pd.I., Ibunda Hj. Hotnida, Kakak penulis Jani Nasution, S.Kep., Nurse., Septi Novita Nasution Am.Keb., Abang penulis Muhajir Lelo nasution S.Ps.I., Abdul Gani Jamora Nasution S.Pd.I dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis,

APRIL SABRI NASUTION NIM 122410032


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR LAMPIRAN ………... vii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Tujuan ……… 4

1.3 Manfaat ……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 5

2.1 Obat……… 5

2.2 Malaria………... 6

2.2.1 ObatAnti Malaria………. 8

2.3 Pengelolaan ………. 9

2.3.1 Perencanaan ………... 10

2.3.2 Pengadaan………... 10

2.3.3 Penerimaan………. 12

2.3.4 Penyimpanan………... 12

2.3.5 Pendistribusian………... 19

2.3.6 Pencatatan danPelaporan ……….. 19


(6)

3.1 Prosedur……….. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 23

4.1 Hasil ……… 23

4.2 Pembahasan ……… 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 26

5.1 Kesimpulan ………. 26

5.2 Saran………... 26

DAFTAR PUSTAKA ………... 27


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: SiklusHidupPlasmodium Malaria padaTubuh

NyamukAnopheles spp (seksual) danTubuhManusia

(aseksual)………... 29

Lampiran 2: BandinganSelDarahMerah Yang Terinfeksi Plasmodium ………... 30

Lampiran 3………...……... 31

A.Penyesuaian Obat yang di Terima Oleh Petugas……... 31

Lampiran 4………. 31

A.Kondisi Gudang ………... 31

B.Kondisi Penyimpanan Obat Malaria……….... 32

C.Ruang Penyimpanan Obat Khusus………... 32

D.Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin Mutu Obat Selama Penyimpanan………. 33

Lampiran 5………. 34

A.Transportasi yang Tersedia Untuk Penditribusian……... 34

B.Tabel Daftar Distribusi Obat………. 35

C.Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)……….... 36


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, karena obat dapat menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Pada umumnya obat dapat disimpan pada suhu kamar. Akan tetapi beberapa injeksi seperti Oksitosin memerlukan suhu penyimpanan antara 4-8 0C , agar mutu dapat bertahan sampai dengan tanggal kadaluwarsa yang tertera pada label. Selain penting obat mempunyai karakteristik tersendiri dalam proses penyimpanannya. Untuk menjaga kualitas obat diperlukan tempat penyimpanan obat yang sesuai dengan karakteristik masing-masing jenis obat. Vaksin memerlukan tempat penyimpanan dengan range suhu 0-7 0C (Cold Chain). Untuk tablet dan kapsul dapat disimpan di suhu kamar. Sedangkan untuk tablet salut dan larutan oralit memerlukan dengan kelembaban rendah (DepKes RI, 2005).

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau


(9)

gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006).

Malaria adalah penyakit yang telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit tersebut khas, mudah dikenal, dengan demam yang naik turun yang teratur desertai menggigil. Dahulu, penyakit malaria disebabkan oleh kutukan Dewa seiring wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar kota Roma. Penyakit malaria banyak ditemukan didaerah rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya. Itulah yang menjadi dasar penamaan “malaria”, yang tersusun dari dua kata, “mal” (buruk) dan “area” (udara) sehingga dapat diartikan bahwa malaria adalah udara buruk (badair). Abad ke-19, Laveran menemukan “bentuk pisang” (banana form) dalam darah seorang penderita malaria. Setelah itu diketahui bahwa malaria disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di daerah rawa (Sorontou, 2013).

Pencegahan penyakit malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat dengan cara sebagai berikut: (Sorontou, 2013).

- Mengobati penderita dan penduduk yang peka dan berdiam di daerah endemik.

- Mengobati karier malaria dengan menggunakan primakuin, karena agens tersebut mampu memberantas gametosit malaria. Akan tetapi, hindari penggunaan obat tersebut secara massal karena efek sampingnya.

- Memberi pengobatanprofilaksis pada individu yang akan memasuki daerahendemis malaria.


(10)

- Memberatas nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularnya menggunakan insektisida yang sesuai, dengan cara memusnahkan sarang nyamuk Anopheles.

- Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada kulit, jika berada di luar rumah pada malam hari.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang merupakan suatu siklus yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah terjadinya perbekalan yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat (DepKes RI, 2006).

Penyediaan obat yang cukup akan obat yang tepat dan berkualitas dengan jumlah yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh ketepatan permintaan dari unit pelayanan. Dengan demikian pengelolaan dan penggunaan obat merupakan suatu siklus yang saling terikat dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain (KemenKes RI, 2012).

Pada pengamatan ini, pengelolaan obat program malaria di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ditetapkan persyaratannya melalui standar dari Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian. Dimana persyaratan dalam pengelolaan obat didalam Pedoman Pengelolaan Obat Publik tahun 2003.

Sehubungan denganpengelolaan obatprogram malaria itu penting bagi Institusi kesehatan yang menjamin mutu obat, jenis dan jumlah obat yang tepat,


(11)

maka penulis tertarik untuk menulis Tugas Akhir yangberjudul“Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program Malaria di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memenuhi standar sebagai sarana dan prasarana serta pengelolaan obat atau tidak berdasarkan PedomanPengelolaan Obat Publik tahun 2003.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pengamatan ini adalah sebagai sumber informasi bagi lembaga-lembaga instalasi farmasi apakah pengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat program Malaria di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memenuhi standar sebagai sarana dan prasarana pengelolaan obat atau tidak berdasarkan Pedoman Pengelolaan Obat Publik tahun 2003.


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat

Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan (KemenKes RI, 2011).

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,mencegah, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (KemenKes RI, 2012).

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menetukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah/ rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni,2006).


(13)

2.2 Malaria

Malaria adalah penyakit yang telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit tersebut khas, mudah dikenal, dengan demam yang naik turun yang teratur desertai menggigil. Dahulu, penyakit malaria disebabkan oleh kutukan Dewa seiring wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar kota Roma. Penyakit malaria banyak ditemukan didaerah rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya. Itulah yang menjadi dasar penamaan “malaria”, yang tersusun dari dua kata, “mal” (buruk) dan “area” (udara) sehingga dapat diartikan bahwa malaria adalah udara buruk (badair). Abad ke-19, Laveran menemukan “bentuk pisang” (banana form) dalam darah seorang penderita malaria. Setelah itu diketahui bahwa malaria disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di daerah rawa (Sorontou, 2013).

Malaria merupakan penyakit infeksi parasitik yang terpenting didunia, dengan prakiraan satu miliar orang dalam resiko tertular penyait ini. Setiap tahunnya 2,5 juta penderita meninggal dunia, sebagian anak-anak yang berumur di bawah 5 tahun. Di daerah malria dengan endemisitas tinggi, sebagian besar anak mengalami lebih dari saatu episode klinik dengan berbagai tingkat keparahan yang berbeda-beda sebelum mereka mengalami kekebalan parsial (parsial immunity) terhadap infeksi parasit ini. Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu Plasmodium falsiparum, yang paling banyak menimbulkan kematian,Plasmodium vivax, P.ovale, P.ovale, P.malariae.Ciri khas morfoligi


(14)

Plasmodium falsiparum: gametosit berbentuk pisang

P.vivax: trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi membesar ukurannya

P.ovale: sel darah merah yang terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi  P.malariae: trofozoid dewasa berbentuk pita (band-from)

Siklus hidup Plasmodium (Lampiran 1) (Sorontou, 2013).

Siklus hidup Plasmodium malaria berlangsung pada manusia dan nyamuk. Parasit

Plasmodiumyang menginfeksi manusia terbagi menjadi empat spesies dan pada umumnya berlangsung dalam tubuh manusia. Siklus hidup Plasmodiumterbagi menjadi dua yakni: (Sorontou, 2013).

- Siklus seksual (sporogoni) terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles, sebagai pejamu atau host definiti.

- Siklus aseksual (skizogoni) terjadi dalam tubuh manusia sebagai pejamu

intermediet.Siklus aseksual terbagi menjadi 2 siklus, yaitu siklus eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit) dan siklus dalam sel parenkim hati dalam darah (skizigoni eksoeritrosit)atau stadium jaringan dengan:

- Skizogoni praeritrosit(skizogoni eksoelektrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan

- Skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati. Dengan demikian, di dalam tubuh manusia, terjadi siklus hidup aseksual yang terdiri atas empat tahap, yaitu tahap skizogoni, tahap skizogoni eksoeritrositik, tahap skizogoni eritrositik, dan tahap gametogoni.tahap skizogoni praeritrosit, skizigoni eritrositik, dan gametogoni berlangsung di dalam eritrosit. Stadium sporozoit


(15)

yangmasuk bersama gigitan nyamuk dan liurnya, mula-mula masuk dan berkembang biak dalam jaringan sel-sel parenkim hati pada tahap skizogoni preeritrositik. Berlangsung tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama 8 hari pada P. vivax, 6 hari pada P. falsifarum, dan 9 hari pada P. ovale, namun sulit ditentukan lamanya pada P. malariae. Siklus preeritrositik dalam jaringan hati pada P.falsifarum hanya berlangsung satu kali (local liver cycle). Keadaan tersebut disebut skizogoni eksoeritositik, yang merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab terjadinya relaps (kekambuhan) pada malaria vivax, malaria ovale, dan malaria malariae.

Bandingan Sel darah merah yang terinfeksiPlasmodium (Lampiran 2) (Prasetyo, 2004).

Tingginya kasus malaria falciparum di berbagai tempat di Sumatera Utara dengan proporsi lebih dari 50% penyebab malaria berpotensi menciptakan masalah kesehatan yang lebih serius, karena umumnya kasus-kasus malaria

falciparum yang kronis diikuti dengan gejala penyakit yang berat dan membawa kematian penderitanya (DinKes Prov. SU, 2010).

Malaria yang disebabkan oleh 4 spesies Plasmodium sering sukar dibedakan secara klinik tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium. Walaupun berawal ringan, penyakit ini harus segera diobati mengingat kemungkinan terjadinya

komplikasi tak berpulih (irreversible) pada spesies tertentu (DepKes RI, 2012).

2.2.1 Obat Anti Malaria

1. Klorokuin


(16)

tersebutmasuk ketubuh manusia melalui gigitan nyamukAnophelesbetina yang terinfeksi.Orang yang terkena malaria mengalami serangan demam tinggi yang berulang disertai menggigil. Klorokuin dapat menurunkan demam dalam waktu dua puluh empat sampai empat puluh delapan jam. Obat ini harus disimpan pada suhu kamar, dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak (DepKes RI, 2006).

2. Kuinin

Kuinin (kina) adalah obat anti malaria yang digunakan untuk terapisupresi dan pengobatan serangan klinis pada malaria. Obat ini berefek skizontosi yang bekerja terhadap merozoid dan eritrosit (fase eritrosit), sehingga tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi penghancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik. Obat ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering, pada suhu kamar, dan di jauhkan dari anak-anak (DepKes RI, 2006).

3. Primakuin

Primakuin adalah obat anti malaria yang membunuh parasit yangterdapat di sel hati. Obat ini tidak berguna untuk mengobati serangan akuttapidiberikan bersama dengan klorokuin untukmemastikan pengobatan yanglengkap terhadapbeberapa jenis malaria.Jugaobatini untukmemutuskan jalur penyakit malaria dari nyamuk. Obat ini harus disimpandalam wadahtertutup rapat, pada suhu kamar (DepKes RI, 2006).

2.3 Pengelolaan

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang merupakan suatu siklus yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,


(17)

penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah terjadinya perbekalan yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat(DepKes RI, 2006).

2.3.1 Perencanaan

Menurut keputusan Menkes No. 1197 tahun 2004, perencanaan merupakan proses pemilihan jenis,jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Perencanaan obat tersebut menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan, yaitu konsumsi, epidemiologi, dan kombinasi metode komsumsi dan epidemiologi. Tujuan dari perencanan obat adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya stok out (kekosongan) obat (Bogenta, 2012).

Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah:

1. Mendapatkan jenisdanjumlahsediaanfarmasi danperbekalankesehatan yang sesuai kebutuhan.

2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/ penumpukan obat.

Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaanfarmasi dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan (DepKes RI, 2006).

2.3.2 Pengadaan

Suatuproses kegiatan yang bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi denganjumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhanpelayanan

(DepKes RI, 2006).

Untuk menentukan sistem pengadaan, perlu dipertimbangkan mengenai jenis,sifat, dan nilai barang/jasa tersebut yaitu: (Bogadenta, 2012).


(18)

- Efisien; pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana serta daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapatdipertanggungjawabkan.

- Efektif; pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya, sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

- Terbuka dan bersaing; pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat prosedur yang jelas serta transparan.

- Transparan; semua ketentuan dan serta informasi mengenai pengadaanbarang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, dan penetapan calon penyedia barang/jasa, bersifat terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luaspada umumnya.

- Adil atau tidak diskriminatif; memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun.

- Akuntabel; harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan, maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat, sesuai dengan prinsip-prinsipserta ketentuan yang berlakudalam pengadaan barang/jasa.


(19)

2.3.3 Penerimaan

Penerimaan adalah suatu kegiatan dengan menerimaobat-obatan yangdiserahkan dari unit pengelolah yang lebih tinggi kepada unit pengeloladibawahnya (DepKes RI, 2003).

Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan pengguanaan obat berikutkelengkapan catatan yang menyertainya (KemenKes RI, 2010).

2.3.4 Penyimpanan

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara mendapatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang di terima padatempat yang aman dan dapat menjamin mutunya.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam penyimpanan adalah : 1. Pemeriksaan organoleptik

2. Pemeriksaan kesesuaian antara surat pesanan dan faktur

3. Kegiatan administrasi penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang dapat menjamin mutu (bila ditaruh dilantai harus di atas palet, ditata rapi diatas rak, lemari khusus untuk Narkotika dan Psikotropik) (KemenKes RI, 2006).

Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan yang baik bertujuan untukmemelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga kelangsungan persediaan dan memudahkan pencarian


(20)

danpengawasan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya sarana prasarana yang ada di Instalasi Farmasi.Adapunsaranayang minimal sebaiknya tersedia adalah sebagai berikut :

a. Gedung dengan luas 300 m2 – 600 m2

b. Kenderaan roda dua dan empat, dengan jumlah 1 – 3 unit c. Komputer + printer, dengan jumlah 1 – 3 unit

d. Telepon dan Facsimile, dengan jumlah 1 unit

e. Sarana penyimpanan, seperti : rak, palet, lemari obat (KemenKes RI, 2009). Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatanyang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan dari penyimpanan adalah : Agarobatyangtersedia di unitpelayanankesehatan mutunya dapat dipertahankan (DepKes RI, 2003).

A. Persyaratan Gudang Dan Pengaturan Penyimpanan Obat

1. Persyaratan gudang

- Cukup luas minimal 3 x 4 m2 - Ruangan kering tidak lembab

- Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas

- Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindari adanya cahaya langsung dan berteralis

- Lantai dibuatdari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain,


(21)

- Dinding dibuat licin

- Hindari dari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam - Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat

- Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda

- Tersedialemari/laci khusus untuk Narkotika danPsikotropika yang selalu terkunci

- Sebaiknya ada pengatur suhu ruangan 2. Pengaturan penyimpanan obat : - Obat disusun secara alfabetis

- Obat dirotasi secara sistem FIFO dan FEFO - Obat disimpan pada rak

- Obat yang disimpan pada lantai harus di letakkan diatas palet - Tumpukan dus harus sesuai dengan petunjuk

- Cairan dipisahkan dari padatan

- Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin

B. Kondisi Penyimpanan

1. Kelembaban

Udaralembab dapat mempengaruhiobat-obatanyangtidaktertutup

sehinggamempercepatkerusakan.Untukmenghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upayaberikut :

- Ventilasi harus baik, jendela di buka - Simpan obat ditempat yang kering


(22)

- Bila memungkinkan pasangkipas angin atau AC.Karena makin panas udara di dalam ruanganmaka udara semakin lembab

- Biarkanpengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul - Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki 2. Sinar matahari

Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari.Sebagai contoh : injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsanya.Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :

- Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap - Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka - Obat yang penting dapat disimpan di lemari - Jendela-jendela diberi gorden

- Kaca jendela dicat putih 3. Temperatur/ Panas

Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindari obat dari udara panas.Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa obat harus disimpan didalam lemari pendingin pada suhu 4-8 derajatcelcius, seperti :

- Vaksin

- Sera dan produk darah - Antitoksin


(23)

- Insulin

- Injeksi antibiotik yang sudah dipakai (sisa) - Injeksi oksitosin

4. Kerusakan fisik

Untuk menghindari kerusakan fisik :

- Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah kebawa dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas

- Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak tertulis pada karton maka maksimal

- ketinggian tumpukan delapan dus

- Hindari kontak dengan benda-benda yang tajam 5. Kontaminasi bakteri

Wadahobat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.

6. Pengotoran

Ruanganyang kotor dapatmengundang tikus dan serangga lain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai disapu dan dipel, dindingdan rak dibersihkan.

C. Bila Ruang Penyimpanan Kecil - Dapat digunakan sistem dua rak


(24)

- Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai di letakkan di bagian rak A sedangkan sisanya di bagian rakB

- Pada saat mulai menggunnakan obat di rak A maka pesanan mulai dikirimkan ke gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat yang dipesan diharapkan sudah datang

- Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari beberapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat diterima (waktu tunggu)

- Misalnya permintaan dilakukan setiap empat bulan dan waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua bulan. Maka jumlah pemakaian empat bulan dibagi sama rata untuk rak A dan rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu bulan maka ¾ bagian obat disimpan di rak A dan ¼ bagian di rak B

D. Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat

1. Pengaturan penyimpanan obat

Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sedian dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya.

2. Penerapan sistem FIFO dan FEFO

Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahuludari obat yang datang kemudian dan First Expired First Out (FEFO) untuk


(25)

masing-masing obat, artinya obat yang lebih kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsanya kemudian. Hal ini sangat penting karena:

- Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya berkurang

- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya

3. Obat yang sudah diterima

Disusun sesuai dengan pengelompokan untuk memudahkan pencarian, pengawasan dan pengendalian stok obat.

4. Pemindahan

Harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak. 5. Golongan antibiotik

Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya matahari, di simpan di tempat kering.

6. Vaksin dan serum

Harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan disimpan dalam lemari es. Kartu teperatur yang terdapat dalam lemari es harus selalu di isi.

7. Obat Injeksi

Disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari. 8. Bentuk dragee (tablet salut)

Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan pengambilannya menggunakan sendok.


(26)

Supaya waktu kadaluwarsanya dituliskan pada dos luar dengan menggunakan spidol.

10.Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus

Seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.

11.Cairan diletakkan di rak bawah 12.Kondisi penyimpanan beberapa obat

- Beri tanda/ kode obat

- Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun tersebut

- Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unitpelayanan kesehatan

2.3.5 Pendistribusian

Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2003).

Kegiatan penyimpanan dan distribusi memegang peranan penting dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Kegiatan ini akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana penyimpanan dan distribusi yang memadai (KemenKes RI, 2011).

2.3.6 Pencatatan Dan Pelaporan

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah : (DepKes RI, 2003). - Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan


(27)

- Sumber data untuk pembuatan laporan

BAB III


(28)

Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Deskriptif Non Analitik. Data diperoleh berdasarkan hasil pengamatan selama berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diadakan pada tanggal 2 bulan Februari 2015 sampai dengan tanggal 28 Februari 2015. Tempat pengamatandi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang berada di jalan Prof. HM Yamin SH No. 41 AA Medan. Pengamatan ditujukan kepada sistem, ketepatan dan kesesuaian kepada Protap (prosedur tetap) yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Adapun prosedur didalam pengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malaria yang diamati sebagai berikut:

3.1 Prosedur Pengelolaan Obat 1. Penerimaan Obat-obatan

- Memeriksa kesesuaian fisik terhadap jumlah, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, harga perolehan, pabrik dan distributor obat-obatan dengan berita acara serah terima barang dari bendahara barang dinas kesehatan - Menginformasikan kepada bendahara barangapabilaterjadiketidaksesuaian

agar dilakukan perbaikan

- Mencatatjumlah, nomor batch,tanggalkadaluwarsa,harga perolehanpabrikandan distributor obat-obatan ke dalambuku penerimaan - Membuat berita acara penerimaan obat-obatan

2. Penyimpanan Obat-obatan


(29)

- Menyimpan obat-obatan dan perbekalan kesehatan pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu menjamin mutu dan stabilitas

- Setiap penyimpanan obat-obatanharus mengikuti prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dan harus dicatat di dalam kartu persediaan obat-obatan

- Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan

- Menghindari penyimpanan obat-obatandengan kekuatan berbeda dalam satu wadah

3. Pendistribusian Obat-obatan

1. Menyiapkan kelengkapan dokumen pendistribusian melalui : LPLPO

- LPLPO yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan - Berita acara serah terima obat-obatan

- Surat pengantar barang Non LPLPO

2. Berita acara serah terima obat-obatan 3. Surat pengantar barang

- Melakukan pendistribusian dengan transportasi yang tersedia

BAB IV


(30)

4.1 Hasil

1.Penerimaan Obat-obatan

Penerimaan obat-obatan sesuai dengan posedur yang berlaku diantaranya: pemeriksaan kesesuaian fisik terhadap jumlah, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, harga perolehan, pabrik dan distributor obat-obatan dan membuat berita acara serah terima barang dari bendahara barang dinas kesehatan.

(Lampiran 3: Penyesuaian Obat yang di Terima Oleh Petugas).

2. Penyimpanan Obat-obatan

Penyimpanan obat-obatan sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu mencakup pencatatan informasi obat-obatan kedalam kartu stok dan kartu stok induk. Penyimpanan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu menjamin mutu dan stabilitas. Akan tetapi tidak mengikuti prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan (mutasi obat). Dan menjaga mutu obat sewaktu dalam penyimpanan. (Lampiran 4: Kondisi Gudang, Kondisi Penyimpanan Obat Malaria,Ruang Penyimpanan ObatKhusus, Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin Mutu Obat Selama Penyimpanan).

3.Pendistribusian Obat-obatan

Pendistribusian obat-obatan memenuhi syarat dan prosedur yang berlaku dalampendistribusian obat-obatan diantaranya: telah menyiapkan kelengkapan dokumenpendistribusian LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)ataudokumen Non LPLPO dan obat di distribusi dengan transportasi yang bisa menjaga mutu obat.


(31)

(Lampiran 5: Transportasi yang Tersedia Untuk Penditribusian, Tabel Daftar Distribusi Obat, SBBK, Berita Acara Pengeluaran Barang ).

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwapengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malaria di Instalasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utaratelah memenuhi standar sebagai sarana dan prasarana. Hal ini membuktikan bahwa sistem, ketepatan dan kesesuaian kepada Protap (prosedur tetap) yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara telah dijalankan dengan baik dan benar maka terciptanya kondisi yang baik. Dari kondisi yang lebih baik lagi memungkinkan terciptanya jamin mutu obat yang baik serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat didalam pengelolaan obat program malaria.

Penerimaan adalah suatu kegiatan dengan menerimaobat-obatanyang

diserahkan dari unit pengelolah yang lebih tinggi kepada unit pengeloladi bawahnya (DepKes RI, 2003).

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara mendapatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang di terima padatempat yang aman dan dapat menjamin mutunya (KemenKes RI, 2006).

Kegiatan penyimpanan dan distribusi memegang peranan penting dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Kegiatan ini akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana penyimpanan dan distribusi yang memadai (KemenKes RI, 2011).


(32)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan


(33)

Dari hasil pengamatan pengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malaria di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat program malaria memenuhi persyaratan sebagai sarana dan prasarana dalam hal penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malariadimana pengelolaan obat program malaria yang diamati memenuhi persyaratanyang ditetapkandalamPedoman Pengelolaan Obat Publik tahun 2003.

5.2 Saran

Disarankan kepada penulisselanjutnya untuk

melakukanpengamatanpengelolaanobat program denganmenggunakanmetodelainsepertiDeskriptif yang menggunakan data primer

dan data sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Bogadenta, Aryo. (2012). Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika. Halaman 154-155, 162-163.


(34)

Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Di puskesmas. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 2-4, 10-11, 13-31, 42.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi Kefarmasian. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-2.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan klinik. Direktorat Jenderal Bina kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 6-9.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Informasi Obat Bagi Pengelola Obat Di Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 13-19.

Departemen Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Halaman 107-109.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2010). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2009. Medan : DinKes Prov. SU. Halaman 77-80.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2014). Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2013-2018. Medan : DinKes Provinsi Sumatera Utara. Halaman 43-45.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Profil Pengelolaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Di Kabupaten Atau Kota Provinsi Sumatera Utara. Derektorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 23.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di Puskesmas. Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 16-24, 27.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Profile Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 1-3, 9-10, 18, 23-29, 31, 75.


(35)

Kementrian Kesehatan RI. (2012). Modul : Pergerakan Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 1-2. 81-82, 187. Kementrian Kesehatan RI. (2012). Modul II : Materi Pelatihan Peningkatan

Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Kader. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 20.

Prasetyo, Heru. (2004). Atlas Berwarna ProtozoologiKedokteran. Surabaya : Airlangga University Press. Halaman 208.

Soedarto. (2008). Pengobatan Penyakit Parasit. Surabaya : Sagung Seto. Halaman 8.

Sorontou, Yohanna. (2013). Ilmu Malaria Klinik. Jakarta : EGC. Halaman 1-2, 13-14, 20.

Syamsuni, Haji. (2006). Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC. Halaman 47.


(36)

Lampiran1 :SiklusHidupPlasmodium Malaria padaTubuhNyamukAnopheles spp

(seksual) danTubuhManusia (aseksual)


(37)

(38)

A.Penyesuaian Obat yang di Terima Oleh Petugas

Lampiran 4


(39)

F. Kondisi Penyimpanan Obat Malaria


(40)

H.Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin Mutu Obat Selama Penyimpanan .

GRAFIK PENCATATAN SUHU RUANG INSTALASI FARMASI PROVINSI SUMATERA UTARA

TANGGAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 7

SUHU

P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S

35°C

34°C

33°C

32°C

31°C

30°C

P : Pagi S: Sore


(41)

Lampiran 5


(42)

(43)

C.Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

SURAT BUKTI BARANG KELUAR

Nomor : 440.442 / III / ……….. / 2015KepadaYth.

Perihal : PengirimanKebutuhan MalariaRumahSakit Columbia AsiaRSU Haji.di-

Medan

NO URAIAN JUMLAH SATUAN KETERANGAN

1 ArtesunateInjeks

i 3 Kotak Kotak 1 Kotak @ 8 Vial

Barangtersebuttelahditerima denganbaikdancukup

PenerimaBarangPenyimpanBarang Medan , 27 Maret2015

(………..)( Meilan Sri YantiHarahap, S.Si, Apt ) NIP : ………NIP : 19810505 201001 2 036

Diketahui :

An. KepalaDinasKesehatanProvinsi Sumatera Utara Ka. BidangBinaJaminandanSaranaKesehatan

Sri SurianiPurnamawatiS,Si.Apt.M,Kes Pembina


(44)

D.Berita Acara PengeluaranBarang

BERITA ACARA PENGELUARAN BARANG

PadaHariiniJumatTanggalDuaPuluhTujuhBulanMaretTahunDuaRibu

Lima BelassesuaidenganSuratBuktiBarangKeluar (SBBK ).

Nomor : 440.442 / III / ……. / 2015, Tanggal27 Maret 2015

TelahdiserahkanObat-obatandariGudangFarmasiDinasKesehatanProvinsi Sumatera

Utarakepada,dengankondisibaikdanlengkapBarang-barang

tersebutterdiridari :

N

O

URAIAN

JUMLA

H

SATUAN

KETERANGAN

1

ArtesunateInjek

si

3 Kotak

Kotak

1 Kotak @ 8

Vial

Barangtersebuttelahditerima

denganbaikdancukup

Medan , 27 Maret 2015

PenerimaBarang

PenyimpanBarang

(………..)

( Meilan Sri YantiHarahap,

S.Si,Apt)


(1)

F. Kondisi Penyimpanan Obat Malaria


(2)

H.Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin Mutu Obat Selama Penyimpanan .

GRAFIK PENCATATAN SUHU RUANG INSTALASI FARMASI PROVINSI SUMATERA UTARA

TANGGAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 7

SUHU

P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S

35°C

34°C

33°C

32°C

31°C

30°C

P : Pagi S: Sore


(3)

Lampiran 5


(4)

(5)

C.Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

SURAT BUKTI BARANG KELUAR

Nomor : 440.442 / III / ……….. / 2015KepadaYth.

Perihal : PengirimanKebutuhan MalariaRumahSakit Columbia AsiaRSU Haji. di-

Medan

NO URAIAN JUMLAH SATUAN KETERANGAN

1 ArtesunateInjeks

i 3 Kotak Kotak 1 Kotak @ 8 Vial

Barangtersebuttelahditerima denganbaikdancukup

PenerimaBarangPenyimpanBarang Medan , 27 Maret2015

(………..)( Meilan Sri YantiHarahap, S.Si, Apt ) NIP : ………NIP : 19810505 201001 2 036

Diketahui :

An. KepalaDinasKesehatanProvinsi Sumatera Utara Ka. BidangBinaJaminandanSaranaKesehatan

Sri SurianiPurnamawatiS,Si.Apt.M,Kes Pembina


(6)

D.Berita Acara PengeluaranBarang

BERITA ACARA PENGELUARAN BARANG

PadaHariiniJumatTanggalDuaPuluhTujuhBulanMaretTahunDuaRibu Lima BelassesuaidenganSuratBuktiBarangKeluar (SBBK ).

Nomor : 440.442 / III / ……. / 2015, Tanggal27 Maret 2015 Telahdiserahkan

Obat-obatandariGudangFarmasiDinasKesehatanProvinsi Sumatera Utarakepada,dengankondisibaikdanlengkapBarang-barang tersebutterdiridari :

N

O URAIAN

JUMLA

H SATUAN KETERANGAN

1 ArtesunateInjek

si 3 Kotak Kotak

1 Kotak @ 8 Vial

Barangtersebuttelahditerima

denganbaikdancukup Medan , 27 Maret 2015

PenerimaBarang PenyimpanBarang

(………..)

( Meilan Sri YantiHarahap, S.Si,Apt)