Gambaran Risiko Trombosit Berdasarkan Caprini Skor Pada Pasien Kanker Di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae

I. Data Pribadi
1. Nama

: Raja Arif Kurnia Manik

2. Tempat dan Tanggal Lahir

: Sidikalang, 19 September 1994

3. Jenis Kelamin

: Laki-Laki

4. Agama

: Islam

5. Warga Negara


: Indonesia

6. Alamat

: Jalan Eka Bakti no.40 Kecamatan Medan
Johor

7. Nomor Telephone

: 089647745529

8. Riwayat Pendidikan

: SD 030281 Sidikalang
MTsN Sidikalang
MAN Sidikalang

9. Riwayat Organisasi


: 1. Pramuka MAN Sidikalang
2. OSIS MAN Sidikalang
3. SCORA FK USU

Demikian CV ini saya buat dengan sebenar benarnya.

Raja Arif Kurnia Manik
120100031

LEMBAR PENJELASAN TERHADAP SUBYEK PENELITIAN

Assalamu’alaikum,
Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Gambaran Risiko
Trombosis Berdasarkan Caprini Score pada Pasien Kanker di RSUP. Haji
Adam Malik
Trombosis adalah suatu penyakit dimana terdapat gumpalan darah pada
saluran pembuluh darah. Penyakit ini merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien kanker. Penyakit ini juga meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan pada pasien kanker. Maka dari itu, perlu untuk diketahui seberapa besar

risiko seorang pasien kanker mengalami penyakit trombosis vena dalam ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran
risiko trrombosis pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Ibu/Bapak untuk ikut serta
menjadi subyek penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang diajukan saat
wawancara dan melalui pengamatan yang dilakukan saat pemeriksaan fisik.
Adapun data individu dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan.
Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan
dengan keikutsertaan Ibu/Bapak dalam penelitian ini maka Ibu/Bapak dapat
menghubungi saya, Raja Arif Kurnia Manik (nomor telepon: 089647745529).

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
NO HP :
Setelah membaca semua keterangan dan mendapat penjelasan tentang
keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul Gambaran

Resiko Trombosis Berdasarkan Caprini Score pada Pasien Kanker dan saya
telah memahaminya, maka saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini untuk diteliti.
Medan, ………………2015
Peneliti,

Yang membuat pernyataan,

Raja Arif Kurnia Manik

………………………………

Lembar Scoring
Nama

:

Jenis Kelamin :
TTL


:

Lokasi Kanker :
Add 1 point for each of the following statements
● Age 41-60 years
● Minor surgery less than 45 minutes is planned
● Past Major surgery more than 45 minutes within last month
● Visible varicose vein
● A history of Inflammatory Bowel Disease
● Swoollen legs
● Obese mass index above 25
● Heart Attack
● Congestive heart failure
● Serious infection
● Lung disease
● On bed rest or restricted mobility less than 72 hours
Add 2 point for each of the following statements
● Age 61-74
● Curret or past malignancies
● Planed major surgery lasting longer than 45 minutes

● Non removable paster cast or mold that has kept from moving lesgs within a
month
● Tube in blood vessel in neck or chest
● Confined to a bed for 72 hours or more
Add 3 point for each of the following statements
● Age 75 or over
● History of blood clots
● Family history of blood clots

● Personal or family history of positive blood test indicating an increased risk
of blood cloting
Add 5 point for each of the following statements
● Elective hip or knee joint replacement surgery
● Broken hips, pelvis or leg
● Serious trauma
● Spinal cord injury in resulting paralysis
● Experienced a stroke
For women only Add 1 point for each of the following statements
● Current use of birth control or hormone replacement theraphy
● Pregnant or had baby within last month

● History of unexplained stillborn infants, recurrent spontaneous abortion
Total skor

:

Interpretasi

:

TABULASI SPSS
Jenis Kelamin

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent


Cumulative
Percent

Laki-laki

30

48.4

48.4

48.4

Perempuan

32

51.6

51.6


100.0

Total

62

100.0

100.0

Lokasi Kanker

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent


Cumulative
Percent

Lymphoma

12

19.4

19.4

19.4

Ovarium

22

35.5


35.5

54.8

Paru

28

45.2

45.2

100.0

Total

62

100.0

100.0

Usia 41-60

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

29

46.8

46.8

46.8

1

33

53.2

53.2

100.0

Total

62

100.0

100.0

Minor surgery less than 45 minutes planned

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Past major surgery more than 45 minutes within last month

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

59

95.2

95.2

95.2

1

3

4.8

4.8

100.0

Total

62

100.0

100.0

Visible varicose vein

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

57

91.9

91.9

91.9

1

5

8.1

8.1

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

55

88.7

88.7

88.7

1

7

11.3

11.3

100.0

Total

62

100.0

100.0

Inflammatory bowel syndrome

Valid

Swollen legs

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

56

90.3

90.3

90.3

1

6

9.7

9.7

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

44

71.0

71.0

71.0

1

18

29.0

29.0

100.0

Total

62

100.0

100.0

Obese mass index above 25

Valid

Heart Attack

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

59

95.2

95.2

95.2

1

3

4.8

4.8

100.0

Total

62

100.0

100.0

Congestive heart failure

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

58

93.5

93.5

93.5

1

4

6.5

6.5

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

57

91.9

91.9

91.9

1

5

8.1

8.1

100.0

Total

62

100.0

100.0

Serious Infection

Valid

Lung disease

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

58

93.5

93.5

93.5

1

4

6.5

6.5

100.0

Total

62

100.0

100.0

On bed rest or restricted mobility less than 72 hours

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

53

85.5

85.5

85.5

1

9

14.5

14.5

100.0

Total

62

100.0

100.0

age 61-74

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

50

80.6

80.6

80.6

1

1

1.6

1.6

82.3

2

11

17.7

17.7

100.0

Total

62

100.0

100.0

Current or past malignancies

Valid

2

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Planed major surgery lasting longer than 45 minutes

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Non removable paster cast or mold

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Tube in blood vessel in neck or chest

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

56

90.3

90.3

90.3

2

6

9.7

9.7

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

60

96.8

96.8

96.8

3

2

3.2

3.2

100.0

Total

62

100.0

100.0

0

Confined to a bed for 72 hours

Valid

Age 75 or more

Valid

History of blood clots

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

61

98.4

98.4

98.4

3

1

1.6

1.6

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

55

88.7

88.7

88.7

3

7

11.3

11.3

100.0

Total

62

100.0

100.0

Family history of blood clots

Valid

personal of positive blood test indicating an increased risk of blood cloting

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

54

87.1

87.1

87.1

3

8

12.9

12.9

100.0

Total

62

100.0

100.0

Elective hip or knee joint replacement surgery

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

61

98.4

98.4

98.4

5

1

1.6

1.6

100.0

Total

62

100.0

100.0

Broken hips pelvis or leg

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Serious trauma

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Spinal cord injury resulting paralysis

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

60

96.8

96.8

96.8

5

2

3.2

3.2

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

61

98.4

98.4

98.4

5

1

1.6

1.6

100.0

Total

62

100.0

100.0

Experienced a stroke

Valid

Current use of birth controle

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

Pregnant or had baby in last month

Valid

0

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

62

100.0

100.0

100.0

History of unexplained stillborn infants, recurrent spontaneous abortion

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

0

58

93.5

93.5

93.5

5

4

6.5

6.5

100.0

Total

62

100.0

100.0

Total Skor

Valid

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

2.0

4

6.5

6.5

6.5

3.0

11

17.7

17.7

24.2

4.0

15

24.2

24.2

48.4

5.0

14

22.6

22.6

71.0

6.0

3

4.8

4.8

75.8

7.0

5

8.1

8.1

83.9

8.0

2

3.2

3.2

87.1

9.0

3

4.8

4.8

91.9

10.0

2

3.2

3.2

95.2

11.0

1

1.6

1.6

96.8

14.0

2

3.2

3.2

100.0

Total

62

100.0

100.0

Frequency

Percent

Valid Percent

Moderate

4

6.5

6.5

High

26

42

42

Highest

32

51,5

51,5

Total

62

100.0

100.0

32

DAFTAR PUSTAKA

Allison, T., Laurent, Michell, N. 2005. Obesity and the State of Cancer Incidence
and Mortality
in
Mexico.
Available
from
http://am.asco.org/obesity-and-state-cancer-incidence-and-mortalitymexico
Bahl, B.V., James, Johnson, R.T., Bridge, Philly, L., Preston, et all. 2010. A
Validation Study of Retrospective Venous Thromboembolism:
risk
Scoring Method. US DVT (50):344
Bick R.L., 2003. Murano G. Physiologi in Trombosis. Philadhelpia: Illiam and
ilkins, 1-29
Blom, J., Doggen, C.J. 2005 Malignancies, Phrotrombic Mutations: Risk of
Venous Thrombus. Cancer Research. 293:715-722
Caprini J. 2006. Thrombosis Risk Assesment as a Guide to Quality Patient Care.
Northwestern University: Healthcare
Cosphiadi. 2007. Waspadai thrombosis bisa menimbulkan stroke. Available from
www.solopos.com/info.kesehatan
Darvall, K.A. 2007. Obesity and Thrombosis: Risk Factor of Thrombosis. Eur j
vac, 223-33
Darvall, K.A., Sham R.C., Silverman, H., Adam, D.J.2005. European Journal of
Vascular: Obesity and Thrombosis. Elsevier. (33):223-232.
David, M.D. 2007. Risk of venous thromboembolism in patients undergoing
cancer surgery and options for thromboprophylaxis. Available from
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/jso.20625/abstract
Furie, B. 2008. Coagulation Article: Mechanism of Thrombus Formation. New
England Journal 2008 (359):938-949
Grant, P.J. 2004.Thrombosis and Hemostasis: Hypercoagubility in Arteri. BSH
Guideline. (2) 690-691
Hong. Q. 2015. Predicting of Venous Thromboembolism for Patients Undergoing
Gynecological
Surgery.
Available
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4616862/

33

Irawan C.I. 2007. Thrombosis pada Kanker. Dalam: Suyono, A. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Internapublishing, 1369-1372.
Jasmin, J.F., Muller, L., Rick, N.V. 2013 Epidemiology of Cancer Associated
Thrombosis: Report Case. Blood, (10):122
John., Albert., G. Prince, K. Sam, A. 2007. Epidemiology of cancer associated
thrombosis:
Report
Case.
Available
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3315367
Joseph. C. 2006. Effective risk stratification of surgical and nonsurgical patients
for venous thromboembolic disease. Seminars in
hematology.
Available from http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
Karmel K.T. 2007. Patogenesis Trombosis. Dalam: Suyono, A. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Internapublishing. 1301-1309
Khorana AA, Francis CW, Culakova E, Fisher RI, Kuderer NM, Lyman GH.
2006. Thromboembolism in Hospitalized Neutropenic Cancer Patients. J
Clin Oncol. (24):484–490
Kolomansky, KA., Matt, K., Mario, K. 2006. Prospective Evaluetions of Cancer
Patients
Hospitalized
wth Venous Thromboembolism:
Comparison Between Cancer and non Cancer Patients. Isr med. 848-52
Lugyanti, S. 2007. Thromboemboli Vena. Dalam: Suyono, A. Ilmu Ajar Penyakit
Dalam UI 5th edition. Jakarta: Intrapublishing, 184
Makin, M.S. Sim, S. 2002. Risk Factor of Thrombosis: Peripheral Vascular
Disease and Virchow Triad for Thrombogenesis. Vascular Disease2002:
199-210.
Miller., Nobak, Q. 2004. Epidemiology of cancer associated thrombosis.
Available
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3315367/
Novak D.N. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 28th ed. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC, 173
Noble, N.S., Pasi, J. 2005. British Journal Cancer: Epidemiology and
Patophysiology of Cancer Associated Thrombosis. B onc (102)2-6.
Oesman R.D.2007. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolysis. Jakarta: Balai penerbit
FK UI, 1-15

34

Panucci, J,C., Bailey, S.H. 2012. Thrombosis and Hemostasis: Validation of
Caprini Risk Assesment Model in Plastic Surgey
Patients, Thrombosis
(212): 105- 112
Ratih. 2005. Prevalensitumor dan faktor yang mempengaruhinya.Badan penelitian
dan pengembangan kesehatan Indonesia: 190-211
Riddle. 2007. Massive transfusion and nonsurgical hemostatic agents. Available
from
http://journals.lww.com/ccmjournal/Abstract/2008/07001/Massive_transfu
sion_and_nonsurgical_hemostatic.12.aspx
Setiabudy R.D. 2006. Kondisi Hiperkoagubilitas. Dalam: Suyono, A. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam edisi keempat. Jakarta. Balai penerbit FK UI
Sherwood L.S. 2009. Fisiologi Manusia. 6th ed. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC, 434
Stein, .PD. 2006. Incidence of Venous Thromboembolism: Cancer Patience
Hospital. Cancer Reasearch (199)60-8

in

Stein PD, Beemath A, Meyers FA, Skaf E, Sanchez J, Olson RE. 2006. Incidence
of Menous Thromboembolism in Patients Hospitalized with Cancer. Am J
Med. 119:60–68
Steven,

Cancer
and
Thrombosis,
2003.
Available
from
http://link.springer.com/article/10.1023/B:THRO.0000014589.17314.24

Suhari C.S. 2007. Dasar Dasar Hemostasis. Dalam: Suyono, A. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Internapublishing, 1293-1300
Suharti C.S. 2013. Tromboemboli vena pada kanker. Available from
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/index.php/mh/article/view/62
Sukrisman L.S. 2007. Koagulasi Intravascular Diseminata. Dalam: Suyono, A.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internapublishing, 1354- 1358.
Sukrisman, LS. 2006. Koagulasi Intravaskuler Diseminata. Dalam: Suyono, A.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: pusat penerbitan departemen
ilmu penyakit dalam 777-779
Susanto, PA.2014. Incidence of venous thromboembolism among patients who
underwent major surgery in a public hospital in Singapore. Available
from http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/687

35

Tambunan, K. 2006 Hemostasis pada diabetes mellitus. Dalam: Suyono, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: pusat penerbitan departemen ilmu
penyakit dalam. 30-41
Tambunan , K. 2007. Hemostasis dan thrombosis. Dalam: Suyono, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: pusat penerbitan departemen ilmu penyakit
dalam1-8
Teselaar, M.E. Osanto, I. 2007. Risk of venous thromboembolism in lung cancer.
Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17940477
Yixue, Z., Tang Y.J., Ang, L., Xiao, J. 2013. Thrombosis in Hozpitilized
Patients: Risk Assesment
Model In Identifying High Venous
Tromboembolism Risk Among Hozpitilized Patients. Hospitilized Patients
(24):1864

20

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kanker

Caprini Score

Risiko Sedang

Risiko Tinggi

Risiko Sangat
Tinggi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.1.1. Variabel
Tabel 3.1. Variabel
No.

Variabel

Cara Ukur

Alat Ukur

1.

Caprini
Score

Wawancara
dan
Pemeriksaan
fisik

Skoring
Caprini

2.

Kanker

Pencatatan
melalui data
sekunder yang
didapatkan
dari rekam
medis pasien
kanker

Rekam
medis

Hasil Ukur
Risiko Sangat
Tinggi, jika nilai >5,
Tinggi jika nilai
antara 3 atau 4,
Sedang, jika nilai 2
Pasien dinyatakan
menderita salah satu
kanker

Skala
Ukur
Ordinal

Nominal

21

3.2. Definisi Operasional
1. Caprini Score
Caprini Score adalah suatu sistem skoring untuk menilai risiko kejadian
trombosis pada seseorang berdasarkan faktor risikonya. Pasien dianamnesis
dan dilakukan pemeriksaan fisik. Risiko tersebut ialah :
1) Age 41-60 years
2) Minor surgery less than 45 minutes is planned
3) Past Major surgery more than 45 minutes within last month
4) Visible varicose vein
5) A history of Inflammatory Bowel Disease
6) Swoollen legs
7) Obese mass index above 25
8) Heart Attack
9) Congestive heart failure
10) Serious infection
11) Lung disease
12) On bed rest or restricted mobility less than 72 hours
13) Age 61-74
14) Curret or past malignancies
15) Planed major surgery lasting longer than 45 minutes
16) Non removable paster cast or mold that has kept from moving lesgs
within a

month

17) Tube in blood vessel in neck or chest
18) Confined to a bed for 72 hours or more
19) Age 75 or over
20) History of blood clots
21) Family history of blood clots
22) Personal or family history of positive blood test indicating an increased
risk of blood cloting
23) Elective hip or knee joint replacement surgery
24) Broken hips, pelvis or leg

22

25) Serious trauma
26) Spinal cord injury in resulting paralysis
27) Experienced a stroke
28) Current use of birth control or hormone replacement theraphy
29) Pregnant or had baby within last month
30) History of unexplained stillborn infants, recurrent spontaneous abortion
2. Kanker adalah pasien yang telah didiagnosis oleh dokter dan tercatat pada
rekam medis sebagai pasien kanker paru, ovarium, atau limfoma.

23

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif

dengan

desain

cross

sectional

dimana

penelitian

ini

akan

mendeskripsikan bagaimana gambaran resiko trombosis pada pasien kanker.

4.2.

Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dilakukan nya penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai

pertanggungjawaban hasil penelitian yaitu dari 1 Maret 2015 sampai 17 Desember
2015.
Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji
Adam Malik dengan alasan tempat penelitian adalah rumah sakit rujukan dan
subjek merupakan pasien kanker yang membutuhkan pengobatan dan perawatan
dari rumah sakit yang sesuai.

4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target adalah pasien dengan kanker paru, kanker ovarium dan

kanker limfoma di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik. Populasi
terjangkau adalah pasien dengan kanker paru, kanker ovarium dan kanker
limphoma di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik yang melakukan
kunjungan atau rawat inap atau rawat jalan selama dilakukan pengambilan data.

4.3.1. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Inklusi pada penelitian adalah:
1. Pasien yang dapat koperatif dilakukan wawancara
2. Umur diatas 14 tahun

24

Eksklusi pada penelitian adalah:
1. Pasien yang tidak bersedia mengikuti penelitian
2. Riwayat sindrom nefrotik
Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik non probability
sampling yakni consecutive sampling. Dengan estimasi jumlah sampel
menggunakan rumus:

Keterangan :
n

p
q
d

: besar sampel minimal
: sama dengan 1,96 pada confidence interval 95%
: proporsi populasi target =0,61. Diambil dari kepustakaan.
: (1-p)
: tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (0,6)

Berdasarkan rumus tersebut, didapati besar sampel minimal adalah 62 orang.

4.4.

Tehnik Pengumpulan Data
Adapun data dikumpulkan secara primer dengan melakukan pemeriksaan

pada subjek penelitian. Hasil dari pemeriksaan adalah skor yang akan
dikategorikan. Adapun alat penelitian yaitu checklist dan quesioner terstruktur
yaitu caprini score dan alat ukur untuk menimbang berat badan.

4.5.

Pengolahan Hasil Data
Hasil data akan disajikan pada tabulasi distributif frekuensi berdasarkan

variabel gambaran risiko thrombosis dan berdasarkan variabel variabel faktor
risiko pada caprini score.

25

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data dalam penelitian ini telah dilakukan pada tanggal
11 oktober hingga 20 November 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik, Medan Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah sampel sebanyak 62
pasien kanker untuk mengetahui gambaran risiko trombosisnya berdasarkan
Caprini Skor. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan dalam
paparan dibawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas
A serta rumah sakit milik pemerintah dan dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di jalan
Bunga Lau, nomor 17, Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Adapun karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin, usia dan lokasi
kanker tertera pada table berikut.
Tabel 5.1 Data Karakteristik Sampel
No.
1.

2.

3.

Karakteristik Penderita
Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia Mean :52 Std : 15,00
1. 15-31
2. 32-47
3. 48-63
4. 64-79
Lokasi Kanker
1. Lymphoma
2. Ovarium
3. Paru

Frekuensi

Persentasi (%)

30
32

48,4
51,6

9
10
29
14

14,5
16,1
46,7
22,5

12
22
28

19,4
35,5
45,2

26

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek laki-laki sebanyak 30 orang
(48,4%) dan subjek perempuan sebanyak 32 orang (51,6%). Adapun karakteristik
usia subjek dapat dilihat bahwa subjek dengan usia 15-31 sebanyak 9 orang
(14,1%), dengan usia 32-47 sebanyak 10 orang (16,1%), dengan usia 48-63
sebanyak 29 (46,7%) dan dengan usia 46-79 sebanyak 14 (22,5%). Kemudian
dapat dilihat bahwa subjek dengan lokasi kanker paru sebanyak 28 orang (45,2%),
subjek dengan lokasi kanker ovarium sebanyak 22 orang (35,5%) dan subjek
dengan lokasi kanker limfoma sebanyak 12 orang (19,4%).
Berdasarkan tujuan penelitian, maka peneliti akan menganalisis gambaran
faktor risiko pada pasien kanker. Hasil analisis akan dipaparkan dibawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Thrombosis
pada Pasien Kanker
Tingkat Risiko
Frekuensi (n)
Persentasi (%)
Moderate Risk
4
6
High Risk
26
41.6
Highest Risk
32
52.4
Total
62
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek dengan risiko sedang sebanyak
4 orang (6%). Subjek dengan risiko tinggi sebanyak 26 orang (41,6%). Subjek
dengan risiko sangat tinggi sebanyak 32 orang (52,4%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko pada Pasien Kanker
Lokasi

Tingkat Risiko (%)

Total (%)

Kanker

Highest Risk

Hight Risk

Moderate Risk

Lymphoma

5 (42%)

5 (42%)

2 (16%)

12 (100%)

Ovarium

11 (50%)

11 (50%)

0 (0%)

22 (100%)

Paru

16 (57%)

10 (35%)

2 (7%)

28 (100%)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada pasien dengan lokasi
kanker limfoma yang memiliki tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 7 orang dari
total 12 orang pasien limfoma (42%) dari keseluruhan pasien limfoma, yang

27

memiliki risiko tinggi sebanyak 5 orang (42%) dan yang memiliki risiko sedang
sebanyak 2 orang (16%). Pada pasien dengan lokasi kanker ovarium yang
memiliki tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 11 orang (50%) dan yang memiliki
risiko tinggi sebanyak 11 orang (50%) dari keseluruhan pasien kanker ovarium.
Pada pasien dengan lokasi kanker paru yang memiliki tingkat risiko sangat tinggi
sebanyak 16 orang (57%), yang memiliki risiko tinggi sebanyak 10 orang (35%)
dan yang memiliki risiko sedang sebanyak 2 orang (7%) dari keseluruhan pasien
kanker ovarium.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Caprini Skor pada
Pasien Kanker
Faktor Risiko
Riwayat operasi mayor dalam
sebulan
Vena Varikose yang terlihat
Riwayat inflamatori bowel
syndrome
Kaki yang bengkak
Obesitas
Riwayat serangan jantung
Gagal jantung kongestif
Infeksi yang serius
Penyakit paru
Immobilitas kurang dari 72 jam
Penyakit keganasan
Immobilitas lebih dari 72 jam
Usia 75 atau lebih
Riwayat penyakit penggumpalan
darah
Riwayat keluarga dengan penyakit
penggumpalan darah
Peningkatan risiko thrombosis
berdasarkan Hasil tes darah positif
Operasi pada lutut atau paha
Kerusakan spinal sehingga terjadi
kelumpuhan
Riwayat stroke
Riwayat abortus

Frekuensi (n)

Persentasi (%)

3
5

4,8
8,1

7
6
18
3
4
5
4
9
62
6
2

11,3
9,7
29
4,8
6,5
8,1
6,5
14,5
100
9,7
3,2

1

1,6

7
8

11,3
12,9

1

1,6

2
1
4

3,2
1,6
12,5

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor risiko current or
past malignancies berjumlah 62 orang (100%), faktor risiko pasien yang berumur
41-60 berjumlah 33 orang (53,2%), faktor risiko pasien obesitas berjumlah 18

28

orang (29%), faktor risiko pasien yang berumur 61-74 berjumlah 12 orang (19%),
faktor risiko pasien immobilitas kurang dari 72 jam berjumlah 9 orang (14,5%).
Faktor risiko pasien peningkatan risiko thrombosis berdasarkan tes darah positif
berjumlah 8 orang (12,9%), faktor risiko Riwayat abortus berjumlah 4 orang atau
12,5% dari keseluruhan pasien perempuan. Faktor risiko Riwayat keluarga dengan
penyakit penggumpalan darah berjumlah 7 orang (11,3%), faktor risiko berjumlah
Riwayat inflamatori bowel syndrome 7 orang (11,3%), faktor risiko Kaki bengkak
berjumlah 6 orang (9,7%), faktor risiko Immobilitas lebih dari 72 jam berjumlah 6
orang (9,7%), faktor risiko Vena varicose yang terlihat berjumlah 5 orang (8,1%),
faktor risiko Serious infection berjumlah 5 orang (8,1%), faktor risiko Gagal
jantung kongestif sebanyak 4 orang (6,5%), faktor risiko penyakit paru sebanyak
4 orang (6,5%), faktor risiko serangan jantung sebanyak 3 orang (4,8%), faktor
risiko riwayat operasi mayor dalam sebulan terakhir sebanyak 3 orang (4,8%),
faktor risiko berusia 75 atau lebih sebanyak 2 orang (3,2%), faktor risiko
kerusakan spinal menyebabkan kelumpuhan sebanyak 2 orang (3,2%), faktor
risiko riwayat penyakit penggumpalan darah sebanyak 1 orang (1,6%), faktor
risiko operasi pada pinggul dan lutut sebanyak 1 orang (1,6%) dan yang memiliki
faktor risiko riwayat stroke sebanyak 1 orang (1,6%).

5.2.

Pembahasan
Pada penelitian ditemukan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada

pasien laki-laki, hal bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ratih (2005) yang menemukan bahwa laki-laki penderita kanker sebanyak
66,8% dan perempuan sebanyak 33,2%, hal ini mungkin terjadi karena adanya
perbedaan inklusi sampel. Usia 48-63 juga ditemukan sebagai usia yang
mendominasi pada usia sampel hal ini juga ditemukan pada penelitian sebelumnya
yang menemukan 40% pasien kanker berada pada usia lebih dari 40 (Ratih, 2005).
Pada jenis lokasi kanker sendiri peneliti menemukan pasien dengan kanker paru
terbanyak diikuti pasen kanker ovarium lalu pasien limfoma, hal ini bertentangan
dengan penelitian sebelumnya yang menemukan kanker paru memiliki angka
kejadian kanker paru tertinggi kemudian limfoma dan ovarium(Rebecca,2015).

29

Faktor risiko thrombosis pada kelompok pasien kanker dengan risiko sangat tinggi
mendominasi dengan 52% dari keseluruhan pasien diikuti dengan risiko tinggi
sebanyak 41% yang mana hal ini dijumpai pada penelitian yang dilakukan oleh
Khorana pada tahun 2006 yang menjumpai 36% pasien kanker memiliki risiko
thrombosis sangat tinggi. Hal ini disebabkan keadaan pasien kanker yang
mempengaruhi proses hemostatik dan faktor risiko yang dimiliki pasien berupa
komposisi darah, pembuluh darah dan aliran darah.
Pada pasien limfoma gambaran risiko trombosis sama-sama didominasi
oleh risiko sangat tinggi sebanyak 41% dan risiko tinggi sebanyak 41%, hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Noble yang mencatat 96 dari
10.000 pasien limfoma mengalami thrombosis. Hal ini disebabkan pada pasien
kanker sel tumor dapat mengaktifkan koagulasi darah melalui mekanisme
termasuk

dengan

prokoagulan,

fibrinolitik,

pelepasan

proinflamasi

dan

proangiogen (Miller, 2004).
Pada pasien kanker ovarium gambaran risiko trombosis didominasi oleh
gambaran risiko sangat tinggi sebanyak 50% dan risiko tinggi sebanyak 50%.
Berisikonya pasien kanker ovarium terhadap kejadian trombosis juga ditemukan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Hong qu (2010) yang menemukan 46 dari 64
pasien kanker ginekologi mengalami trombosis dan 21 diantaranya dikonfirmasi
mengalami emboli paru. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Noble
yang mencatat kejadian trombosis lebih banyak terjadi pada pasien kanker
ovarium dibandingkan limfoma sebanyak 120 dari 10.000 pasien.
Pada pasien kanker paru gambaran risiko trombosis didominasi oleh risiko
sangat tinggi sebanyak 57%.

Hal ini juga ditemukan oleh penelitian yang

dilakukan Nobel yang menemukan kejadian trombosis pada 61 dari 10.000 pasien
kanker paru. Hal ini disebabkan oleh non small cell lung cancer memproduksi
faktor koagulan dalam jumlah yang besar (John, 2010). Sejalan dengan John,
Teselaar (2007) juga menemukan risiko sangat tinggi dimana ia mencatat 40-100
kasus thrombosis terjadi pada 1000 pasien kanker paru.
Perbedaan risiko pada berbagai lokasi kanker ini juga didukung oleh
peneliti lain yang menyebutkan tiap lokasi kanker memberikan faktor risiko yang

30

berbeda dan mengekspresikan elemen-elemen prokoagulan yang berbeda (John,
2010).
Faktor risiko Caprini Skor pada pasien kanker berdasarkan faktor usia
ditemukan pada usia 41- 60 sebanyak 53%, usia 61-74% pasien, dan usia lebih
dari 75 ditemukan pada 3,8%. Faktor risiko obesitas ditemukan pada 29% pasien
kanker, walaupun pasien kanker cenderung mengalami penurunan berat badan
tapi obesitas masih banyak ditemukan. Seperti yang ditemukan oleh peneliti
sebelumnya obesitas sebagai faktor yang memperburuk prognostik ditemukan
pada pasien kanker (Allison, 2005). Hal ini juga didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dlakukan oleh Kathleen yang menemukan 20% dari pasien
kanker mengalami obesitas.
Faktor risiko immobilitas kurang dari 72 jam ditemukan 14% pada pasien
kanker yang mana sering dialami pasien kanker, seperti yang ditemukan oleh
peneliti lain dimana pasien kanker sering mengalami immobilitas (David, 2007).
Hal ini juga didukung oleh penelitian lain yang dilaukan oleh Monreal yang
menemukan 42% dari pasien 108 pasien kanker mempunyai faktor risiko
immobilitas. Faktor risiko vena varikosa ditemukan 11% pada pasien yang mana
menunjukkan adanya stasis vena dan dapat menimbulkan trombosis, dan hal ini
ditemukan pula oleh penelitian lain yang menemukan 84 dari 401 pasien kanker
memiliki vena varikosa (John, 2000). Faktor risiko kerusakan spinal
menyebabkan kelumpuhan ditemukan sebanyak 3,2% pasien yang mana pada
pasien kanker sering disebabkan karena adanya metastasis ke tulang menyebabkan
paralisis atau kelumpuhan.

31

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 62 orang pasien kanker

maka peneliti menyimpulkan :
1. Sebanyak 52% pasien kanker di Rumah Sakit Haji Adam Malik berisiko
sangat tinggi mengalami trombosis.
2. Pasien kanker paru di Rumah Sakit Haji Adam Malik mengalami risiko
sangat tinggi terhadap trombosis sebanyak 57% dari keseluruhan pasien
kanker paru, diikuti pasien kanker ovarium sebanyak 50% dari
keseluruhan pasien kanker ovarium dan limfoma 42% dari keseluruhan
pasien limfoma.
3. Dari 62 orang pasien kanker di Rumah Sakit Haji Adam Malik yang
memiliki faktor risiko obesitas sebanyak 29%. Diikuti faktor risiko
immobilitas kurang dari 72 jam sebanyak 14%. Faktor risiko riwayat
peningkatan faktor risiko trombosis berdasarkan tes darah sebanyak 21%.

6.2.

Saran
Setelah penulis menjalani seluruh proses penelitian, maka penulis

menyampaikan saran diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berperan dalam penelitian. Saran-saran tersebut adalah :
1.

Menyarankan kepada pasien kanker agar memahami risiko terjadinya
trombosis dan menghindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

2.

Menyarankan kepada klinisi agar memperhatikan faktor risiko trombosis
dan penanganannya dengan pemberian antikoagulan.

3.

Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menvalidasi Caprini Skor dengan
membandingkannya dengan berbagai pemeriksaan penunjang.

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Dasar Hemostasis
Hemostasis berasal dari kata haima yang berarti darah dan stasis yang

berarti berhenti, merupakan proses kompleks yang berlangsung secara terus
menerus dalam mencegah kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan
perdarahan akibat kerusakan sistem pembuluh darah. Setiap kerusakan endotel
pembuluh darah merupakan rangsangan yang poten untuk pembentukan bekuan
darah. Proses yang terjadi secara lokal berfungsi untuk menutup kebocoran
pembuluh darah, membatasi kehilangan darah yang berlebihan dan memberi
kesempatan untuk perbaikan pembuluh darah. Terdapat beberapa mekanisme
kontrol dari proses hemostasis antara lain sifat antikoagulan dari sel endotel
normal,adanya inhibitor faktor koagulan aktif dalam sirkulasi dan produksi enzim
fibrinolitik untuk melarutkan bekuan(Riddle,2007)
Permeabilitas, fragilitas dan vasokonstriksi merupakan sifat yang dimiliki
oleh pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas mengakibatkan keluarnya darah
dari pembuluh darah berupa peteki, purpura dan ekimosis yang besar. Peningkatan
fragilitas pembuluh darah memungkinkan terjadinya ruptur yang menimbulkan
petekie, purpura(terutama pada kulit dan mukosa), ekimosis yang besar serta
perdarahan hebat pada jaringan yang lebih dalam. Vasokonstriksi dapat
mengakibatkan obstruksi yang bersifat parsial maupun total, iskemia dan akhirnya
berbentuk trombus. Vasokonstriksi ini bersifat dibawah kontrol lokal (suhu, pH,
pCO2), neural (saraf simpatis) dan humoral. Factor humoral yang mengendalikan
vasokonstriksi terutama substansi yang dilepas oleh trombosit seperti epinefrin,
norepinefrin, ADP(adenosine difosfat), kinin dan tromboksan. Produksi degradasi
fibrin yang dilepas sewaktu system fibrinolysis bekerja pada fibrin dapat
memodulasi vasokonstriksi.(suharti,2009)
Pembuluh darah yang normal dilapisi oleh sel endotel. Sel endotel yang
utuh bersifat antikoagulan dengan menghasilkan inhibitor trombosit, inhibitor

5

bekuan darah. Sel endotel ini dapat terkelupas oleh berbagai rangsangan seperti
asidosis, hipoksia, endotoksin, oksidan, sitokin dan shear stress. Endotel
pembuluh darah yang tidak utuh akan bersifat prokoagulan dengan menyebabkan
vasokonstriksi lokal, menghasilkan factor koagulasi (tromboplastin, factor von
illebrand, activator dan inhibitor protein C, inhibitor activator plasminogen tipe
1), terbukanya jaringan ikat subendotel (serat kolagen, serat elastin dan membrane
basalis) yang menyebabkan aktivasi dan adhesi trombosit serta mengaktifkan
factor XI dan XII(furie,2008).
Bila sel endotel terkelupas, kolagen maupun membrane basalis subendotel
menarik trombosit untuk membentuk sumbat hemostatik primer, sehingga
menghentikan keluarnya darah dari pembuluh darah. Peristiwa lain akibat
terkelupasnya endotel dapat menyebabkan terbentuknya sumbat hemostatik
primer terjadi pada tempat yang sama dan dalam periode waktu yang lama, otot
polos atau sel lain akan berdiferensiasi dan berimigrasi ke intima. Setelah sumbat
hemostatik primer terbentuk, proses selanjutnya adalah peristiwa reparasi otot
polos atau sel lain dari media mengalami diferensiasi, selanjutnya bermigrasi dan
akhirnya membentuk sel endotel baru yang bersifat nontrombogenik. Bila
pembentukan sumbat trombosit primer terjadi secara berlebihan, akan terbentuk
suatu thrombus besar yang dapat menghentikan aliran darah, yang akhirnya dapat
menyebabkan kerusakan organ akibat iskemia. Suatu senyawa akan dilepas
selanjutnya akan menarik makrofag yang memakan kolesterol maupun materi
yang lain, sehingga terbentuklah plak aterosklerotik(Suharti,2009).
Trombosit dalam proses hemostasis berperan sebagai penambal kebocoran
dalam system sirkulasi dengan membentuk sumbat trombosit pada daerah yang
mengalami kerusakan. Trombosit bukanlah sel lengkap tetapi fragmen kecil sel
yang dilepaskan dari tepi luar sel sumsum tulang yang sangat besar yang dikenal
sebagai megakariosit. Satu megakariosit biasanya memproduksi sekitar 1000
trombosit. Megakariosit berasal dari sel punca tak berdiferensiasi yang sama
dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit pada
hakikatnya adalah vesikel yang terlepas yang mengandung sebagian sitoplasma
megakariosit terbungkus dalam membrane plasma(sherwood,2009).

6

Struktur trombosit terdiri atas zona perifer, zona solgel dan zona organela.
Zona perifer terdiri atas glikokalik, suatu membran ekstra yang terletak di bagian
paling luar, didalam nya terdapat membran plasma dan lebih dalam lagi terdapat
sistem kanal terbuka.
Zona solgel terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen, sistem tubulus padat
(berisi nukleotida adenine dan kalsium). Selain itu juga terdapat trombositenin
suatu protein penting untuk fungsi kontraktil.
Zona organela terdiri atas granula padat, mitokondria, granula dan
organela(lisosom dan reticulum endoplasmik). Granula padat berisi dan
melepaskan nukleotida adenine, serotonin, katekolamin dan factor trombosit.
Sedangkan granula berisi dan melepaskan fibrinogen, PDGF(platelet derived
growth factor), enzim lisosom. Terdapat tujuh faktor trombosit yang telah
diidentifikasi dan diketahui ciri-cirinya. Dua diantaranya dianggap penting yakni
faktor trombosit 3(membrane fosfolipoprotein trombosit) dan faktor trombosit
4(Suharti,2007).
Agar dapat membentuk sumbat trombosit maka trombosit harus
mengalami beberapa tahap reaksi yaitu aktivasi trombosit, adhesi trombosit pada
daerah yang mengalami kerusakan, aggregasi trombosit dan reaksi granulasi.
Trombosit akan teraktivasi jika terpapar dengan berbagai protein koagulan yang
dihasilkan oleh sel endotel yang rusak. Adhesi trombosit pada jaringan ikat
subendotel terjadi melalui interaksi antara reseptor glikoprotein membrane
trombosit dengan protein subendotel terutama faktor von willebrand sedangkan
aggregasi trombosit terjadi melalui interaksi antar reseptor trombosit dengan
fibrinogen sebagai mediator. Degranulasi trombosit akan melepaskan berbagai
senyawa

yang terdapat

dalam

granul

sitoplasma

trombosit) serotonin,

katekolamin, histamine, ADP, ATP, siklik AMP, ion kalsium dan kalium, faktor
trombosit 3 dan 4, B-tromboglobulin, PDGF, plasminogen, fibrinogen, protein
plasma, tromboksan A2). Senyawa-senyawa ini akan menstimulasi aktivasi dan
aggregasi trombosit lebih lanjut hingga menghasilkan sumbat trombosit yang
stabil, mengaktifkan membrane fosfolipid dan memfasilitasi pembentukan
komplek protein koagulasi yang terjadi secara berurutan(Oesman,2007).

7

Gambar 2.1 Proses Koagulasi
Seperti pada gambar proses pembekuan darah terdiri dari serangkaian
reaksi enzimatik yang melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktor
pembekuan darah, fosfolipid dan ion kalsium. Faktor pembekuan beredar dalam
darah sebagai prekursor yang akan diubah menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim
ini akan mengubah prekursor selanjutnya menjadi enzim. Jadi mula-mula faktor
pembekuan darah bertindak sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim. Proses
pembekuan darah dimulai melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik yang dicetuskan
oleh adanya kontak faktor pembekuan dengan permukaan asing yang bermuatan
negative dan melibatkan faktor XII, faktor XI, faktor IX, faktor VIII, high
molecular eight kininogen (HMK), pre kalikrein (PK) dan ion kalsium serta jalur
ekstrinsik yang dicetuskan oleh tromboplastin jaringan dan melibatkan faktor VII,
ion kalsium. Rangkaian reaksi koagulasi ini akan membentuk thrombin dan
mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang tidak larut. Fibrin
sebagai hasil akhir dari proses pembekuan darah akan menstabilkan sumbatan
trombosit(Riddle,2007).

8

Pembekuan darah merupakan proses autokatalitik dimana sejumlah kecil
enzim yang terbentuk pada tiap reaksi akan menimbulkan enzim dalam jumlah
besar pada reaksi selanjutnya. Oleh karena itu perlu ada mekanisme kontrol untuk
mencegah aktivasi dan pemakaian faktor pembekuan darah secara berlebihan
yaitu melalui aliran darah, mekanisme pembersihan seluler dan inhibitor alamiah.
Aliran darah akan menghilangkan dan mengencerkan faktor pembekuan darah
yang aktif dari tempat luka yang selanjutnya faktor pembekuan darah yang aktif
ini akan dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati. Dalam keadaan normal plasma
darah mengandung sejumlah protein yang dapat menghambat enzim proteolitik
yang disebut sebagai inhibitor seperti antitrombin alfa 2 makroglobulin, alfa 1
antitripsin, C1 esterasi inhibitor, protein C, protein S. inhibitor ini berfungsi untuk
membatasi reaksi koagulasi agar tidak berlangsung secara berlebihan sehingga
pembentukan fibrin hanya terbatas disekitar daerah yang mengalami cedera.
Antitrombin akan menghambat aktivitas faktor XIIa, faktor XIa, faktor Xa, faktor
IXa, faktor VIIa, plasmin dan kalikrein. Protein C yang diaktifkan oleh thrombin
dengan kofaktor trombomodulin akan memecah F.Va dan faktor VIIIa menjadi
bentuk yang tidak aktif dengan adanya kofaktor protein S. Alfa 1 antitripsin akan
berperan dalam menginaktifkan thrombin, faktor XIa, kalikrein dan HMK. C1
inhibitor akan menghambat komponen pertama dari sistem komplemen, faktor
XIIa, faktor Xia dan kalikrein (Oesman, 2007).
Untuk membatasi dan selanjutnya mengeliminasi bekuan darah maka
sistem fibrinolisis mulai bekerja sesaat setelah terbentuknya bekuan fibrin.
Deposisi fibrin akan merangsang aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh
aktivator plasminogen seperti tissue plasminogen activator(t-PA), urokinase
plasminogen activator(u-PA), faktor XIIa dan kalikrein. Plasmin yang terbentuk
akan

memecah

fibrinogen

dan

fibrin

menjadi

fibrinogen

degradation

product(FDP). Dengan proses ini fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga
hambatan terhadap aliran darah dapat dicegah. Untuk menghindari terjadinya
aktivitas fibrinolysis yang berlebihan, tubuh mempunyai mekanisme control
berupa inhibitor activator plasminogen(PAI-1) yang akan menginaktivasi t-PA

9

maupun u-PA dan alfa 2 antiplasmin yang akan menetralkan aktivitas plasmin
yang masuk sirkulasi (Tambunan,2006).
Proses hemostasis yang berlangsung untuk memperbaiki kerusakan pada
pembuluh darah dapat dibagi atas beberapa tahapan, yaitu hemostasis primer yang
dimulai dengan aktivasi trombosit hingga terbentuknya sumbat trombosit
(Spronk,2004). Hemostasis sekunder dimulai dengan aktivasi koagulasi hingga
terbentuknya bekuan fibrin yang menggantikan sumbat trombosit. Hemostasis
tertier dimulai dengan diaktifkannya sistem fibrinolysis hingga pembentukan
kembali tempat yang luka setelah perdarahan berhenti (Sukrisman,2006).

2.2.

Patogenesis Trombosis
Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal di dalam sistem

peredaran darah yang berasal dari komponen-komponen darah. Trombosis terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dengan mekanisme
proteksi sebagai akibat dari meningkatnya stimulus trombogenik atau penurunan
mekanisme proteksi. Ada 3 hal yang menjadi penyebab timbulnya thrrombosis
seperti yang dijelaskan oleh Triad Virchow yaitu
1. Kelainan endotel pembuluh darah.
2. Perubahan aliran darah yang melambat atau stasis.
3. Perubahan daya beku atau hiperkoagulasi(Makin,2002)

10

Gambar 2.2 Virchow’s Triad
Seperti yang tertera pada gambar diatas kejadian trombosis dapat terjadi
oleh tiga faktor secara umum. Sel endotel pembuluh darah yang utuh akan
melepaskan berbagai senyawa yang bersifat antitrombotik untuk mencegah
trombosit menempel pada permukaannya. Sifat nontrombogenik ini akan hlang
bila endotel mengalami kerusakan atau terkelupas karena berkurangnya produksi
senyaa antitrombotik dan meningkatnya produksi senyawa protrombotik.
Berbagai senyawa protrombotik yang dilepaskan ini akan mengaktifkan sistem
pembekuan darah dan menyebabkan menurunnya aktifitas fibrinolysis sehingga
meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya trombosis. Bila kerusakan endotel
terjadi sekali dan dalam waktu singkat, maka lapisan endotel normal akan
terbentuk kembali, proliferasi sel otot polos berkurang dan intima menjadi tipis
kembali. Bila kerusakan endotel terjadi berulang ulang dan berlangsung lama,
maka proliferasi sel otot polos dan penumpukan jaringan ikat serta lipid
berlangsung terus sehingga dinding arteri akan menebal dan terbentuk bercak
aterosklerosis. Bila bercak aterosklerosis ini robek maka jaringan yang bersifat

11

trombogenik

akan

terpapar

dan

terjadinya

pembentukan

thrombus

(Setiabudi,2007).
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara proses aktivasi dan
inhibisi sistem pembekuan darah. Kecenderungan thrombosis timbul bila aktivasi
sistem pembekuan meningkat dan atau aktivitas inhibisi sistem pembekuan
menurun. Menurut beberapa peneliti, darah penderita thrombosis lebih cepat
membeku dibandingkan orang normal dan penderita-penderita tersebut dijumpai
peningkatan kadar berbagai faktor pembekuan terutama fibrinogen, faktor V,
faktor VII, faktor VIII, dan faktor X. menurut Schafer penyebab lain yang dapat
menimbulkan kecenderungan thrombosis yaitu defisiensi AT, defisiensi protein C,
defisiensi protein S, disfibrinogenemia, defisiensi faktor XII dan kelainan
plasminogen(Grant,2004).

2.3.

Faktor Resiko Trombosis
Berdasarkan data-data yang ditemukan faktor resiko thrombosis antara lain

operasi besar, operasi ortopedi, trauma, kehamilan dan nifas, penyakit jantung,
penyakit saraf, kanker dan kemoterapi pada penyakit kanker, umur, obesitas, jenis
kelamin, varicose vena, riwayat tromboemboli vena, immobilisasi yang lama,
golongan darah, terapi hormon dan lain-lain.
Operasi disertai dengan faktor resiko yang multipel untuk tromboemboli
vena, prevalens meningkat dengan meningkatnya umur. Pemakaian profilaksis
untuk resiko VTE menurunkan angka kejadian VTE pada pasien yang mengalami
operasi. Pada operasi ortopedi rata-rata thrombosis vena dalam terjadi pada 50%
pasien(Tambunan,2007).
Kehamilan juga dilaporkan menyebabkan meningkatnya risiko thrombosis
karena meningkatkan faktor-faktor koagulasi faktor II, faktor VII dan faktor X,
karena menurunnya kadar protein s dan terhambatnya sistim fibrinolysis ditambah
dengan seringnya kejadian edema pada ekstremitas bawah(Tambunan,2007).
Infark miokard dilaporkan meningkatkan kejadian DVT 20-40% selama
10-14hari sesudah infark miokard. Penyakit gagal jantung kongestif pada otopsi
ditemukan insiden emboli paru meningkat. Pada 150 pasien dengan gagal jantung

12

kongestif 10 dari 20 pasien yang meninggal diotopsi 5 diantaranya ditemukan
emboli paru. Gagal jantung kongestif ditemukan menjadi faktor resiko independen
untuk VTE(Tambunan,2007)
Penyakit neurologi seperti strok secara keseluruhan ditemukan 53% pasien
mengalami thrombosis vena dalam. Pada 2 studi strok internasional, dari 4859
pasien ditemukan 0,9% dengan gejala emboli paru dalam 14 hari dari mulai
terjadinya stroke iskemik dan hampir seluruhnya fatal. Pada studi stroke akut di
china dari 10320 pasien 0,2% didiagnosis dengan gejala emboli paru dalam aktu
empat

minggu

sesudah

kejadian

stroke

iskemik

dan

separuhnya

fatal(Tambunan,2007).
Keganasan merupakan faktor risiko untuk tromboemboli vena yang
menjalani operasi. Tetapi ternyata pada pasien yang tidak menjalani operasi
ditemukan tromboemboli vena dan ada hubungan dengan keganasan tadi. Pasien
dengan keganasan mempunyai resiko 2 kali terjadinya tromboemboli vena. Hal ini
karena sel kanker dapat mengeluarkan prokoagulan yang mengaktifkan koagulasi.
Kanker sendiri dapat menyebabkan penekanan pembuluh darah vena. Bahkan
pasien kanker yang mendapat kemoterapi akan meningkatkan terjadinya
tromboemboli vena(Blom,2005).
Umur lanjut disertai dengan peningkatan insiden dari tromboemboli vena.
Berdasarkan hasil autopsy di satu rumah sakit ditemukan insidens emboli paru
rendah lebih pada pasien lebih muda dari 40 tahun, tetapi kemudian insidens
meningkat secara tajam dengan kenaikan umur.
Survey lain berupa otopsi yang dilakukan pada orang yang meninggal
karena luka bakar dan luka, ditemukan trombosis vena pada 47% pasien yang
lebih muda dari 45 tahun, 62% pada pasien umur 46-75 tahun dan 74% pada umur
diatas lebih 75 tahun. Penelitian yang dilakukan pada pasien pascaoperasi,
dilakukan scanning kaki untuk yang bertujuan untuk mendiagnosis tromboemboli
vena yang tidak menunjukkan gejala, menunjukkan meningkatnya umur menjadi
faktor resiko (Tambunan,2007).
Obesitas dilaporkan juga merupakan faktor resiko terjadinya thrombosis.
Obesitas dengan indeks masa tubuh >20,9 kg/mm² ditemukan menjadi faktor

13

resiko independen untuk menjadi emboli paru yang bergejala dalam suatu
kesehatan (Darvall, 2005).
Tiga studi melaporkan bahwa jenis kelamin perempuan dapat menjadi
faktor resiko independen yang lemah. Di Amerika insidens tromboemboli vena
bergejala umumnya diturunkan lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan. Di Swedia, insidens thrombosis vena dlam pada laki-laki dan
perempuan hampir sama. Namun demikian di Inggris, kematian akibat emboli
paru 50% lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dan
insidens tromboemboli vena yang bergejala umumnya ditemukan lebih tinggi
laki-laki daripada perempuan di Amerika Utara(Tambunan, 2007).
Riwayat pernah tromboemboli vena menunjukkan hubungan yang sangat
kuat dengan meningkatnya thrombosis vena dalam pascaoperasi. Dari 3 studi dan
analisis multivariate ditemukan riwayat positif tromboemboli vena merupakan
faktor resiko independen (Tambunan, 2007).
Studi percobaan menunjukkan stasis vena merupakan faktor penting dalam
pembentukan thrombus vena. Gibbs melaporkan dari hasil autopsy 253 pasien
ditemukan adanya hubungan antara lamanya berbaring kurang dari satu minggu,
ditemukan hanya 15%, sedangkan pada pasien yang berbaring lebih dari satu
minggu kejadian lebih dari 80%. Sindro kelas ekonomi pada mereka yang naik
pesawat terbang lebih dari 6 jam juga disebut sebagai faktor resiko thrombosis
vena (Tambunan, 2007).
Estrogen yang ada dalam kontrasepsi oral potensial menyebabkan
thrombosis karena menyebabkan menurun nya kadar protein S meningkatkan
faktor VII dan m