Gambaran Risiko Trombosit Berdasarkan Caprini Skor Pada Pasien Kanker Di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit keganasan dalam perkembangannya dapat menyebabkan
terjadinya tromboemboli vena atau VTE. VTE sendiri teridentifikasi sebagai salah
satu komplikasi dari kanker (L.Bick,2003). Hubungan antara kanker dan VTE
mulai dikenali oleh Trousseau pada tahun 1865. Pada pasien kanker, VTE adalah
penyebab kematian nomor dua dan satu dari tujuh pasien kanker meninggal
karena emboli paru. Bahkan diantara pasien yang selamat pada periode VTE,
komplikasi seperti berulangnya VTE, sindrom post trombosis dan hipertensi
tromboemboli kronis berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien(Noble,2005).
Semenjak itu banyak penelitian yang mengemukakan bahwa pasien kanker
mempunyai risiko VTE lebih tinggi, salah satunya yang dilakukan oleh MEGA
(Multiple Environmental and Genetic Assesment) pada tahun 2005 menyimpulkan
bahwa pasien dengan kanker meningkatkan risiko VTE. Begitu pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Stein (2006) bahwa risiko tromboemboli
meningkat dua kali pada pasien kanker dibandingkan pasien tanpa kanker.
Di Amerika sendiri kejadian sumbatan vena dalam atau emboli paru pada
pasien kanker adalah 1/200 orang pertahunnya. Diperkirakan kejadian
tromboemboli terjadi pada 6,8% pasien dari penyakit keganasan. Secara klinis
tromboemboli
vena
didapatkan
pada
15%
pasien
dengan
keganasan
nonhematologis dan mungkin angka kejadian bisa meningkat hingga 50% bila
dilakukan identifikasi post-mortem(Steven,2003). Di Indonesia sendiri kejadian
tromboemboli pada pasien kanker dan pelaporannya secara nasional belum
ada(C.irawan,2006).
Vena tromboemboli, termasuk di dalamnya trombosis vena dalam atau
deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru atau pulmonary emboli (PE),
bersama dengan trombosis arteri yang meliputi stroke dan infark jantung (Suharti,
2013). DVT yang merupakan gumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh
2
vena dapat mengalir hingga menuju pembuluh di paru yang kemudian
menghambat aliran darah di paru sehingga menjadi emboli paru. Insidens
terjadinya VTE lebih tinggi daripada PE. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Susanto et al menemukan insidens VTE sebanyak 14 kasus (1,3%) dan PE
sebanyak 9 kasus (0,8%).
Mendiagnosa thrombosis vena dalam sendiri, para dokter melakukan
anamnesa dan menilai faktor risiko pada pasien dan pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan adanya peningkatan D-dimer dan penurunan antitrombin
yang mengindikasikan adanya thrombosis aktif. Dan untuk mendiagnosa emboli
paru, para pasien umumnya akan mengeluhkan nyeri dada mendadak, sesak nafas,
hemoptisis, banyak berkeringat dan gelisah yang merupakan gejala tidak spesifik
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lain. Pemeriksaan Ventilasi-perfusion Lung
Scanning
merupakan
prosedur
baku
untuk
diagnosis
emboli
paru
(L.Sukrisman,2006).
Penelitian akan memperhatikan risiko terjadinya tromboemboli dengan
caprini score. Caprini score sendiri adalah sebuah cara yang dikembangkan oleh
Joseph A. Caprini untuk menilai peningkatan risiko terjadinya thrombosis pada
seorang pasien. Caprini score memberikan poin penilaian pada setiap faktor risiko
terjadinya tromboemboli berdasarkan literature (J.Caprini2006).
Caprini skor sendiri telah diteliti validasi oleh beberapa penelitian. Salah
satunya oleh penelitian yang dilakukan Yixue yang menyimpulkan caprini skor
dengan efektif menilai risiko tromboemboli pada pasien yang dirawat di rumah
sakit, pada penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien dengan DVT ditemukan
memiliki nilai skoring yang tinggi dibandingkan dengan grup kontrol yang tidak
memiliki DVT.
Berdasarkan uraian dari data tersebut, Penulis tertarik untuk melihat
gambaran risiko tombosis pada pasien kanker berdasarkan Caprini Score di
RSUP. Haji Adam Malik, Medan.
3
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran risiko thrombosis berdasarkan Caprini Score pada
pasien kanker di RSUP. Haji Adam Malik?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran risiko terjadinya trombosis pada pasien
kanker di Rumah Sakit Haji adam Malik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis kanker yang berisiko tinggi untuk terjadi
trombosis.
2. Untuk mengetahui faktor risiko pada Caprini Score yang paling banyak
dialami oleh pasien kanker RSUP. Haji Adam Malik
1.4.
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menjadi bahan pertimbangan dokter dan pasien untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut jika berisiko untuk terjadi trombosis.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi RSUP. Haji Adam Malik untuk
menyusun strategi pencegahan trombosis bagi pasien kanker.
3. Dapat mengembangkan kemampuan dalam penelitian bagi penulis serta
menambah pengetahuan mengenai topik yang dipilih.
4.
Sebagai tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit keganasan dalam perkembangannya dapat menyebabkan
terjadinya tromboemboli vena atau VTE. VTE sendiri teridentifikasi sebagai salah
satu komplikasi dari kanker (L.Bick,2003). Hubungan antara kanker dan VTE
mulai dikenali oleh Trousseau pada tahun 1865. Pada pasien kanker, VTE adalah
penyebab kematian nomor dua dan satu dari tujuh pasien kanker meninggal
karena emboli paru. Bahkan diantara pasien yang selamat pada periode VTE,
komplikasi seperti berulangnya VTE, sindrom post trombosis dan hipertensi
tromboemboli kronis berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien(Noble,2005).
Semenjak itu banyak penelitian yang mengemukakan bahwa pasien kanker
mempunyai risiko VTE lebih tinggi, salah satunya yang dilakukan oleh MEGA
(Multiple Environmental and Genetic Assesment) pada tahun 2005 menyimpulkan
bahwa pasien dengan kanker meningkatkan risiko VTE. Begitu pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Stein (2006) bahwa risiko tromboemboli
meningkat dua kali pada pasien kanker dibandingkan pasien tanpa kanker.
Di Amerika sendiri kejadian sumbatan vena dalam atau emboli paru pada
pasien kanker adalah 1/200 orang pertahunnya. Diperkirakan kejadian
tromboemboli terjadi pada 6,8% pasien dari penyakit keganasan. Secara klinis
tromboemboli
vena
didapatkan
pada
15%
pasien
dengan
keganasan
nonhematologis dan mungkin angka kejadian bisa meningkat hingga 50% bila
dilakukan identifikasi post-mortem(Steven,2003). Di Indonesia sendiri kejadian
tromboemboli pada pasien kanker dan pelaporannya secara nasional belum
ada(C.irawan,2006).
Vena tromboemboli, termasuk di dalamnya trombosis vena dalam atau
deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru atau pulmonary emboli (PE),
bersama dengan trombosis arteri yang meliputi stroke dan infark jantung (Suharti,
2013). DVT yang merupakan gumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh
2
vena dapat mengalir hingga menuju pembuluh di paru yang kemudian
menghambat aliran darah di paru sehingga menjadi emboli paru. Insidens
terjadinya VTE lebih tinggi daripada PE. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Susanto et al menemukan insidens VTE sebanyak 14 kasus (1,3%) dan PE
sebanyak 9 kasus (0,8%).
Mendiagnosa thrombosis vena dalam sendiri, para dokter melakukan
anamnesa dan menilai faktor risiko pada pasien dan pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan adanya peningkatan D-dimer dan penurunan antitrombin
yang mengindikasikan adanya thrombosis aktif. Dan untuk mendiagnosa emboli
paru, para pasien umumnya akan mengeluhkan nyeri dada mendadak, sesak nafas,
hemoptisis, banyak berkeringat dan gelisah yang merupakan gejala tidak spesifik
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lain. Pemeriksaan Ventilasi-perfusion Lung
Scanning
merupakan
prosedur
baku
untuk
diagnosis
emboli
paru
(L.Sukrisman,2006).
Penelitian akan memperhatikan risiko terjadinya tromboemboli dengan
caprini score. Caprini score sendiri adalah sebuah cara yang dikembangkan oleh
Joseph A. Caprini untuk menilai peningkatan risiko terjadinya thrombosis pada
seorang pasien. Caprini score memberikan poin penilaian pada setiap faktor risiko
terjadinya tromboemboli berdasarkan literature (J.Caprini2006).
Caprini skor sendiri telah diteliti validasi oleh beberapa penelitian. Salah
satunya oleh penelitian yang dilakukan Yixue yang menyimpulkan caprini skor
dengan efektif menilai risiko tromboemboli pada pasien yang dirawat di rumah
sakit, pada penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien dengan DVT ditemukan
memiliki nilai skoring yang tinggi dibandingkan dengan grup kontrol yang tidak
memiliki DVT.
Berdasarkan uraian dari data tersebut, Penulis tertarik untuk melihat
gambaran risiko tombosis pada pasien kanker berdasarkan Caprini Score di
RSUP. Haji Adam Malik, Medan.
3
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran risiko thrombosis berdasarkan Caprini Score pada
pasien kanker di RSUP. Haji Adam Malik?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran risiko terjadinya trombosis pada pasien
kanker di Rumah Sakit Haji adam Malik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis kanker yang berisiko tinggi untuk terjadi
trombosis.
2. Untuk mengetahui faktor risiko pada Caprini Score yang paling banyak
dialami oleh pasien kanker RSUP. Haji Adam Malik
1.4.
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menjadi bahan pertimbangan dokter dan pasien untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut jika berisiko untuk terjadi trombosis.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi RSUP. Haji Adam Malik untuk
menyusun strategi pencegahan trombosis bagi pasien kanker.
3. Dapat mengembangkan kemampuan dalam penelitian bagi penulis serta
menambah pengetahuan mengenai topik yang dipilih.
4.
Sebagai tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.