Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana
2. Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana
Korupsi di Wilayah Cilacap
Pada hakikatnya persoalan efektifitas hukum seperti yang diungkapkan Syamsuddin Pasamai 119 dalam bukunya Sosiologi dan Sosiologi Hukum yaitu:
119 Diunduh Dari : http:sarmyendrahendy.blogspot.com201206dalamrealita- kehidupan-bermasyarakat.html ( Pada Tanggal 28 Januari 2014 Pukul 9.47 WIB )
“Persoalan efektifitas hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan persoalan penerapan, pelaksanaan dan penegakan hukum dalam masyarakat demi tercapainya tujuan hukum. Artinya hukum benar-benar berlaku secara filosofis, juridis dan sosiologis”
Untuk menmbahas ketidakefektifan hukum, ada baiknya juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu penerapan hukum. Hal ini sejalan dengan penerpanan suatu penyidikan seperti apa yang diungkapkan Ishaq 120 dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu
Hukum yang menyebutkan:
“Dalam proses penegakan hukum, ada faktor-faktor yang mempengaruhi dan mempunyai arti sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut.”
Dari pendapat tersebut, Soerjono Soekanto 121 mengambil kesimpulan bahwa bahwa faktor tersebut ada lima, yaitu :
1. Hukumnya sendiri.
2. Penegak hukum.
3. Sarana dan fasilitas.
4. Masyarakat.
5. Kebudayaan.
Mendasarkan pada pendapat Soerjono Soekanto dan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh data bahwa faktor yang menghambat
120 Ibid. 121 Ibid.
implementasi penyidikan tindak pidana korupsi di wilayah Cilacap, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri, yang akan dibatasi pada undang-undang
saja, undang-undang dalam arti materiel adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah
Keberadaan suatu perundang-undangan dalam suatu sistem hukum merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tercapainya suatu tertib hukum karena untuk itulah salah satu tujuan dibentuknya undang-undang. Terlebih lagi undang-undang merupakan sumber hukum yang utama, yang mana kaidah-kaidah hukum yang banyak itu memang berasal dari perundang-undangan, yang menuliskan hukum dalam berbagai undang-undang dan membukukannya dalam kitab undang-undang. 122
Dalam hal penyidikan setelah lahirnya Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Kedudukan Penyidik Kepolisian hanya sub ordinat dibawah penyidik KPK jadi ketentuan penyidikan tidak sepenuhnya dipegang oleh Kepolisian seperti yang diatur dalam KUHAP.
Walaupun demikian koordinasi antar ketiga lembaga tersebut bisa mengurangi hambatan tentang wewenang melakukan penyidikan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang karena untuk tindak
122 J. Van Kan dan J.H. Beekhuis, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), 147.
pidana korupsi di bawah 1 miliar masih dilaksanakan oleh kepolisian maupun kejaksaan.
2. Faktor penegak hukum
Faktor penegak hukum ini dititikberatkan kepada Kepolisian dan Kejaksaan yang melaksanakan tugas penyidikan terhadap tindak pidana korupsi di daerah.
Untuk instansi kejaksaan masalah sumber daya manusia sebagai penyidik mungkin tidak mengalami masalah dikarenakan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi di bidang hukum. Namun demikian upaya meningkatkan keprofesionalan aparat kejaksaan secara terus menerus perlu ditingkatkan. Salah satu kebijaksanaan pemerintah guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mengacu pada syarat keterampilan, keahlian, dan profesi, dengan memperakukan fungsi jabatan jaksa dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana korupsi.
Menurut Sunarko,S.H.,M.H. yang menjadi kendala penegak hukum kejaksaan adalah jumlah personel kejaksaan yang menangani kasus tindak pidana korupsi di wilayah Cilacap yang masih sangat minim sehingga perlua ada tambahan personel dengan rekruitmen baru
dan kualitas jaksa dengan sumber daya manusia yang unggul. 123
Lain halnya dengan hambatan penegak hukum kepolisian. Menurut Brigadir Polisi Triawan, hambatan dari penegak hukum
123 Hasil Wawancara dengan Sunarko, S.H.,M.H., Op.Cit 123 Hasil Wawancara dengan Sunarko, S.H.,M.H., Op.Cit
diselesaikan dalam waktu singkat. 124
Ketersediaan SDM yang memadai berkaitan erat salah satunya dengan masalah rekruitmen. Menurut Suwarni sebenarnya dalam melakukan rekruitmen anggota kepolisian apabila dilihat dari sisi pendidikan saat ini telah mengalami peningkatan. Namun demikian untuk pendidikan khusus dirasakan masih perlu penanganan yang konsisten dan juga berkelanjutan 125
Untuk faktor ini ada juga hambatan jika penegak hukumnya itu sendiri memerlukan ilmu bantu yaitu ketika pada tahap pemeriksaan belum adanya ahli psikologi kriminal dan terbatasnya jumlah personel. Namun dalam perjalanannya di wilayah Cilacap dalam hal wewenang melakukan pemeriksaan karena harus adanya permintaan terlebih dahulu dari pihak penyidik, yang tentunya membatasi gerak psikologi dari kepolisian maupn kejaksaan untuk lebih berperan dalam melakukan penyidikan.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penyidikan.
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penyidikan akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain peralatan yang memadai, keuangan yang
124 Hasil Wawancara dengan Brigadir Polisi Triawan., Op.Cit 125 Suwarni, Perilaku Polisi Studi Atas Budaya Organisasi dan Pola Komunikasi,
(Bandung : Nusa Media, 2009), Hal. 79 (Bandung : Nusa Media, 2009), Hal. 79
Faktor keuangan atau ekonomi adalah faktor yang paling berpengaruh dalam hal sarana. Faktor ekonomi ini dilihat dari sudut pandang kejaksaan dan kepolisian.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melaksanakan penyidikan suatu tindak pidana korupsi tentu memerlukan biaya operasional yang cukup besar. Karena penyidikan ini sendiri menangani kasus yang berhubungan dengan uang.
Hal inilah yang disebutkan oleh kedua narasumber (Brigadir Polisi Triawan dan Sunarko,S.H.,M.H.) yaitu dalam hal menangani kasus korupsi pasti langsung berhadapan dengan uang yang jumlahnya tidak sedikit. Hal inilah yang menjadi tantangan untuk penyidik kejaksaan dan kepolisian agar jangan sampai tergelincir terhadap tindakan yang melanggar hukum sendiri, sekalipun dengan meinimnya fasilitas. Oleh karena itu sarana dan prasarana saat ini menjadi hambatan yang cukup besar yang dialami oleh kejaksaan dalam
melaksanakan penyidikan tindak pidana korupsi. 126
Modus operandi tindak pidana korupsi yang canggih tentuembutuhkan penanganan yang lebih canggih pula. Sebagai institusi penyidik tentu saja faktor sarana dan fasilitas pendukung penyidikan yang dibutuhkan oleh Kejaksaan dan Kepolisian juga tidak
126 Hasil Wawancara dengan Brigadir Polisi Triawan;Sunarko,S.H.,M.H 126 Hasil Wawancara dengan Brigadir Polisi Triawan;Sunarko,S.H.,M.H
Dalam proses pemeriksaan juga diperlukan alat-alat khusus untuk mengungkap kebenaran yang diberikan oleh saksi seperti menggunakan alat Lie Detector. Namun alat ini belum tersedia di Kepolisian maupun Kejaksaan, sehingga hal ini juga bisa menjadi penghambat.
4. Faktor masyarakat
Dalam pelaksanaan penyidikan hambatan yang dijumpai salah stunya dari masyarakat sendiri. Dalam hal ini masyarakat yang dimaksud adalah saksi yang mengetahui tindak pidana korupsi tersebut. Dalam hal terlaksananya penyidikan yang dilakukan oleh penyidik terdapat peran dari saksi yang mengetahui suatu perkara.
Hal yang menjadi penghambat penyidik adalah saksi yang belum terbuka dan masih menutupi suatu kasus yang mereka ketahui. Padahal keterangan saksi sangat penting perihal penyidikan yang
dilakukan oleh kejaksaan maupun kepolisian. 127
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
127 Hasil Wawancara dengan Brigadir Polisi Triawan;Sunarko,S.H.,M.H
Dalam penerapan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi, banyak masyarakat menolak melaporkan suatu kasus korupsi di wilayahnya. Faktor penghambat dari masyarakat biasanya adalah kurang terbuka terhadap lingkungan dan aktifitas yang terjadi di lingkungan itu sendiri. Sehingga kurang tanggap jika ada tindak pidana korupsi yang ada di lingkungannya. Selain itu masyarakat juga tidak terbuka dalam memberi informasi dan masih saling menutupi jika ada suatu tindak pidana. Hal inilah yang menjadi penghambat bagi penyidik dalam melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana
korupsi. 128
Faktor ini terbentuk juga disebabkan oleh faktor pendidikan. Faktor pendidikan dapat di klasifikasikan menjadi pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal yaitu suatu jenjang pendidikan yang ditentukan oleh Pemerintah seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan seterusnya. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memberantas buta hukum.
Masyarakat yang kurang pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun informal membentuk suatu “phobia hukum.” Phobia hukum adalah suatu ketakutan berhadapan dengan hukum yang ketakutan tersebut lahir tanpa suatu alasan yang jelas.
128 Hasil Wawancara dengan Brigadir Polisi Triawan;Sunarko,S.H.,M.H
Phobia hukum tersebut apabila dibenturkan dengan asas perundangan Indonesia yaitu asas fiksi hukum adalah sesuatu yang tidak akan pernah bertemu. Tidak akan mungkin seorang yang mempunyai phobia terhadap hukum akan coba mengenal hukum. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab seharusnya semakin meningkatkan sosialisasi hukum kepada masyarakat, yang bisa di lakukan oleh lembaga Pemerintah atau Pemerintah bisa ikut mengajak organisasi keadvokatan untuk melakukan program sosialisasi hukum mengenai tindak pidana korupsi.
6. Wilayah yang luas
Dalam hal penanganan suatu tindak pidana korupsi pasti diharapkan agar sesuai dengan asas cepat, sederhana dan biaya ringan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah Kabupaten Cilacap merupakan wilayah yang cukup luas di provinsi Jawa Tengah. Ada 23 kecamatan yang berada di kabupaten ini. Hal ini merupakan salah satu hambatan yang dialami oleh kejaksaan dalam menangani tindak pidana korupsi. Karena dengan sarana transportasi yang masih menggunakan transportasi darat, kejaksaan harus menjangkau wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kabupaten cilacap dengan kondisi jalan yang berbeda- beda. Oleh karena itu hal inilah yang menjadi hambatan dalam efisiensi penyidikan korupsi di wilayah Cilacap. 129
Hasil Wawancara dengan Sunarko, S.H.,M.H., Op.Cit.
Dalam proses penyidikan faktor ini sangat menghambat ketika penyidik harus melakukan penyidikan dengan cepat, namun tempat kejadian berada jauh dari pusat kota Cilacap. Tentu mobiltas penyidik menjadi terhambat dalam mencari bukti-bukti yang terkait dengan tindak pidana korupsi tersebut.