Latar Belakang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sumber Mukti Kabupaten Aceh Singkil

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masayarakat, pemerintah dan negara. Hegar, dkk, 2008. Mendapatkan Air susu ibu ASI merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus dipenuhi Sitorus, 2011. Air susu ibu ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk bayi Sitorus, 2011. Penelitian tentang air susu ibu ASI dari berbagai sudut pandang ilmiah telah banayak dilakukan baik oleh pakar luar maupun dalam negeri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena memang diciptakan khusus untuk bayi manusia. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan seharusnya membuat para ibu, masyarakat yang berkecimpung dalam pemberian ASI dan petugas kesehatan makin yakin akan mamfaat dan pentingnya ASI bagi bayi Hegar, dkk. 2008. Asi eksklusif merupakan pemberian ASI air susu ibu sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun Purwanti, 2004. Universitas Sumatra Utara WHO Word Health Organizationtelah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Direkomendasikan oleh WHO untuk memberikan ASI bukannya tanpa alasan. Para ahli menyatakan bahwa manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberi ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya. Peningkatan itu sesuai dengan pemberian ASI eksklusif, serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur enam bulan. Pedoman internasional yang menganjurkan penberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiyah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup, pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI memberi semua energi dan gizi nutrisi yang dibutuhkan bayi selama enam bulan pertama hidupnya Yuliarti, 2010 dalam Rahmadhanni 2012. Pemberian makanan tambahan yang terlau dini berbahaya bagi bayi karena menyebebkan resiko infeksi. Selain itu pemberian makanan tambahan pada usia 0-6 bulan belum ada bukti yang menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif pada bayi Rosidah, 2004. Beberapa akibat kurang baik dari pemberian makanan tambahan terlalu dini pada usia 0-6 bulan adalah : terjadi gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hiperosmolaritas plasma, alergi rehadap makanan dan mungkin gangguan terhadap selera makan Suharjo, 2004. Oleh karena itu pemberian makanan sebaiknya diberikan pada usia diatas 6 bulan. Hal ini dapat memberikan keuntungan antara lain : perlindungan besar dari berbagai penyakit infeksi, pencernaan sudah relatif sempurna dan siap menerima Universitas Sumatra Utara makanan pendamping Air Susu Ibu MP-ASI, mengurangi resiko akibat makanan, melindungi bayi dari obesitas dikemudian hari Soraya, 2005. Meskipun sudah ada peraturan yang menetapkan tentang pemberian MP-ASI pada saat bayi berusia 6 bulan keatas, masih banyak ibu yang sudah memberikan MP-ASI pada saat bayinya berusia kurang dari 6 bulan. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya orang tua yang memberikan MP-ASI pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu faktor kesehatan bayi, faktor iklan Soetjiningsih, 1997, faktor pengetahuan ibu, faktor petugas kesehatan, faktor budaya dan faktor ekonomi Suharjo, 1992. UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dapat mencegah kematian 1.3 juta anak berusia 5 tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal pediatrcs menunjukkan 16 kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI bayi sejak pertama kali kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22 jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. Departemen kesehatan republik indonesia Depkes RI, 2004 menyatakan bahwa di indonesia hanya 14 bayi mendapatkan ASI eksklusif sampai enam bulan, selanjutnya diberikan susu formula dan makanan tambahan pada bayi. Berdasarkan data survey sosial ekonomi nasional Sunsenas Indonesia pada tahun 2007-2008 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62 pada 2007 menjadi 56,2 pada 2008, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6 pada 2007 menjadi 24,3 pada Universitas Sumatra Utara 2008. Sementara jumlah bayi dibawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16.7 pada 2002 menjadi 27,9 pada 2003. Meski dilaporkan pemberian ASI ekslkusif pada bayi meningkat, akan tetapi dibeberapa daerah di Indonesia masih yang memiliki gangguan nutrisi bayi akibat pemberian makanan yang terlalu dini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baso 2007 mengenai studi logitudinal pertumbuhan bayi yang diberikan makanan pendamping ASI pabrik dan makanan pendamping ASI non pabrik Kabupaten Gawo dari 99 orang bayi didapatkan bahwa makanan pendamping ASI pabrik telah diberikan sejak bayi berusia kurang dari 4 bulan 54.4 dan makanan pendamping ASI non pabrik diberikan pada bayi usia kurang dari 4 bulan 45.5. Jenis pemberian makanan pendamping ASI non pabrik pada bayi kurang dari 4 bulan adalah buah 0.5 dan bubur 0.6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan pendamping ASI pabrik susu tidak diberikan pada bayi usia kurang dari empat bulan. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam 2008 dalam Salim 2011 menunjukkan bahwa 51.13 ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan dan sebesar 48.87 ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengetahui dan meneliti tentang “ Pemberian Makanan Tambahan Pada bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sumber Mukti Kabupaten Aceh Singkil Tahu 2013. Universitas Sumatra Utara

1.2 Rumusan Masalah