keluarga bahwa jika bayi rewel dan suka menangis itu pertanda anak lapar dan tidak kenyang hanya dengan ASI saja, dan adanya tradisi turun temurun dari
keluarga yang memberikan makanan tambahan belum pernah menimbulkan efek yang merugikan keluarga.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Depkes RI 2004 menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai
umau 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana dalam penelitian ini
responden mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 36 responden 48.0. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan Ririnkurni, 2011 yang menyatakan
bahwa, Dimana pendidikan merupakan proses hasil belajar yang berlangsung disuatu lembaga-lembaga pendidikan atu institusi dengan bernagai jenjang.
Individu yang mempunyai pendidikan tinggi maka akan tinggi pula perkembangan kognitifnya yaitu dengan adanya pengalaman-pengalaman dan
pengembangan cara-cara pemikiran baru.
5.2.2 Jenis Pemberian Makanan Tambahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah memberikan bubur nasi kepada bayi yaitu sebanyak 53 responden 70.7. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Baso 2007 tentang Study Longitudinal Pertumbuhan Bayi Yang Diberi Mp-ASI Pabrik Blended Food Dan Mp-ASI Non Pabrik
Local Foodmenemukan bahwa 64.7 telah memberikan bubur pada usia dini.
Universitas Sumatra Utara
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Padang 2008 tentang Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Dini
Dikecamatan Padang Kabupaten Tapanuli Tengahyang menyimpulkan bahwa 89.9 telah memberikan bubur nasi bubur tim pada bayi usia kurang dari enam
bulan. Namun menurut Krisnaturti 2000 dan Sembiring 2009 yang menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan dianjurkan setelah bayi berusia 6 bulan dan
pemberian ASI saja yang dilakukan selama 6 bulan sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi. Kemudian setelah berusia 6 bulan, pemberian ASI dapat diikuti dengan
pemberian makanan tambahan hingga bayi berusia 2 tahun, dan pemberian ASI telah dapat dihentikan.
Bila disesuaikan denga teori diatas maka hasil penelitian ini tidak sesuai, Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan responden, dimana dalam penelitian
ini responden mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 36 responden 48.0 dan bahkan ada yang tidak tamat SD 16 responden 21.3 sesuai dengan yang
diungkapkan Manuaba 2001 tingkat pendidikan ibu berpengaruh dalam praktek menyusui. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu semakin
baik hal ini akan memberikan kecenderungan ibu dalam bersikap dengan memberikan yang terbaik bagi bayi. Pendidikan seorang ibu yang rendah
memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan yang baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan pola pemberian ASI. Tingkat
pendidikan ibu yang rendah tentang pemberian ASI mengakibatkan ibu lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan juga sering
Universitas Sumatra Utara
melihat bayi yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI.
5.2.3 Frekuensi Pemberian Makanan Tambahan