dirumuskan  dalam  wet,  yang  bersifat  melawan  hukum,  yang  patut  dipidana strafwaardig dan dilakukan dengan kesalahan.
17
Jika  melihat  pengertian-pengertian  ini  maka  disitu  dalam  pokoknya ternyata:
1. Bahwa feit dalam strafbaar feit berarti handeling, kelakuan atau tingkah laku;
2. Bahwa  pengertian  strafbaar  feit  dihubungkan  dengan  kesalahan  orang  yang
melakukan perbuatan tadi. Mengenai  yang  pertama,  ini  berbeda  dengan  pengertian  “perbuatan”
dalam perbuatan pidana. Perbuatan adalah kelakuan + kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan atau dengan pedek = kelakuan + akibat dan bukan kelakuan saja.
18
1.2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Unsur  tindak  pidana  merupakan  persyaratan  dalam  penjatuhan  pidana. Tidak dapat dijatuhkan pidana karena karena suatu perbuatan yang tidak termasuk
dalam  rumusan  delik.  Ini  tidak  berarti  bahwa  selalu  dapat  dijatuhi  pidana  kalau perbuatan  itu  tercantum  dalam  rumusan  delik.  Untuk  itu  diperlukan  dua  syarat:
perbuatan  itu  bersifat  melawan  hukum  dan  dapat  dicela.  Dengan  demikian, rumusan  pengertian  “perbuatan  pidana”  menjadi  jelas:  suatu  perbuatan  pidana
adalah  perbuatan  manusia  yang  termasuk  dalam  ruang  lingkup  rumusan  delik, bersifat melawan hukum dan dapat dicela.
19
Perbuatan  manusia  merupakan  sesuatu yang  mempunyai keyakinan  atau niat, tetapi dengan  melakukan atau tidak  melakukan  suatu perbuatan  maka dapat
17
Ibid.
18
Ibid., hlm. 62.
19
I Made Widnyana, Asas-Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010, hlm. 55.
dipidana. Yang juga dianggap sebagai perbuatan manusia adalah perbuatan badan hukum. Dalam ruang lingkup rumusan delik yang tertulis harus dipenuhi.
20
Bersifat  melawan  hukum  merupakan  suatu  perbuatan  yang  memenuhi semua  unsur  rumusan  delik  yang  tertulis  misalnya,  sengaja  membunuh  orang
lain tidak dapat dipidana kalau tidak bersifat melawan hukum misalnya, sengaja membunuh tentara musuh oleh seorang tentara dalam perang.
21
Dapat  dicela  diartikan  sebagai  suatu  perbuatan  yang  memenuhi  semua unsur  delik  yang  tertulis  dan  juga  bersifat  melawan  hukum,  namun  tidak  dapat
dipidana kalau tidak dapat dicela pelakunya. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dicela itu merupakan syarat umum untuk dapat dipidananya perbuatan, sekalipun
tidak disebutkan dalam rumusan delik.
22
Membicarakan  mengenai  unsur-unsur  tindak  pidana,  dapat  dibedakan setidak-tidaknya  dari  2  dua  sudut  pandang,  yakni:    dari  sudut  pandang  teoritis
dan  sudut  pandang  undang-undang.    Maksud  teoritis  ialah  berdasarkan  pendapat ahli  hukum,  yang  tercermin  pada  bunyi  rumusannya.  Sedangkan  dalam  sudut
undang-undang  adalah  sebagaimana  kenyataan  tindak  pidana  itu  dirumuskan menjadi  tindak  pidana  tertentu  dalam  pasal-pasal  peraturan  perundang-undangan
yang ada.
23
Pada  hakikatnya,  setiap  perbuatan  pidana  harus  terdiri  dari  unsur-unsur lahiriah  fakta  oleh  perbuatan,  mengandung  kelakuan  dan  akibat  yang
20
Ibid.
21
Ibid., hlm. 56.
22
Ibid.
23
Adami Chazawi, op. cit., hlm.78-79.
ditimbulkan  karenanya.  Keduanya  memunculkan  kejadian  dalam  alam  lahir dunia.
24
Jadi yang merupakan unsur atau elemen perbuatan pidana adalah:
25
1. Kelakuan dan akibat =perbuatan.
2. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.
3. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.
4. Unsur melawan hukum yang objektif
5. Unsur melawan hukum yang subjektif.
Dalam merumuskan tindak pidana dalam bentuk pokok, diharuskan untuk mencantumkan unsur-unsur pokok dari sebuah tindak pidana. Dimaksud
unsur pokok atau unsur esensial adalah berupa unsur yang membentuk pengertian yuridis dari tindak pidana tertentu. Unsur-unsur ini dapat dirinci secara jelas, dan
untuk menyatakan seseorang bersalah melakukan tindak pidana tersebut dan menjatuhkan pidana, maka semua unsur itu harus dibuktikan dalam persidangan.
26
Dalam unsur pokok tindak pidana tersebut, terdiri dari unsur objektif dan unsur subjektif.
27
1. Unsur objektif, termasuk didalamnya adalah: a. Perbuatan orang.
b. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu. c. Mungkin keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti
Pasal 281 KUHP bersifat “openbaar” atau dimuka umum.
24
Moeljatno, op. cit., hlm. 64.
25
Ibid., hlm. 69.
26
Adami Chazawi, op. cit., hlm. 113.
27
Sudarto, op. cit., hlm. 41.
2.  Unsur subjektif, yang termasuk di dalamnya adalah: a. Orang yang mampu bertanggungjawab.
b. Adanya kesalahan dolus atau culpa. Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan. Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat
dari perbuatan atau dengan keadaan-keadaan mana perbuatan itu dilakukan.
Contoh unsur-unsur pokok tersebut seperti dalam rumusan Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang diberi kualifikasi pemerasan,
terdapat unsur-unsur objektif dan subjektif seperti yang termuat dibawah ini.
28
Unsur objektif  terdiri dari: a. Memaksa tingkah laku.
b. Seseorang yang dipaksa. c.  Dengan: kekerasan atau ancaman kekerasan.
d. Agar orang: menyerahkan benda, memberi uang, dan menghapuskan utang.
Unsur subjektif terdiri dari: a. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
b. Dengan melawan hukum. Namun dalam rumusan suatu tindak pidana, ada juga rumusan yang
berbentuk gekwalifikasir yakni dimana hanya disebutkan nama kejahatannya saja disertai dengan unsur pemberatan dan geprivilegeerd yakni dimana hanya
dicantumkan nama kejahatannya disertai dengan unsur peringanan.  Pada
28
Adami Chazawi, op. cit., hlm. 113-114.
dasarnya unsur pokok dalam suatu tindak pidana telah disebutkan dalam rumusan pada pasal yang lain sehingga pada rumusan yang berbentuk gekwalifikasir dan
geprivilegeerd tidak menyebutkan kembali unsur-unsur pokoknya. Contohnya seperti yang termuat dalam Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KUHP yang termasuk dalam  gekwalifikasir. Pada rumusan pasal tersebut hanya disebutkan nama kejahatannya saja yaitu pencurian yang ditambah unsur lain
yang memberatkan. Sedangkan unsur pokoknya sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 362.
29
1.3. Pertanggungjawaban Pidana