TINJAUAN PUSTAKA

2.13. Standard Operating Procedure (SOP)

Agar Perusahaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan untuk mencapai suatu sasaran yang diinginkan, baik sasaran jangka pendek maupun jangka panjang, maka perlu adanya pedoman/metode/ dasar/aturan yang harus dijalankan secara benar oleh semua level (Top manajemen, manajemen dan Karyawan) disemua unit Divisi.

Standard Operating Prosedure (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.

Adapun SOP (Standard Operating Procedure) Pelaksanaan Pengangkutan Sampah Kota Padangsidimpuan sebagai berikut :

1. Penjadwalan dan pengangkutan rute armada Truck.

2. Pemeriksaan awal persiapan kenderaan.

3. Pengambilan sampah dari lorong-lorong ke TPS (Tempat Penampungan Sementara).

4. Pengambilan sampah dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

5. Absen Hadir dari semua petugas pengangkut sampah.

6. Bongkar muat sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

7. Perapian kenderaan dan mencuci kenderaan.

8. Kenderaan masuk garasi dengan tertib.

2.14. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gangguan Kelainan Kulit pada Petugas Pengangkut Sampah

1. Karakteristik Individu

a. Umur Umur salah satu faktor host atau karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi status kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Usia balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit karena usia balita sistem pertahanan belum stabil dan usia lanjut sistem pertahanan tubuhnya sudah menurun (Maryani, 2010). Semakin bertambah umur manusia, maka semakin berkurang imunitas kulit terhadap penyakit, seperti penyakit dermatitis kontak yang dipengaruhi faktor eksternal atau environmental aging yang terjadi akibat pajanan tiap hari dengan berbagai bahan/substansi (Legiawati, 2009).

Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia, sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia menginfeksi kulit, sehingga kulit mudah terkena penyakit (Djuanda, 2010).

b. Masa Kerja Masa kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian

dermatitis kontak akibat kerja. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Adanya perbedaan masa kerja berhubungan dengan pajanan dermatitis kontak akibat kerja. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Adanya perbedaan masa kerja berhubungan dengan pajanan

1. Masa kerja baru : <6 tahun

2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun

3. Masa kerja lama : >10 tahun

c. Jam Kerja Jam kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dermatosis

(Penyakit kulit) akibat kerja. Menurut Undang-undang. Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan tentang ketentuan pembagian jam kerja adalah 7-8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang optimal bahkan biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit (Suma’mur, 2009).

d. Riwayat Alergi Alergi adalah perubahan reaksi yang khusus dan terjadi sebagai akibat

terbentuknya zat anti sesudah kontak dengan antigen atau alergen. Reaksi alergi timbul segera setelah ada rangsangan alergen pada seseorang yang hipersensitif (Djuanda, 2010). Hasil penelitian Budiono dan Cahyawati (2011) menyatakan ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatosis. Kemudian hasil penelitian oleh Satuti (2003) menyatakan bahwa pekerja mempunyai riwayat alergi terbentuknya zat anti sesudah kontak dengan antigen atau alergen. Reaksi alergi timbul segera setelah ada rangsangan alergen pada seseorang yang hipersensitif (Djuanda, 2010). Hasil penelitian Budiono dan Cahyawati (2011) menyatakan ada hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian dermatosis. Kemudian hasil penelitian oleh Satuti (2003) menyatakan bahwa pekerja mempunyai riwayat alergi

2. Personal Hygiene Personal Hygiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan

dan hygiene artinya sehat. Kebersihan perorangan merupakan kebersihan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Rejeki, 2015).

Menurut Entjang (2011) personal hygiene atau higiene perseorangan (usaha kesehatan pribadi) adalah upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri (Rejeki, 2015). Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan (Potter, 2005).

Tubuh manusia bisa menjadi tempat perkembangbiakan penyakit, seperti organ kulit yang bisa kontak langsung dengan paparan penyakit. Kebersihan perorangan (personal hygiene) yang kurang baik akan mempermudah masuknya penyakit kedalam tubuh manusia. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal higiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna ( Potter, 2005 & Listautin, 2012).

Hasil penelitian Listautin (2012) bahwa ada hubungan bermakna antara personal hygiene yaitu : kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku terhadap keluhan Hasil penelitian Listautin (2012) bahwa ada hubungan bermakna antara personal hygiene yaitu : kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku terhadap keluhan

a. Kebersihan kulit Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk melindungi

jaringan dibawahnya dari cidera, megatur suhu, menghasilkan minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor saraf, menghasilkan dan mengabsorpsi vitamin D.

Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak lepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Hal –hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan kulit antara lain :

1. Mandi 2 kali sehari

2. Membersihkan tubuh menggunakan air bersih

3. Mandi dengan menggunakan sabun

4. Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari

5. Makan makanan bergizi terutama makanan sayur dan buah-buahan

6. Menjaga kebersihan lingkungan

b. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering berhubungan dengan mulut dan hidung. Tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit kedalam tubuh manusia (Lindsay, 2014). Sedangkan menurut Bryant dan Beinlich (1999) bahwa kuku dan kaki merupakan organ yang harus diperhatikan.

Gangguan yang terjadi pada kuku seperti pemotongan kuku yang salah, infeksi jamur pada kuku, terpapar zat kimia (Lindsay, 2014)

Mencuci tangan pakai sabun merupakan kegiatan yang baik ketika kita selesai beraktivitas. Bagi sebagian masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin, tetapi bagi sebagian masyarakat lainnya mencuci tangan pakai sabun belum menjadi kegiatan rutin. Cuci tangan pakai sabun dapat menghilangkan berbagai virus dan bakteri, karena kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan berbagai penyakit (Rejeki, 2015). Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan pakai sabun antara lain :

1. Sebelum makan dan sesudah makan

2. Sesudah buang air besar dan kecil

3. Sebelum memegang bayi

4. Sebelum menyiapkan makanan

5. Setelah beraktivitas yang mencemari tangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki dan kuku antara lain :

1. Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh).

2. Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor. Karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki.

3. Memotong kuku jari kaki dan kuku tangan secara teratur.

c. Kebersihan rambut Menurut Gupta dan Bluhm (2004) Rambut memiliki tiga fungsi utama, yaitu menjaga suhu tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menstransmisikan informasi sensorik yang pentik ke otak, dan menunjukkan identitas gender (Dingwall , 2014). Gangguan rambut seperti dermatitis seboroik yang paling umum dikenal sebagai ketombe dengan gejala gatal pada kulit kepala. Penyebabnya belum diketahui tetapi berhubungan salah satuny

a faktor lingkungan. Menurut Draelos (2005) sampo merupakan detergen yang dirancang untuk mengangkat sebum, keringat, elemen jamur, korneosit deskuamasi, produk gel rambut, dan kotoran (Dingwall, 2014). Oleh karena itu kegiatan mencuci rambut secara rutin sangat perlu untuk terhindar dari penyakit yang dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan.

3. Alat Pelindung Diri (APD) Petugas pengangkut sampah setiap hari terpapar oleh sampah yang ada

diwilayah Kota Padangsidimpuan yang memiliki beraneka ragam jenis yang bisa berdampak terhadap kesehatan petugas. Petugas pengangkut sampah tidak semua menaati untuk memakai alat pelindung diri. Sebagian memakai alat pelindung diri, sebagiannya lagi tidak memakai alat pelindung diri. Adapun jenis alat pelindung diri yang perlu dipakai oleh petugas pengangkut sampah Kota Padangsidimpuan antara lain:

1. Alat pelindung kepala seperti penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman (safety helmet).

2. Alat tangan dan jari seperti sarung tangan yaitu sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve) yang terbuat dari karet.

3. Alat pelindung kaki seperti sepatu pengaman (safety shoes) yang terbuat dari karet.

4. Alat pelindung tubuh seperti pakaian kerja yaitu jenis pakaian yang meresap dan cocok untuk petugas pengangkut sampah.

2.15. Kerangka Teori

Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan ke dalam suatu model atau paradigma. Paradigma tersebut menggambarkan hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia. Dengan mengetahui patogenesis penyakit, maka dapat menentukan pada titik atau simpul mana dapat dilakukan pencegahan (Achmadi, 2011).

Simpul 1. Sumber Penyakit

Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan).

Penyakit kelainan kulit dapat disebabkan dari berbagai faktor baik secara biologi (virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa), kimia (oli, zat pewarna, Penyakit kelainan kulit dapat disebabkan dari berbagai faktor baik secara biologi (virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa), kimia (oli, zat pewarna,

Simpul 2. Media Transmisi Penyakit

Ada lima komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit yang dikenal sebgai media transmisi penyakit, yakni “ udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga, dan manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit jika didalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Penyakit kelainan kulit terjadi pada petugas pengangkut sampah akibat petugas kontak langsung dengan sampah yang mengandung agen penyakit.

Simpul 3. Perilaku Pemajanan (Behavioral Exposure)

Manajemen pada simpul 3 pada hakikatnya adalah manajemen pengendalian proses pajanan pada komunitas. Upaya yang dapat dilakukan dapat menyangkut teknologi, sosial, budaya dan lain-lain. Namun apabila kesulitan mengukur besaran agen penyakit, maka diukur dengan cara tidak langsung yang disebut sebagai biomaker. Agen penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia karena adanya kontak langsung antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung bahaya penyakit (agen penyakit) atau disebut dengan perilaku pemajanan (behavioral exposure) . Jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh perilakunya. Perilaku orang akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan lain sebagainya.

Pengendalian penyakit kelainan kulit pada petugas pengangkut sampah dengan meningkatkan perilaku kesadaran seperti perilaku pentingnya personal Pengendalian penyakit kelainan kulit pada petugas pengangkut sampah dengan meningkatkan perilaku kesadaran seperti perilaku pentingnya personal

Simpul 4. Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit adalah outcome dari adanya hubungan antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Penyakit kelainan kulit terjadi dari hubungan kontak langsung manusia dengan lingkungan yang berpotensi menyebabkan penyakit. Sehingga, metode pengobatan terbaik dengan cara menghindari kontak langsung dengan bahan tersebut.

Simpul 5. Variabel Suprasistem

Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5 yakni variabel iklim, cuaca, topografi dan lainnya. Variabel ini harus diperhitungkan dalam upaya manajemen penyakit.

Penyakit kelainan kulit juga dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti sinar matahari, panas, kelembaban. Faktor dari petugas pengangkut sampah yang tidak teratur dalam pemakaian alat pelindung diri dan kurang peduli dengan kebersihan pribadi (personal hygiene).

Manajemen Simpul 2.

Media Transmisi

Personal Hygiene dan

Alat Pelindung Diri

Gangguan Kelainan Kulit

Sumber agen

Petugas pengangkut

penyakit :

Pemeriksaan kulit

1. Kimia

sampah kontak

secara langsung

Sakit

2. Biologi

langsung dengan

oleh dokter

3. Mekanis sampah

Sumber Penyakit

Media Tranmisi

Biomaker

Dampak

Penyakit Gangguan Kelainan Kulit dapat juga dipengaruhi oleh Faktor Fisik (sinar matahari, panas, suhu, dan lain-lain).

Gambar 2.3. Kerangka Teori Simpul Gangguan Kelainan Kulit

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 0 10

ABSTRAK ANALISIS DETERMINAN MINAT INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU AKTUAL PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI BERBASIS TEKNOLOGI PADA BANK SYARIAH DI KOTA BINJAI DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2016

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Medan - Tata cara Pelaksanaan Penagihan / Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Tata cara Pelaksanaan Penagihan / Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 14

LAMPIRAN Lampiran 1 Data Realisasi DAK KabKota Provinsi Sumatera Utara ( Miliar Rupiah) Kabupaten Kota Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 15

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor HCSR-04 - Rancang Bangun Alat Ukur Ketebalan Kayu Menggunakan Tampilan LCD Berbasis Arduino

0 3 18