Teknik Analisis Data

1.4.6 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Bilklen dalam Moleong (2007: 248) mengemukakan bahwa: “Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan dicari kepada orang lain”.

Analisis data adalah proses urut-urutan data dengan mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan urutan uraian dasar. Sutopo (2002: 94) menyebutkan :

“Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan”.

Proses analisis ditempuh melalui 4 (empat) tahapan besar, yakni mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data sampai penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik analisis ini dikenal dengan model analisis interaktif. Penjelasan akan tiap tahapan dalam model analisis interaktif ialah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Bentuk data kualitatif ialah berupa kata-kata, kalimat, tabulasi deskriptif,

narasi diluar data numerik. Data ini diperoleh melalui wawancara dan studi dokumentasi yang kemudian dicek kredibilitas data dengan trianggulasi teknik sehingga terhimpun data yang matang sebagai bahan analisis.

2. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses seleksi peringkasan, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data dari field note. Sutopo (2002: 92) berpendapat:

“Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal

yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.

3. Penyajian Data Penyajian data atau display data merupakan penyusunan sekumpulan

informasi yang diperoleh dari penelitian yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan data. Sajian data dilakukan dengan mengorganisasikan informasi secara logis dan sistematis serta mendeskripsikan kedalam bentuk narasi sehingga mudah dibaca dan dipahami untuk selanjutnya memungkinkan penulis membuat analisis data dan melakukan penarikan kesimpulan.

4. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Data yang diperoleh penulis di lapangan mulai dilakukan penarikan

kesimpulan sementara sejak penelitian dimulai, untuk itu perlu dicari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Kesimpulan yang diperoleh mula-mula diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data baik dari wawancara, pengamatan, dan dokumen kesimpulan sementara sejak penelitian dimulai, untuk itu perlu dicari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Kesimpulan yang diperoleh mula-mula diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data baik dari wawancara, pengamatan, dan dokumen

Pengumpulan

Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/

Verifikasi

Gambar 1.3 Model Analisis Interaktif Data

(Sumber: Sutopo, 2002)

Berdasarkan gambar di atas, maka proses analisis diawali sejak kegiatan pengumpulan data. Setelah memperoleh data dari lapangan maka penulis segera melakukan reduksi data dan penyajian data. Pasca penyajian data dapat dilakukan penarikan suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan juga dilakukan melalui pendekatan paradigma naturalistik (the naturalistic method of inquiry), yang mana peneliti dapat membangun asumsi-asumsi, argumen-argumen serta pertimbangan saat menarik sintesis hasil pengumpulan data.

Kesimpulan yang telah dibuat dapat kembali dilakukan verifikasi untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian sehingga diperoleh kesimpulan yang credible , transferable dan confirmable.

Penarikan kesimpulan dilakukan melalui teknik komparatif data dengan metode check list, meninjau data-data yang telah direduksi menurut variabel yang sudah ditentukan dan disajikan dengan menggunakan ilustrasi matrik seperti di bawah ini:

Tabel 1.1 Ilustrasi Matriks Komparatif Rencana Keruangan dan Rencana Pembangunan

Rencana Keruangan

Rencana Pembangunan

Keterpaduan

Instansi Rencana No

RTRW Kota Surakarta

Arah Kebijakan

Agenda Prioritas

Keruangan dan

Pelaksana Program Utama

Pembangunan Jangka

Pembangunan Dan

Rencana

Pembangunan A Perwujudan Struktur Ruang

si

x1-x5

x5-x10

x10-x15

x15-x20

Panjang

Program-Program

Diisi dengan 1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan

menggunakan 1.1 Pusat pelayanan

check list akan kota

korelasi dan 1.2 Sub pusat

sinkronisasi pelayanan kota

program 1.3 Pusat

perwujudan lingkungan

ruang, arah 2 Perwujudan sistem prasarana

kebijakan, dan Sistem prasarana utama

agenda prioritas 2.1 Sistem jaringan

pembangunan transportasi darat

2.2 Sistem jaringan transportasi

udara Sistem prasarana lainnya 2.3 Sistem jaringan energi/ kelistrikan

2.4 Sistem jaringan telekomunikasi

2.5 Sistem jaringan sumber daya air

kota Infrastuktur perkotaan

2.6 Sistem penyediaan air minum kota

2.7 Sistem penyediaan air limbah kota

2.8 Sistem persampahan

kota 2.9 Sistem drainase kota 2.10 Penyediaan

sarana dan prasarana pedestrian

2.11 Jalur evakuasi bencana 2.12 Penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana lainnya

B Perwujudan Pola Ruang 1 Perwujudan kawasan lindung

1.1 Hutan lindung 1.2 Kawasan

resapan air 1.3 Kawasan

perlindungan setempat

1.4 Ruang terbuka hijau (RTH)

kota 1.5 Kawasan suaka

alam dan cagar

perumahan 2.2 Kawasan

perdagangan dan jasa

2.3 Kawasan perkantoran

2.4 Kawasan industri 2.5 Kawasan pariwisata 2.6 Kawasan non ruang terbuka hijau

2.7 Kawasan ruang evakuasi

bencana 2.8 Kawasan

peruntukan ruang bagi sektor informal

2.9 Kawasan peruntukan lainnya

C Perwujudan Kawasan Strategis Kota 1 Kawasan berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi

1.1 ... 2 Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi

2.1 ... 3 Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya 3.1 ... 4 Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

4.1 ... 5 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya lingkungan 5.1 ... 6 Kawasan strategis dari kepentingan pembangunan wilayah dan kota 6.1 ...

Sumber: Olahan Pedoman Penyusunan RTRW Kota dan Panduan Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

1.4.7 Instrumen Penelitian

Variabel dalam penelitian merupakan objek dari penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Pemahaman akan variabel serta menjabarkannya pada variabel yang lebih rinci (sub variabel) merupakan syarat mutlak dalam penelitian. Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel dikenal dengan kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel.

Kategori, indikator, sub variabel akan dijadikan pedoman dalam penyusunan instrumen, pengumpulan data dan kelanjutan dari langkah penelitian. Kemudian dari beberapa variabel dan indikator ini dipakai sebagai dasar untuk penentuan tingkat kinerja dari RTRW terhadap rencana pembangunan sebagai wujud dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. Penentuan kriteria penilaian tingkatan kinerja dikelompokkan menjadi tiga (3); yakni baik, cukup dan buruk. Pengelompokan menjadi tiga (3) tingkatan kinerja berdasar pada sudut pandang penulis melalui paradigma naturalistik serta beberapa pengetahuan penulis akan realita atau kecenderungan yang terjadi dalam pembangunan daerah. Belum ada tata baku atau norma terkait metode penilaian akan kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang, maka dari itu dalam penelitian ini penulis membangun tiga (3) skala penilaian secara deskriptif kualitatif guna menilai kriteria/aspek yang mempengaruhi kinerja. Tiap kriteria/aspek dalam penilaian saling berkaitan dan menunjukkan korelasi yang seiring. Masing-masing tingkatan memiliki penilaian secara deskriptif kualitatif yang berbeda pada tiap kriteria. Penilaian yang ditetapkan pada tiap kriteria di masing-masing jenjang skala tingkatan kinerja dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 Tingkatan Kinerja dan Kriteria Penilaian

No Tingkatan Kinerja Kriteria Penilaian 1 Baik

 Kelengkapan

dokumen rencana sesuai karakteristik wilayah → (76-100)% lengkap  Kelembagaan penyusun rencana → terlibat secara utuh dan memperhatikan arahan tata ruang  Mekanisme praimplementasi rencana/program/kegiatan → terpadu secara utuh dan menyeluruh dengan

muatan muatan

→ penganggaran mengacu pada kebutuhan perencanaan, memanfaatkan segala sumber pendanaan yang dapat diraih dalam kota

2 Cukup

 Kelengkapan

dokumen rencana sesuai karakteristik wilayah → (51-75)% lengkap  Kelembagaan penyusun rencana → tidak terlibat secara utuh dan kurang memperhatikan arahan tata ruang  Mekanisme pra implementasi rencana/program/kegiatan → kurang terpadu secara utuh dan menyeluruh dengan

muatan

ketidakjelasan unit pelaksana teknis  Penganggaran → penganggaran kurang mengacu pada kebutuhan perencanaan, kurang memanfaatkan segala sumber pendanaan yang dapat diraih dalam kota

3 Buruk

 Kelengkapan

dokumen rencana sesuai karakteristik wilayah → (0-50)% lengkap  Kelembagaan penyusun rencana → tidak terlibat secara utuh dan tidak memperhatikan arahan tata ruang  Mekanisme praimplementasi rencana/program/kegiatan → tidak terpadu secara utuh dan menyeluruh serta tidak

muatan

ada kejelasan unit pelaksana teknis  Penganggaran → penganggaran tidak mengacu pada kebutuhan perencanaan, tidak memanfaatkan segala sumber pendanaan yang dapat diraih dalam kota (hanya bersumber pada pemerintah)

Sumber: Kaidah-kaidah Perencanaan Wilayah dan Kota, 2010 Prosentase mengenai kelengkapan muatan dokumen rencana tata ruang wilayah ditentukan berdasarkan kecenderungan hasil eksplorasi informasi terhadap peninjauan kembali RTRW yang terjadi di berbagai daerah.

Hasil pembahasan/telaah penilaian pada tiap kriteria akan menunjukkan/mengidentifikasikan pada salah satu tingkatan kinerja di atas, hal ini disebabkan skala pengukuran yang digunakan ialah antara rentang batas optimal (baik) sampai batas minimum (buruk) dan sifat dari kriteria-kriteria yang saling terkait serta seiring sehingga hasil pembahasan/telaah penilaian pada tiap kriteria akan tercakup pada skala pengukuran ini.

Berpijak dari pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data sampai teknik analisis data serta penentuan kriteria-kriteria penilaian di atas, maka disusun sebuah instrumen penelitian sebagai berikut:

Tabel 1.3 Instrumen Penelitian

Teknik

Penarikan No

Teknik

Variabel

Sub Variabel (Indikator)

Sumber Data

Analisis

Pengumpulan Data

Kesimpulan Data

1 Kelengkapan

 Konten dokumen RTRW Kota

atau arsip

Dokumentasi

dokumen

 Program-program indikasi

rencana sesuai

pemanfaatan ruang

karakteristik

Pengukuran wilayah

 Program-program sektoral

tingkat kinerja 2 Mekanisme pra

pembangunan

dengan implementasi

 Keterpaduan pelaksanaan program

 Informan

 Interview

pembobotan Model rencana/

 Program- program instansi pelaksana

 Dokumentasi

 Studi

akan 3 (tiga) Analisis program

teknis

atau arsip

Dokumentasi

kategorisasi Interaktif 3 Kelembagaan

tingkatan, penyusun

 Proses dan tahapan dalam

 Informan

 Interview

yakni baik, rencana

penyusunan rencana keruangan dan

 Dokumentasi

 Studi

rencana pembangunan

atau arsip

Dokumentasi

cukup dan

buruk. 4 Penganggaran

 Kejelasan pengelola pembangunan

 Kesesuaian penganggaran dengan

 Dokumentasi

 Studi

kebutuhan dana perencanaan.

atau arsip

Dokumentasi

 Pemanfaatan sumber-sumber pendanaan yang dapat diraih.

Sumber: Analisis, 2010

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN Memuat latar belakang perlunya penelitian sampai perumusan judul yang diangkat dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta metodologi yang akan digunakan saat pelaksanaan penelitian hingga akhir. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN TATA RUANG

DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN Memuat mengenai tinjauan teori dan pustaka terkait dengan tema dan topik yang diangkat dalam penelitian sebagai landasan yang akan dimanfaatkan dalam pembahasan penelitian. BAB 3 TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

(RTRW) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA SURAKARTA

Memuat hal-hal empiris yang berupa data-data utama dan pendukung terkait permasalahan dan pembahasan dalam penelitian, yakni meliputi kinerja, RTRW dan rencana pembangunan di Kota Surakarta. BAB 4 PEMBAHASAN KINERJA RENCANA TATA RUANG

WILAYAH (RTRW) DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SURAKARTA

Bab ini menguraikan tentang kajian dan ulasan akan rumusan masalah penelitian yang ditentukan hingga tercapai tujuan dan sasaran penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang telah dirancang sebelumnya. Bahasan mencakup mengenai telaah/kajian/analisis akan keterpaduan rencana tata ruang dan rencana pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. BAB 5 PENUTUP Berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik berdasar sintesis yang telah dirumuskan sebagai hasil pembahasan serta pengusulan rekomendasi akan tema dan topik yang diangkat, yakni rekomendasi akan kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN TATA RUANG DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan beberapa pustaka atau teori dan norma yang terkait dengan persoalan kinerja, perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan.

2.1 Definisi Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu hasil rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari oleh suatu pola tindakan yang defenitif, yang menurut pertimbangan secara sistematis akan membawa keuntungan tetapi dengan anggapan bahwa akan ada tindakan-tindakan selanjutnya yang akan merupakan rangkaian kegiatan sistematis lainnya (Sujarto, 1995). Dengan kata lain, tindakan yang semula dirumuskan, masih bersifat terbuka bagi kemungkinan adanya pilihan cara tindakan lain dan bahkan tindakan yang telah dirumuskan semula, masih mungkin disesuaikan apabila dianggap kurang menguntungkan pada saat tertentu lainnya.

Widodo (2006: 2) menyebutkan bahwa pada hakekatnya, perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan.

Perencanaan kemudian diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh sebuah institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Artinya dalam sebuah proses perencanaan, lembaga perencana wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan, kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang

2.1.1 Unsur-Unsur Perencanaan

Arti dan makna planning tergantung pada sudut pandang dan masalah yang bersangkutan. Tetapi dari sudut pandang manapun perencanaan (planning) didefinisikan, terdapat unsur-unsur yang memberikan arti dan makna yang sama yaitu merumuskan cita-cita dan keinginan yang lebih baik atau lebih berkembang di masa mendatang. Unsur-unsur yang terkandung dalam perencanaan adalah (Sujarto, 1995) :

1. Unsur keinginan, cita-cita.

2. Unsur tujuan dan motivasi.

3. Unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi).

4. Unsur upaya hasil guna dan daya guna.

5. Unsur ruang dan waktu. Perencanaan sebagai upaya mencapai cita-cita masa depan yang lebih

baik, terkandung pula upaya yang didasari suatu peramalan atau ekspektasi. Perencanaan merupakan proyeksi ke masa depan. Dalam proyeksi ini terkandung pengertian meningkatkan, memperbesar, memperbaiki atau bahkan memperkecil, menurunkan dan mengurangi demi tercapainya keadaan yang lebih baik. Upaya pembesar atau perkecilan ini perlu dilandasi oleh pertimbangan yang obyektif, efisiensi dan efektif (Sujarto, 1995).

Sholihin (2007) mengungkapkan bahwa manfaat perencanaan ialah sebagai penuntun arah, minimalisasi ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya, serta penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Suatu perencanaan harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan:

1. Tujuan akhir yang dikehendaki.

2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).

3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.

4. Masalah-masalah yang dihadapi.

5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.

6. Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.

7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.

8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.

2.1.2 Sifat Perencanaan

Perencanaan dapat diklasifikasikan kedalam beberapa sistem dan jenis menurut sifat dan sudut pandangnya, antara lain yaitu (Sholihin, 2007):

1. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat nasional, sektoral dan spasial.

2. Perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan parsial.

3. Dalam jangkauan dan hirarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah.

4. Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau jangka pendek.

5. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down), dari bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.

6. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan dapat indikatif atau preskriptif.

7. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif dan radikal.

8. Produk perencanaan dapat berbentuk rencana (plan), kebijakan, peraturan, alokasi anggaran, program, atau kegiatan.

2.2 Tata Ruang

Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

Penataan ruang ialah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Terkait dengan kinerja penataan ruang, perlu diadakan pembinaan penataan ruang, yaitu upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Selanjutnya pemanfaatan ruang berupa upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Kemudian untuk perwujudannya dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dari proses ini akan dihasilkan suatu rencana tata ruang yang merupakan hasil perencanaan tata ruang.

Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Berdasar sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan. Berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Berdasar wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Penataan Ruang

Diklasifikasikan Berdasarkan

Sistem

Sistem Wilayah

Sistem Internal Perkotaan

Fungsi Utama

Kawasan

Kawasan Lindung

Kawasan Budidaya

PR Wilayah Administratif

Wilayah PR Wilayah

PR Wilayah

Kab./Kota

PR Kawasan Perkotaan

PR Kawasan Perdesaan

Nilai Strategis

PR Kawasan

PR Kawasan

PR Kawasan

Kawasan

Strat. Nasional

Strat. Provinsi Strat. Kab./Kota

Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Penataan Ruang

(Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)

2.2.1 Tugas dan Wewenang Pelaku Penataan Ruang

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tugas pelaku penataan ruang, khususnya negara ialah menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugas negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian wewenang pelaku penataan ruang khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ialah meliputi:

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;

2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

4. Kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan

penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi:

1. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;

2. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

3. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota,

pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan:

1. Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

2. Perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

3. Pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

4. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu

pada pedoman bidang penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan wewenang, pemerintah daerah kabupaten/kota:

1. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang

wilayah kabupaten/kota; dan

2. Melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. Saat pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standar

pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

31

32

Gambar 2.2 Tugas dan Wewenang Pemerintahan dalam Penataan Ruang

(Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)

Negara

Wewenang Pemerintah

Wewenang Pemerintah

Provinsi

Wewenang Pemerintah

Kab./Kota

TUR, BIN, WAS terhadap:  Lak PR wilayah Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota  Lak PR Kawasan Strategis Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota

Lak PR wilayah Nasional Lak PR Kawasan Strategis Nasional

Kerja sama PR antarnegara dan fasilitasi kerja sama antarnegara

TUR, BIN, WAS terhadap:  Lak PR wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota  Lak PR Kawasan Strategis Provinsi, Kabupaten/Kota

LAK PR wilayah provinsi LAK PR kawasan strategis provinsi Kerja sama PR antarprovinsi dan fasilitasi kerja

sama antarprovinsi

TUR, BIN, WAS terhadap:  Lak PR wilayah Kabupaten/Kota

 Lak PR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota

LAK PR wilayah Kabupaten/Kota LAK PR wilayah Kabupaten/Kota Kerja sama PR antarkabupaten/Kota

Seorang Menteri

Ket: TUR = pengaturan BIN = pembinaan LAK = pelaksanaan WAS = pengawasan PR

= penataan ruang

Negara menyelengga- rakan penataan ruang untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat

Dalam melaksanakan tugasnya, negara memberikan kewenangan penyeleng- garaan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah

2.2.2 Penyelenggaran Penataan Ruang

Penyelenggaraan Penataan Ruang

Upaya agar pembentukan

Upaya

Upaya untuk

Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui

meningkatkan

landasan hukum kinerja

pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan

penyelenggaraan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang penataan ruang bagi

dapat diwujudkan Pemerintah,

penataan ruang

yang

sesuai dengan

ketentuan peraturan daerah, dan

pemerintah diselenggarakan oleh

Perencanaan Tata

Tata Ruang

Pemanfaatan

perundang-

undangan penataan ruang

masyarakat dalam pemerintah daerah,

Ruang

Upaya untuk

dan masyarakat

Suatu proses

Upaya untuk

struktur ruang dan

tertib tata ruang

struktur ruang

pola ruang sesuai

ketentuan

 Evaluasi peraturan

kepada

dan pola

dengan RTR

pemerintah

ruang yang

melalui

 Pelaporan

perundang- daerah dan

meliputi

penyusunan dan

undangan bidang masyarakat

penyusunan

pelaksanaan

penataan ruang

 Pemerintah

dan penetapan

program beserta

termasuk pedoman provinsi kepada

RTR

pembiayaannya

bidang penataan

kabupaten/kota

rencana tata

dan masyarakat

ruang beserta

 Insentif-

kabupaten/kota

Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

Gambar 2.3

tentang Penataan Ruang

Penyelenggaraan Penataan Ruang

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

(Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota )

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Tujuan penataan ruang wilayah kota ditetapkan pemerintah daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berupa arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan RTRW Kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.

2.3.1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hirarki terdiri atas RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota.

Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar

Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.

Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi kedalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional.

Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang.

Kawasan strategis adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya penjabaran rencana umum tata ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai dengan aspek utama yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan strategis tersebut. Tingkat kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya mengikuti luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem administrasi.

Rencana Umum Rencana Rinci RTR Pulau

RPJP Nasional

RTRW Nasional

RTR Kaw Strategis Nasional

RPJM Nasional

RTRW Provinsi RTR Kaw Strategis Provinsi

RPJP Provinsi

RPJM Provinsi

RDTR Kabupaten

RTRW Kabupaten

RTR Kaw Strategis

RPJP Kab/Kota Kabupaten

RDTR Kota RPJM Kab/Kota

RTRW Kota

RTR Kaw Strategis Kota

Gambar 2.4 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Sumber: Permen PU Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota )

Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang di atasnya maupun di bawahnya.

Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam pemberian advise planning dalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

2.3.2 Fungsi RTRW Kota

Fungsi RTRW Kota adalah sebagai:

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota;

4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;

5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;

6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;

7. Acuan dalam administrasi pertanahan.

2.3.3 Manfaat RTRW Kota

Manfaat RTRW Kota adalah untuk:

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;

2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah sekitarnya; dan

3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.

2.3.4 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan lima (5) tahunan sampai akhir tahun perencanaan dua puluh (20) tahun.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan kota;

2. Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program;

3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu lima (5) tahunan;

4. Sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan untuk setiap jangka lima (5) tahun; dan

5. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun berdasarkan:

1. Rencana struktur ruang dan pola ruang;

2. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;

3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan

4. Prioritas pengembangan wilayah kota dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun dengan kriteria:

1. Mendukung perwujudan rencana struktur ruang kota, pola ruang kota dan pengembangan kawasan strategis kota;

2. Mendukung program utama penataan ruang wilayah nasional dan provinsi;

3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;

4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan

5. Sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program terpadu pengembangan wilayah kota. Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota

meliputi:

1. Usulan Program Utama Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan

wilayah kota yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah kota sesuai tujuan penataan ruang wilayah kota.

2. Lokasi Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.

3. Besaran Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program

utama pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.

4. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD provinsi,

APBN, swasta, dan/atau masyarakat.

5. Instansi Pelaksana Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program utama yang

meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta masyarakat.

6. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan Usulan indikasi program utama direncanakan dalam kurun waktu

perencanaan dua puluh (20) tahun yang dirinci setiap lima (5) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu lima (5) tahunan RPJP Daerah Kota.

Arahan pemanfaatan ruang, sekurang-kurangnya memiliki muatan sebagai berikut:

1. Perwujudan rencana struktur wilayah kota:

a. Perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota; dan

b. Perwujudan sistem jaringan prasarana kota, yang mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional dalam wilayah

kota: 1)

Perwujudan sistem jaringan transportasi di wilayah kota, yang meliputi sistem prasarana transportasi darat, udara, dan air;

2) Perwujudan sistem jaringan sumber daya air; 3)

Perwujudan sistem jaringan energi dan kelistrikan; 4)

Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;

5) Perwujudan sistem persampahan, sanitasi dan drainase; dan 6)

Perwujudan sistem jaringan lainnya.

2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kota:

a. Perwujudan kawasan lindung; dan

b. Perwujudan kawasan budi daya.

3. Perwujudan kawasan-kawasan strategis kota. Susunan indikasi program utama tersebut di atas merupakan susunan

minimum yang harus diacu dalam setiap penyusunan arahan pemanfaatan ruang kota. Tetapi pada masing-masing bagian dapat dijabarkan lebih rinci sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang atau pengembangan kawasan masing- masing wilayah kota.

Matriks susunan tipikal indikasi program utama dalam penyusunan RTRW Kota disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Matrik Susunan Tipikal Indikasi Program Utama dalam Penyusunan RTRW Kota

No Program Utama

Lokasi

Besaran

Waktu Pelaksanaan

Sumber Instansi

Dana Pelaksana A Perwujudan Struktur Ruang 1 Perwujudan Pusat-pusat Pelayanan

PJM-1 (x1-x5) PJM-2 (x5-x10)

PJM-3 (x10-x15)

PJM-4 (x15-x20)

1.1. ... 1.2. ... 2 Perwujudan Sistem Prasarana 1.1. Transportasi * ............. * .............

1.2. Jar Energi Listrik

B Perwujudan Pola Ruang 1 Perwujudan Kawasan Lindung * .................... * .................... 2 Perwujudan Kawasan Budidaya * .................... * .................... C Perwujudan Kawasan Strategis Kota

Sumber: Permen PU Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota

2.4 Pembangunan

Widodo (2006: 4) mendefinisikan pembangunan sebagai upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja.

Menurut Todaro yang dikutip oleh Widodo (2006: 5) proses pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga nilai inti dan tiga tujuan pembangunan Tiga nilai inti pembangunan adalah:

1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (sustenance). Semua individu memiliki kebutuhan dasar yang menyebabkan dia hidup. Kebutuhan pangan meliputi pangan, sandang, kesehatan dan proteksi.

2. Manusia terhormat (self-esteem). Salah satu komponen universal hidup adalah harga diri. Semua orang dan masyarakat mencari bentuk dasar

harga diri yang mungkin kemudian disebut: keaslian, identitas, kehormatan, penghargaan atau kemasyuran.

3. Kebebasan (freedom from servitude). Kebebasan disini dipahami sebagai kebebasan yang terkait dengan emansipasi, kepedulian, penderitaan dan lain-lain. Adapun tujuan dari pembangunan meliputi:

1. Peningkatan standar hidup (levels of living) setiap orang, baik pendapatannya, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dll.

2. Penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self-esteem) setiap orang.

3. Peningkatan kebebasan (freedom/democracy) setiap orang. Untuk mencapai tujuan di atas, perlu diupayakan:

1. Mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan

1) Antar daerah

2) Antar sub daerah

3) Antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan).

2. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.

3. Menciptakan atau menambah lapangan kerja.

4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah.

5. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang (berkelanjutan).

2.4.1 Aspek Perencanaan Pembangunan

Widodo (2006: 11) menyebutkan bahwa sebuah perencanaan yang baik haruslah melibatkan berbagai pihak, termasuk diantaranya adalah masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut, sektor swasta yang menanamkan modalnya di wilayah bersangkutan dan tentu saja adalah pemerintah yang memiliki otorita di wilayah tersebut. Dengan keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan dengan proses pembangunan tersebut, maka rencana pembangunan yang dilakukan akan dapat dirasakan manfaatnya oleh pihak-pihak terkait.

Sejalan dengan keterlibatan masyarakat serta pihak swasta dalam proses pembangunan, perencana pembangunan akan menghadapi permasalahan yang lebih kompleks dalam membuat sebuah rencana yang tepat dan sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan mengingat semakin banyak pihak yang terlibat di dalam sebuah kegiatan, maka akan semakin banyak pula konflik kepentingan yang terjadi di dalamnya. Untuk mengantisipasi permasalahan yang dapat muncul akibat konflik kepentingan ini serta menghasilkan rencana pembangunan yang tepat, maka perencana haruslah memperhatikan beberapa aspek yang penting dalam pembangunan. Adapun aspek yang menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan adalah (Widodo, 2006: 11):

1. Aspek Lingkungan Aspek pertama ini merupakan aspek yang sangat penting untuk

diperhatikan oleh seorang perencana mengingat pembangunan yang akan dilakukan akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan selanjutnya pembangunan yang dilakukan pada saat inipun kemudian akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di masa yang akan datang (yang notabene

Selanjutnya, perencanaan yang baik haruslah memperhatikan bidang- bidang aspek lingkungan yang berada di dalam wilayah pengembangan serta di luar wilayah pengembangan. Atau dengan kata lain, perencanaan yang baik harus mampu memotret kondisi lingkungan di daerah tersebut serta kondisi lingkungan di daerah yang menjadi partner pengembangan ekonomi daerah.

2. Aspek Kekuatan dan Hambatan Aspek kedua ini merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dengan

aspek lingkungan di atas. Hal ini sangat penting mengingat perencanaan yang baik akan membutuhkan informasi mengenai segala sesuatu yang dapat mendukung terlaksananya pembangunan serta berbagai hal yang dapat menghalangi jalannya pembangunan yang dilakukan. Untuk itu, seorang perencana harus memiliki gambaran mengenai segala sesuatu yang dimiliki oleh daerah yang dapat menjadi sumber kekuatan daerah dalam melaksanakan pembangunan serta kelemahan yang berpotensi untuk menghambat proses pembangunan.

3. Aspek Badan Perencana Pembangunan Pusat/Daerah Badan perencanaan pembangunan pusat/daerah merupakan badan

pemerintah yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan yang tepat. Badan ini bertugas untuk melaksanakan koordinasi internal antarinstansi pemerintah pusat/daerah maupun secara eksternal dengan pihak diluar pemerintah daerah seperti masyarakat dan pihak swasta dalam melaksanakan perencanaan serta pembangunan di daerah. Dengan demikian kemampuan dalam mengkoordinir ini membutuhkan berbagai informasi mengenai peran dan fungsi yang dimiliki oleh setiap elemen dalam pembangunan yang akan dilakukan. Artinya, badan perencana membutuhkan informasi mengenai dirinya sendiri yang berupa peran dan fungsinya dalam pembangunan daerah, kemampuan yang dimilikinya dalam pengembangan program pembangunan

Disamping itu semua, badan perencana membutuhkan informasi mengenai peran dan fungsi elemen pendukung pembangunan yang lain seperti pemahaman masyarakat atas arah dan tujuan pembangunan yang akan dilaksanakan, kemampuan pihak swasta dalam mendukung proses pembangunan serta kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh lembaga keuangan yang berada di daerah tersebut. Dengan memahami "kepribadian" dari setiap elemen pendukung pembangunan, maka badan perencanapun dapat membuat rencana pembangunan yang tepat bagi daerah sesuai dengan kekuatan dan kelemahan serta pendukungnya.

4. Aspek Ruang dan Waktu Aspek keempat ini hendaknya tidak diartikan sebagai pembatasan bagi

perencana untuk membuat rencana pembangunan hanya pada waktu tertentu saja. Namun aspek yang dimaksud adalah bagaimana perencana dapat membuat rencana yang tepat untuk dilaksanakan yang mencakup berbagai bidang lingkungan seperti sosial, budaya, ekonomi bahkan termasuk di dalamnya bidang-bidang yang meliputi bidang fisik seperti tata letak, kondisi tanah hingga kualitas lingkungan dari polusi yang mungkin timbul dari proses pembangunan yang akan dilakukan atau yang sudah dilakukan.

Ketepatan waktu pelaksanaan yang tepat dengan didasarkan pada kondisi lingkungan yang dihadapi di daerah menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh perencana. Selain itu ketepatan pelaksanaan pembangunan dari sisi lokasi pembangunan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi.

2.4.2 Proses Perencanaan Pembangunan

Proses perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan (Sholihin, 2004):

1. Dilakukan oleh masing-masing tingkat pemerintahan secara:

a. Independen,

b. Integral,

c. Efektif dan efisien,

d. Legitimate

2. Untuk meningkatkan keterpaduan, maka proses perencanaan masing- masing lingkup pemerintahan meliputi tahapan-tahapan:

a. Penyusunan kebijakan,

b. Perumusan program,

c. Penyusunan pembiayaan,

d. Monitoring dan evaluasi

3. Proses perencanaan ditempuh melalui koordinasi secara bertahap dan berkesinambungan yang meliputi:

a. Lintas sektor,

b. Lintas daerah,

c. Lintas lembaga,

d. Lintas sumber pembiayaan. Ada empat pendekatan yang ditempuh dalam proses penyusunan rencana pembangunan ialah (Sholihin, 2007):

1. Pendekatan Politik, yakni saat pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning ), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.

2. Pendekatan Teknokratik, yaitu menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

3. Pendekatan Partisipatif, yaitu dilaksanakan dengan melibatkan stakeholders, antara lain melalui musrenbang.

4. Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up, yaitu dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

2.4.3 Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran

Perencanaan akan efektif jika terdapat koordinasi yang berintikan pada proses komunikasi antarlembaga perencanaan dan pelaku yang berkepentingan baik secara horizontal maupun vertikal (Blakely yang dikutip Widodo, 2006: 48). Tujuan dilakukannya koordinasi untuk menyamakan pemahaman dan persepsi tentang substansi kebijakan untuk menyelesaikan masalah tertentu, menyelesaikan

Selain itu koordinasi juga ditujukan untuk mensinkronkan antara kebijakan dan rencana tindak pelaksanaan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga atau organisasi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Koordinasi perencanaan pembangunan dapat dilakukan melalui empat tahapan: (1) koordinasi proses perencanaan; (2) koordinasi metode perencanaan; (3) koordinasi antartingkat perencanaan; dan (4) koordinasi usaha-usaha masyarakat (Munir yang dikutip Widodo, 2006: 48). Koordinasi antartahapan perencanaan pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Widodo, 2006: 48):

1. Koordinasi pada Formulasi dan Penyusunan Rencana

2. Koordinasi pada Implementasi

3. Koordinasi pada Evaluasi Widodo (2006: 49) juga berpendapat dalam melaksanakan pembangunan

tidak dapat hanya mengandalkan sumber pembiayaan dari sumber daya publik atau pemerintah saja. Usaha-usaha swasta harus dimotivasi dan digerakkan dalam proses pembangunan. Untuk menggerakkan peran serta sektor swasta pemerintah harus membuat kebijakan yang cermat, yaitu dengan menciptakan peraturan dan perangsang yang meliputi semua aspek yang dapat mendorong partisipasi swasta. Peraturan perangsang berupa kebijaksanaan perpajakan, retribusi, subsidi, kebijaksanaan harga, kebijaksanaan perizinan, dan upah. Sebagai koordinator pembangunan harus menonjolkan peran sebagai fasilitator dan enterpreneur karena kemitraan antara masyarakat, swasta, dan pemerintah sangat diperlukan.

Gambar di bawah ini menunjukkan koordinasi antartingkat perencanaan:

PERENCANAAN MAKRO

Kebutuhan

Keunggulan

Kebutuhan Kaitan

Sektor Daerah

Spasial

Regional

Aspek Ruang

PERENCANAAN

PERENCANAAN SEKTORAL

REGIONAL

Aspek Produktivitas

PERENCANAAN MIKRO

 Input  Output

Outcome  Benefit

 Impact

Gambar 2.5 Koordinasi Antartingkat Perencanaan

(Sumber: Munir yang dikutip Widodo, 2006: 49)

2.4.4 Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah disebutkan prinsip perencanaan pembangunan daerah ialah:

1. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

2. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing- masing.

3. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.

4. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika

2.5 Rencana Pembangunan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri dari tiga macam, yakni:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

3. Rencana Pembangunan Tahunan atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tiap jenis produk rencana tersebut selain memiliki time frame (jangka

waktu) yang berbeda juga memiliki muatan yang berbeda pula. Muatan tiap jenis rencana tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Muatan pada tiap jenis rencana tersebut ialah:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Muatan dari rencana ini ialah:

a. pendahuluan;

b. gambaran umum kondisi daerah;

c. analisis isu-isu strategis;

d. visi dan misi daerah;

e. arah kebijakan; dan

f. kaidah pelaksanaan.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Muatan dari rencana ini ialah:

a. pendahuluan;

b. gambaran umum kondisi daerah;

c. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan;

d. analisis isu-isu strategis;

e. visi, misi, tujuan dan sasaran;

f. strategi dan arah kebijakan;

g. kebijakan umum dan program pembangunan daerah;

i. penetapan indikator kinerja daerah; dan j.

pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.

3. Rencana Pembangunan Tahunan atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Muatan dari rencana ini ialah:

a. pendahuluan;

b. evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu;

c. rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan;

d. prioritas dan sasaran pembangunan; dan

e. rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

Penetapan Rancangan

Rancangan RPJPD

menjadi Perda

 Bahan

Proses

Teknokratik oleh

oleh Bappeda

Gambar 2.6 Proses Penyusunan dan Penetapan RPJPD

(Sumber: Sholihin, 2004)

Visi, Misi, Program Kepala

Daerah Terpilih

Bappeda menyusun rancangan

Awal RPJMD SKPD menyusun Renstra SKPD

Program SKPD

1. Visi, Misi Kepala Daerah 2. Strategi Pembangunan

Daerah

3. Kebijakan Umum

4. Kerangka Ekonomi Daerah

Bappeda 5. Program SKPD (4)

menyelenggarakan MUSRENBANG RPJMD

Bappeda menyusun rancangan

Akhir RPJMD Penetapan RPJMD

1. Visi, Misi Kepala Daerah (7) 2. Strategi Pembangunan

Daerah

3. Kebijakan Umum

Digunakan sebagai

4. Kerangka Ekonomi Daerah

pedoman penyusunan

5. Program SKPD

Rancangan RKPD

Gambar 2.7 Penyusunan dan Penetapan RPJMD

(Sumber: Sholihin, 2004)

SKPD menyusun Renja SKPD Awal RKPD

Bappeda menyusun rancangan

Program SKPD

1. Prioritas Pembangunan

Daerah

2. Kebijakan Umum

3. Kerangka Ekonomi Daerah-

Pagu Indikatif

MUSRENBANG

4. Program SKPD Desa/Kelurahan/Kecamatan

MUSRENBANG Kab/Kota

Rancangan Akhir RKPD

Sinkronisasi Program SKPD

1. Prioritas Pembangunan Daerah

2. Kebijakan Umum

3. Kerangka Ekonomi Daerah MUSRENBANG Prov Sebagai 4. Program SKPD

Wakil Pemerintah Pusat

Penetapan RKPD Bappenas menyelenggarakan

MUSRENBANGNAS

Sebagai pedoman penyusunan Rancangan APBD

Sinkronisasi Program KL/SKPD

Gambar 2.8 Penyusunan dan Penetapan RKPD

(Sumber: Sholihin, 2004)

2.6 Tinjauan Pustaka akan Kinerja Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam Pemanfaatan Ruang

Hasibuan (2001) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Menurut Mathis dan Jackson terjemahan Sadeli dan Prawira (2001) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Cushway (2002) juga mengatakan dalam bahwa kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.

Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997) berpendapat kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.

Dalam penulisan tugas akhir ini, yang mana kinerja digunakan untuk mengukur suatu produk dari hasil proses perencanaan berwujud rencana tata ruang wilayah pada aspek pemanfaatan ruang, kinerja dimaknai dengan suatu capaian fungsi sebagaimana diungkapkan oleh Witmore, serta manfaat rencana tata ruang wilayah sebagai hasil dari proses perencanaan penataan ruang dalam mewujudkan beberapa arahan rencana yang telah ditetapkan.

Arahan rencana yang terdapat dalam rencana tata ruang wilayah dinilai berdasar pada capaian apa yang akan diwujudkan/diimpelementasikan/dilakukan menurut rencana serta apa yang tidak diimplementasikan dengan menelaah keterpaduan rencana yang telah ditetapkan tersebut pada rencana pembangunan dalam suatu wilayah/daerah. Upaya memadukan antara rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kinerjanya, dengan melakukan perbandingan di tataran program sebagai mekanisme praimplementasi rencana seperti yang dikatakan Cushway yang mana dinilai pada seseorang/individu.

Perbandingan dilakukan berdasar kesinkronan rencana tata ruang wilayah terhadap program-program perwujudan ruang (pemanfaatan ruang) dan korelasi serta keterpaduan pemanfaatan ruang tersebut terhadap program-program pembangunan dalam wilayah/daerah sebagai suatu sistem perencanaan yang terintegrasi.

Untuk memperoleh penilaian akan capaian fungsi dan manfaat (kinerja) dari RTRW dalam pemanfaatan ruang, yang mana merupakan produk dari suatu kegiatan perencanaan tata ruang yang berupa pedoman dan arahan demi mencapai keinginan dan cita-cita, tujuan dan motivasi, manajemen sumber daya dalam

Sebagaimana yang terurai dalam pedoman penyusunan rencana tata ruang wilayah kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berupa arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan RTRW Kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. Kemudian dari penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kota ini ditelaah korelasi, sinkronisasi dan keterpaduannya dengan program-program pembangunan dalam rencana pembangunan daerah/kota.

Fungsi RTRW Kota adalah sebagai:

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota;

4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;

5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;

6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; Sedangkan manfaat dari RTRW Kota adalah untuk:

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;

2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah sekitarnya; dan

3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas. Dengan demikian, berdasar akan capaian fungsi dan manfaat dari RTRW

Kota di atas serta mengaitkan dengan muatan dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, penilaian kinerja (capaian fungsi dan manfaat) RTRW dalam pemanfaatan ruang wilayah kota ditentukan oleh beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi:

1. Proses perencanaan tata ruang, terkait dengan proses penyusunan rencana dan kelengkapan subtansi perencanaan serta menelaah sinkronisasi antara

rencana yang telah ditetapkan dengan penjabaran perwujudan program penataan/pengembangan kota.

2. Jangka waktu perencanaan serta korelasi, sinkronisasi dan keterpaduan antar program sebagai mekanisme pra implementasi rencana, baik dalam

rangka program penataan/pengembangan wilayah kota maupun dalam program pembangunan daerah/kota.

3. Kelembagaan penyelenggara penataan ruang dan pembangunan kota.

4. Penganggaran, yang meliputi sumber pendanaan serta anggaran dalam perencanaan.

BAB 3 TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA SURAKARTA

Pada bab tinjauan khusus ini akan disajikan terkait data empiris yang mendukung dalam pembahasan persoalan yang diangkat. Data empiris ini meliputi proses perencanaan rencana keruangan dan rencana pembangunan, penataan ruang wilayah Kota Surakarta serta rencana pembangunan di Kota Surakarta. Dalam penataan ruang wilayah Kota Surakarta, hanya menguraikan proses perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang tanpa pengendalian pemanfaatan ruang karena diluar lingkup penelitian.

3.1 Proses Penyusunan Rencana Keruangan dan Rencana Pembangunan

Sebagai produk dari rencana keruangan di Kota Surakarta, diambil RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026. Sedangkan rencana pembangunan yang terdapat di Kota Surakarta ialah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2005-2010.

3.1.1 Proses Penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026

Meninjau dari alur kegiatan penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026, RTRW ini merupakan penyempurnaan dari RUTRK Kota Surakarta Tahun 2007-2016 dalam rangka penyesuaian muatan dan jangka waktu proyeksi rencana selama dua puluh (20) tahun. Proses penyusunan RTRW Kota Surakarta mengikuti alur proses dari sebuah siklus perencanaan, yakni kompilasi data, analisis hingga rencana.

3.1.2 Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surakarta Tahun 2005-2010

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan salah satu dokumen perencanaan di Kota Surakarta yang memiliki jangka waktu lima (5) tahun. Dokumen rencana pembangunan ini disusun dengan tujuan mengkoordinasikan rencana kerja lima tahunan Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka mewujudkan visi Walikota Surakarta dan pada masa transisi di Tahun

2011, menjamin adanya konsistensi perencanaan dan prioritas program/kegiatan tahunan selama lima tahun kepemimpinan Walikota periode 2005-2010 dan masa transisi pada tahun 2011, serta menjamin kesinambungan perencanaan dan prioritas program lima tahunan dalam mewujudkan visi daerah.

Proses penyusunan dokumen RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010 dijelaskan melalui skema berikut:

Visi dan Misi Bappeda menjabarkan Visi-Misi

Walikota Walikota 2005-2010 berupa

2005-2010 rancangan awal RPJM

SKPD menyusun RENSTRA SKPD

2005-2010

Bappeda menyelenggarakan

Bappeda menyusun rancangan MUSRENBANG RPJM KOTA

akhir RPJM KOTA SURAKARTA 2005-2010

SURAKARTA 2005-2010

Disampaikan ke DPRD untuk Peraturan Daerah mengenai

proses legalisasi RPJM KOTA RPJM K OTA SURAKARTA

SURAKARTA 2005-2010

2005-2010

Gambar 3.1 Proses Penyusunan RPJM Kota Surakarta 2005-2010

(Sumber: Olahan hasil interview pada Bappeda Kota Surakarta, 2010)

3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2007-2026

Muatan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 yang disajikan dalam tinjauan khusus ini meliputi visi dan misi penataan ruang, tujuan pemanfaatan ruang, rencana struktur pemanfaatan ruang, rencana pola pemanfaatan ruang serta pelaksanaan rencana.

3.2.1 Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta

Dasar perumusan visi tata ruang Kota Surakarta adalah tidak lepas dari visi Kota Surakarta yang sudah ditetapkan, yaitu „Terwujudnya Kota Surakarta Sebagai Kota Budaya yang Bertumpu Pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga ‟ yang dilaksanakan dengan semangat “BERSERI TANPA KORUPSI” yang bermakna pembangunan kota yang

1. Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai- nilai “Solo Kota Budaya”.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, guna mewujudkan inovasi dan integritas masyarakat madani yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.

3. Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi daerah, sebagai pemacu pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, serta mendayagunakan potensi dan teknologi terapan yang akrab lingkungan.

4. Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan hak azasi manusia dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para penyelenggara pemerintahan. Aktualisasi Visi dan Misi Kota Surakarta yang dikaitkan dengan kondisi

dan permasalahan spasial yang semakin kompleks yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, maka visi tata ruang Kota Surakarta akan mempertajam salah satu unsur visi Kota Surakarta, yaitu kota yang berwawasan lingkungan. Visi tersebut adalah “Kota Produksi Bersih” atau “Cleaner Production City”, yang dalam dunia ilmu lingkungan identik dengan kota sehat.

Terdapat lima (5) prinsip Kota Produksi Bersih, yaitu: Rethink, Recovery, Reuse, Recycling dan Reduce. Esensi dari prinsip Kota Produksi Bersih tersebut adalah upaya untuk berfikir, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan perkotaan yang sehat dan berkelanjutan (sustainable).

Untuk menuju kota sehat tersebut, diperlukan misi sebagai berikut:

1. Membentuk pola pergerakan kegiatan kota yang lancar, aman dan efisien.

2. Menciptakan penghijauan sebagai paru-paru kota.

3. Meminimalkan dan mengelola limbah kota menjadi peluang yang bermanfaat.

4. Mengembalikan dan memanfaatkan fungsi kawasan lindung secara benar.

5. Menjalin kerjasama lintas wilayah dalam penataan ruang.

3.2.2 Tujuan Pemanfaatan Ruang Kota

Tujuan pemanfaatan ruang Kota Surakarta dibagi ke dalam empat (4) aspek, yakni:

3.2.2.1 Aspek Tata Ruang Kota

1. Meningkatkan fungsi dan peranan Kota Surakarta dalam konstelasi wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini pengembangan kota ditujukan agar meningkatkan fungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah dan sebagai Kota Pelayanan Nasional.

2. Menciptakan pola tata ruang dan pola pergerakan yang lancar, aman dan efisien, sehingga masing-masing kegiatan dalam kota mempunyai interaksi positif yang saling menguntungkan.

3. Menciptakan pola tata ruang kota yang serasi dan optimal, serta penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa mengabaikan usaha peningkatan kualitas lingkungan kehidupan kota sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

4. Mengoptimalisasikan potensi-potensi yang ada serta mengeliminasi kendala, sehingga pola tata ruang yang dihasilkan merupakan optimalisasi dari penggunaan ruang yang ada.

5. Mengendalikan pertumbuhan dan pembangunan Kota Surakarta secara terarah.

3.2.2.2 Aspek Sosial Ekonomi

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi dengan menggali potensi-potensi ekonomi yang ada di wilayah perencanaan.

2. Memberikan pelayanan sosial dan ekonomi bagi kebutuhan penduduk wilayah perencanaan dan wilayah kabupaten sekitarnya.

3. Menciptakan pola lingkungan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah perencanaan.

4. Memberikan motivasi kepada masyarakat akan pentingnya pengendalian perkembangan kota, sehingga dapat tumbuh rasa kesadaran serta partisipasinya dalam pembangunan kota.

5. Memberi kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang kota sehingga merangsang partisipasi masyarakat dan penanam modal (investor) untuk

melakukan investasi dalam berbagai bidang.

6. Terciptanya lapangan kerja baru sebagai akibat meningkatnya investasi.

7. Meningkatkan kerja sama antara pemerintah daerah dengan pihak swasta dan masyarakat khususnya dalam bidang investasi prasarana kota, sehingga tumbuh hubungan yang saling menguntungkan.

3.2.2.3 Aspek Pengelolaan Pembangunan Kota

1. Menciptakan instrumen pengendalian pertumbuhan dan keserasian lingkungan kota, baik melalui pengawasan dan atau perijinan maupun tindakan penertiban.

2. Mewujudkan pembangunan kota yang manusiawi.

3. Menciptakan pedoman bagi rencana sektoral yang bersifat lebih teknis.

4. Menciptakan koordinasi antar dinas sebagai aparat teknis, sehingga tidak terjadi program pembangunan kota yang tumpang tindih (overlaping),

dimana hal tersebut merupakan pemborosan dalam pembangunan.

3.2.2.4 Aspek Lingkungan Hidup

1. Menjaga keseimbangan lingkungan antara pembudidayaan dengan pelestarian alam, sehingga terjadi pemanfaatan dan pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable).

2. Menjaga kawasan-kawasan yang memiliki fungsi lindung.

3. Mengeliminir terjadinya pencemaran lingkungan, baik air tanah dan udara serta gangguan lingkungan.

3.2.3 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota

Rencana struktur pemanfaatan ruang kota dalam dokumen RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 terdiri dari rencana sistem lingkungan, rencana

3.2.3.1 Rencana Sistem Lingkungan

Rencana sistem lingkungan Kota Surakarta ini menyangkut pembagian wilayah kota menjadi beberapa Bagian Wilayah Kota (BWK), beberapa Sub Bagian Wilayah Kota (SBWK) dan beberapa Unit/Blok satuan lingkungan, dimana masing-masing bagian/unit tersebut memiliki pusat kegiatannya masing- masing sesuai dengan besaran satuan lingkungannya.

Mendasarkan pertimbangan tersebut serta kondisi wilayah serta demografinya, dikembangkan struktur pelayanan Kota Surakarta menjadi beberapa Bagian Wilayah Kota (BWK) yang masing-masing memiliki pusat pelayanannya, yaitu sebagai berikut :

1. Bagian Wilayah Kota I (BWK I) Merupakan wilayah yang berada di bagian Selatan Kota Surakarta yang

meliputi wilayah dari :

a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres

b. Sebagian Wilayah Kecamatan Pasarkliwon

c. Sebagian Wilayah Kecamatan Serengan

d. Sebagian Wilayah Kecamatan Laweyan Pusat BWK I ini berada di sekitar kawasan Perdagangan Singosaren.

2. Bagian Wilayah Kota II (BWK II) Merupakan wilayah yang berada di bagian Barat Daya Kota Surakarta

yang meliputi wilayah :

a. Sebagian Wilayah Kecamatan Laweyan

b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari Pusat BWK II ini berada di sekitar kawasan Purwosari.

3. Bagian Wilayah Kota III (BWK III) Merupakan wilayah yang berada di bagian Barat Laut Kota Surakarta

yang meliputi Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari, pusat BWK III ini berada di sekitar kawasan Pasar Nusukan.

4. Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV) Merupakan wilayah yang berada di bagian Timur Laut Kota Surakarta

yang meliputi wilayah dari :

a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres

b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari Pusat BWK IV ini berada di sekitar Kantor Kelurahan Mojosongo.

5. Bagian Wilayah Kota V (BWK V) Merupakan wilayah yang berada di bagian Timur Kota Surakarta yang

meliputi wilayah dari :

a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres

b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari Pusat BWK V ini berada di sekitar kawasan Bundaran Jebres.

6. Bagian Wilayah Kota VI (BWK VI) Merupakan wilayah yang berada di bagian Tengah Kota Surakarta yang

meliputi wilayah dari :

a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres

b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari

c. Sebagian Wilayah Kecamatan Laweyan

d. Sebagian Wilayah Kecamatan Pasarkliwon Pusat BWK VI ini berada di sekitar kawasan Pasar Legi.

Untuk lebih jelasnya, pembagian wilayah kota tersebut, dapat dilihat pada Gambar 3.2.

62

Gambar 3.2 Peta Rencana Pembagian Wilayah Kota

3.2.3.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial

Adapun fasilitas sosial yang direncanakan ialah berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan dan fasilitas perdagangan.

1. Fasilitas Pendidikan

Dalam Tahun 2007-2026, dibutuhkan penambahan fasilitas pendidikan sebagai berikut:

c. SLTP : 7 buah

d. SLTA : -

2. Fasilitas Kesehatan

Mendasarkan pada jumlah penduduk yang ada dikaitkan dengan standard pelayanan, menunjukkan bahwa semua fasilitas kesehatan yang ada telah melebihi dari standard pelayanan yang ada, sehingga disimpulkan fasilitas kesehatan yang ada tidak hanya melayani masyarakat dalam kota saja, tetapi meliputi wilayah yang lebih luas. Untuk pengembangannya, maka digunakan pendekatan kebijakan sebagai berikut :

a. Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Khusus tetap direkomendasikan untuk berkembang di Kota Surakarta, mengingat Kota Surakarta sudah layak sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan.

b. Alokasi Rumah Sakit yang akan dikembangkan, diarahkan pada BWK III dan IV yang diharapkan mampu memacu perkembangan Surakarta Bagian Utara.

3. Fasilitas Peribadatan

Pada akhir tahun perencanaan secara normatif belum membutuhkan penambahan fasilitas peribadatan baru, baik masjid maupun gereja, namun dalam pengembangannya, fasilitas peribadatan ini tetap direkomendasikan untuk berkembang sesuai dengan pertimbangan umatnya.

4. Fasilitas Perdagangan

Pasar klas I adalah termasuk pasar induk, sehingga dengan jumlah yang ada sebanyak tujuh (7) buah, sudah mampu melayani penduduk Kota Surakarta sampai akhir tahun 2026.

Pasar klas II termasuk pasar distrik dengan jumlah tujuh belas (17) buah, maka hingga akhir tahun 2026 diperlukan penambahan jumlah sebanyak tiga (3) buah yang lokasinya diarahkan di BWK III dan IV.

Gambar 3.3 Peta Rencana Sebaran Fasilitas Pendidikan

66

Gambar 3.4 Peta Rencana Sebaran Fasilitas Kesehatan

67

Gambar 3.5 Peta Rencana Sebaran Fasilitas Perdagangan

3.2.3.3 Rencana Pengembangan Perumahan

Berdasar distribusi penduduk pada masing-masing BWK, maka pada Tahun 2026 diperlukan pengembangan rumah sebanyak 10.785 buah rumah, dengan rincian pada masing-masing BWK sebagai berikut :

BWK I, V dan VI yang sudah sangat intensif pemanfaatan ruangnya, diarahkan pengembangan perumahan secara vertikal yang berupa apartemen bagi golongan ekonomi kuat dan rumah susun bagi golongan ekonomi lemah.

3.2.3.4 Rencana Pengembangan Utilitas

Macam-macam utilitas yang direncanakan di Kota Surakarta terdiri dari jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon, jaringan drainase dan sistem pengelolaan sampah.

1. Jaringan Listrik

Pendekatan untuk pengembangan daya dan jaringan listrik di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

a. Pola Jaringan. Pengembangan jaringan listrik mendasarkan pertimbangan sebagai

berikut: 1)

Jarak jaringan listrik yang masuk ke bagian wilayah perencanaan, termasuk di dalamnya jarak antar tiang sekitar

50 m dan jarak kawat penghantar (konduktor) yang dipertimbangkan terhadap unsur-unsur pada lingkungan, seperti bangunan, pohon, jarak tiang harus sesuai dengan aturan PLN yang berlaku.

2) Penerangan untuk pemukiman diarahkan sebagai berikut :

a) Tiap satu unit rumah tinggal minimal disediakan daya sebesar 900 VA (watt) dengan perhitungan 1 KK

terdiri atas 5 jiwa dan masing-masing jiwa memerlukan daya sebesar 180 VA.

b) 2 Besarnya daya setiap luas ruang m ,disesuaikan dengan kebutuhan ruangan dan diharapkan dapat

memenuhi fungsi yang direncanakan.

c) Setiap tipe unit permukiman, batas penggunaan daya listriknya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang

telah diatur oleh PLN.

3) Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan disesuaikan dengan model/pola pengembangan lingkungan.

b. Perhitungan Kapasitas Listrik. 1)

Perhitungan besarnya daya yang dibutuhkan di Kota Surakarta didasarkan pada jumlah

penduduk yang dilayaninya, yang dihitung berdasarkan standard kebutuhan minimal listrik, tiap orang 180 watt dan untuk penerangan umum diasumsikan 10% dari kebutuhan rumah tangga, untuk kegiatan industri serta lain-lainnya diasumsikan sebesar 20% dari kebutuhan rumah tangga.

2) Perhitungan kebutuhan trafo dengan kapasitas masing- masing 100 KVA.

2. Jaringan Air Bersih

Berdasar perhitungan, maka pada akhir Tahun 2026 diperlukan kapasitas air bersih sebesar 1.218 l/dt. Untuk meningkatkan debit suplai air bersih dari saat sekarang sebesar 859,54 l/dt dapat dilakukan dengan mengambil dari sumber air tanah dalam serta bekerjasama dengan wilayah lain, yaitu Kabupaten Boyolali dan Klaten yang memiliki potensi sumber mata air.

3. Jaringan Telepon

Berdasarkan standard pelayanan telepon untuk kota besar setingkat Kota Surakarta ini, pendekatanan pelayanan sambungan telepon adalah 25 jiwa per sambungan. Melihat jumlah sambungan yang ada, maka tingkat pelayanan telepon di Kota Surakarta sudah melebihi dari standard pelayanan, yaitu sebesar 9 jiwa per sambungan.

Untuk pengembangan kedepan, maka digunakan pendekatan perhitungan dengan tingkat pelayanan 9 jiwa per sambungan tersebut, sehingga pada akhir Tahun 2026 dibutuhkan jumlah sambungan telepon sebanyak 67.020 sambungan.

4. Jaringan Drainase

Untuk pengembangan jaringan drainase, sistem drainase yang ada tetap digunakan dengan rekomendasi pengembangan sebagai berikut :

a. Menjaga kelancaran aliran Kali Pepe serta mengendalikan sempadan sungai.

b. Mengoptimalkan fungsi pintu air Demangan dan Tirtonadi sebagai pengendali utama.

c. Mengembangkan jaringan drainase primer dan sekunder pada kawasan-kawasan yang belum terjangkau oleh sistem jaringan drainase.

Keadaan selengkapnya tentang rencana pengembangan jaringan drainase di Kota Surakarta, dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.6 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih

72

Gambar 3.7 Peta Rencana Jaringan Drainase Utama Kota

5. Sistem Pengelolaan Persampahan

Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampah yang dibuang ke TPA pada Tahun 2026 adalah sebanyak 648 m 3 /hari. Mempertimbangkan berbagai

hal (kondisi tanah, kelerengan dan jarak dengan sungai), diarahkan timbunan sampah tersebut diolah menjadi bahan pupuk, agar tidak terjadi peluang pencemaran air tanah, air sungai dan udara.

Tabel 3.1

Perkiraan Produksi Sampah dan Kebutuhan Sarana Pengangkut Sampah

Di Kota Surakarta Tahun 2027

NO FAKTOR-FAKTOR

BWK V BWK VI JML KEBUTUHAN

(7) (8) (9) 1 Jumlah Penduduk

73,701 73,000 603,187 2 Sampah Rumah Tangga

92,126 91,250 753,984 (1,25 L/Org/Hr)

3 Sampah Pasar (20% X

18,425 18,250 150,797 Sampah RT)

Sampah Jalan (5% X 4 Sampah RT)

4,606 4,563 37,699 5 Jumlah (Ltr/Hari)

115,158 114,063 942,480 6 Target Pengelolaan

7 Target Terkelola

69,095 91,250 648,290 (Ltr/Hari)

78 66 69 91 648 (m /Hari)

8 Jumlah Sampah 3 240

103

8,593 11,345 80,302 (kapasitas 0,1 m )

9 Tong Sampah 3 30,380

Gerobag/Becak 10 Sampah

(Kapasitas 1 m 3 )

11 Kontainer/TPS 3 60 26 20 17 17 23 162 (Kapasitas 4 m )

Sumber: RTRW Kota Surakarta 2007-2026

Gambar 3.8

Peta Rencana Sebaran Tempat Pembuangan Sampah

3.2.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi

Pengembangan transportasi diarahkan pada pengembangan transportasi darat, yaitu jaringan jalan dan jaringan rel kereta api.

1. Pola dan Fungsi Jaringan Jalan

a. Jalan Arteri Primer Yaitu jalan yang menghubungkan antara kota-kota utama di Jawa

Tengah yang dalam hal ini adalah antara Kota Semarang dan Surabaya. Sistem jaringan primer pada dasarnya tidak boleh terputus meskipun memasuki kawasan perkotaan, demikian halnya dengan jaringan jalan arteri primer di Kota Surakarta. Pada saat sekarang ini jalan arteri primer di Kota Surakarta meliputi :

1) Jl. Slamet Riyadi-Jl. Jend. A. Yani-Jl. Ki Mangun Sarkoro-Jl. Sumpah Pemuda-Jl. Brigjend Katamso-Ringroad.

2) Jl. Dr. Suharso-Jl. Adi Sucipto-Jl. A. Yani- Jl. Tentara Pelajar-Jl. Ir. Sutami.

Ruas-ruas jalan tersebut relatif dekat dengan kegiatan pusat kota, sehingga banyak terjadi persilangan dengan arus kegiatan lokal, hal ini tidak sesuai dengan persyaratan jalan arteri primer yang harus dihindarkan adanya persimpangan dengan jalan lokal yang sudah cukup padat.

Untuk pengembangan kota mendatang, maka jalan arteri primer di Kota surakarta harus dihindarkan dari persilangan dengan jalan lokal, yaitu dapat dilakukan dengan pendekatan :

1) Mengembangkan pola jalan arteri primer baru ke arah pinggiran kota untuk menghindari arus lalu lintas lokal.

2) Mengembangkan disain jalan arteri primer sesuai dengan yang disyaratkan.

3) Mengembangkan jalan layang. Mendasarkan pada kondisi ruang kota yang sudah cukup padat, maka pengembangan pola tersebut diusulkan pengembangannya secara bertahap, untuk 10 tahun mendatang mengikuti pola jaringan yang 3) Mengembangkan jalan layang. Mendasarkan pada kondisi ruang kota yang sudah cukup padat, maka pengembangan pola tersebut diusulkan pengembangannya secara bertahap, untuk 10 tahun mendatang mengikuti pola jaringan yang

b. Jalan Arteri Sekunder Yaitu jalan utama kota yang selain berfungsi untuk jalan utama

kota, juga untuk arus lalu lintas antar kota jenis kendaraan ringan. Jalan arteri sekunder yang sekarang ada yaitu Jl. Slamet Riyadi, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Urip Sumoharjo dan Jl. Kol. Sutarto, secara teknis masih dipertahankan sebagai jalan arteri sekunder.

c. Jalan Kolektor Primer Yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota Surakarta dengan

Kabupaten di sekitarnya, yaitu meliputi : 1)

Jl. Kol. Sugiono dan Jl. Kapt. Tendean yang menghubungkan dengan Kota Purwodadi. Dengan pemindahan pola jalan arteri primer, maka sebagian ruas jalan tersebut akan beralih menjadi jalan kolektor sekunder.

2) Jl. Brigjend. Sudiarto-Jl. Veteran-Jl. Bhayangkara-Jl. DR. Rajiman-Jl. KH. Agus Salim. Ruas Jalan Veteran sangat dekat dengan kegiatan pusat kota, sehingga sering terjadi kemacetan lalu lintas, maka ruas jalan tersebut direkomendasikan menjadi jalan kolektor sekunder.

3) Jl. Juanda Kartasanjaya-Jl. Kapt. Mulyadi-Jl. Prof. Kahar Muzakir.

Ruas-ruas jalan tersebut menghubungkan kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri. Seperti halnya dengan ruas jalan Veteran, ruas-ruas jalan tersebut sangat dekat dengan pusat kota, sehingga sering timbul masalah lalu lintas.

Mendasarkan pada daya dukung lingkungan terkait dengan ruas jalan tersebut, dapat dikembangkan ruas baru sebagai jalan kolektor primer, yaitu di sepanjang tanggul Bengawan Solo.

d. Jalan Kolektor Sekunder Yaitu jalan menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama di dalam

Kota Surakarta. Secara umum pola jalan Kolektor sekunder ini sudah terbentuk, sehingga tidak diperlukan pengembangan pola jalan baru.

e. Jalan Lokal Primer Jalan Lokal Primer meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan

Kota Surakarta dengan kota-kota Kecamatan di sekitarnya, yaitu : 1)

Menuju Kecamatan Gatak Kabupaten Boyolali 2)

Menuju Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen 3)

Menuju Kecamatan Mojolaban kabupaten Sukoharjo Ruas-ruas jalan tersebut dapat dipertahankan sesuai dengan fungsinya, mengingat tidak terjadi perubahan eksternal yang mempengaruhi ruas jalan tersebut.

Secara lengkap rencana pengembangan jaringan jalan ini dapat dilihat pada peta rencana pengembangan jaringan jalan, yaitu Gambar

3.9.

Gambar 3.9 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

2. Dimensi Jaringan Jalan

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti pada ketentuan teknis di atas, secara umum pengembangan dimensi jaringan jalan (Damija) sesuai dengan pengembangan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Jalan Arteri Primer, antara 37-41 m Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki median 3 m,

jalur jalan 2x7,5 m, median 2x3 m, jalur lambat 2x4 m, bahu jalan 2x1,5 m dan saluran 2x1,5 m.

b. Jalan Arteri Sekunder, antara 28-36 m Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 15

m, median 2x3 m, jalur lambat 2x4 m, trotoir 2x3,5 m dan saluran 2x1 m (tertutup).

c. Jalan Kolektor Primer, antara 17-21 m Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 7

m, bahu jalan 2x2 m, jalur hijau 2x2 m, dan saluran 2x1 m.

d. Jalan Kolektor Sekunder, antara 18-22 m Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 7

m, bahu jalan 2x2,5 m, jalur hijau 2x1,5 m, trotoar 2x1,5 m dan saluran 2x1 m.

e. Jalan Lokal Primer, antara 11-17 m. Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 6

m, bahu jalan 2x1,5 m, saluran jalan 2x1 m dan maksimal memiliki jalur jalan, bahu jalan, jalur hijau, trotoir dan saluran jalan.

f. Jalan Lokal sekunder utama, antara 8,5-13 m Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 5

m, bahu jalan 2x1 m, saluran jalan 2x0,75 m dan maksimal memiliki jalur jalan, bahu jalan, trotoir dan saluran jalan.

g. Jalan lokal sekunder pembagi (lingkungan), antara 5-7 m Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 3

m dan bahu jalan 2x1 m, saluran jalan 2x0,5 m dan maksimal memiliki jalur jalan, bahu jalan, jalur hijau dan saluran jalan.

3. Fasilitas Transportasi

Berdasarkan pengembangan pola jaringan jalan seperti di atas, maka pengembangan fasilitas transportasi ini adalah sebagai berikut :

a. Terminal bis Dalam jangka pendek (hingga akhir tahun rencana) masih tetap

dipertahankan di Tirtonadi, namun dalam jangka panjang sesuai dengan pengembangan jaringan jalan, perlu pemindahan ke pinggiran kota yang pada prinsipnya untuk menghindarkan lalu lintas bis antar kota bercampur dengan lalu lintas dalam kota.

b. Terminal angkutan dalam kota Pada prinsipnya, untuk sistem transportasi umum dalam kota di

masa mendatang, diharapkan berjalan secara menerus (mobile) dan tidak memerlukan adanya terminal. Namun dalam jangka pendek, melihat pola, karakter dan kecenderungan yang terjadi, masih diperlukan untuk mendistribusikan penumpang dari pusat-pusat pergerakan utama, yaitu di sekitar Pasar Klewer dan di Tirtonadi yang menjadi satu dengan areal Terminal Bis Tirtonadi.

c. Tempat pemberhentian bis antar kota Untuk menghidupkan sistem angkutan umum dalam kota dan

memperlancar sistem transportasi, maka perlu adanya pembatasan tempat pemberhentian bis antar kota di wilayah dalam kota. Berdasarkan karakteristik pola jaringan jalan yang ada, tempat pemberhentian bis antar kota ini direncanakan berada pada simpul-simpul jalan yang berada di pinggiran kota dari 4 arah, yaitu :

1) Pertigaan Kerten 2)

Pertigaan Palur 3)

Kawasan Kel. Joyosuran/ Danukusuman 4)

Kelurahan Kadipiro Kelurahan Kadipiro

secara khusus, mengingat mobilitasnya yang sangat tinggi dan simpul- simpul jalan yang perlu disinggahi angkutan ini sangat banyak.

4. Rencana Pengembangan Jaringan Kereta Api

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat direkomendasikan dua (2) alternatif penanganan yang pada dasarnya mengembangkan perlintasan tidak sebidang, yaitu :

a. Jalan Raya di Atas (Fly Over) Keuntungan dari pengembangan jalan raya di atas rel KA adalah

biaya konstruksi relatif lebih murah, sedangkan kekurangannya adalah : 1)

Akses bagi pengguna lahan sekitar perlintasan terganggu. 2)

Kendaraan tak bermotor kesulitan melalui tanjakan. 3)

Perlu adanya perubahan pola jaringan jalan sekitar perlintasan.

b. Rel Kereta Api di Atas Keuntungan dari alternatif ini (yang disarankan) adalah :

1) Tidak diperlukan adanya perubahan pola jaringan jalan sekitar perlintasan.

2) Ruang di bawah jaringan rel KA dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sosial ekonomi kota.

Sedangkan kerugiannya adalah : 1)

Perlu adanya renovasi bangunan stasiun yang ada. 2)

Biaya konstruksi relatif lebih mahal. Jalan Kereta Api Layang tersebut khususnya untuk jalur menuju Yogyakarta, Purwodadi dan Surabaya, sedangkan jalur Wonogiri tetap menggunakan jalur darat, sekaligus untuk pengembangan jalur transportasi wisata.

Rencana pengembangan rel Kereta Api ini bersifat rekomendasi pengembangan jangka panjang, mengingat untuk persiapan dan Rencana pengembangan rel Kereta Api ini bersifat rekomendasi pengembangan jangka panjang, mengingat untuk persiapan dan

3.2.4 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Secara garis besar rencana tata guna tanah di wilayah perencanaan Kota Surakarta adalah meliputi dua (2) kawasan utama, yaitu :

3.2.4.1 Kawasan Lindung

Kawasan lindung yang ada di Kota Surakarta adalah meliputi :

1. Kawasan Lindung Sempadan Sungai dan Sempadan Jalan Kereta Api :

a. Sempadan Sungai Bengawan Solo, dengan jarak 3 m untuk bagian sungai yang bertanggul, dan 15 m untuk bagian sungai yang tidak

bertanggul.

b. Sempadan Sungai Kali Anyar, dengan jarak 3 m untuk bagian sungai yang bertanggul, dan 15 m untuk bagian sungai yang tidak bertanggul.

c. Sempadan Sungai Kali Pepe, dengan jarak 10 m

d. Sempadan Kali Pelemwulung, dengan jarak 3 m untuk bagian sungai yang bertanggul, dan 10 m untuk bagian sungai yang tidak

bertanggul.

e. Sempadan Sungai Kali Jenes, dengan jarak 10 m

f. Sempadan Sungai Kali Sumber, dengan jarak 10 m

g. Sempadan Jalan Rel Kereta Api, dengan jaran 6 m

2. Kawasan Lindung Cagar Budaya, yaitu beberapa lingkungan yang memiliki nilai sejarah, meliputi :

a. Lingkungan Keraton Kasunanan (termasuk alun-alun).

b. Lingkungan Keraton Mangkunegaran.

c. Taman Sriwedari.

d. Taman Balekambang.

3. Kawasan Rawan Bencana (banjir), yaitu kawasan yang rawan terjadi banjir meliputi :

a. Kelurahan Jebres

b. Kelurahan Pucangsawit b. Kelurahan Pucangsawit

d. Kelurahan Sangkrah

e. Kelurahan Semanggi

f. Kelurahan Joyosuran

g. Kelurahan Gandekan

h. Kelurahan Jagalan i.

Kelurahan Sudiroprajan j.

Kelurahan PasarKliwon k.

Kelurahan Kedunglumbu l.

Kelurahan Joyontakan

3.2.4.2 Kawasan Budidaya

Meliputi berbagai kegiatan perkotaan yang rincian peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Zona Perumahan/Permukiman Zona ini mendominasi lahan yang ada dan letaknya menyebar pada

masing-masing BWK.

2. Zona Pendidikan Zona pendidikan yang ada tetap direkomendasikan sebagai zona

pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi dan SLTP/SLTA yang lokasinya membentuk kelompok pendidikan.

3. Zona Perdagangan dan Jasa Zona ini diarahkan sesuai dengan kecenderungan perkembangan yang

terjadi, yaitu di lokasi pasar dan sekitarnya dan beberapa kawasan yang berkembang kegiatan perdagangan.

4. Zona Perkantoran Zona perkantoran ini meliputi Kantor Pemerintah Kota Surakarta dan

Institusi Pemerintah lainnya, seperti Kantor Dinas Teknis, Kantor Kecamatan, Kantor Kodim dan Kantor Polres.

5. Zona Industri Untuk menampung kegiatan industri menegah dan besar di Kota

Surakarta, disediakan ruang yang berupa zona industri yang terletak di Surakarta, disediakan ruang yang berupa zona industri yang terletak di

6. Zona Kesehatan. Daerah kesehatan ini sifatnya merekomendasikan Rumah Sakit dan

memberikan arahan lokasi untuk pengembangan Rumah Sakit baru.

7. Zona Campuran 1. Daerah campuran 1diperuntukkan bagi beberapa jenis kegiatan sosial dan

komersial, yaitu kegiatan perdagangan, jasa tertentu, kantor dan perumahan, alokasinya di sekitar beberapa ruas jalan utama di kawasan pusat kota.

8. Zona Campuran 2. Pada zona campuran 2 ini direkomendasikan adanya percampuran

kegiatan sosial, komersial dan industri yang sesuai, misalnya penggergajian kayu, mebelair, makanan, batik dll, yang alokasinya pada jalur jalan utama di luar zona campuran 1.

9. Zona Rekreasi Olahraga/Open Space. Alokasi ruang ini meliputi Lapangan Olahraga, Stadion dan Taman Kota.

10. Zona Transportasi Alokasi ruang ini meliputi kegiatan terminal, stasiun dan terminal barang.

11. Zona Kuburan/Makam Zona makam/kuburan ini bersifat merekomendasikan areal makam yang sudah ada di wilayah perencanaan.

12. Zona Perairan Yaitu area badan sungai yang khusus digunakan untuk fungsi drainase

irigasi, perikanan dan pariwisata. Mempertimbangkan fungsi perairan di Kota Surakarta tersebut, maka klasifikasi peruntukan air permukaan di seluruh wilayah Kota Surakarta (Sungai Bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Pepe dan Kali Pelemwulung) ditetapkan sebagai Golongan C, yaitu golongan air yang dapat digunakan untuk keperluan kegiatan perikanan dan peternakan.

Keadaan selengkapnya tentang rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Surakarta sebagaimana tersebut di atas, dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Sesuai dengan konsep yang akan dikembangkan, yaitu konsep mix used, untuk pengaturan dan pengendalian pemanfaatannya akan digunakan matrik percampuran kegiatan yang merekomendasikan kegiatan yang layak, kurang layak dan tidak layak, seperti dapat dilihat pada:

Tabel 3.2 Matrik Kelayakan Percampuran Kegiatan Pada Zona Peruntukan Yang Ditentukan Di Kota Surakarta

No Kegiatan

im

ngan a tan

(12) (13) (14) (15) 1 Rumah Tinggal

xooo 2 Pendidikan Tinggi

xxxx Pendidikan

xxxx (SLTP/SLTA) Pendidikan Dasar

3 Menengah

xxxx 5 Rumah Sakit Umum

4 (SD)

xxxx 6 Rumah Sakit Khusus

xxxx 7 Puskesmas

xxxx 8 Apotek

xxxx Pelayanan

xoxx Lingkungan Kantor Pelayanan

9 Kesehatan

xxox Kantor Pelayanan

10 Tingkat Kota

11 Tingkat Kecamatan

xxox 12 Peribadatan

ovvv 13 Perdagangan Grosir

xxxx 14 Perdagangan Eceran Skala Besar

xxxx 15 Perdagangan Eceran Skala Menengah

xxxx 16 Perdagangan Eceran

xvxx Skala Kecil

17 Jasa Perdagangan

xoxx 18 Kios/Warung

ovox 19 Rumah Makan

xoox 20 Bengkel Mobil

xoxx

Bengkel Sepeda 21 Motor

xxxx 22 Perhotelan

xoxx 23 Rekreasi/Olahraga

voxx Terbuka

Rekreasi/Olahraga 24 Tertutup

ox 25 Diskotik

xxxx 26 Industri Kimia

xxxx 27 Industri Logam

xxxx 28 Industri Textil

xxxx Industri Bahan

xxxx 30 Industri Mebelair

29 Bangunan

xxxx 31 Penggergajian Kayu

xxxx 32 Huller

xxxx 33 Industri Tenun

xxxx Industri Rumah

xxxx 35 Perikanan

34 Tangga

xxxx 36 Peternakan Ayam

xxxx Peternakan

xxxx 38 Peternakan Sapi

37 Kambing

xxxx 39 Peternakan Burung

xxxx 40 Peternakan Babi

xxxx 41 Agro Industri

xxxx

Sumber: RTRW Kota Surakarta 2007-2026

Tidak Layak

Gambar 3.10 Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

3.2.5 Pelaksanaan Rencana

Keberhasilan perencanaan kota, di dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada kerjasama yang baik antara perencanaan kota, masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan serta Pemerintah Kota sebagai pengambil keputusan dan pengelola pembangunan. Ditinjau dari pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan kota, maka keberhasilan perencanaan Kota Surakarta sangat tergantung dari keputusan, kebijakan, strategi, pengelolaan dan pengendalian pembangunan serta landasan peraturan yang konsisten.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perencanaan RTRW Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Rencana Tindak Lanjut

Langkah yang harus dilakukan setelah produk rencana ini selesai adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan RTRW Kota Surakarta sebagai Peraturan Daerah yang mempunyai kekuatan hukum.

b. Mensosialisasikan produk RTRW yang sudah diperdakan kepada seluruh lapisan masyarakat, baik melalui forum pertemuan maupun

penyebarluasan informasi materi rencana sampai ke tingkat desa/kelurahan.

c. Menyiapkan perangkat pengelolaan dan pengendalian rencana dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban serta sanksi bagi pelaksana pembangunan Kota

hal pemberian insentif/kemudahan bagi pembangunan yang sesuai dengan rencana, pemberian beban bersyarat/disinsentif bagi pembangunan yang kurang sesuai serta pemberian sanksi atau penolakan bagi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana. Langkah tersebut lebih dikenal dengan konsep Insentif dan Disinsentif.

Surakarta,

khususnya

dalam

2. Sumber Pendanaan

Untuk mewujudkan apa yang tertuang dalam RTRW Kota Surakarta, diperlukan penjabaran dalam berbagai kegiatan yang nantinya akan tertuang dalam program pembangunan.

Untuk melaksanakan program pembangunan di Kota Surakarta ini diperlukan sumber-sumber pembiayaan. Beberapa sumber pembiayaan yang dapat dimanfaatkan, diantaranya adalah :

a. Dana dari pemerintah pusat (APBN).

b. Dana dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (APBD Propinsi Jawa Tengah).

c. Dana dari Pemerintah setempat, yaitu dari APBD Kota Surakarta.

d. Para penanam modal, baik asing maupun dalam negeri.

e. Swadaya masyarakat.

f. Bantuan Lembaga Asing. Kriteria pemanfaatan sumber dana tersebut, dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Sumber Dana APBN

Sumber dana pembangunan yang berasal dari APBN dapat dimanfaatkan untuk membiayai program pembangunan, dengan kriteria : 1)

Memerlukan biaya cukup besar. 2)

Membutuhkan teknologi tinggi. 3)

Mampu menumbuhkan dampak positip sosial ekonomi cukup tinggi.

4) Mempunyai skala pelayanan nasional atau merupakan sambungan pelayanan nasional.

5) Merupakan proyek percontohan yang dapat merangsang masyarakat untuk melakukan proyek yang sama.

b. Sumber Dana APBD Propinsi Jawa Tengah

Kriteria pemanfaatan sumber dana dari APBD Propinsi Jawa Tengah, pada prinsipnya hampir sama dengan dana dari APBN, tetapi dengan kriteria yang lebih rendah, yakni skala pelayanannya bersifat regional/wilayah Propinsi Jawa Tengah.

c. Sumber Dana APBD Kota Surakarta

Sumber dana ini dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang mempunyai skala pelayanan lokal. Sumber dana ini merupakan pendapatan asli daerah yang sifatnya otonom, yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya pada kebijakan Pemerintah Kota Surakarta.

Untuk memperbesar sumber pembiayaan pembangunan ini dapat dilakukan dengan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Beberapa sumber pembiayaan pembangunan ini dapat dimasukkan dalam jenis sumber dana ini adalah :

1. Pajak-pajak Daerah.

2. Retribusi Daerah.

3. Hasil Perusahaan Daerah.

4. Hasil dari dinas-dinas daerah.

5. Tabungan Daerah.

6. Lain-lain pendapatan yang sah. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pembiayaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :

1. Pendayagunaan aparatur secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

2. Memperbaiki sistem pungutan.

3. Menggali obyek pajak.

4. Peningkatan pengawasan melekat.

d. Sumber Dana dari Penanaman Modal

Sumber dana ini dapat bersumber dari swasta, baik swasta dalam negeri maupun luar negeri yang dapat dimanfaatkan untuk Sumber dana ini dapat bersumber dari swasta, baik swasta dalam negeri maupun luar negeri yang dapat dimanfaatkan untuk

Di samping untuk membiayai kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dapat pula dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan fasilitas sosial, rekreasi, taman, pusat olahraga, rambu-rambu lalu lintas, bak penampungan sampah, unsur lingkungan fasilitas kota dan sebagainya.

Dalam memanfaatkan sumber dana ini perlu pemikiran matang, karena ada beberapa tendensi yang melatar belakangi sektor swasta bersedia membiayai.

Tendensi yang dimaksud adalah :

1) Suatu usaha perekonomian yang benar-benar bermotifkan keuntungan.

2) Sebagai sarana untuk mempromosikan produk usahanya.

3) Partisipasi aktif dari sektor swasta untuk mengambil bagian dalam usaha pembangunan.

e. Swadaya Masyarakat

Sumber dana dari masyarakat, perolehannya dapat dilakukan dengan pungutan atau iuran langsung dari masyarakat. Karena pembiayaan dari masyarakat ini relatif kecil dan terbatas, maka pemanfaatan sumber dana ini sebaiknya diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sosial, fasilitas lingkungan dalam skala kecil, seperti jalan lingkungan, jaringan-jaringan lingkungan dan sebagainya.

Sumber dana dari swadaya masyarakat sering juga tidak dinyatakan dalam bentuk uang, tetapi dapat berujud pula pikiran dan tenaga yang muncul dari masyarakat dengan melakukan pembangunan secara gotong-royong.

f. Sumber Dana dari Lembaga Asing

Sumber dana dari Lembaga/Negara Asing dapat dimanfaatkan untuk membiayai program sosial ataupun perekonomian yang mempunyai skala jangkauan luas serta berdampak sosial ekonomi tinggi.

Di dalam penyalurannya tidak perlu langsung, tetapi dapat melekat pada APBN ataupun APBD Propinsi dan APBD Kota Surakarta. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sumber dana ini adalah kewajiban mengembalikan dana ini di masa yang akan datang.

Dengan mendasarkan hal tersebut di atas, diperlukan perhitungan yang matang dalam memanfaatkan sumber pembiayaan ini dalam pembangunan.

3. Organisasi Pelaksanaan

Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota, Organisasi Pelaksanaan Rencana Kota di daerah dapat dijelaskan bahwa, Walikota sebagai administrator pembangunan merupakan penanggung jawab pelaksanaan pembangunan di daerahnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, Walikota dibantu Badan Perencanaan Daerah dan Dinas Teknis lainnya yang ada di wilayah Kota Surakarta. Agar supaya program dan proyek pembangunan yang dilaksanakan mampu menampung aspirasi dari bawah dan konsisten dengan program regional dan nasional, perlu dikembangkan sistem perencanaan bottom up planing dan top down planning secara proporsional. Demikian pula agar supaya tidak terjadi program dan proyek yang tumpang tindih, Bappeda Kota Surakarta sebagai unsur perencana diharapkan selalu mengadakan koordinasi dengan dinas/instansi vertikal dan sektoral terkait.

Di samping hal tersebut di atas, agar Rencana Tata Ruang Kota Surakarta tersebut dapat terlaksanakan sesuai dengan rencana yang ada, maka peran serta masyarakat dan pihak swasta sangat diharapkan sekali untuk mendukung rencana tersebut.

4. Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan (Indikasi Program)

Azas dari pentahapan pelaksanaan ini adalah kesinambungan, pemerataan dan efek pembangunan yang berganda (multiplier effect). Sesuai dengan rentang waktu rencana hingga tahun 2026, maka perlu segera disusun program-program pembangunan Kota Surakarta dalam program tahunan yang Azas dari pentahapan pelaksanaan ini adalah kesinambungan, pemerataan dan efek pembangunan yang berganda (multiplier effect). Sesuai dengan rentang waktu rencana hingga tahun 2026, maka perlu segera disusun program-program pembangunan Kota Surakarta dalam program tahunan yang

Pengaturan pentahapan pembangunan sesuai dengan umur rencana 20 tahun, menggunakan pendekatan pentahapan menjadi 4 tahapan 5 tahunan dan pada 5 tahun pertama dirinci dalam program tahunan.

Pendekatan skala prioritas program adalah mendasarkan pada pertimbangan :

a. Urgenitas fungsi

b. Memiliki daya rangsang perkembangan kuat

c. Biaya pembangunan relatif kecil

d. Tidak menimbulkan gejolak sosial Mendasarkan pertimbangan tersebut, maka disusun tahapan program pembangunan sesuai dengan materi rencana yang sudah ditetapkan pada bab sebelumnya. Rincian program tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Indikasi Program Pelaksanaan Pembangunan

RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026

TAHAPAN PROGRAM 20 TAHUN (LIMA TAHUNAN)

NO PROGRAM SUMBER DANA PENGE LOLA

(07) (08) 1 UMUM Penetapan dan

Bappeda, Pengesahan Perda

Bag. Hukum Penyusunan Perda

APBD Ska

Pengendalian Bappeda, Pemanfatan Ruang

Bag. Hukum Sosialisasi RTRW

APBD Ska

Bappeda Evaluasi RTRW

APBD Ska

Bappeda Penyusunan RDTRK

APBD Ska

APBD Ska

Bappeda

2 TRANSPORTASI Peningkatan Jalan Arteri

APBD Ska, APBD Primer

Prop, APBN DPU Peningkatan Jalan Arteri

APBD Ska, APBD Sekunder

Prop, APBN DPU Studi Pengembangan

APBD Ska, APBD Jalan Kolektor Primer

Prop, APBN Bappeda Peningkatan Jalan

APBD Ska, APBD Kolektor Primer

Prop, APBN DPU

Pembangunan Jalan APBD Ska, APBD Kolektor Primer

Prop, APBN DPU Peningkatan Jalan

APBD Ska, APBD Kolektor Sekunder

Prop, APBN DPU Peningkatan Jalan Lokal

APBD Ska, APBD Primer

Prop, APBN DPU Studi Optimalisasi

APBD Ska, APBD Terminal Bis

Prop, APBN Bappeda Pembangunan Halte Bis

APBD Ska, APBD Antar Kota

Prop, APBN DPU, Dishub Studi Kelayakan Pengembangan Jalan

APBD Ska, APBD Kereta Layang

Prop, APBN Bappeda Studi Pengembangan

APBD Ska, APBD Terminal Barang/Cargo

Prop, APBN Bappeda Studi Pengembangan

APBD Ska, APBD Jalan Lingkar Selatan

Prop, APBN Bappeda Studi Jalan lingkar dalam Kota (innerring

APBD Ska, APBD road)

Prop, APBN Bappeda Studi Pengembangan

APBD Ska, APBD Parkir Umum Kota

Prop, APBN Bappeda

FASILITAS PELAYANAN 3 SOSIAL

Penataan Kawasan APBD Ska, APBD DPU, DKP, Manahan

Prop, APBN Ormas Peningkatan Taman

APBD Ska, APBD DPU, Dinas Wisata Jurug

Prop, APBN Pariwisata Penataan Kawasan

APBD Ska, APBD Pasar Legi

Prop, APBN Bappeda Penataan Kawasan

APBD Ska, APBD Pasar Klewer

Prop, APBN Bappeda Penataan Kawasan

APBD Ska, APBD Pasar Nusukan

Prop, APBN Bappeda Pembangunan Pasar

APBD Ska, APBD Kadipiro

Prop, APBN Bappeda Penataan Kawasan

APBD Ska, APBD Pasar Gede

Prop, APBN Bappeda Pembangunan Pasar

APBD Ska, APBD Tradisional

Prop, APBN Bappeda Studi Kelayakan Pengembangan RSUD

APBD Ska, APBD Kota Surakarta

Prop, APBN Bappeda Pembangunan RSUD

APBD Ska, APBD DPU, Dinas Kota Surakarta

Prop, APBN Kesehatan Pengembangan Tecno

APBD Ska, APBD Park

Prop, APBN DPU Pengembangan Taman

APBD Ska, APBD Tirtonadi

Prop, APBN DPU, DKP

4 UTILITAS KOTA Pengembangan Jaringan

APBD Ska, APBD PDAM, Air Bersih

Prop, APBN Swasta Pengadaan TPS

APBD Ska, APBD DPU, DKP, (Sampah)

Prop, APBN PDAM Peningkatan Jaringan

APBD Ska, APBD DPU, PDAM

Drainase Prop, APBN Peningkatan Pelayanan Jaringan Air Limbah

APBD Ska, APBD Terpadu

Prop, APBN DPU, PDAM Pengembangan Jaringan Listrik

PLN Normalisasi Kali

PLN

APBD Ska, APBD Pelemwulung

Prop, APBN DPU, PDAM

PENINGKATAN 5 LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN

Perbaikan Lingkungan APBD Ska, APBD Perumahan

Prop, APBN DPU Studi Pengembangan

APBD Ska, APBD Rumah Susun

Prop, APBN Bappeda Studi Pengembangan

APBD Ska, APBD Apartemen

Prop, APBN Bappeda Sosialisasi Pemanfaatan Kawasan Lindung

APBD Ska, APBD Bappeda, Sempadan Sungai

Prop, APBN Dinas LH Penguasaan Kawasan

Lindung Sempadan APBD Ska, APBD Sungai Prop, APBN

Sekda Ska Sosialisasi Pemanfaatan

Kawasan Lindung APBD Ska, APBD Bappeda, Sempadan Rel KA Prop, APBN

Dinas LH Studi Pengendalian Kawasan Lindung Cagar

APBD Ska, APBD Budaya Prop, APBN

Bappeda

Sumber : RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026

3.3 Rencana Pembangunan Kota Surakarta

Rencana pembangunan Kota Surakarta yang dipilih sebagai data empiris ialah berupa dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

3.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Sampai bulan Juni Tahun 2010, Kota Surakarta belum memiliki dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Hal ini dikarenakan belum terbitnya RPJP Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu menunggu sebab RPJP Kota Surakarta mengacu pada RPJP Provinsi Jawa Tengah (Kabid. Litbang Bappeda Kota Surakarta, 2010). Oleh karena itu dokumen ini yang seharusnya tersedia untuk digunakan sebagai bahan pembahasan di bab berikutnya tidak dapat dilakukan.

3.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta Tahun 2005-2010

Pemerintah Kota Surakarta telah menyusun dokumen perencanaan pembangunan yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta Tahun 2005-2010 yang mana secara substansi terdapat penjabaran matrik program dan kegiatan pembangunan dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Surakarta. Penjabaran matrik program dan kegiatan SKPD penyelenggara tata ruang juga diuraikan dalam RPJMD ini, adapun SKPD yang teridentifikasi sebagai penyelenggara kegiatan pembangunan keruangan ialah:

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2. Dinas Pekerjaan Umum

3. Dinas Tata Kota

4. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

5. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

6. Kantor Lingkungan Hidup

7. Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB

8. Sekretariat Daerah

9. Kantor Pengelolaan Aset Daerah

10. Dinas Pertanian

11. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

12. Dinas Pengelolaan Pasar

13. Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

14. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Dari SKPD di atas, tidak semua program dan kegiatan pembangunan yang tersusun dalam matrik program lima tahunan rencana strategis SKPD tergolong dalam program dan kegiatan yang terkait atau menunjang pada pemanfaatan ruang, sehingga dilakukan peninjauan awal terhadap program dan kegiatan yang ada. Berdasar atas peninjauan ini maka yang disajikan dalam tabel matrik program di bawah ini hanyalah yang berkaitan atau menunjang pada pemanfaatan ruang.

3.3.2.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Tabel 3.4 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Indikasi

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Pagu Indikasi 2005-2011

Mitra SKPD/ Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Peningkatan Kapasitas

BAPPEDA/ Kelembagaan Perencanaan

Terwujudnya Persamaan Persepsi

240.000.000 APBD KOTA

KOTA Pembangunan Daerah.

dan Pemahaman dalam

Perencanaan di Seluruh SKPD

 Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Daerah 2 Program Perencanaan Pembangunan

BAPPEDA/ Daerah.

a. Tersusunnya Dokumen

120.000.000 APBD KOTA

KOTA  Penyusunan RPJMD Kota

Perencanaan Jangka

Menengah

BAPPEDA/  Penyusunan RPJPD Kota Surakarta

Surakarta

b. Tersusunnya Dokumen

100.000.000 APBD KOTA

KOTA 3 Program Perencanaan Tata Ruang.

Perencanaan Jangka Panjang

a. Tersusunnya Dokumen

 Penyusunan Rencana Tata Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah

Wilayah

b. Tersusunnya Dokumen

 Penyusunan Rencana Detail Tata

Rencana Tata Ruang Kawasan

Ruang

c. Tersusunnya Dokumen

 Penyusunan Rencana Teknis Tata

Rencana Teknis Tata Ruang

Ruang Kawasan Kawasan

Kawasan

 Rapat koordinasi tentang Rencana

d. Keterlibatan stakeholder

Tata Ruang

terkait penataan ruang

 Revisi Rencana Tata Ruang

e. Tersusunnya Dokumen Revisi

Rencana Tata Ruang

4 Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan

BAPPEDA/ Jalan dan Jembatan

a. Tersedianya Data Base

APBD KOTA

KOTA  Perencanaan Rehabilitasi/

Pemeliharaan Jalan

BAPPEDA/ Pemeliharaan Jalan

b. Tersedianya Data Base

APBD KOTA

KOT  Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jembatan 5 Program Pengembangan Wilayah

Pemeliharaan Jembatan

Perbatasan.  Koordinasi Penetapan Rencana

Tata Ruang Perbatasan 6 Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh.  Koordinasi Penetapan Rencana

Tata Ruang Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

 Pengembangan Solo Techno Park 7 Program Perencanaan Prasarana

Wilayah dan SDA.  Koordinasi Penyusunan

Masterplan Prasarana Perhubungan Daerah

 Koordinasi Penyusunan

Masterplan Pengendalian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.2 Dinas Pekerjaan Umum

Tabel 3.5 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Mitra SKPD/ Lokasi

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Perencanaan

a. Penyelenggaraan Bintek

100.000.000 APBD KOTA

Pembangunan.

Penyusunan Perencanaan

 Bimbingan Teknis Tentang

Bidang Ke-PU-an pada LPMK

Perencanaan Pembangunan 2 Program Peningkatan Sarana dan

a. Pembangunan Sarana dan

3.780.000.000 APBD KOTA

Prasarana Aparatur.

Prasarana Kelurahan

 Pembangunan Gedung Kantor

b. Pembangunan Sarana dan

8.675.558.000 APBD KOTA

Prasarana Kecamatan

c. Pembangunan/Rehabilitasi

APBD KOTA

Fasilitas Kantor Pemerintah

d. Pembangunan/Rehabilitasi

APBD KOTA

Rumah Dinas

e. Pembangunan/ Rehabilitasi

3.625.000.000 APBD KOTA

Bangunan Fasilitas Kesehatan

APBN

f. Rehabilitasi TMP ‘Kusuma

3.875.978.400 APBD KOTA

Bhlati’ dan Bumi Perkemahan (Tahap II) Kec. Jebres

g. Pembangunan/Rehabilitasi

1.425.000.000 APBD KOTA

Fasilitas Ibadah

h. Pembangunan/ Rehabilitasi

9.700.000.000 APBD KOTA

Bangunan Pasar

3 Program Pembangunan Saluran

2.500.000.000 APBD KOTA Drainase/Gorong-Gorong.

a. Perluasan dan Pembangunan

7.500.000.000 APBD PROV.  Peningkatan kualitas infrastruktur

Saluran dan Bangunan

transportasi termasuk pengembangan type A,

2.000.000.000 APBD KOTA komunikasi, kelistrikan, drainase

b. Pembangunan Terminal Type

7.500.000.000 APBD PROV. dan penyediaan air bersih

APBN

3.500.000.000 APBD KOTA Jembatan.

4 Program Pembangunan Jalan dan

a. Pemeliharaan rutin berkala

3.250.000.000 APBD PROV.  Pemeliharaan dan peningkatan

jalan arteri primer, arteri

sekunder, kolektor primer,

APBN

akses dari wilayah-wilayah

kolektor sekunder, lokal

permukiman pada jalan-jalan

primer dan lokal sekunder

utara

b. Peningkatan, penggantian dan

38.500.000.000 APBD KOTA

pembangunan jalan dan

22.525.000.000 APBD PROV.

3.000.000.000 APBD KOTA Strategis dan Cepat Tumbuh.

5 Program Pengembangan Wilayah

a. Revitalisasi bangunan dan

kawasan peninggalan sejarah

APBN

 Pembangunan/Peningkatan

APBD KOTA Infrastuktur

b. Revitalisasi kawasan sentra

c. Revitalisasi kawasan obyek

2.500.000.000 APBD KOTA

wisata

10.000.000.000 APBD PROV. 15.000.000.000

APBN

d. Peningkatan, pembangunan

2.750.000.000 APBD KOTA

7.000.000.000 APBD PROV

bangunan pelengkap

e. Peningkatan, pembangunan

2.625.000.000 APBD KOTA

dan perluasan jalan dan

16.125.000.000 APBD PROV

jembatan

1.000.000.000 APBD KOTA Informasi/Data Base Jalan dan

6 Program Pembangunan Sistem

a. Penyusunan data base digitasi

jalan dan jembatan

Jembatan.

1.000.000.000 APBD KOTA  Penataan Sistem Jaringan Jalan

b. Survei jalan dan perhitungan

tingkat kepadatan lalu lintas

c. Penyusunan piranti lunak jalan

APBD KOTA

dan jembatan

350.000.000 APBD KOTA 7 Program Rehabilitasi/Pemeliharaan

d. Penyusunan Perda/Sempadan

12.000.000.000 APBD KOTA Jalan dan Jembatan.

a. Pemeliharaan rutin dan

20.000.000.000 APBD PROV.  Operasional dan Pemeliharaan

berkala jalan arteri, kolektor

dan lokal

APBN

Jalan dan jembatan 8 Program Pembangunan Jalan dan

5.250.000.000 APBD KOTA Jembatan.

a. Peningkatan jalan dan

20.000.000.000 APBD PROV.  Peningkatan, Penggantian dan

penggantian jembatan arteri,

kolektor dan lokal

APBN

Pembangunan Jalan dan Jembatan

b. Pembangunan jalan baru,

5.000.000.000 APBD KOTA

arteri, kolektor dan lokal

7.500.000.000 APBD PROV. 15.000.000.000

APBN

c. Pembangunan jembatan

3.500.000.000 APBD KOTA 12.500.000.000 APBD PROV. 42.500.000.000

APBN

9 Program Pengembangan Perumahan.

806.033.000 APBD KOTA  Pembangunan Sarana dan

a. Pembangunan Sanitasi

Masyarakat

Prasarana Rumah Sederhana sehat

b. Pembangunan sarana dan

950.000.000 APBD KOTA

prasarana RT dan RW

2.000.000.000 APBD PROV. 7.750.000.000

APBN

c. Pembangunan rumah susun

10.010.000.000 APBD KOTA

sewa (RUSUNAWA)

6.562.500.000 APBD PROV. 43.750.000.000

APBN

d. Rehabilitasi rumah sewa

2.500.000.000 APBD KOTA

e. Rehabilitasi Pondok Boro

3.000.000.000 APBD KOTA

f. Penataan dan pengembangan

APBD KOTA

kawasan perbatasan yang

APBN

g. Perbaikan prasarana

1.875.000.000 APBD KOTA

lingkungan permukiman

APBN

10 Program Pengembangan dan

a. Penyusunan piranti lunak

APBD KOTA

Pengelolaan Drainase Kota.

 Penataan sistem Drainase 11 Program Rehabilitasi Drainase Kota.

a. Pemeliharaan rutin dan

10.200.000.000 APBD KOTA

 Operasional dan Pemeliharaan

berkala saluran dan bangunan

Drainase Kota

pelengkap

12 Program Pembangunan Saluran

a. Peningkatan/rehabilitasi

4.500.000.000 APBD KOTA

Drainase/Gorong-Gorong.

saluran dan bangunan

7.500.000.000 APBD PROV.

 Pembangunan saluran

drainase/gorong-gorong

b. Perluasan/pembangunan

4.500.000.000 APBD KOTA

saluran dan bangunan

12.500.000.000 APBD PROV.

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.3 Dinas Tata Kota

Tabel 3.6 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Tata Kota

Mitra SKPD/ No

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Lokasi Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Perencanaan Tata Ruang.

Kec.  Penyusunan Rencana Tata Ruang

RTRK Kawasan Surakarta Utara

APBD II

Banjarsari Kawasan

dan Kec. Jebres 2 Program Pemanfaatan Ruang.

a. Pembuatan naskah akademis

APBD II

 Penyusunan kebijakan

rancangan perubahan Perda

pengendalian pemanfaatan ruang

No. 8/1988

 Fasilitasi peningkatan peran serta

b. Pembuatan draft raperda

APBD II

masyarakat dalam pemanfaatan

bangunan

c. Pembangunan Solo City Walk

APBD II

 Survey dan pemetaan

d. Pembangunan Kampung Batik

APBD II

 Sosialisasi kebijakan, norma,

Laweyan

standar, prosedur, manual

e. Peta persil Kota Surakarta

pemanfaatan ruang

f. Sosialisasi teknis perijinan

bangunan

3 Program Pengendalian Pemanfaatan

Kota Ruang.

a. Pengawasan penggunaan

APBD II

Surakarta  Pengawasan pemanfaatan ruang

bangunan

b. Informasi tata ruang dan tata

APBD II

 Koordinasi teknis perijinan

bangunan

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.4 Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

Tabel 3.7 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

Mitra SKPD/ No

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Lokasi Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Peningkatan Pelayanan Angkutan.  Koordinasi dalam peningkatan

Kota pelayanan angkutan (kerja sama

100.000.000 APBD KOTA

Surakarta bidang kelalulintasan dan angkutan antardaera se wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN)

 Pengembangan sarana dan

Kota prasarana pelayanan jasa

13.000.000.000 APBD KOTA

Surakarta angkutan (Studi persiapan dan pembangunan rest area angkutan barang)

 Kegiatan penataan tempat-tempat pemberhentian angkutan umum

2.816.050.000 APBD KOTA

Kota

(pengadaan shelter) Surakarta  Kegiatan penataan tempat-tempat pemberhentian angkutan umum

Kota (survey penetapan pangkalan

40.000.000 APBD KOTA

Surakarta taksi)

 Sosialisasi penyuluhan ketertiban lalin dan angkutan penertiban

Kota parkir

767.650.000 APBD KOTA

Surakarta

2 Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan.  Pembangunan halte bis dan taksi

Kota gedung terminal

16.500.000.000 APBD KOTA

Surakarta

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.5 Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Tabel 3.8 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Mitra SKPD/ Lokasi

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Pengembangan Kinerja

Pengelolaan Sampah.  Pembangunan lahan penimbunan

Kota baru di TPA Putri Cempo

Terciptanya pengelolaan sampah

90.000.000 APBD KOTA

Surakarta 2 Program

yang memadai

Pengelolaan

Ruang Terciptanya taman yang bersih

Terbuka Hijau.

dan berbudaya

 Pembangunan

Kota manahan Surakarta

APBD KOTA

Surakarta  Pembuatan taman dan patung

360.000.000 APBD KOTA

Gilingan  Pembuatan taman Setabelan

Kota  Pembuatan taman Ngesus

430.000.000 APBD KOTA

411.200.000 APBD KOTA

Surakarta

1.000.000.000 APBD KOTA

 Pembuatan taman Banjarsari

1.000.000.000 APBD KOTA

 Pembuatan pagar BRC Taman Banjarsari

Kota  Pembuatan taman Soekarno-Hatta

350.000.000 APBD KOTA

Surakarta  Penanaman turus jalan dan taman jalur hijau

12.000.000.000 APBD KOTA

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.6 Kantor Lingkungan Hidup

Tabel 3.9 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor Lingkungan Hidup

Indikasi

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Pagu Indikasi 2005-2011

Mitra SKPD/ Keterang

Lokasi an (01)

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Perlindungan dan

KLH, Kantor Konservasi Sumber Daya Alam.

a. Penanaman tanaman

750.000.000 APBD KOTA

Aset, Dispora,  Pengendalian kerusakan hutan dan

penghijauan

DTK, Bappeda, lahan

Kec., Kel.  Konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber

KLH, DPU, air

b. Pembuatan demplot sumur

750.000.000 APBD KOTA

resapan

Kec., Kel.

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.7 Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB

Tabel 3.10 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB

Indikasi

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Pagu Indikasi 2005-2011

Mitra SKPD/ Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Pengembangan Perumahan.  Perbaikan rumah tak layak huni

Meningkatnya rumah tak layak

5.750.000.000 APBD KOTA

Kota

Surakarta 2 Program lingkungan sehat

huni

perumahan.  Penataan lingkungan kumuh

Meningkatnya lingkungan

5.750.000.000 APBD KOTA

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.8 Sekretariat Daerah, Bagian Hukum dan HAM

Tabel 3.11 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Sekretariat Daerah, Bagian Hukum dan HAM

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Mitra SKPD/ Ketera

Lokasi ngan (01)

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program Penataan Peraturan

Akademisi, unit Perundang-undangan.

a. Ditetapkannya Perda,

1.137.750.000 APBD KOTA

kerja terkait  Legislasi rancangan peraturan

Diterbitkannya Kep. Walikota,

Kep. Walikota dengan

perundang-undangan

persetujuan DPRD

 Fasilitasi sosialisasi peraturan

Akademisi, unit perundang-undangan

b. Terlaksananya pembinaan

1.365.000.000 APBD KOTA

kerja terkait,  Publikasi peraturan perundang-

kesadaran hukum masyarakat

organisasi yang undangan

berkompeten

c. Terbitnya buku abstrak dan

APBD KOTA

Akademisi, unit

kerja terkait,

produk hukum: LD lepas,

LSM, organisasi

Himpunan Kep. Walikota,

yang

Himpunan LD, CD

berkompeten

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.9 Kantor Pengelolaan Aset Daerah

Tabel 3.12 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor Pengelolaan Aset Daerah

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Mitra SKPD/ Lokasi

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program penataan penguasaan,

a. Pensertifikatan tanah/jalan

1.229.849.000 APBD KOTA

pemilikan, penggunaan dan

Pemerintah Kota Surakarta

pemanfaatan tanah.

Pihak ke 3  Penataan penguasaan pemilikan,

b. Pembuatan dan pemasangan

114.270.000 APBD KOTA

patok

penggunaan dan pemanfaatan tanah

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.10 Dinas Pertanian

Tabel 3.13 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pertanian

Mitra SKPD/ No

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Lokasi Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program peningkatan ketahanan pangan.  Pemanfaatan pekarangan untuk

Kota pengembangan pangan

Terjaminnya keamanan pangan

3.309.352..000 APBD KOTA

Surakarta

2 Program peningkatan pemasaran hasil peternakan.  Pembangunan sarana dan

Kec. Jebres, prasarana pasar produksi hasil

Terwujudnya sarana dan

APBD KOTA

Pasarkliwon peternakan

prasarana RPU dan RPH

APBN

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.11 Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

Tabel 3.14 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

Indikasi

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Pagu Indikasi 2005-2011

Mitra SKPD/ Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program pengembangan destinasi

Kota Pilihan pariwisata.

a. Rehab dan pemeliharaan

APBD KOTA

Surakarta Pariwisata  Peningkatan pembangunan sarana

Hotel Maliawan di

dan luar dan prasarana pariwisata

Tawangmangu; Penyediaan,

palaksanaan TIC (Tourist

daerah

Information Centre) dan biaya operasional TIC; Rehab bangunan obyek dan daya tarik wisata; Penyediaan dan pemeliharaan gedung pameran/kegiatan seni budaya; Pengecatan becak dan shelter nuansa budaya

 Pengembangan daerah tujuan

Kota Pilihan wisata

b. Perintisan, pembinaan dan

APBD KOTA

promosi Desa Wisata Baru;

Surakarta Pariwisata

Pelayanan di obyek dan daya tarik wisata; Pembinaan obyekdan daya tarik wisata; Pengantaran tamu dinas ke obyek dan daya tarik wisata; Penataan dan pemeliharaan Taman Wisata

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.12 Dinas Pengelolaan Pasar

Tabel 3.15 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pengelolaan Pasar

Mitra SKPD/ No

Indikasi

Pagu Indikasi 2005-2011

Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Lokasi Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program pengembangan wilayah

Kota strategis dan cepat tumbuh

a. Terlaksananya renovasi Pasar

APBD KOTA

Surakarta  Peningkatan bangunan pasar

Kembang, Rejosari, Kliwon,

Depok, Harjodaksino, Legi, Gede, Gading, Kadipolo, Rejosari, Sidodadi, dan Klewer

 Pembangunan baru pasar mobil

Kota bekas

b. Terwujudnya pasar mobil

3.000.000.000 APBD KOTA

bekas

Surakarta

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.13 Kantor Pengelolaan PKL

Tabel 3.16 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor Pengelolaan PKL

Indikasi

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Pagu Indikasi 2005-2011

Mitra SKPD/ Keterangan

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program pembinaan pedagang kaki

Kota lima dan asongan

a. Penataan/penertiban PKL

APBD KOTA

Surakarta  Kegiatan penataan tempat

Manahan; Pengadaan tenda

PKL; Penataan PKL kawasan

berusaha bagi pedagang kaki lima

Monumen 45 Banjarsari ke Semanggi; Pembangunan shelter PKL dan gerobak PKL

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.14 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal

Tabel 3.17 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal

Indikasi

No Program & Kegiatan

Indikasi Keluaran

Kegiatan

Pagu Indikasi 2005-2011

Mitra SKPD/ Keterangan Lokasi

Sumber Dana

(08) (09) 1 Program penataan struktur industri

Kota  Penyediaan sarana dan prasarana

APBD KOTA

Surakarta klaster industri

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.4 Hasil Interview Pada Informan

Secara teoritis, penyusunan rencana tata ruang dan rencana pembangunan dapat dilaksanakan secara bersamaan, saat masa penyusunan dua (2) sistem perencanaan tersebut dimulai pada waktu yang bersamaan maka dalam tahapan perumusan analisis SWOT dilakukan kolaborasi sinergisitas antara pihak penyusun rencana tata ruang dan rencana pembangunan. Namun, apabila waktu penyusunan kedua dimensi dokumen perencanaan ini tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan, maka dokumen perencanaan yang telah ada terlebih dahulu dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan yang akan disusun.

Di Kota Surakarta, saat penyusunan RTRW Kota Surakarta 2007-2026 telah dimulai, belum ada dokumen RPJPD sehingga dalam penyusunannya memperhatikan arahan pembangunan dalam RPJMD. Apabila waktu penyusunan RTRW Kota Surakarta ini bersamaan dengan penyusunan dokumen RPJPD Kota Surakarta, maka keterpaduan dari dua dimensi rencana ini akan baik.

Dalam penyusunan dokumen perencanaan tersebut, seluruh stakeholder dilibatkan dalam proses penyusunannya. Melalui pendekatan partisipatif, keterlibatan dari seluruh stakeholder ini, khususnya masyarakat, terjadi saat diadakan seminar pembahasan draft dokumen perencanaan menuju legalisasi dokumen sebagai peraturan daerah. Saat dokumen ini telah resmi sebagai instrumen dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang maka disosialisasikan pada seluruh SKPD yang terkait dengan pemanfaatan ruang.

Pemerintah Kecamatan di Kota Surakarta hanya berperan melaksanakan kebijakan-kebijakan dari Pemerintah Kota, tidak bertanggung jawab untuk mensosialisasikan RTRW Kota Surakarta. Sosialisasi tentang RTRW ini menjadi tanggung jawab Dinas Tata Ruang Kota. Dalam hal ini Pemerintah Kecamatan berperan dalam penegakan kebijakan melalui salah satu bagian pembangunan lingkungan hidup dalam stuktural organisasi Pemerintah Kecamatan.

RTRW Kota Surakarta telah digunakan sebagai pedoman dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta, namun arahan dari RTRW ini masih belum cukup operasional, sangat memungkinkan adanya multiinterpretasi saat memaknai RTRW Kota Surakarta telah digunakan sebagai pedoman dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta, namun arahan dari RTRW ini masih belum cukup operasional, sangat memungkinkan adanya multiinterpretasi saat memaknai

Saat ini, sanksi peraturan daerah yang ada terkait penataan ruang tidak terlalu tegas, tindakan yang dilakukan saat ada penyimpangan pemanfaatan ruang hanyalah bersifat sanksi administratif dan penghentian kegiatan pembangunan. Namun, kedepannya akan ada sanksi yang lebih tegas berupa sanksi pidana dan denda.

Dalam perwujudan RTRW Kota Surakarta ini, tentunya seluruh SKPD pelaksana pembangunan telah mengacu pada arahan dalam rencana tata ruang tersebut. Prioritasi pembangunan keruangan saat ini dominan diutamakan pada kegiatan yang berlokasi di Kota Surakarta bagian utara, sehingga alokasi penganggaran diutamakan untuk kegiatan-kegiatan di lokasi tersebut.

BAB 4 PEMBAHASAN KINERJA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SURAKARTA

Pada bab ini akan diuraikan hasil telaah terkait persoalan dalam penelitian, yakni menelaah proses penyusunan rencana keruangan dan pembangunan, telaah terkait dengan muatan dan arahan rencana keruangan, telaah penilaian keterpaduan mekanisme pra implementasi antara rencana keruangan dan rencana pembangunan, telaah kelembagaan perencanaan keruangan dan perencanaan pembangunan serta telaah indikasi penganggaran dalam perencanaan demi menemukan tingkatan kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.

4.1 Telaah Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surakarta

Proses penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 bermula dari pengumpulan data, analisis hingga rencana yang mana tiap tahapan proses didokumentasikan pada bagian buku yang terpisah. Pihak yang terlibat dalam penyusunan ialah tim ahli perencana yang dijadikan mitra kerja oleh Pemerintah Kota Surakarta. Pada bagian substansi titik tolak/pertimbangan dalam perencanaan, RTRW Kota Surakarta telah mempertimbangkan rencana keruangan yang berada di jenjang atasnya namun tidak memperhatikan rencana pembangunan yang ada di jenjang atasnya dan/atau yang sejajar. Hal ini menyebabkan lepasnya nilai korelasi, keterpaduan dan sinkronisasi RTRW Kota Surakarta terhadap rencana pembangunan yang ada demi terciptanya perencanaan yang terintegratif. Semestinya dalam menentukan pertimbangan sebagai titik tolak perencanaan juga memperhatikan arahan dari rencana pembangunan yang sudah ada.

Meninjau dari prosedur penyusunan RPJM Kota Surakarta pada Gambar

3.1 juga tidak memperhatikan arahan dari rencana tata ruang yang ada. Penyusunan RPJM berdasar pada visi dan misi Walikota periode 2005-2010,

113

penyusunan rancangan awal RPJM oleh Bappeda serta masukan dari rencana strategis SKPD yang kemudian dimusyawarahkan pada seluruh stakeholder dalam forum MUSRENBANG RPJM. Proses penyusunan ini telah sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN. Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan politik, yaitu merujuk pada visi dan misi kepala daerah terpilih. Pendekatan partisipatif dengan melibatkan stakeholder dalam forum MUSRENBANG RPJM. Pendekatan teknokratik ditempuh melalui penyusunan rancangan awal RPJM oleh Bappeda, usulan rencana strategis dari masing-masing SKPD beserta program-programnya. Kemudian pendekatan top-down dan botton-up dilalui dengan sinkronisasi kebijakan pemerintahan di jenjang atas dan bawahnya dalam Pemerintah Kota Surakarta. Dari keseluruhan pendekatan dan proses ini, masih berbasis pada perencanaan sektoral, secara konkrit belum menunjukkan adanya tinjauan akan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan.

Ditinjau dari konteks waktu antara dua dokumen tersebut, terdapat perbedaan jangka waktu (time frame) dan waktu penyusunan rencana. Pada dokumen RTRW Kota Surarta Tahun 2007-2026 disusun pada Tahun 2006 dengan jangka waktu dua puluh (20) tahun, sedangkan dokumen RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010 disusun pada Tahun 2005. Jelas bahwa RPJM Kota Surakarta ditetapkan terlebih dahulu daripada RTRW Kota Surakarta, sehingga menurut hasil interview pada informan di Bappeda Kota Surakarta, penyusunan RTRW mengacu pada RPJM Kota Surakarta. Walaupun RTRW ini disusun setelah RPJM Kota Surakarta 2005-2010 tersusun, ditinjau dari siklus yang terjadi saat penyusunan RTRW yang berlandaskan pada UUPR mulai tahun 1992 (UUPR Nomor 24 Tahun 1992) selalu diadakan peninjauan atau revisi terhadap rencana tata ruang secara periodik, hal ini mengindikasikan bahwa secara substansi atau muatan dalam RTRW tidak akan lepas dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan/digunakan sebelumnya. Dengan demikian, secara substansi rencana, RPJM Kota Surakarta mengacu pada RTRW Kota Surakarta.

Selain itu, menelaah dari arahan yang diamanatkan dalam Undang- Undang Penataan Ruang (UUPR) serta pedoman dalam penyusunan rencana

Untuk menuju tercapainya keterpaduan rencana keruangan dalam rencana pembangunan, perlu dikembangkan format baru dalam proses penyusunan sehingga juga mempertimbangkan arahan rencana tata ruang khususnya yang terkait dengan pembangunan keruangan, misalnya pada fungsi lingkungan hidup. Model proses penyusunan rencana pembangunan dapat diilustrasikan dengan skema berikut ini:

Visi, Misi, Program Kepala Daerah Terpilih

Bappeda menyusun rancangan SKPD menyusun Renstra SKPD Awal RPJMD

Program SKPD 1. Visi, Misi Kepala Daerah

2. Strategi Pembangunan Daerah 3. Kebijakan Umum 4. Kerangka Ekonomi Daerah

5. Arahan Pemanfaatan Ruang* Bappeda

6. Program SKPD menyelenggarakan MUSRENBANG RPJMD

Bappeda menyusun rancangan

Penetapan RPJMD

Akhir RPJMD

1. Visi, Misi Kepala Daerah

2. Strategi Pembangunan Daerah

3. Kebijakan Umum 4. Kerangka Ekonomi Daerah

Digunakan sebagai

5. Arahan Pemanfaatan Ruang*

pedoman penyusunan

6. Program SKPD

Rancangan RKPD

Gambar 4.1 Usulan Proses Penyusunan RPJMD

(Sumber: Analisis, 2010)

4.2 Telaah Muatan dan Arahan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007- 2026

Telaah muatan dan arahan dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007- 2026 dimaksudkan untuk menilai kelengkapan isi rencana tata ruang berdasar akan karakteristik wilayah di Kota Surakarta sehingga benar-benar siap digunakan sebagai perwujudan pemanfaatan ruang.

4.2.1 Tinjauan Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta

Pada prinsipnya, rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional. Oleh karena itu, dalam perumusan visi dan misi keruangan wilayah Kota Surakarta harus berpijak pada kebijakan dan strategi pengembangan dalam RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Hal ini telah tercantum dalam bab tiga (3) dalam dokumen RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 yang memperhatikan dan mempertimbangkan perencanaan sesuai dengan rencana tata ruang jenjang wilayah di atasnya.

Perumusan visi dan misi penataan ruang Kota Surakarta juga berdasar pada visi pembangunan Kota Surakarta, hal ini dimaksudkan untuk menjaga integritas visi pembangunan dan visi penataan ruang Kota Surakarta yang mana penyusunan RTRW Kota Surakarta dilaksanakan setelah terdapat visi pembangunan Kota Surakarta tersebut.

Selain upaya integritas di tataran visi pembangunan Kota Surakarta, perumusan visi penataan ruang juga berdasar pada misi pembangunan Kota Surakarta yang termuat dalam rencana pembangunan Kota Surakarta. Dengan berdasar pada visi dan misi pembangunan Kota Surakarta tersebut maka terumuskan visi penataan ruang dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 yaitu ‘Kota Produksi Bersih’ atau ‘Cleaner Production City’ dengan lima (5) misi yang mendukung demi terwujudnya visi ini.

Proses perumusan visi dan misi penataan ruang ini dapat dibuat skema seperti gambar di bawah ini.

Visi Pembangunan

Kota Surakarta

Visi dan Misi Penataan Ruang

Kota Surakarta

dijabarkan

(dalam RTRW Kota Surakarta

Misi Kota Tahun 2007-2026) Surakarta

(dalam rencana

pembangunan)

Gambar 4.2

Proses Perumusan Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta (Dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026)

(Sumber: Analisis, 2010)

4.2.2 Tinjauan Tujuan Pemanfaatan Ruang Kota

Perumusan tujuan pemanfaatan ruang kota ini dibagi kedalam empat (4) aspek, yakni tata ruang kota, sosial ekonomi, pengelolaan pembangunan kota dan lingkungan hidup. Walaupun tujuan pemanfaatan ruang kota ini meliputi seluruh aspek pembangunan suatu kota, namun isi dan hasil (outcome) dari keempat aspek ini bermuara pada pemanfaatan ruang yang produknya ialah berupa pengembangan fisik atau lingkungan. Hal ini sesuai dengan amanat perundangan tentang penataan ruang wilayah kota bahwa tujuan penataan ruang wilayah kota ditetapkan pemerintah daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

4.2.3 Tinjauan Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota

4.2.3.1 Rencana Sistem Lingkungan

Rencana perwilayahan Kota Surakarta ini dibagi kedalam enam (6) Bagian Wilayah Kota (BWK) dengan mempertimbangkan lokasi pusat kegiatan, kondisi wilayah dan kependudukan. Pembagian wilayah kota ini juga telah

Akan tetapi, rencana pembagian wilayah tersebut tidak dijabarkan arah rencana pengembangan yang spesifik pada tiap Bagian Wilayah Kota (BWK), hanya melihat eksisting dominansi kegiatan dalam suatu wilayah yang kemudian ditetapkan sebagai pusat kegiatan sehingga pembagian wilayah kedalam BWK hanya digunakan dari sisi batas fisik wilayah tanpa arahan rencana pengembangan keruangan di dalam BWK tersebut.

4.2.3.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 terdiri dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan dan perdagangan. Rencana fasilitas pendidikan diarahkan untuk pengembangan penambahan sarana TK, SD dan SLTP. Fasilitas kesehatan direncanakan untuk pengembangan rumah sakit umum dan rumah sakit khusus pada BWK III dan IV sebagai magnet perkembangan wilayah Kota Surakarta bagian utara.

Menurut standar kebutuhan fasilitas peribadatan, tidak membutuhkan adanya penambahan fasilitas peribadatan sampai akhir tahun perencanaan, yakni tahun 2026. Sedangkan pada fasilitas perdagangan diarahkan untuk penambahan fasilitas pasar kelas II, yang melayani suatu kawasan di BWK III dan IV.

Meninjau dari substansi jenis fasilitas sosial ini, yang seharusnya termasuk dalam bagian rencana struktur pusat pelayanan kegiatan kota, masih banyak kekurangan jenis pusat pelayanan kegiatan yang tidak direncanakan dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 ini. Misalnya: rencana pengembangan industri, rencana pengembangan pariwisata, rencana pengembangan olahraga dan rekreasi, serta rencana pusat pelayanan pemerintahan yang secara eksisting keberadaan fasilitas tersebut mengisi ruang di Kota Surakarta sehingga juga perlu direncanakan.

4.2.3.3 Rencana Pengembangan Perumahan

Pengembangan perumahan didasarkan pada rencana distribusi dan kepadatan penduduk, sehingga diperlukan adanya penambahan jumlah rumah

4.2.3.4 Rencana Pengembangan Utilitas

Pengembangan utilitas dibagi kedalam jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon, jaringan drainase dan sistem pengelolaan persampahan. Rencana pengembangan jaringan listrik terdiri dari arahan pengembangan pola jaringan yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam PLN dan pemenuhan kebutuhan listrik bagi tiap jenis kegiatan dalam kota berdasar pada kapasitas yang dibutuhkan.

Pada rencana jaringan air bersih dibutuhkan adanya kemitraan lintas wilayah karena sumber mata air yang terbatas dalam wilayah Kota Surakarta. Pengembangan jaringan telepon diarahkan pada penambahan jumlah sambungan telepon, sedangkan pengembangan jaringan drainase diarahkan pada optimalisasi fungsi jaringan yang sudah ada serta pengembangan pada kawasan-kawasan yang belum terjangkau.

Pengelolaan sampah diarahkan pada pengolahan menjadi bahan pupuk di TPA. Selain itu juga diperlukan adanya penambahan TPS yang tersebar di wilayah kota.

Meninjau dari muatan rencana pengembangan utilitas ini, yang termasuk dalam rencana sistem jaringan prasarana kota, terdapat beberapa jenis prasarana yang tidak direncanakan. Misalnya jaringan telematika (tidak hanya jaringan telepon), penyediaan air minum kota, penyediaan air limbah kota, sanitasi, sarana dan prasarana pedestrian serta jalur evakuasi bencana. Sebagai kota besar, semestinya Kota Surakarta juga direncanakan terkait prasarana-prasarana tersebut.

4.2.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi

Pada rencana pengembangan jaringan transportasi meliputi sistem jaringan transportasi darat, yaitu jaringan jalan dan jaringan rel kereta api. Rencana jaringan jalan terdiri dari pengembangan pola dan fungsi jaringan jalan pada tiap kelas, dimensi jaringan jalan pada tiap kelas serta pengembangan fasilitas transportasi umum. Rencana pengembangan jaringan rel kereta api diarahkan pada pengembangan perlintasan tidak sebidang.

Rencana pengembangan transportasi merupakan sistem prasarana utama dalam suatu kota. Di Kota Surakarta, terdapat dua (2) macam sistem jaringan transportasi yaitu transportasi darat dan transportasi udara. Dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 ini tidak terdapat rencana yang mengarahkan pengembangan transportasi udara.

4.2.4 Tinjauan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

4.2.4.1 Kawasan Lindung

Pada rencana pola kawasan lindung mengatur tentang kawasan lindung sempadan sungai dan sempadan jalan kereta api, kawasan lindung cagar budaya dan kawasan lindung rawan bencana banjir. Namun belum ada rencana kawasan lindung yang berupa hutan lindung (hutan kota), kawasan resapan air dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota.

4.2.4.2 Kawasan Budidaya

Rencana kawasan budidaya dibagi kedalam beberapa rencana zona, yaitu zona perumahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, kesehatan, campuran, rekreasi dan olahraga/open space, kuburan/makam, perairan. Zona campuran dimaksudkan untuk pertimbangan kelayakan percampuran kegiatan dalam suatu zona tertentu. Dalam rencana kawasan budidaya ini belum ada rencana zona pariwisata dan ruang evakuasi bencana.

4.2.5 Tinjauan Pelaksanaan Rencana

Pelaksanaan rencana dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 memuat tentang rencana tindak lanjut dari produk rencana dalam kaitannya dengan legalisasi rencana, sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan, organisasi pelaksana dalam pemerintah kota serta pentahapan pelaksanaan pembangunan yang berisi indikasi program selama jangka waktu perencanaan (20 tahun).

Dari seluruh substansi perencanaan tata ruang yang ada dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dapat dibuat matrik penilaian kelengkapan muatan berdasar pada kriteria sifat kekotaan menurut Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) pada karakteristik wilayah Kota Surakarta ialah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Penilaian Rencana RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 Berdasarkan Kelengkapan Substansi dan Karakteristik Wilayah

No

(%) Tidak (%) A Rencana Struktur Ruang 1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan

Muatan

Ada

1.1 Pusat pelayanan kota

3,44 - - 1.2 Sub pusat pelayanan kota

3,44 - - 1.3 Pusat lingkungan

3,44 - - 2 Perwujudan sistem prasarana Sistem prasarana utama

2.1 Sistem jaringan transportasi darat

3,44 - - 2.2 Sistem jaringan transportasi udara

- √ 3,44 Sistem prasarana lainnya 2.3 Sistem jaringan energi/ kelistrikan

3,44 - - 2.4 Sistem jaringan telekomunikasi

3,44 - - 2.5 Sistem jaringan sumber daya air kota

3,44 - - Infrastuktur perkotaan

2.6 Sistem penyediaan air minum kota

- √ 3,44 2.7 Sistem penyediaan air limbah kota

- √ 3,44 2.8 Sistem persampahan kota

3,44 - - 2.9 Sistem drainase kota

3,44 - - 2.10 Penyediaan sarana dan prasarana

- √ 3,44 pedestrian 2.11 Jalur evakuasi bencana

- √ 3,44 B Perwujudan Pola Ruang 1 Perwujudan kawasan lindung

1.1 Hutan Lindung

- √ 3,44 1.2 Kawasan resapan air

- √ 3,44 1.3 Kawasan perlindungan setempat

3,44 - - 1.4 Ruang terbuka hijau (RTH) kota (taman,

3,44 - - kuburan)

1.5 Kawasan suaka alam dan cagar budaya

3,44 - - 1.6 Kawasan rawan bencana alam (banjir)

3,44 - - 2 Perwujudan kawasan budidaya

- 2.1 Kawasan perumahan

3,44 - - 2.2 Kawasan perdagangan dan jasa

3,44 - - 2.3 Kawasan perkantoran

3,44 - - 2.4 Kawasan industri

3,44 - - 2.5 Kawasan pariwisata

- √ 3,44 2.6 Kawasan non ruang terbuka hijau

- √ 3,44 2.7 Kawasan ruang evakuasi bencana

- √ 3,44 2.8 Kawasan peruntukan ruang bagi sektor

3,44 - - informal (campuran) 2.9 Kawasan olahraga/ open space

3,44 - - Tidak terdapat penetapan kawasan

C Perwujudan Kawasan Strategis Kota strategis di Kota Surakarta

1 Kawasan berhimpitan dengan kawasan

- - - strategis nasional dan kawasan strategis provinsi

2 Kawasan strategis dari sudut kepentingan

- - - ekonomi 2.1 ...

- - - 3 Kawasan strategis dari sudut kepentingan

- - - sosial budaya 3.1 ...

- - - 4 Kawasan strategis pendayagunaan sumber

- - - daya alam dan/atau teknologi tinggi 4.1 ...

- - - 5 Kawasan strategis dari sudut kepentingan

- - - fungsi dan daya lingkungan 5.1 ...

- - - 6 Kawasan strategis dari kepentingan

- - - pembangunan wilayah dan kota 6.1 ...

- - - Total (dari 29 kriteria)

Sumber: Analisis, 2010

Kriteria Muatan

Keterangan: Penilaian =

x 100%

Total Kriteria

Berdasar dari penilaian dalam tabel di atas, dapat dikatakan bahwa RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 telah memenuhi kelengkapan substansi rencana sebesar 65,52%, sedangkan terdapat kekurangan substansi rencana sebesar 34,48%. Semestinya muatan-muatan yang menjadi kekurangan substansi dalam rencana turut juga direncanakan karena wilayah Kota Surakarta karena dari kondisi eksisting di Kota Surakarta terdapat kegiatan dan tata guna lahan seperti yang tertera di butir-butir kekurangan yang perlu direncanakan.

Penilaian ini masih belum mempertimbangkan dari aspek rencana kawasan strategis kota karena tidak ada penetapan kawasan strategis dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 yang semestinya terdapat penetapan kawasan strategis kota dari berbagai sudut kepentingan Kota Surakarta. Padahal dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta diarahkan untuk pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.

4.3 Telaah Keterpaduan Mekanisme Pra Implementasi Rencana dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dan RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010

Untuk menelaah serta menilai korelasi, keterpaduan dan sinkronisasi antara RTRW dan RPJM Kota Surakarta, menggunakan matrik komparasi yang ditinjau menurut muatan dan indikasi pemanfaatan ruang terhadap program dan kegiatan dalam rencana strategis SKPD yang termuat dalam RPJM Kota Surakarta sebagai mekanisme pra implementasi rencana. Mekanisme pra implementasi rencana yang berupa daftar program perwujudan pemanfaatan ruang (indikasi program pelaksanaan pembangunan RTRW Kota Surakarta pada Tabel 3.3) dalam penataan ruang dan program lima tahunan rencana strategis SKPD dalam Pemerintah Kota Surakarta yang terdapat pada Tabel 3.4 sampai Tabel 3.17 akan dikomparasi atau dibandingkan untuk menemukan korelasi, sinkronisasi dan keterpaduannya. Perbandingan dilakukan dengan menggunakan alat analisis berupa tabel komparasi yang terdapat dalam Tabel 1.1, melalui input data program-program yang terkait pada tiap baris dalam tabel. Perbandingan tersebut ditunjukkan dalam matrik komparasi di bawah ini:

Tabel 4.2

Komparasi RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 Terhadap RPJM Kota Surakarta 2005-2010

Rencana Keruangan

Rencana Pembangunan

RTRW Kota Surakarta

RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010

Instansi Pelaksana No

Keterpaduan Rencana Program Utama

x1-x5

x5-x10

x10-x15

x15-x20

Program dan Kegiatan/ Indikasi Keluaran

Dalam

Dalam

RPJM A Umum

RTRW

Penetapan dan

Legislasi rancangan peraturan perundang-

Bappeda,

Bagian

pengesahan Perda

undangan

Hukum dan √ HAM  Bagian

Bag. Hukum

 Legislasi rancangan peraturan perundang-

Hukum

dan HAM Penyusunan Perda

undangan

 Kantor Pengendalian

 Penyusunan kebijakan pengendalian

Pengelolaa √ Pemanfaatan Ruang

Bappeda,

pemanfaatan ruang

 Penataan penguasaan pemilikan,

Bag. Hukum

n Aset

penggunaan dan pemanfaatan tanah

Daerah

- Sosialisasi teknis perijinan bangunan

 Dinas Tata Kota

 Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Daerah  Fasilitasi peningkatan peran serta

masyarakat dalam pemanfaatan ruang  Sosialisasi kebijakan, norma, standar,

 Bappeda Sosialisasi RTRW

prosedur, manual pemanfaatan ruang

Bappeda

 Dinas Tata

- Pembuatan naskah akademis rancangan

Kota

perubahan Perda No. 8/1988 - Pembuatan draft raperda bangunan

Evaluasi RTRW

 Revisi Rencana Tata Ruang

Bappeda

Bappeda √

Penyusunan RDTRK

 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

Bappeda

Bappeda √

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

 Penyusunan Rencana Teknis Tata Ruang Kawasan

Dinas Tata -

 Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan

Kota −

 Koordinasi teknis perijinan

Pengawasan pemanfaatan ruang

Dinas Tata −

Kota B Perwujudan Struktur Ruang 1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan

1.1 Pusat pelayanan kota Studi Pengembangan

DPU √ Rumah Susun

- Pembangunan rumah susun sewa

Bappeda

(RUSUNAWA)

Studi Pengembangan Apartemen

- − Peningkatan Taman

Bappeda

Wisata Jurug (dalam rencana struktur tidak terdapat pengembangan

- − obyek wisata, namun

DPU, Dinas

Pariwisata

muncul di indikasi pemanfaatan pelaksanaan pembangunan) Studi Kelayakan Pengembangan

- − RSUD Kota Surakarta Pembangunan RSUD

Bappeda

- − Pengembangan

DPU, Dinas

Kota Surakarta

Kesehatan

 Pengembangan Solo Techno Park

Techno Park

Peningkatan pembangunan sarana dan

prasarana pariwisata

Seni dan

Pengembangan daerah tujuan wisata

Budaya

- Pembangunan/ Rehabilitasi Fasilitas Kantor

DPU −

Pemerintah

DPP − 1.2 Sub pusat

 Pembangunan baru pasar mobil bekas

pelayanan kota

Pembangunan Pasar

Pembangunan Pasar

Bappeda

- Pembangunan Sarana dan Prasarana

DPU −

Kecamatan

- Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan

DPU −

Fasilitas Kesehatan

- Pembangunan/ Rehabilitasi Fasilitas Ibadah

DPU −

Pembangunan sarana dan prasarana pasar

Dinas Pertanian

produksi hasil peternakan

1.3 Pusat lingkungan

- Pembangunan Sarana dan Prasarana

Kelurahan

DPU −

- Pembangunan sarana dan prasarana RT dan RW

2 Perwujudan sistem prasarana Sistem prasarana utama

2.1 Sistem jaringan transportasi darat

 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan - Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri

Peningkatan Jalan  Arteri Primer

primer, arteri sekunder, kolektor primer,

DPU

 Bappeda √

kolektor sekunder, lokal primer dan lokal

DPU

sekunder - Peningkatan, penggantian dan pembangunan jalan dan jembatan

 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan - Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri

 Arteri Sekunder

Peningkatan Jalan

primer, arteri sekunder, kolektor primer,

kolektor sekunder, lokal primer dan lokal

sekunder - Peningkatan, penggantian dan pembangunan jalan dan jembatan

DPU √ Jalan Kolektor Primer

Studi Pengembangan

Pembangunan jalan baru, arteri, kolektor

dan lokal  Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan - Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri

Bappeda

Peningkatan Jalan

Bappeda √ Kolektor Primer

primer, arteri sekunder, kolektor primer,

DPU

kolektor sekunder, lokal primer dan lokal

 DPU

sekunder - Peningkatan, penggantian dan pembangunan jalan dan jembatan - Peningkatan, penggantian dan

Pembangunan Jalan

pembangunan jalan dan jembatan

Kolektor Primer

- Pembangunan jalan baru, arteri, kolektor

DPU

DPU √

dan lokal  Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan - Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri

Peningkatan Jalan

 Kolektor Sekunder Bappeda DPU 

primer, arteri sekunder, kolektor primer,

kolektor sekunder, lokal primer dan lokal

DPU

sekunder - Peningkatan, penggantian dan pembangunan jalan dan jembatan  Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan

Peningkatan Jalan

 Bappeda √ Lokal Primer

- Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri

DPU

primer, arteri sekunder, kolektor primer,

 DPU

kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder

- Peningkatan, penggantian dan pembangunan jalan dan jembatan

Studi Optimalisasi Terminal Bis

- Pembangunan Terminal Type A

Bappeda

DPU √

 Kegiatan penataan tempat-tempat pemberhentian angkutan umum (pengadaan shelter)

√ Bis Antar Kota

Pembangunan Halte

Kegiatan penataan tempat-tempat

pemberhentian angkutan umum (survey

DPU, Dishub

Dinas LLAJ

penetapan pangkalan taksi)  Pembangunan halte bis dan taksi gedung terminal

Studi Kelayakan Pengembangan Jalan

- − Kereta Layang

Bappeda

 Pengembangan sarana dan prasarana pelayanan jasa angkutan (Studi persiapan

Studi Pengembangan Terminal

Dinas LLAJ √ Barang/Cargo

dan pembangunan rest area angkutan

Bappeda

barang)  Pembangunan halte bis dan taksi gedung

terminal

Studi Pengembangan

- − Jalan Lingkar Selatan

Bappeda

Studi Jalan lingkar dalam Kota

- − ( innerring road) -

Bappeda

- Pembangunan jembatan

DPU −

2.2 Sistem jaringan transportasi

- − udara Sistem prasarana lainnya 2.3 Sistem jaringan energi/ kelistrikan

Pengembangan

- − Jaringan Listrik

PLN

2.4 Sistem jaringan telekomunikasi (dalam rencana terdapat pengembangan jaringan dengan penambahan jumlah sambungan telepon,

- − namun tidak muncul

dalam indikasi program pelaksanaan pembangunan)

2.5 Sistem jaringan sumber daya air kota

Pengembangan

Jaringan Air Bersih KLH √

Konservasi sumber daya air dan

PDAM,

pengendalian kerusakan sumber air

Swasta

Infrastuktur perkotaan 2.6 Sistem penyediaan air

- − minum kota 2.7 Sistem penyediaan air limbah kota

Peningkatan Pelayanan Jaringan Air Limbah Terpadu (dalam rencana tidak terdapat

DPU √ limbah, namun

- Pembangunan Sanitasi Masyarakat

DPU, PDAM

pengembangan air

muncul di indikasi program pelaksanaan pembangunan)

2.8 Sistem persampahan kota

− (Sampah)

Pengadaan TPS

Pembangunan lahan penimbunan baru di TPA Putri Cempo

DPU, DKP,

PDAM

DKP (berbeda kegiatan)

2.9 Sistem drainase kota

- Perluasan dan Pembangunan Saluran dan Bangunan Pelengkap

- Peningkatan/ rehabilitasi saluran dan

Peningkatan Jaringan

DPU √ Drainase

bangunan pelengkap

DPU, PDAM

- Perluasan/ pembangunan saluran dan

bangunan pelengkap - Penyusunan piranti lunak drainase

- − Pelemwulung

Normalisasi Kali

DPU, PDAM

2.10 Penyediaan sarana dan prasarana

pedestrian -

− 2.11 Jalur evakuasi

- Pembangunan Solo City Walk

Dinas Tata Kota

bencana

C Perwujudan Pola Ruang 1 Perwujudan kawasan lindung

1.1 Hutan Lindung -

KLH − 1.2 Kawasan

 Pengendalian kerusakan hutan dan lahan

- − 1.3 Kawasan

resapan air

perlindungan setempat

Penguasaan Kawasan Lindung Sempadan

DPU √ Sungai Sosialisasi Pemanfaatan

- Penyusunan Perda/ Sempadan

Sekda Ska

DPU √ Sempadan Sungai

Kawasan Lindung

- Penyusunan Perda/ Sempadan

Bappeda,

Dinas LH

Sosialisasi Pemanfaatan

DPU √ Sempadan Rel KA

Bappeda,

Kawasan Lindung

- Penyusunan Perda/ Sempadan

Dinas LH

1.4 Ruang terbuka hijau (RTH) kota

 Pembangunan taman mapam manahan Surakarta  Pembuatan taman dan patung Gilingan  Pembuatan taman Setabelan 

− Pengembangan

DKP (berbeda Taman Tirtonadi

 Pembuatan taman Ngesus

DPU, DKP

Pembuatan taman Banjarsari  kegiatan)  Pembuatan pagar BRC Taman Banjarsari

 Pembuatan taman Soekarno-Hatta Penanaman turus jalan dan taman jalur hijau

1.5 Kawasan suaka alam dan cagar

√ budaya Studi Pengendalian

 DPU Kawasan Lindung

- Revitalisasi bangunan dan kawasan

 Dinas Tata √ Cagar Budaya

peninggalan sejarah

Bappeda

Kota 1.6 Kawasan rawan

- Pembangunan Kampung Batik Laweyan

- − bencana alam

(dalam rencana pola kawasan lindung terdapat penetapan

2 Perwujudan kawasan budidaya 2.1 Kawasan perumahan

 Dinas Perbaikan

 Perbaikan rumah tak layak huni

Kesejahter Lingkungan

 Penataan lingkungan kumuh

√ Perumahan

- Rehabilitasi rumah sewa

aan

DPU

- Rehabilitasi Pondok Boro

Rakyat, PP

- Perbaikan prasarana lingkungan

dan KB

 DPU 2.2 Kawasan perdagangan dan jasa

permukiman

Penataan Kawasan

DPU Pasar Legi

- Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar

 DPP Penataan Kawasan

Bappeda

Peningkatan bangunan pasar

 DPU Pasar Klewer

- Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar

Bappeda

DPP Penataan Kawasan

Peningkatan bangunan pasar

DPU Pasar Nusukan

- Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar

 DPP Penataan Kawasan

Bappeda

Peningkatan bangunan pasar

 Pasar Gede

- Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar

 DPP 2.3 Kawasan

Bappeda

DPU √

Peningkatan bangunan pasar

(dalam rencana pola

DPU − terdapat penetapan

- Revitalisasi kawasan sentra industri

 Penyediaan sarana dan prasarana klaster

 Dinas

Perindustri zona industri, namun

industri

an, tidak muncul di

Perdagang indikasi program

an dan pemanfaatan ruang)

Penanama n Modal

2.5 Kawasan pariwisata

DPU − 2.6 Kawasan non

- Revitalisasi kawasan obyek wisata

ruang terbuka hijau

Studi Pengembangan Parkir Umum Kota (dalam rencana tidak terdapat rencana pengembangan parkir umum kota,

- − namun muncul di

Bappeda

indikasi program pelaksanaan pembangunan)

2.7 Kawasan ruang evakuasi

- − bencana 2.8 Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal (campuran)

Penataan Kawasan

− Manahan

DPU, DKP,

Ormas

DPP − 2.9 Kawasan

Kegiatan penataan tempat berusaha bagi pedagang kaki lima

- − olahraga/ open

- Penataan dan pengembangan kawasan

DPU −

perbatasan yang tertinggal

D Perwujudan Kawasan Strategis Kota (dalam RTRW tidak ada penetapan kawasan strategis di Kota Surakarta) 1 Kawasan berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi

1.1 ... 2 Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi 2.1 ... 3 Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya 3.1 ... 4 Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

4.1 ... 5 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya lingkungan

5.1 ... 6 Kawasan strategis dari kepentingan pembangunan wilayah dan kota 6.1 ... ( Total (dari 72 indikasi program pemanfaatan ruang/ pembangunan) √) = 30 (−) = 42

Sumber: Analisis, 2010

Keterangan : (√) = terpadu

(−) = tidak terpadu

Apabila hasil total dari check list keterpaduan tersebut dikonversi dalam prosentase maka dihasilkan perhitungan sebagai berikut:

Indikasi Program

Prosentase Keterpaduan =

x 100%

Total Indikasi Program

Terpadu (√ )

= x 100% = 41,67%

Tidak Terpadu (−) =

x 100% = 58,33%

Penarikan hasil perhitungan prosentase ini didasarkan atas pertimbangan:

1. Mengabaikan kesamaan dinas pengelola/instansi pelaksana karena dianggap belum adanya koordinasi dan persamaan pengetahuan mengenai Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) suatu SKPD di Pemerintah Kota Surakarta pada pihak penyusun kedua rencana.

2. Pada rencana keruangan, penilaian berdasar pada indikasi program pemanfaatan ruang walaupun di beberapa indikasi program terdapat

ketidaksinkronan antara rencana yang ada dengan indikasi program pemanfaatan ruang dalam RTRW. Sedangkan pada rencana pembangunan, input data program/kegiatan/indikasi keluaran yang ditetapkan sebagai pembanding ditentukan dari identifikasi program/kegiatan/indikasi keluaran pada seluruh SKPD di Pemerintah Kota Surakarta dalam RPJM yang berkaitan dengan pembangunan keruangan.

3. Memperhitungkan muatan aspek tata ruang yang seharusnya diakomodir dalam RTRW Kota Surakarta namun tidak terdapat dalam rencana tata ruang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tetap terdapat aspek tata ruang yang melingkupi program pembangunan bilamana program pembangunan ini berkaitan dengan salah satu aspek tata ruang yang tidak terakomodir.

4. Tidak memperhitungkan akan penetapan kawasan strategis kota, karena tidak terdapat penetapan kawasan strategis dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 serta dalam program/kegiatan/indikasi keluaran SKPD 4. Tidak memperhitungkan akan penetapan kawasan strategis kota, karena tidak terdapat penetapan kawasan strategis dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 serta dalam program/kegiatan/indikasi keluaran SKPD

keterpaduan mekanisme pra implementasi akan rencana dalam RTRW dengan rencana pembangunan yang bersifat keruangan di Kota Surakarta terbilang rendah, kurang terpadu secara utuh. Sebesar 41,67% indikasi program pelaksanaan pembangunan ruang yang terpadu secara langsung dengan program pembangunan lima tahunan dalam instansi pelaksana. Sedangkan sisanya, sebesar 58,33% dari keseluruhan program tidak terpadu.

Dengan melihat nilai keterpaduan yang ada, maka juga dapat dikatakan terdapat korelasi dam sinkronisasi antara RTRW dan RPJM Kota Surakarta walaupun tidak mencapai kondisi yang optimal dan menyeluruh.

4.4 Telaah Kelembagaan Penyusun Perencanaan Keruangan dan Perencanaan Pembangunan

Dari Tabel 4.2 terkait komparasi indikasi program dalam rencana tata ruang dan rencana pembangunan, terlihat telah ada pembagian tugas instansi teknis pelaksana sebagai pengelola pembangunan. Namun dalam indikasi pelaksanaan pembangunan di RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dengan yang terdapat dalam RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010 terdapat perbedaan yang sangat signifikan mengenai SKPD yang berfungsi untuk melaksanakan/mengelola pembangunan. Walaupun terdapat keterpaduan program, kadangkala ada perbedaan SKPD yang berfungsi untuk mengimplementasikan rencana antara kedua dokumen perencanaan tersebut. Semestinya dalam kurun waktu rencana yang saling beriringan atau bersamaan terdapat kesamaan SKPD sehingga ada penyamaan persepsi dalam pengelolaan pembangunan.

Hal ini dapat disebabkan dalam penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026, tim ahli penyusun tidak melakukan peninjauan akan tugas pokok dan fungsi dari tiap SKPD yang terdapat di Pemerintah Kota Surakarta, Hal ini dapat disebabkan dalam penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026, tim ahli penyusun tidak melakukan peninjauan akan tugas pokok dan fungsi dari tiap SKPD yang terdapat di Pemerintah Kota Surakarta,

Semestinya terdapat sinkronisasi program yang dilakukan oleh masing- masing SKPD sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, baik dalam rencana tata ruang maupun dalam rencana pembangunan. Diperlukan adanya komunikasi antar lembaga perencanaan dan pelaku yang berkepentingan sehingga tercipta suasana koordinasi yang efektif. Koordinasi ini dilakukan saat formulasi dan penyusunan rencana, implementasi sampai tahap evaluasi.

Bappeda Kota Surakarta yang juga memiliki fungsi sebagai badan koordinasi perencanaan dari seluruh SKPD di Pemerintah Kota Surakarta seyogyanya melakukan penyesuaian pengelola pembangunan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing SKPD, tidak hanya dalam rencana pembangunan namun juga dalam indikasi perwujudan pemanfaatan ruang sehingga terbentuk penyamaan pemahaman dan persepsi tentang substansi kebijakan untuk menyelesaikan masalah tertentu, menyelesaikan konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya (resources) pembangunan.

Sehubungan dengan implementasi rencana, khususnya dalam rencana tata ruang, sangat diperlukan penjabaran dalam bentuk rencana rinci yang lebih bersifat operasional sehingga jelas untuk digunakan sebagai pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota. Publikasi dan sosialisasi terkait isi rencana perlu digalakkan agar fungsi pengawasan dari seluruh stakeholder termasuk masyarakat dapat tercapai dengan efektif.

Berpijak dari pembahasan kelembagaan penyusun rencana di atas, maka kondisi kelembagaan dan mekanisme implementasi rencana yang telah diselenggarakan sampai saat ini dapat dikatakan masih kurang terpadu dan kurang terlibat secara integratif guna mencapai keterpaduan rencana keruangan dan rencana pembangunan.

4.5 Telaah Indikasi Penganggaran dalam Perencanaan

Belum ada keterpaduan secara utuh dalam rencana tata ruang wilayah dan rencana pembangunan di Kota Surakarta. Hanya berkisar 41,67% dari seluruh program yang berkaitan dengan pembangunan keruangan/lingkungan/fisik yang terpadu. Hal ini menjadi kendala dalam menentukan rencana yang prioritas untuk segera diimplementasikan sehingga penganggaran yang ditetapkan tidak melalui tahapan prioritasi rencana/program/kegiatan. Seharusnya penganggaran disusun sesuai dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan perencanaan.

Secara substansi, RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 telah mengindikasikan sumber-sumber pendanaan yang dapat diraih untuk mewujudkan rencana yang telah ditetapkan. Sumber-sumber yang teridentifikasi untuk membiayai ialah berasal APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah, APBD Kota Surakarta, penanaman modal (pihak swasta), swadaya masyarakat dan sumber dana dari lembaga asing. Akan tetapi, walaupun telah disebutkan beberapa sumber pendanaan yang berasal dari pemerintah, swasta, swadaya masyarakat dan lembaga asing namun pada Tabel 3.3 tentang indikasi program pelaksanaan pembangunan tidak disebutkan program-program yang dapat dianggarkan melalui dana non pemerintah. Semua program hanya dianggarkan melalui sumber dana pemerintah yang terdiri dari APBD Kota Surakarta, APBD Provinsi dan APBD Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa seluruh program pelaksanaan pembangunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 sepenuhnya hanya mengandalkan pembiayaan bersumber pemerintah.

Demikian juga pada rencana pembangunan yang terdapat dalam dokumen RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010. Dalam matrik program lima tahunan rencana strategis SKPD Pemerintah Kota Surakarta telah diuraikan pagu indikasi selama 5 (lima) tahun rencana dengan tambahan 1 (satu) tahun transisi yang terdiri dari besaran dana yang dibutuhkan beserta sumber dana pada tiap program kegiatan SKPD. Namun pada seluruh program/kegiatan pembangunan tersebut hanya mengandalkan pembiayaan yang bersumber pada pemerintah.

Berdasar pada tinjauan kedua dokumen perencanaan tersebut, telah tertera dengan jelas indikasi penganggaran yang dibutuhkan untuk realisasi atau Berdasar pada tinjauan kedua dokumen perencanaan tersebut, telah tertera dengan jelas indikasi penganggaran yang dibutuhkan untuk realisasi atau

4.6 Sintesis Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang di Kota Surakarta

Untuk menarik sintesis hasil penilaian kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta, maka disajikan kembali hasil telaah tiap variabel dalam penelitian ini sehingga diperoleh rumusan sintesis yang terbagi ke dalam 3 (tiga) tingkatan kinerja kedalam tingkatan baik, cukup dan buruk seperti yang tercantum pada Tabel 1.2. Dengan demikian, tingkatan kinerja diukur melalui sintesis seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Sintesis Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang di Kota Surakarta

No Kriteria Penilaian

Sintesis 1 Kelengkapan muatan

Hasil Telaah

65,52% lengkap sesuai

dokumen rencana sesuai

karakteristik wilayah

karakteristik wilayah 2 Mekanisme praimplementasi

kurang terpadu secara utuh dan rencana/program/kegiatan

menyeluruh dengan adanya

Tingkatan

ketidakjelasan unit pelaksana

Kinerja RTRW

teknis

dalam (prosentase keterpaduan mencapai Pemanfaatan 41,67% terpadu)

Ruang di Kota Surakarta

3 Kelembagaan penyusun tidak terlibat secara utuh dan tergolong rencana

kurang memperhatikan arahan dalam

tata ruang

tingkatan 4 Penganggaran

penganggaran kurang mengacu CUKUP pada kebutuhan perencanaan,

kurang memanfaatkan segala sumber pendanaan yang dapat diraih dalam kota

Sumber: Analisis, 2010

BAB 5 PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penarikan kesimpulan dari hasil pembahasan persoalan dalam penelitian serta usulan rekomendasi demi perbaikan beberapa temuan kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Beranjak dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya hingga menemukan tingkatan kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkatan kinerja RTRW Kota Surakarta sebagai acuan koordinasi kegiatan pembangunan lintas sektor dan wilayah dalam perwujudan pemanfaatan ruang ialah tergolong dalam tingkatan kinerja cukup. Penilaian cukup ini didapatkan melalui penilaian:

a. Dari segi kelengkapan muatan dokumen berdasar karakteristik wilayah di Kota Surakarta, terdapat 65,52% muatan lengkap sesuai dengan karakteristik wilayah Kota Surakarta.

b. Dari segi mekanisme praimplementasi rencana/program/kegiatan antara RTRW dengan RPJM Kota Surakarta tergolong kurang terpadu secara utuh dan menyeluruh dengan adanya ketidakjelasan unit pelaksana teknis.

c. Dari segi kelembagaan penyusun rencana, instansi-instansi pengelola pembangunan tidak terlibat secara utuh dan kurang memperhatikan arahan dalam penataan ruang.

d. Dari segi penganggaran dalam perencanaan, penganggaran kurang mengacu pada kebutuhan perencanaan, kurang memanfaatkan segala sumber pendanaan yang dapat diraih dalam Kota Surakarta.

2. Terdapat korelasi dan sinkronisasi antara RTRW dengan rencana pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. Hal ini ditunjukkan dengan adanya program dan kegiatan yang sinkron antara dokumen RTRW dan dokumen rencana pembangunan.

3. Nilai keterpaduan RTRW dan rencana pembangunan sebagai wujud dalam pemanfaatan ruang ialah sebesar 41,67% terpadu. Penilaian ini diperoleh berdasar berbagai pertimbangan yang telah disampaikan dalam bab pembahasan.

5.2 Rekomendasi

Selain kesimpulan yang dapat ditarik seperti subbab di atas, berdasar pada pengetahuan di lapangan saat pendataan hingga proses pembahasan, maka penulis juga dapat menguraikan beberapa arahan rekomendasi demi mencapai tingkat kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang supaya mencapai kondisi baik agar sistem perencanaan dalam pemanfaatan ruang wilayah pada khususnya dapat efisien dan efektif. Adapun butir-butir rekomendasi tersebut ialah:

1. Pada penyusunan dokumen rencana tata ruang wilayah, sebaiknya dicari mitra kerja tim ahli perencana yang kompeten bahkan memberikan suatu bimbingan teknis pada pihak pengelola pembangunan daerah agar dapat menyusun dokumen rencana tata ruang wilayah sehingga secara substansi dan skenario pengembangan wilayah yang dihasilkan dapat berkualitas secara optimal. Pemerintah daerah juga dapat berkontribusi dengan memberikan suatu arahan atau catatan yang bersifat rencana pembangunan daerahnya sehingga menjadi titik tolak dalam menentukan rencana tata ruang sehingga produk yang dihasilkan memenuhi keterpaduan substansi.

2. Ditinjau dari waktu awal penyusunan dokumen rencana, proses ini dapat terjadi secara beriringan, artinya rencana yang telah ditetapkan lebih awal menjadi acuan dalam penyusunan rencana yang lainnya seperti yang diamanatkan dalam peraturan perundangan baik dalam Undang-Undang Penataan Ruang atau dalam Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Secara hirarki vertikal, dokumen perencanaan yang lebih luas (makro/umum) semestinya diperhatikan/dipedomani/diacu oleh dokumen perencanaan yang lebih kecil (mikro/rinci).

3. Ditinjau dari substansi proses penyusunan rencana pembangunan (RPJP dan/atau RPJM) dalam suatu pemerintah daerah, sebaiknya ditambahkan muatan terkait arahan pemanfaatan ruang dalam suatu bagian tersendiri agar rencana pembangunan dalam suatu daerah secara eksplisit dapat terlihat sisi keintegralan perencanaannya.

4. Menegaskan pengimplementasian amanat dalam peraturan perundangan yang sifatnya menjaga pola korelasi/keterpaduan/sinkronisasi antara

perencanaan keruangan dan perencanaan pembangunan. Tentunya hal ini utamanya harus diperhatikan oleh pihak yang terlibat dalam proses penyusunan perencanaan.

5. Mengembangkan format matrik penjabaran program dalam kedua sistem perencanaan. Misalnya ialah:

a. Pada Perencanaan Keruangan/Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Tabel 5.1

Ilustrasi Pengembangan Matrik Program Pemanfaatan Ruang

Program

Tahapan Program 20

Sumber Perwujudan

Arah Kebijakan

Tahun

Pengelola

Dana RTR

Pembangunan

(Lima Tahunan)

b. Pada Perencanaan Pembangunan/Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Tabel 5.2

Ilustrasi Pengembangan Matrik Program Pembangunan

Arah

Program & Mitra

Pagu Kegiatan

SKPD/ Ket. Pemanfaatan Keluaran Kegiatan Indikasi Pembangunan

Lokasi

Ruang*

* Kolom diisi saat program dan kegiatan pembangunan mengindikasikan dalam rangka pemanfaatan ruang.

6. Fungsi Bappeda sebagai badan koordinasi perencanaan di pemerintah daerah lebih dioptimalkan lagi. Badan ini dapat memberikan arahan pada

tiap SKPD di Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program dan

7. Perluasan pola kemitraan dalam sumber penganggaran rencana pembangunan sehingga dapat mengoptimalkan anggaran yang tersedia dalam pemerintah daerah.

8. Pada tahap implementasi program, perlu dikembangkan pola sosialisasi dan publikasi produk rencana sampai masyarakat level bawah, sehingga

peran/keterlibatan masyarakat sebagai pengawas dapat terlaksana secara efektif. Selain itu diperlukan intrumen pengendalian ruang dan pembangunan yang bersifat operasional (lebih rinci) sebagai alat implementasi, tentunya rencana rinci ini tetap mengacu pada perencanaan yang makro/luas.

9. Pada tingkat jenjang rencana, rencana umum (makro) yang mencakup rencana rinci perlu terlebih dahulu disusun sehingga integrasi rencana

dalam suatu wilayah dan/atau daerah dapat tercapai baik dalam rencana tata ruang atau rencana pembangunan.