KEHIDUPAN LANJUT USIA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM BERKARYA LUKIS

DALAM BERKARYA LUKIS

Laporan Tugas Akhir Oleh: ANDI

K3203013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

KEHIDUPAN LANJUT USIA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM BERKARYA LUKIS

Oleh : ANDI

K3203013

Laporan Tugas Akhir

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

PERSETUJUAN

Tugas akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. M. Y. Ning Yuliastuti, M.pd Drs. Edi Kurniadi, M.Pd NIP. 131 658 568

NIP. 131 847 182

PENGESAHAN

Tugas Akhir ini dipertahankan di depan Tim Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Tanggal

Tim Penguji Tugas Akhir

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. Margana, M. Sn ............................. Sekretaris

: Adam Wahida, S.Pd, M. Sn ............................. Anggota I

: Dra. M. Y. Ning Yuliastuti, M. Pd .............................. Anggota II

: Drs. Edi Kurniadi, M. Pd .............................

Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 131 658 563

ABSTRAK

Andi. KEHIDUPAN LANJUT USIA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM

BERKARYA LUKIS. Laporan Tugas Akhir, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Penciptaan karya Seni Lukis ini dilakukan dengan tujuan memvisualisasikan fenomena kehidupan lanjut usia yang masih tetap produktif di tengah masyarakat sekitarnya. Bertujuan memberikan pengalaman batin terhadap apresiator dan diharapkan dapat mengurangi pandangan-pandangan keliru tentang lanjut usia yang selalu diidentikan dengan suatu kelompok masyarakat yang rapuh dan menjadi beban orang lain. Sehingga masyarakat dapat menghargai dan memberikan ruang terhadap lanjut usia yang masih tetap bekerja. Aliran yang dipilih adalah ekspresionisme.

Penciptaan karya tugas akhir ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai Mei 2009. Metode Penciptaan yang dilakukan menggunakan pendekatan empiris dan pendekatan estetis. Penciptaan karya seni lukis dalam tugas akhir ini menggunakan media campuran (Mix media). Bahan yang digunakan grajen (limbah kayu), lem kayu, cat minyak bermerk greco, dan kain blaco. Kuas yang digunakan berukuran 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Teknik pertama yang digunakan adalah mencampur grajen dengan lem kayu, teknik yang kedua adalah membuat sket dan tekstur nyata diatas kain blaco dengan menggunakan grajen yang sudah dicampur dengan lem kayu, teknik ketiga melukis diatas media bertekstur nyata dengan sapuan warna secara ekspresionis.

Karya yang diciptakan berupa karya seni lukis bertekstur nyata dan timbul dari bahan dasar grajen, lem kayu, cat minyak dan kain blaco sebagai medianya. Karya yang dibuat ada 10 buah dengan ukuran terbesar 100x100cm dan yang terkecil 110cmx80cm. Judul karya yaitu “Jalan Jarum Jam”, “Kakek dan Juragan Tembakau”, “Kemana Perginya Kakek??”, “Kepasar”, “Setelah Panen”, “Ternak Bebek”, “Penjual Bibit Ikan”, “Penjual Nasi Pecel”, “Membantu Memetik Cabe”, “Penjual kayu bakar”. Karya-karya tersebut secara keseluruhan menggambarkan tentang seorang lanjut usia yang masih produktif.

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S. Al-Baqarah : 286).

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Alam Nasyrah : 6).

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini dipersembahkan kepada :  Kedua orang tuaku

Atas kesabaran dan kasih sayangnya selama ini, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, dan selalu mendukung ananda hingga detik ini...

 Adikku Ardani.  Teman-teman seperjuangan  Almamater.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobil alamin..... Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Pembuatan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dan baik spirituil maupun materiil. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Suparno, M. Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn selaku Ketua Program Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. M. Y. N Yuliastuti, M. Pd dan Bapak Drs. Edi Kurniadi M. Pd selaku pembimbing I dan II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Bonyong Munny ardhi yang selalu memberi masukan dan terus menyemangati dalam berkesenian.

6. Bapak Adam Wahida, S. Pd, M. Sn, Bapak Lili Hartono, S. Sn, M Hum dan Bapak Nanang Yuliyanto, S.Pd, M.Ds yang selalu menyemangati dalam berkesenian.

7. Zumar, Khiky Alm., Very, Pak Soleh, Eka, Teguh, Januar, Tiwik, Wisnu, Maryam, Anik, Suki, Nurtatik, Verica, Aris, Edvin, Eric, Andean, Jacky, Akur, Agus, Marjuki, Purnanto, Windu, Agung, Alsri, Mas Joko, Mas Hari, Mas Hanung, dan teman-teman semua yang tidak dapat saya sebutkan satu- persatu.

8. Teman-teman mahasiswa Seni Rupa FKIP UNS.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu terlaksananya penciptaan karya Tugas Akhir. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Surakarta, 20 April 2009 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Pandangan keliru yang mengatakan bahwa seorang lanjut usia itu identik dengan jompo dan seringkali mendapat perlakuan yang sebenarnya tidak mereka inginkan misalnya selalu disuruh duduk saja, tidak perlu belajar, berlatih, bekerja, dan di anjurkan untuk istirahat. Pada kenyataannya jika lanjut usia diperlakukan demikian justru akan menimbulkan stress dan putus harapan pada lanjut usia. Hal tersebut sesuai pernyataan sebagai berikut “Orang lansia akan merasa bahagia bila mereka masih dapat melakukan banyak aktivitas” (Havigurst dalam Argyo Demartoto, 2006: 22). Merupakan suatu tindakan yang bijaksana jika para anggota keluarga tetap memberi kesempatan pada lanjut usia untuk melakukan kegiatan apa saja yang disukainya sehingga tetap menjaga harga diri, martabatnya serta merasa dirinya berguna untuk yang lain.

Kalau lanjut usia memerlukan bantuan biasanya ia tahu persis apa yang diperlukan secara wajar. Mereka memiliki banyak pengalaman dalam kehidupannya, sehingga dalam keseharian kita menjumpai bahwa lanjut usia tidak mau tinggal diam, ada saja yang ingin dikerjakannya. Terkadang memang ada yang menjadi loyo atau pasrah, mereka ini umumnya lanjut usia yang pada masa mudanya sudah terkuras oleh tugas-tugas berat dan tingkat pendidikan yang relatif rendah, sehingga dalam masa lanjut usia tidak berdaya. Untuk menghadapi lanjut usia seperti demikian, lingkungan hendaknya selalu memberi support dan rasa peduli, agar mereka tidak merasa tersisih dan tetap memiliki harga diri.

Banyak diantara para lanjut usia yang masih produktif di lingkungan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti misalnya berkebun, berjualan, pengrajin dan lain sebagainya. Setiap orang yang melihat fenomena tersebut mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Ada yang setelah melihat lanjut usia yang masih bekerja tersebut kemudian berangapan kasihan, iba, terharu, terheran-heran dan lain sebagainya.

Dalam hal ini penulis merasa kagum melihat lanjut usia yang masih bekerja dan tetap produktif di usia senjanya. Banyak hal yang menarik ketika lanjut usia masih tetap produktif serta berbaur ditengah masyarakat antara lain semangat yang ada pada diri lanjut usia, adanya rasa dihormati dengan keberadaannya di tengah masyarakat sekitarnya, tidak merasa tersisihkan dan lain sebagainya.

Dari kekaguman terhadap lanjut usia yang masih tetap produktif tersebut timbul tuntutan psikologis penulis yang seakan-akan menjadi obyek dengan segala fantasi dan motivasi untuk diangkat dalam lukisan tugas akhir ini. Karya lukis ini diharapkan dapat memberikan pengalaman batin terhadap apresiator dan mengurangi pandangan-pandangan keliru tentang lanjut usia yang selalu diidentikan dengan suatu kelompok masyarakat yang rapuh dan menjadi beban orang lain. Sehingga masyarakat dapat menghargai dan memberikan ruang terhadap lanjut usia yang masih tetap bekerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. Bagaimana bentuk visualisasi karya seni lukis bertema lanjut usia sebagai sumber ide dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas.

C. Tujuan Penciptaan Tujuan penciptaan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Menyalurkan daya kreasi dan imajinasi tentang kehidupan lanjut usia yang masih tetap produktif lewat karya lukis.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji lebih dalam tentang kehidupan lanjut usia yang masih tetap produktif.

3. Dapat menjelaskan visualisasi karya tentang tema kehidupan lanjut usia berkaitan dengan ide, konsep, media dan bentuk.

D. Manfaat Penciptaan

Manfaat penciptaan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pencerahan dan motivasi terhadap lanjut usia untuk dapat memanfaatkan kearifan, ilmu pengetahuan dan pengalamannya untuk menjalani kehidupan di usia senjanya.

2. Meningkatkan perhatian pemerintah untuk memberikan ruang terhadap lanjut usia untuk mencari pekerjaan agar dapat mengisi hari tuanya dengan tetap produktif .

3. Membawa kesadaran masyarakat untuk menciptakan iklim kemasayarakatan yang mendukung lanjut usia tetap berkarya.

4. Menjadikan nilai tambah serta memberikan sumbangan tentang khasanah budaya dalam kepustakaan khususnya bidang seni rupa.

BAB II KONSEP PENCIPTAAN

A. Sumber Ide Penciptaan

Dalam masyarakat modern nilai-nilai individual sangat dihargai, dan ini juga berlaku didalam keseniannya. Walaupun demikian, refleksi diri seorang seniman juga akan merefleksi lingkungannya karena seseorang tidak akan lepas dari lingkungan dimana ia berada yaitu alam : apakah itu alam makro atau alam mikro, baik alam kasat mata maupun alam batiniah, juga alam berjiwa atau alam tak berjiwa. Hanya kadar tersebut juga tergantung pada serapan atau tanggapan Dalam masyarakat modern nilai-nilai individual sangat dihargai, dan ini juga berlaku didalam keseniannya. Walaupun demikian, refleksi diri seorang seniman juga akan merefleksi lingkungannya karena seseorang tidak akan lepas dari lingkungan dimana ia berada yaitu alam : apakah itu alam makro atau alam mikro, baik alam kasat mata maupun alam batiniah, juga alam berjiwa atau alam tak berjiwa. Hanya kadar tersebut juga tergantung pada serapan atau tanggapan

Dalam menciptakan karya lukis, biasanya seseorang memperoleh ide sebagai dasar dalam menciptakan karya lukis, baik dari hasil pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan. Dari situ kemudian melalui suatu proses berpikir atau perenungan dari suatu yang ditanggapi atau dirasakannya maka timbul gagasan atau ide melandasi penciptaannya. Tidak satupun segi kehidupan manusia yang tidak dapat diungkapkan dalam seni, banyak sekali sumber ide untuk diungkapkan dalam seni, semua obyek yang berasal dari fase-fase kehidupan manusia, alam pikiran, ajaran tertentu, kepercayaan tertentu dan dunia estetika itu sendiri.

Dari sisi kehidupan manusia dalam setiap jenjang usia mempunyai daya tarik tersendiri untuk di ungkap dalam seni. Semisal usia anak-anak disitu banyak hal yang menarik baik itu karena kepolosan, kelucuan, dan lain sebagainya. Begitu pula dalam jenjang usia yang berikutnya seperti masa remaja, dewasa, dan tua masing-masing memiliki daya tarik yang berbeda untuk di ungkap dalam sebuah karya seni baik itu dari sisi kejiwaannya, jasmani, kehidupan dan lain sebagainya.

Dalam hal ini sumber ide penulis berasal dari kehidupan lanjut usia sekitar yang diamati oleh penulis. Banyak diantaranya lanjut usia yang masih tetap bekerja serta produktif seperti berkebun, berjualan di pasar, berternak dan lain sebagainya. Dari perenungan dan pengamatan tersebut penulis tertarik untuk mengupas lebih jauh tentang kehidupan lanjut usia untuk kemudian dituangkan kedalam sebuah karya lukis. Untuk dapat terwujud, maka dikembangkan ide-ide pengamatan tersebut berdasarkan imajinasi dan fantasi serta pengalaman artistik. Proses kreatif itu terus berkembang dalam mencakup ide-ide baru dari peristiwa waktu dan tempat yang berbeda-beda serta kondisi psikis yang berbeda pula.

Dalam berkarya penulis berusaha mengungkapkan kenyataan yang ada dalam batin yang terlandasi oleh konsepsi kehidupan lanjut usia dengan kebebasan kreasi dalam beraktifitas seni, walaupun nantinya banyak menimbulkan bermacam-macam penafsiran makna dari bentuk yang ditampilkan karena setiap Dalam berkarya penulis berusaha mengungkapkan kenyataan yang ada dalam batin yang terlandasi oleh konsepsi kehidupan lanjut usia dengan kebebasan kreasi dalam beraktifitas seni, walaupun nantinya banyak menimbulkan bermacam-macam penafsiran makna dari bentuk yang ditampilkan karena setiap

B. Landasan Teori

1. Pengertian Lanjut Usia

Dalam landasan teori ini penulis akan menjelaskan tentang tema yang akan diambil, yaitu kehidupan lanjut usia. Pembahasan ini bermanfaat untuk memberi batasan dan menjelaskan definisi tentang tema yang diambil.

Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekomplekan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karenanya disamping individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama didalam masyarakat.

a. Tahap Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Dalam kehidupan manusia akan mengalami tahap-tahap masa perkembangan. Sebagai mana telah kita ketahui, pandangan-pandangan tradisional terhadap perkembangan manusia lebih ditekankan pada kematangan pertumbuhan dan perubahan yang ekstrim selama masa bayi, anak-anak, dan remaja, sementara perubahan-perubahan selama masa dewasa dan penurunan pada usia lanjut kurang mendapat perhatian. Dalam pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan manusia menekankan pada perkembangan rentang hidup. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Samsunuwiyati Mar’rat (2005: 24) sebagai berikut “ …Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan manusia menekankan pada perkembangan rentang hidup, mulai dari konsepsi sampai meninggal”.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa penekanan pada pesikologi perkembangan terjadi perbedaan. Elizabeth B. Hurlock (1980: 2) menyatakan “Ada dua alasan utama mengapa terjadi perbedaan penekanan pada psikologi perkembangan. Pertama penelitian terhadap periode tertentu dalam pola perkembangan sangat dipengaruhi keinginan untuk memecahkan beberapa masalah praktis dan masalah-masalah yang berkaitan dengan poriode itu”. Dari pernyataan tersebut dapat kita ambil contoh misalnya, Berdasarkan pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa penekanan pada pesikologi perkembangan terjadi perbedaan. Elizabeth B. Hurlock (1980: 2) menyatakan “Ada dua alasan utama mengapa terjadi perbedaan penekanan pada psikologi perkembangan. Pertama penelitian terhadap periode tertentu dalam pola perkembangan sangat dipengaruhi keinginan untuk memecahkan beberapa masalah praktis dan masalah-masalah yang berkaitan dengan poriode itu”. Dari pernyataan tersebut dapat kita ambil contoh misalnya,

Berikut ini adalah tahap masa perkembangan yang diungkapkan oleh Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan (1980):

1) Periode Pranatal Meskipun kenyataan bahwa periode perkembangan pertama dalam rentang kehidupan ini merupakan periode yang paling singkat dari seluruh periode, periode yang mulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran kurang lebih panjangnya 270 sampai 280 hari atau sembilan bulan (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 28).

2) Masa Bayi Baru Lahir Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua minggu. Periode yang tersingkat dari semua periode perkembangan yang ada. Periode ini adalah saat dimana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan diluar janin ibu, dimana ia telah hidup selama kurang lebih sembilan bulan (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 52).

3) Masa Bayi Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setalah periode bayi yang baru lahir dua minggu. Meski masa bayi sering dianggap sebagai masa baru lahir, tetapi label masa bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode pranatal di tandai dengan keadaan sangat tidak berdaya (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 76).

4) Awal Masa Kanak-Kanak Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira usia dua belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk 4) Awal Masa Kanak-Kanak Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira usia dua belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk

5) Akhir Masa Kanak-Kanak Akhir masa kanak-kanak (Late Childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 146).

6) Masa Puber Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Sepeti diterangkan oleh Root “Masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan produksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis“ (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 184).

7) Masa Remaja Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun peneliti tentang perubahan perilaku sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih pada awal masa remaja. Dengan demikian secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, awal masa remaja dan akhir masa remaja.

Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat ( Elizabeth B. Hurlock, 1980: 206).

8) Masa Dewasa Dini Setiap kebudayaan membuat pembedaan kapan seseorang mencapai status dewasa secara murni. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini 8) Masa Dewasa Dini Setiap kebudayaan membuat pembedaan kapan seseorang mencapai status dewasa secara murni. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini

9) Usia Madya Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, pada usia 40 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 320).

10) Usia Lanjut atau Lanjut Usia Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 380).

Pendapat lain mengatakan “Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut” Elizabeth B. Hurlock, 1980: 380). Dari pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa orang dikatakan sebagai lanjut usia mulai umur enam puluhan keatas.

b. Kebutuhan Hidup Manusia

Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakekatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara lain adalah : makan, minum, bernafas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapat bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakekatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara lain adalah : makan, minum, bernafas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapat bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif

Dalam bidang kehidupan ekonomi kebutuhan primer dikenal sebagai kebutuhan pokok yang mencakup kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang medesak dan harus segera di penuhi, sedang kebutuhan sekunder pemenuhannya dapat ditunda dan dilihat sekala pioritasnya.

Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). ”Dorongan adalah keadaan-keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongya untuk melakukan sesuatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu” (Lefton dalam Sunarto B. Agung Hartono, 1994: 49). Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena kebutuhan-kebutuhan hidup yang semakin komplek.

c. Kebutuhan Lanjut Usia

Berikut adalah kebutuhan khas orang lanjut usia seperti sebagaimana telah ditegaskan dalam Petunjuk Pelaksanaan Kesejahteraan Sosial yang di ungkapkan oleh Argyo Demartoto (2006: 33) :

1) Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik seperti dalam bidang:

a) Kebutuhan pokok hidup secara layak, yaitu sandang pangan.

b) Pemeliharaan kesehatan secara baik.

c) Pemenuhan kebutuhan pengisian waktu luang.

2) Terpenuhinya kebutuhan rohaniah dengan baik, seperti dalam bidang:

a) Kebutuhan kasih sayang, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitar.

b) Peningkatan gairah hidup dan tidak merasa khawatir menghadapi sisa hidupnya.

3) Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik terutama hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya. Kebutuhan Obyektif lanjut usia meliputi makan, tempat tinggal, kesehatan dan keamanan. Kebutuhan obyektif menentukan kelangsungan hidup dan kesejahteraan serta keamanan bagi lanjut usia. Apabila komponen kebutuhan obyektif terpenuhi maka berarti syarat untuk hidup sejahtera terpenuhi.

Apabila keluarga memiliki peran dominan, yakni menjamin seluruh kebutuhan lansia maka berarti kebutuhan obyektif dan subyektif ditentukan oleh kemampuan suatu keluarga untuk memberikan pemenuhannya. Khususnya lansia yang sudah tidak melakukan aktivitas produktif, biasanya menggantungkan diri sepenuhnya pada peran keluarga. Keluarga berstatus ekonomi cukup tinggi dan akan dapat memberikan pemenuhan kebutuhan obyektif lansia yang dirawat.

Tetapi tidak semua keluarga yang berstatus ekonomi tinggi dapat memenuhi kebutuhan subyektif lanjut usia. Terpenuhinya kebutuhan subyektif lanjut usia sangat tergantung pada iklim keluarga, apakah peran keluarga memungkinkan pengakuan atas keberadaan dan peran lansia. Jika peran, manfaat dan eksistensi lansia dihitungkan dalam keluarga maka kebutuhan subyektif akan terpenuhi, karena merasa masih berguna di depan anak cucu. Sebaliknya bagi keluarga miskin (status ekonomi rendah) kemungkinan tidak dapat memenuhi kebutuhan obyektif lanjut usia secara memuaskan, namun jika iklim keluarga memungkinkan peran lansia, keberadaan lansia diakui dan dipandang bermanfaat, maka berarti kebutuhan subyektif dapat terpenuhi. Peran lingkungan masyarakat juga perlu menciptakan iklim seperti ini, agar lanjut usia merasa masih berguna di masyarakat, dihormati dan dihargai keberadaannya di lingkungan masyarakat. Memberi ruang dan kesempatan lansia untuk berkarya dan tetap produktif sesuai kemampuannya terhadap peranan baru yang disandangnya (lansia).

Sehingga dalam keseharian kita menjumpai bahwa lanjut usia tidak mau tinggal diam, ada saja yang ingin dikerjakannya. Baik itu untuk memenuhi kebutuhan obyektif yang tidak terpenuhi karena jauh dari keluarga, karena Sehingga dalam keseharian kita menjumpai bahwa lanjut usia tidak mau tinggal diam, ada saja yang ingin dikerjakannya. Baik itu untuk memenuhi kebutuhan obyektif yang tidak terpenuhi karena jauh dari keluarga, karena

d. Kehidupan lanjut Usia

Lanjut usia selalu dikonotasikan sebagai kelompok rentan yang tergantung dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat dan negara. Secara naluri semua orang ingin mencapai umur panjang, namun setelah menjadi tua banyak dari mereka yang menderita karena stress, tidak bahagia, merasa tidak berguna, dan harga diri rendah. Ketidak bahagiaan itu karena banyak dari mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada diri dan lingkungan sosialnya. Menurut. Dr. Jusnichsan Solichin dalam mimbar ilmiah Unversitas Islam Jakarta dalam Argyo Dermatoto (2006: 12) “Orang usia lanjut bisa mencapai kebahagiaan apabila mereka merasa di butuhkan dan dicintai serta mereka masih tetap dapat berpartisipasi dalam kehidupan ini”.

e. lanjut Usia Produktif

Asumsi masyarakat yang menganggap bahwa lanjut usia merupakan golongan yang tidak produktif dan tergantung secara ekonomi merupakan sebuah bentuk kekeliruan dan bahkan menjadi alat diskriminasi yang berujung terhadap peminggiran hak sosio-ekonominya. Dalam faktanya lansia dipedesaan tetap menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dan melaksanakan pekerjaan seperti : petani, berjualan, berternak dan lainnya.

Mereka tidak ingin mengundurkan diri dari lingkungan sosialnya . Usia lanjut optimal akan dialami oleh orang yang tetap aktif melaksanakan peranan- peranannya didalam masyarakat sehingga semangatnya tetap tinggi. Hal tersebut sesuai pernyataan sebagai berikut:

Para orang usia lanjut dapat memperoleh kepuasan kebahagiaan. Meneruskan aktivitasnya berarti bahagia. Jadi hanya orang-orang yang aktif, yang dapat berprestasi, yang dapat berarti bagi orang lain yang membutuhkannya sehingga hanya mereka itulah yang mencapai kepuasan (Cummin dan Henry dalam Argyo Demartoto 2006: 27).

Para lanjut usia bisa tetap produktif dalam menjalani hari tuanya, asal pandai mencermati dan memanfaatkan peluang yang ada. Untuk itu butuh sikap Para lanjut usia bisa tetap produktif dalam menjalani hari tuanya, asal pandai mencermati dan memanfaatkan peluang yang ada. Untuk itu butuh sikap

Kehidupan lanjut usia yang masih tetap produktif untuk memenuhi segala kebutuhannya baik itu kebutuhan obyektif maupun subyektif inilah yang diambil penulis sebagai tema lukisannya dalam tugas akhir ini.

2. Definisi Ide

Suatu karya seni tercipta tidak dengan begitu saja, atau kehadirannya sembarangan, akan tetapi dilahirkan karena dorongan yang menyeluruh. Seniman kreatif penciptaannya berdasarkan pada proses berfikir, perenungan, mendalami gejala dengan mempertanyakan untuk apa, mengapa, kemana, karya seni dihadirkan dan sebagainya. Hal tersebut sesuai pernyataan Dryarkara dalam Narsen Afatara (2000: 78) “edios, idea, ide, yang berarti buah pikiran”.

Mulyadi (2000: 25) menyatakan “…seni adalah pembabaran idea seseorang seniman kedalam suatu bentuk”. Bentuk merupakan wadah ekspresi seniman dan merupakan pendekatan ke arah idea atau bisa dikatakan bahwa bentuk merupakan suatu idealisasi. Idealisasi dapat dihubungkan dengan apa yang di-idea-kan atau apa yang diinginkan atau yang seharusnya. Idea itu sendiri mengarah kepada hakekat dari segala sesuatunya itu.

Interpretasi terhadap alam yang dilakukan oleh seniman itu memiliki watak sepiritual, dan penciptaan karya seni itu merupakan suatu transportasi dari kenyataan kedalam bahan. Dalam hal ini antara interpretasi dan transportasi merupakan suatu kesatuan yang tidak terbagi dan dapat disebut STYLASI dan IDEALISTIS. Idealisasi lebih terarah ke “inner vision” (visi batin), sedang stylasi lebih menunjukkan pengubahan bentuk-bentuk luar (lahiriah) (Mulyadi, 2000: 26).

Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa seorang seniman

alam, kemudian menginterpretasikannya. Intrepretasi itu berarti pengolahan yang bersifat pribadi

dalam

menghayati

atau

menanggapi menanggapi

3. Uraian Tentang Penciptaan

Seperti tulisan Edgar de Bruyne yang diungkap kembali oleh Suryo Suradjijo, dinyatakan bahwa karya seni merupakan lambang dari suatu idea, merupakan nilai-nilai dan kesemuanya itu terwujud dalam bentuk indrawi yang diciptakan oleh manusia. Jadi menjadi jelaslah bahwa suatu aktivitas yang hanya berdasarkan pola-pola yang sudah ada, tanpa ada usaha-usaha pembaharuan dari si pembuat sehingga dapat merupakan wadah dari ekspresi pribadinya, bukanlah seni yang dimaksud sebagai benar-benar seni (Mulyadi, 2000: 22).

Seni sebagai rangkaian kegiatan manusia selalu menciptakan nilai-nilai baru; yaitu sesuatu yang belum pernah ada dan belum pernah dilihat orang. Apabila seseorang menciptakan suatu lukisan yang belum pernah dilihat orang lain, maka lukisan tersebut memilik sifat kreatif. Tetapi manakala hanya meniru karya orang lain, maka hal ini dianggap bukan seni dalam pengertian yang sebenarnya, melainkan kerajinan. Sebab meniru disini menunjukan tidak adanya inisiatif.

4. Kajian Seni

Seni merupakan suatu kegiatan yang telah sangat tua usianya; namun demikian ternyata gambaran orang terhadapnya kurang jelas, bahkan adakalanya terlalu sempit. Hal ini disebabkan karena seni mencakup pengertian sangat luas, disamping itu tempat dan kemajuan jaman akan memberikan pengertian yang berbeda satu dengan yang lain.

Menurut Thomas Murno dalam Mulyadi (2000: 6) “seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek-efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berwujud Menurut Thomas Murno dalam Mulyadi (2000: 6) “seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek-efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berwujud

Sebagaimana definisi seni yang beragam, seni juga mengalami pembagian yang bermacam-macam. Diantara pembagian yang umum diketahui adalah pembagian seni kedalam seni “seni mayor” dan “seni minor”. Seni mayor meliputi seni rupa, seni musik, dan seni kesusastraan. Sedang seni minor mencakup semacam perabotan kayu, tembikar, permadani, ukir-ukiran makam, perhiasan emas-perak, kerajinan kulit dan sebangsa pembuatan medali (Mulyadi, 2000: 6).

Secara teoritas seni juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu seni yang murni estestis atau fine art dan seni yang dimanfaatkan untuk macam- macam kepentingan atau applied art. Yang tergolong seni murni adalah apabila dalam penciptaannya si seniman hanya terikat oleh misalnya gaya yang disenangi masyarakat, ditempatkan di mana dan sebagainya. Sedang aplied art atau seni terapan ialah seni yang selain bentuk harus indah juga harus mengingatkan persyaratan yang berkaitan dengan unsur pakainya; misalnya rumah harus nyaman di tempati, kursi harus sesuai dengan tujuannya (Mulyadi, 2000: 7).

5. Pengertian Seni Rupa

Sebagai salah satu bagian dari “Seni Mayor” seni rupa banyak memiliki beragam bentuk, media dan teknik. Selain itu seni rupa juga memiliki banyak cabang seperti: seni lukis, seni patung, seni grafis, seni dekorasi, seni reklame, seni kriya, dan arsitektur. Sekalipun cabang-cabang seni memiliki bentuk dan medium yang satu sama lainya berbeda, tetapi ada kaidah-kaidah umum yang biasa diterapkan bagi semuanya. Misalnya irama yang ada dalam musik, kita temukan pula dalam seni rupa. Sebaliknya komposisi yang sering dijumpai dalam seni rupa juga kita temukan dalam seni musik.

Seni rupa sebagai bidang atau bagian dari seni pada umumnya, diartikan sebagai suatu cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia lewat obyek-obyek dua atau tiga dimensional yang memerlukan ruang dan waktu.

Seni rupa sebagai salah satu cabang kesenian memiliki peranan yang cukup penting didalam kehidupan manusia. Seni rupa merupakan salah satu cabang kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau bentuk perupaan. Bentuk perupaan merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan unsur-unsur rupa. Unsur-unsur ini terdiri atas :

a. Unsur Garis

Garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Pada dunia seni rupa sering kali kehadiran “garis” bukan saja hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Dari kesan yang berbeda, garis mempunyai karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman (Dharsono Sony Kartika & Nanang Ganda Prawira, 2004: 100).

b. Unsur Shape (bangun)

Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono Sony Kartika & Nanang Ganda Prawira, 2004: 102).

c. Unsur Texture ( rasa permukaan bahan)

Texture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu. Artificial texsture (tekstur buatan) merupakan tekstur yang sengaja dibuat atau hasil penemuan: kertas, logam, kaca plastik, dan sebagainya. Istilah nature texture (tekstur alami) merupakan wujud nyata yang sudah alami, tanpa campur tangan manusia: batu, pasir, kayu, dan lain sebagainya (Dharsono Sony Kartika & Nanang Ganda Prawira, 2004: 107).

d. Unsur Warna

Warna sangat dipengaruhi lingkunganya. misalnya : warna “merah” akan mempunyai intensitas berbeda apabila dikelilingi warna kuning dan akan berbeda apabila dikelilingi warna hijau dan sebaliknya. Warna putih akan semakin putih apabila didekatkan dengan warna gelap. Sehingga dapat kita ketahui bahwa warna merupakan kesan yang ditimbulkan cahaya pada mata (Dharsono Sony Kartika & Nanang Ganda Prawira, 2004: 107).

Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan. Warna mempunyai peranan penting, yaitu warna sebagai representasi alam, warna sebagai lambang, warna sebagai simbol ekspresi.

e. Intensity /Chroma

Intensity/Chroma diartikan sebagai gejala kekuatan/intensitas warna (jernih atau suramnya warna). Warna yang mempunyai insensity penuh/tinggi adalah warna yang sangat menyolok dan menimbulkan efek yang brilian, sedangkan warna yang intensitynya rendah adalah warna-warna yang lebih berkesan lembut (Dharsono Sony Kartika & Nanang Ganda Prawira, 2004: 111).

f. Ruang dan Waktu

Ruang dalam rupa merupakan ujud tiga matra yang mempunyai: panjang lebar, dan tinggi (mempunyai volume). Untuk meningkatkan dari suatu matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan waktu. Sehingga untuk memahami karya seni tetap dibutuhkan waktu. Memang ada perbedaan yang terjadi tentang waktu yang terjadi pada seni pertunjukan dan seni rupa. Seni pertunjukan terikat dalam ruang dan waktu yang disajikan, sedang waktu dalam seni rupa merupakan waktu successive. Waktu yang digunakan dalam penghayatan tidak dapat hanya berlangsung secara simultan tetapi secara bertahap untuk mencapai estetika, misal kalau kita menghayati seni lukis, walaupun tidak terikat oleh waktu, namun tetap dibutuhkan waktu secara bertahap, sekarang, nanti, besok, lusa untuk dapat Ruang dalam rupa merupakan ujud tiga matra yang mempunyai: panjang lebar, dan tinggi (mempunyai volume). Untuk meningkatkan dari suatu matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan waktu. Sehingga untuk memahami karya seni tetap dibutuhkan waktu. Memang ada perbedaan yang terjadi tentang waktu yang terjadi pada seni pertunjukan dan seni rupa. Seni pertunjukan terikat dalam ruang dan waktu yang disajikan, sedang waktu dalam seni rupa merupakan waktu successive. Waktu yang digunakan dalam penghayatan tidak dapat hanya berlangsung secara simultan tetapi secara bertahap untuk mencapai estetika, misal kalau kita menghayati seni lukis, walaupun tidak terikat oleh waktu, namun tetap dibutuhkan waktu secara bertahap, sekarang, nanti, besok, lusa untuk dapat

6. Kajian Tentang Seni Lukis

Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa yang berupa pengucapan pengalaman artistik manusia pada bidang dua dimensional. Dengan demikian karya seni lukis seharusnya dinikmati dari satu arah; yakni dari muka. Namun demikian masih dimungkinkan unsur-unsur rupa yang digunakan tiga dimensional. Misalnya saja penggunaan benda-benda seperti: bola, boneka, dan lain sebagainya.

Setiap karya seni pada dasarnya merupakan suatu hasil ramuan atau komposisi dari sejumlah unsur yang bersama-sama mewujudkan karya seni. Seperti halnya seni lukis juga terdiri dari berbagai komponen seni yaitu:

a. Subjek Matter / Pokok Soal / Tema

Subjek matter dalam seni adalah sesuatu (persoalan) yang akan diungkapkan pada suatu karya , dan oleh karena itu sering juga disebut pokok - soal atau tema. Sekalipun subjek matter selalu ada pada suatu karya, ini tidak berarti bahwa subjek matter mengikat senimannya. Menurut Ocvirk dalam Mulyadi (2000: 16) “ …subjek matter yang digunakan seniman dalam hal ini bisa saja berfungi sebagai perangsang kreativitas”. Dalam menghadapi subjek seorang seniman berusaha menginteraksikan karakternya sesuai dengan pandangan pribadinya. Suatu problem penciptaan karya bukan “apa” yang dipakai seniman sebagai subjek, tetapi “bagaimana” seseorang menginterpretasikannya untuk mewujudkan karakternya. “Bagaimana” ini akan melibatkan bagian lain dari karya seni yang seringkali disebut “isi”.

b. Bentuk

Yang dimaksud bentuk dalam karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal juga sebagai “totalitas” karya, yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa sehingga terwujud apa yang disebut karya. Unsur-unsur yang dimaksud adalah : garis, shape, gelap terang, warna (Mulyadi, 2000: 16).

c. Isi atau Arti

Isi disebut sebagai kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksud sebagai final statement, mood (suasana hati) atau pengalaman penghayatan. Isi merupakan arti yang issential dari pada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan terhadap sesuatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk karya menimbulkan emosi atau ekspresi terhadap kita, atau menstimulir aktivitas intelektual penghayatannya (Mulyadi, 2000: 17).

d. Medium Seni

Suatu karya seni, selalu ditentukan oleh penciptaannya dengan segala peralatanya (Mulyadi, 2000: 17). Didalam seni lukis peralatannya seperti kuas, palet dan lain sebagainya, masih juga tergantung pada material atau bahan seperti cat, tinta, kanvas, dan sebagainya.

e. Organisasi Bentuk

Prinsip yang digunakan dalam organisasi bentuk biasanya disebut “prinsip organisasi”, “prinsip design” atau “komposisi”, yang antara lain : repetisi, harmoni, discord, balance dan kontras. Dalam organisasi atau komposisi perlu di perhatikan adanya unsur yang saling berintegrasi dan saling mendukung. Oleh sebab itu tidak perlu bahwa tiap-tiap unsur memiliki kekuatan yang sama (Mulyadi, 2000: 18).

f. Teknik

Kekuatan artistik yang besar bisa melahirkan sesuatu karya bagus sekalipun di bidang teknis kurang baik, sebaliknya hanya mengandalkan teknik yang baik, belum tentu atau tidak bisa menghasilkan karya yang bagus. Namun sekalipun secara ekstrim dinyatakan demikian, pada umumnya karya-karya yang besar selalu diimbangi dengan teknik tinggi (Mulyadi, 2000: 19).

7. Gaya dan Aliran Dalam Seni Lukis

Dalam suatu proses penghayatan satu-satunya yang ingin dicapai adalah adanya kesenangan estetik. Ternyata untuk keperluan tersebut tidaklah semudah yang bisa kita bayangkan. Agar seseorang memperoleh suatu kesenangan estetik Dalam suatu proses penghayatan satu-satunya yang ingin dicapai adalah adanya kesenangan estetik. Ternyata untuk keperluan tersebut tidaklah semudah yang bisa kita bayangkan. Agar seseorang memperoleh suatu kesenangan estetik

Beberapa corak yang bisa kita jumpai dalam seni rupa khususnya seni lukis adalah sebagai berikut :

a. Aliran Primitive

Karya–karya jenis ini penuh dengan spontanitas dan mengekspresikan perasaan batinnya. Pada umumnya mirip karya anak-anak, dan tidak bertele-tele. Bentuknya sederhana, demikian pula penggunaan garis ataupun warna detail- detail ditiadakan (Mulyadi, 2000: 50).

b. Aliran Klasik

Mengambil tema dari aliran klasik, dengan sifat-sifatnya seperti generalisasi, kemegahan, idealisasi, yang cenderung kepada rasional dan memiliki komposisi yang tenang dan kaku (Mulyadi, 2000: 50).

c. Aliran Romantik

Tema yang diambil dari cerita roman semacam perbuatan-perbuatan besar, tragedi yang dasyat atau kejadian yang dramatis. Cara pelukisannya selalu sedikit di lebih-lebihkan warna meriah, dinamis, emosi terasa lebih tegas. Pada umumnya tokoh-tokohnya gagah dan cantik-cantik (Mulyadi, 2000: 51).

d. Aliran Realis

Karya jenis ini menggambarkan alam tanpa ilusi, cara pengamatannya lebih bertolak pada ketajaman mata, apa adanya, mencerminkan keadaan sesungguhnya dan penampilannya kadang-kadang dipertajam (Mulyadi, 2000: 51).

e. Aliran Naturalis

Jenis karya ini benar-benar menggambarkan sebenarnya, namun cenderung mengungkap bentuk luarnya saja, khususnya yang indah-indah (Mulyadi, 2000: 51).

f. Aliran Impresionisme

Melukiskan kesan alam dalam sesaat. Pada umumnya bagian yang kecil- kecil atau detail-detail di abaikan, karena yang dipentingkan keseluruhannya dengan mengutamakan cahaya yang jatuh pada obyek. Aliran ini juga disebut “realisme cahaya” dan pernah juga disebut “out door-oanting” oleh karna itu karya jenis ini agak kabur, tidak menditail, penggunaan garis sebagai akibat adanya dua bidang berwarna tidak dibuat warna-warna. Yang digunakan umumnya warna-warna cemerlang (Mulyadi, 2000: 51).

g. Aliran Pointilis

Merupakan perkembangan impresionisme, lukisan terbuat dari titik-titik berwarna. Berlainan dengan impresionisme aliran ini bukan tangkapan sesaat tetapi bersifat teoritis, terencana masak-masak dan digarap dengan teliti dengan sifat yang harmonis (Mulyadi, 2000: 51).

h. Aliran Ekspresionis

Muriyanto et al (1982: 84) menyatakan corak ini adalah suatu aliran yang mengutamakan curahan batin sendiri secara bebas dan mengungkapkan perwatakan atas suatu gejala, lebih jauh sampai kepada pengungkapan batin yang bebas dari kenyataan diluar dirinya.

i. Aliran Kubistis

Dalam melukis alam karya ini menyederhanakannya dalam bentuk- bentuk geometris, secara teoritis obyek yang dianalisis dipecah menjadi faset- faset, dan dalam penganalisaan harus dilakukan dari beberapa sudut pandang yang kemudian dilakukan sekaligus. Sehingga nampak seperti dari samping tapi sebagian nampak dari atas atau dari depan (Mulyadi, 2000: 52).

j. Aliran Neoplatis

Lukisan itu terdiri dari garis dan warna yang merupakan esensi dari padanya. Oleh karena itu garis dan warna bebas dari peniruan alam dan berdiri Lukisan itu terdiri dari garis dan warna yang merupakan esensi dari padanya. Oleh karena itu garis dan warna bebas dari peniruan alam dan berdiri

k. Aliran Dadais

Yaitu suatu aliran yang menolak setiap kode moral, sosial maupun estetis . Aliran ini menolak semua hukum-hukum seni yang sudah ada . Karya- karya jenis ini cukup sinis. Misalnya saja tempat kencing yang diletakkan didalam kurungan kaca. Ciri khas dada adalah ekspresinya yang dalam bentuk main-main, mistis atau sesuatu yang membuat shock (Mulyadi, 2000: 52).

l. Aliran Surealis

Pada umumnya orang menyebut sebagai karya “Dunia mimpi”. Ada dua surealisme, yaitu : surealisme ekspresif dan surealisme murni. Surealisme ekspresif adalah dimana seniman dalam semacam kondisi tidak sadar melahirkan simbul-simbul dan bentuk-bentuk dari perbendaraannya yang lalu. Sedangkan surealisme murni dimana seniman menggunakan teknik-teknik akademis untuk menciptakan ilusi yang absurd (Mulyadi, 2000: 52).

m. Aliran Abstrak

Jenis aliran ini merupakan penampilan bentuk yang tidak ada kemiripannya dengan alam, dan bidang tidak mendasarkan pada obyek-obyek alam, dan seringkali disebut dengan “Non obyektif” atau “Non figurative”. Bentuk yang terlahir benar-benar merupakan organisasi unsur-unsur rupa seperti garis, Warna, tekstur dan lain-lain dalam rangka mewujudkan kesatuan bentuk (Mulyadi, 2000: 52).

8. Pembahasan Ekspresionisme

Dalam Tugas akhir ini aliran yang digunakan penulis sebagai panutan dalam berkarya adalah ekspresionisme, berikut pembahasan tentang ekspresionisme :

a. Sejarah Ekspresionisme

Mulai dekade pertama abad dua puluh merupakan fase yang penting sebagai evolusi bentuk-bentuk seni baru. Seniman-seniman muda dari gerakannya menyatakan untuk pertama kali akan kebebasan penuh bagi seniman dalam Mulai dekade pertama abad dua puluh merupakan fase yang penting sebagai evolusi bentuk-bentuk seni baru. Seniman-seniman muda dari gerakannya menyatakan untuk pertama kali akan kebebasan penuh bagi seniman dalam

b. Ungkapan Jiwa

Ekspresi didalam kamus diterjemahkan sebagai perasaan. Jadi kalau seseorang berbuat penuh ekspresi, artinya ia melakukan sesuatu penuh dengan perasaan. Sujoyono seorang seniman Indonesia melontarkan pendapatnya bahwa “seni adalah jiwa ketok” maksudnya seni adalah ekspresi atau ungkapan jiwa si seniman (Mulyadi, 2000: 38).