Dampak Politik Pengawasan dan Dominasi Intelijen
Tabel 4. Dampak Politik Pengawasan dan Dominasi Intelijen
Hal Yang Diawasi oleh Intelijen/
Akibat Yang Muncul Pemerintah
Model Represi
Warga Keturunan Dikeluarkan sejumlah per- Anak-anak keturunan Tiong- Tionghoa
aturan pembatasan dan se- hoa sulit memasuki sekolah/ jumlah larangan terhadap
perguruan tinggi negeri (anak- semua hal yang berbau Cina,
anak keturunan Cina akhirnya pengawasan birokratis ter-
dituduh hidup eksklusif). hadap kependudukan warga
Muncul anggapan bahwa war- keturunan Cina, pembatasan
ga keturunan Cina hanya mau usaha warga keturunan Cina
menjadi pedagang (economic hanya di kota-kota besar,
animal), warga keturunan Cina pembatasan warga keturu-
teralienasi. inan Cina untuk memasuki
Posisi politik warga keturunan profesi-profesi tertentu yang
Cina lemah hingga mudah di- pada akhirnya mendorong
peras dan jadi target, muncul warga Cina untuk bekerja di
stereotip bahwa semua orang perusahaan asing atau berda-
Cina adalah kaya dan bisa dim- gang,
intai uang. Warga keturunan Cina hanya diperalat dan dijadikan sebagai rekanan bisnis/cukong.
Setiap kali terjadi kerusuhan jadi sasaran kemarahan tanpa alasan yang jelas.
Teater Semua naskah dan adegan Tak ada kritik sosial pementasan dikontrol me- Pertunjukan menjadi menjemu- lalui sensor, pertunjukan
kan dan lebih banyak berbau yang dianggap ”membahay-
propaganda akan” akan dilarang atau di- Matinya kreativitas di dunia hentikan.
teater Film
Pembuatan film dikontrol, Tak ada politik kebudayaan naskah disensor, film yang
dalam hal perfilman. dianggap
Tak muncul film idealis yang dicekal dan dilarang beredar,
”bermasalah”
bagus di Indonesia. monopoli peredaran film
Matinya kreativitas dunia film. oleh
Pudarnya pamor dunia film penguasa membuat film-film
kroni
penguasa,
dibanding dengan sinetron. propaganda
Hengkangnya aktor dan aktris bermutu. Produksi film Indonesia hanya mengikuti selera pasar dan penguasa, tidak memberikan sumbangan yang berarti pada dunia film.
Munculnya film-film cengeng dan picisan (termasuk film tentang hantu).
Pers Dikontrol dan disensor pem- Media tunduk pada penguasa. beritaannya (yang melawan
Tak ada media yang kritis dan dikenai pembredelan), para
bisa menampilkan fakta apa ad- wartawan dihimpun dalam
anya. wadah tunggal, bahan baku
Muncul eufemisme dalam ba- kertas dikuasai oleh kroni
hasa pemberitaan. penguasa, pimpinan media
Muncul talking news. dijinakkan
Muncul jurnalisme sensasi dan infotainment. Wartawan idealis tersingkir dari tempatnya bekerja. Tak adanya kemampuan inves- tigasi (KKN dan pelanggaran HAM terjadi di mana-mana).
Media berubah fungsi menjadi corong kekuasaan dan ruang hiburan belaka.
Lagu Semua lagu dikontrol dan Tak ada lagu-lagu yang kuat se- disensor, penyanyi dilem-
cara tema. bagakan oleh negara, kritik
Kreativitas penulis lagu mati. sosial dilarang, penyanyi
Muncul lagu-lagu cengeng ten- yang nekad diinterograsi/
tang cinta dan patah hati diteror dan karir dihambat,
Lahir lagu-lagu rekayasa ber- perusahaan rekaman harus
temakan pesan-pesan pemban- mengurus perijinan
gunan seperti ”ABRI Masuk Desa”, ”Bapak Pembangunan” dan lain-lain yang lebih meru- pakan puja-puji bagi penguasa.
Lagu-lagu Indonesia tersingkir dari masyarakatnya sendiri.
Buku Isi buku dikontrol dan Tak lahir pengarang Indonesia disensor, yang bermasalah
baru yang menonjol selama diminta untuk ditarik dari
hampir 3 dekade terakhir. peredaran, penulis diteror,
Matinya dunia penulisan fiksi penerbit diperiksa, pengedar
di Indonesia. buku
Penerbitan buku menjadi lesu. dihukum penjara
ditangkap
dan
Penerbitan didominasi oleh terjemahan komik luar negeri, novel remaja dan percintaan, novel tentang seks.
Penerbit-penerbit idealis mati dan muncul dominasi penerbit besar yang cenderung memonopoli pasar.
Kegiatan Akade- Penelitian dikontrol dan Tak ada sumbangan berarti dari mis/
dikendalikan, diberlakukan dunia akademis kepada ma- Penelitian
prosedur perijinan bagi se- syarakat Indonesia (misalnya buah penelitian, topik-tpik
menyangkut penulisan sejarah tertentu
yang masih gelap). clearence dari aparat keaman- Hilangnya idealisme di kalan- an/intelijen
membutuhkan
gan kampus dan digantikan oleh tumbuhnya generasi yang pragmatis.
Hilangnya peran ilmu-ilmu so- sial dan teori kritis untuk mem- bantu memecahkan masalah kebangsaan.
Hilangnya kehormatan profesi akademik.
Ada banyak kalangan yang menyatakan bahwa Indonesia harus bisa menyelesaikan transisi menuju demokrasinya secara damai. Namun bila melihat lemahnya masyarakat sipil, tidak adanya politik kebudayaan yang kuat, dan ketidakberdayaan ilmu- ilmu sosial dan kaum intelektual di Indonesia, maka isu tentang perlunya reformasi intelijen menjadi sebuah isu penting yang tak boleh ditawar lagi. Kalau negeri ini memang mau bangkit, salah satu yang harus dibenahi adalah sistem dan aparat intelijennya agar tak membuat negeri ini menjadi sebuah republik patuh yang tak berdaya menghadapi ancaman globalisasi.
Di satu sisi, Indonesia membutuhkan intelijen yang kuat dan profesional yang bisa mencegah konflik di dalam negeri dan ancaman terorisme, di sisi lain rakyat Indonesia masih memiliki trauma atas campur tangan intelijen yang terlalu jauh di bidang politik, sosial dan kemasyarakatan.***