Pemberdayaan Mustahik Zakat Menuju Kemandirian Usaha Kasus Di Kabupaten Bogor Jawa Barat

PEMBERDAYAAN MUSTAHIK ZAKAT MENUJU KEMANDIRIAN
USAHA, KASUS DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

HAMZAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pemberdayaan Mustahik
Zakat Menuju Kemandirian Usaha: Kasus di Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Maret 2015

Hamzah
NIM 1361100061

RINGKASAN
HAMZAH. Pemberdayaan Mustahik Zakat Menuju Kemandirian Usaha Kasus:
di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh SUMARDJO, PRABOWO
TJITROPRANOTO, SITI AMANAH.
Berbagai program pengentasan kemiskinan yang telah diupayakan dan
dicarikan solusi oleh pemerintah dan pihak lain yang terkait ternyata belum
maksimal merealisasikan penurunan angka kemiskinan.Hasil analisis (Islamic
Research and Training Institute-Islamic Development Bank) (Mintarti, 2011),
mencatat bahwa potensi zakat di Indonesia sekitar 217 Triliun/tahun. Melihat dana
zakat yang cukup besar tersebut pemberdayaan mustahik melalui pemberian dana
zakat dan pendampingan berpotensi untuk mengembangkan usaha mustahik
sehingga terbebas dari kemiskinan.
Salah satu paradigma pemberdayaan adalah paradigma transformasi, yakni
suatu proses menggerakkan masyarakat dengan nilai-nilai baru yang dapat

mencerahkan jiwa, semangat dan daya nalar masyarakat sehingga mereka
kembali menemukan jalan hidup yang dapat mendorong, memperbaiki dan
meningkatkan status mustahik (yang menerima zakat) menjadi muzakki (yang
memberi zakat). Pemberdayaan ini merupakan pilar pembangunan yang
berperanan penting untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan, menyediakan kebutuhan masyarakat luas, menciptakan lapangan
kerja dan mengentaskan kemiskinan, baik di tingkat nasional maupun di
Kabupaten Bogor. Walaupun demikian, mustahik yang telah mendapatkan
pinjaman oleh beberapa lembaga, baik dari pemerintahan, swasta, LSM, maupun
koperasi, masih menghadapi permasalahan mendasar dalam melakukan usaha,
yakni rendahnya kualitas sumber daya manusia baik aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang berimplikasi kepada masih rendahnya kemandirian mereka
dalam mengelola usaha.
Golongan usaha yang dilakukan mustahik juga dihadapkan kepada
perubahan lingkungan strategis, yakni berlakunya sistem ekonomi terbuka melalui
Perdagangan Bebas Asean (AFTA), perdagangan bebas Asean dan China
(ACFTA) dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik. Banyak program yang telah
dilakukan dalam pengentasan kemiskinan, seperti yang telah dilakukan oleh
Koperasi BAIK (Baitul Ikhtiyar), yang dalam melaksanakan program
pemberdayaan mustahik antara lain adalah: pertama, memberikan modal usaha

kepada mustahik untuk pengembangan usaha dari pemanfaatan dana zakat, infak,
dan sedekah (ZIS) sehingga dana ZIS dapat dikelola secara produktif disertai
pendampingan, Kedua, lembaga tersebut memiliki mustahik sebagai mitra binaan
dalam jumlah relatif cukup banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis profil mustahik dalam
pengembangan usaha.(2) Mendeskripsikan proses pemberdayaan mustahik zakat
mengarah pada pengembangan kemandirian usaha. (3) Merumuskan strategi
pemberdayaan mustahik dalam mewujudkan kemandirian usaha. Penelitian
dilaksanakan ditiga kecamatan dengan jumlah populasi sebanyak 254 yang terdiri
atas pengrajin sepatu di Kecamatan Taman Sari sebanyak 66 orang penerima
zakat, pembuat tusuk sate di Kecamatan Tenjolaya sebanyak 103 penerima zakat
dan produsen sayuran di Kecamatan Cibungbulang sebanyak 85 penerima zakat
dalam wilayah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, yang berlangsung dari
bulan Januari sampai dengan Agustus 2014. Pengambilan sampel dilakukan
secara sensus. Analisis profil pemberdayaan mustahik dan karateristik mustahik
pelaku usaha dilakukan secara deskriptif didukung oleh statistik untuk melakukan

uji beda. Korelasi rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar
peubah, sedangkan analisis model persamaan struktural (structural equation
models) dengan bantuan program Lisrel 8.30 digunakan untuk menganalisis faktor

dominan yang mempengaruhi kemandirian pelaku usaha mustahik dalam rangka
merumuskan setrategi.
Hasil penelitian pemberdayaan secara umum sebagai berikut:
Usia mustahik tergolong muda, peranan pendamping rendah, dukungan
lingkungan sosial dan keagamaan dalam kategori sedang, kepemimpinan Ketua
Kelompok tinggi. Tingkat partisipasi dalam usaha kelompok rendah, tetapi dalam
pengembalian pinjaman, kehadiran dalam pertemuan kelompok dan tabungan
termasuk tinggi. Tingkat kemandirian mustahik (intelektual, emosi dan bertindak)
tergolong rendah. Ikrar yang dibaca pada setiap awal pertemuan, merupakan
motivasi intrinsik yang membangkitkan kesadaran dan keyakinan dalam
pengembangan usaha.
Proses pemberdayaan mustahik dilakukan melalui 3 tahapan. Pertama
memberikan modal kepada mustahik untuk mengembangkan usaha; kedua
pendamping memberikan bimbingan pengelolaan usaha yang dilakukan; ketiga
pendamping menganjurkan dan mengumpulkan tabungan untuk pengembangan
usaha dan keperluan keluarga mustahik.
Strategi pemberdayaan mustahik diawali dengan mewujudkan potensi diri
mustahik untuk pengembangan usaha individu. Selanjutnya dilakukan upaya
mendinamiskan kelompok mustahik, sehingga mereka dapat melakukan
pengembangan usaha bersama. Melalui usaha bersama, maka kemandirian usaha

mustahik dapat dicapai, sehingga mustahik dapat diharapkan menjadi muzaki.
Kata kunci: pemberdayaan, kemandirian, dan mustahik zakat.

SUMMARY
HAMZAH. The Utilization of Zakat by Mustahik for Business Independency in
Bogor Regency of West Java. Supervised by SUMARDJO, PRABOWO
TJITROPRANOTO, SITI AMANAH.
The government and other stakeholders have attempted to alleviate poverty
through various programs; however, such attempts have not successfully reduced
the number of poverty significantly. The results of the analysis performed by
Islamic Research and Training Institute-Islamic Development Bank (Mintarti,
2011) recorded that the potency of zakat in Indonesia is about 217 T/year.
Considering a huge amount of this zakat fund, the utilization of mustahikzakat
through fund zakat provision and partnership has a potential to develop mustahik
business activities so that poverty can be eradicated.
One of the zakat-based utilization paradigms is transformation paradigm,
which is a process of activating community members with new values that can
enlighten the soul, spirit, and logics of the community members so that they can
regain their life paths which can push, and improve the status from that of
mustahik (zakat fund recipients) to muzakki (zakat fund providers).

Such utilization is a development pillar which has an important role to
stimulate the growth and development spread, fulfill public needs, create job
opportunities, and alleviate poverties, both at the national and regency levels.
Despite such efforts, mustahik having been trained by several institutions, either
those of zakat management, government, private sectors, state-owned companies,
NGOs, or cooperatives are still facing fundamental problems in establishing
businesses, i.e. low quality of human resources in terms of either knowledge,
attitude, or skill, which results in their low independency in managing business
activities. Moreover, the types of business activities performed by mustahik are
also facing strategic environment changes, namely the implementation of open
economy system with its AFTA, ACFTA, and Economic Cooperation among Asia
Pacific regions.
There have been a lot of programs to alleviate poverty – either those
performed by the government through its state-owned companies, or others
conducted by private institutions such as BAIK Cooperative (Baitul Ikhtiyar).
Typical characteristics of mustahik utilization through such institutions as BAIK
cooperatives in performing programs of mustahik utilization include: first,
providing business capital for mustahik to establish business using zakat funding,
infak, and sedekah (ZIS) so that the ZIS fund can be managed productively under
mentorship program. Second, such an institution has a lot of mustahik as its

mentored partners.
This research aimed at: (1) analyzing mustahik profiles in establishing
businesses, (2) describing processes of utilizing zakat mustahik, which can lead to
business independency, (3) formulating strategies for utilizing mustahikin
establishing business independency. The study conducted from January to August
2014 covered three districts with the total population of 254 people, 66 of whom
are zakat recipients, 103 of whom are producers of satay sticks at Tenjolaya
district, and 85 of whom are zakat recipients working as vegetable growers at
Cibungbulang district of Bogor Regency, West Java Province. The samples were
collected through a census. The analysis of mustahik utilization profiles and the
characteristics of mustahik acting as business actors were presented in
descriptions supported with non-parametric statistics to perform differential tests.
Rank Spearman correlation was used to analyze the relations among independent
variables, while the structural equation models using Lisrel 8.30 program were

used to analyze dominant factors affecting the independency of Mustahik business
agents.
The research results of mustahik‟s empowerment in general are as follows:
The mustahik‟s age was young, the partner‟s role was low, the social and
religious environmental support was average, and the leadership quality of the

group leader was high. The group participation was low, but returning the loan
and the presence in group meeting were high. The mustahik‟s autonomy
(intelligence, emotion, and action) was low. The pledge read earlier in every
meeting was an intrinsic motivation that could enhance awareness and confidence
in developing business.
The mustahik‟s empowerment process was carried out through γ stages.
First of all, the mustahik was given a capital to develop his business; secondly, the
partner gave him guidance to manage business; thirdly the partner gave
suggestions and save some money for developing business and household needs
of the mustahik.
The strategy of empowering mustahik was started by actualizing the
mustahik‟s potential ability to develop his individual business. Then there was an
effort to make the mustahik group more dynamic so that they could develop
business together. Through this co-business, the mustahik‟s business autonomy
could be reached, so that later on he was expected to be able to become muzaki.
Keywords: utilization, independency, and zakat for business independency.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMBERDAYAAN MUSTAHIK ZAKAT MENUJU KEMANDIRIAN
USAHA KASUS, DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

HAMZAH

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

xii

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Lukman M. Baga, M.Ec
Dr Ir εa‟mun Sarma, M.Ec
Penguji pada Ujian Terbuka: Prof Dr KH Didin Hafidhuddin, MSc.
Dr Ir Dwi Sadono, MSi

xiv

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha
Kuasa, Tuhan seluruh alam baik yang ada di langit dan bumi beserta isinya.
Dialah Sang Pencipta, Pemelihara, Yang menghidupkan dan mematikan, Pemberi
rizki, Penentu dan Pengatur segala urusan makhluk-Nya. Sholawat dan Salam
penulis sampaikan kepada pemimpin dan panutan ummat Baginda Mulia Nabi
Muhammad SAW. Dengan sebab beliaulah, kita mengenal ajaran Islam, mengenal
arti kehidupan, mengenal hak dan kewajiban, sehingga hidup menjadi berarti.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang penting dalam membangun
kesejahteraan umat Islam. Zakat memiliki hikmah yang dapat dikategorikan
dalam dua dimensi yaitu secara vertikal dan horizontal. Dalam hal ini zakat
menjadi perwujudan ibadah seseorang kepada Allah (hablun min Allah) sekaligus
sebagai perwujudan dari rasa kepedulian sosial (hablun min annas). Hasil analisis
(Islamic Research and Training Institute-Islamic Development Bank) (Mintarti,
2011), mencatat bahwa potensi zakat di Indonesia sekitar 217 Triliun/tahun.
Memperhatikan dana zakat yang cukup besar tersebut pemberdayaan
mustahik melalui pemberian dana zakat dan pendampingan berpotensi untuk
mengembangkan usaha mustahik sehingga terbebas dari kemiskinan. Selama ini
telah banyak program/kegiatan yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan
baik berkaitan dengan pemberdayaan maupun pendekatan lain, telah dilakukan
oleh pemerintah. Namun belum berhasil mengurangi kemiskinan dan
pengangguran. Hal inilah yang memberikan semangat serta motivasi tinggi
kepada penulis untuk meneliti pemberdayaan mustahik zakat yang berjudul
“Pemberdayaan εustahik Zakat εenuju Kemandirian Usaha. Kasus: di
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini merupakan tiga rangkaian penelitian.
Sebagian dari hasil penelitian telah ditulis sebagai artikel ilmiah dengan judul
“εodel Pembelajaran Partisipatif Fakir εiskin dalam Pengembangan Usaha
εenuju Kemandirian” dan diterbitkan pada Jurnal Teknodik Volume 18 Nomor 3
Desember 2014. Artikel kedua berjudul “Empowerment of εustahik zakat
Towards Business Independency in Bogor, Indonesia” telah diterima untuk
diterbitkan dalam Social Sciences dari Medwell Journals.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyelesaian penelitian dan
penulisan disertasi tidak akan berjalan baik dan lancar tanpa dukungan banyak
pihak terutama pembimbing. Penulis sangat berharap pada semua pihak untuk
memberi saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan isi disertasi ini.
Demikian semoga Allah SWT menjadikannya sebagai amal sholeh.

Bogor, Maret 2015

Hamzah

xvi

UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha
Kuasa, Tuhan seluruh alam baik yang ada di langit dan bumi beserta isinya.
Dialah Sang Pencipta, Pemelihara, Yang menghidupkan dan mematikan, Pemberi
rizki, dan Penentu juga Pengatur segala urusan makhluk-Nya. Sholawat dan
Salam penulis sampaikan kepada pemimpin dan panutan ummat Baginda Mulia
Nabi Muhammad SAW. Dengan sebab beliaulah, kita mengenal ajaran Islam,
mengenal arti kehidupan, mengenal hak dan kewajiban, sehingga hidup menjadi
berarti.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Sumardjo, MS selaku Ketua Komisi
Pembimbing, dan Bapak Dr Prabowo Tjitropranoto, M.Sc serta Ibu Dr Ir Siti
Amanah, M.Sc, juga kepada Al-Marhum Bapak Prof Dr Ir Darwis Gani, MA
sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian
dan bimbingan kepada penulis, sejak penyusunan rencana penelitian sampai
kepada penulisan draft disertasi ini. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada
Ibu Dr Dra Nastiti Kusumorini sebagai Ketua Sidang pada ujian tertutup, Bapak
Dr Arif Satria, sebagai Ketua Sidang pada ujian terbuka ini dan kepada Bapak Dr
Ir εa‟mun Sarma, ε.Ec serta Bapak Dr Ir δukman ε. Baga selaku penguji luar
komisi ujian tertutup. Terima kasih kami ucapkan kepada penguji luar Ujian
terbuka, Bapak Prof Dr KH Didin Hafidudin, MS dan Dr Ir Dwi Sadono, M.Si.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Rektor Institut Pertanian
Bogor yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk melaksanakan
tugas belajar di Institut Pertanian Bogor. Ketua Komisaris BRI Bapak Prof Dr Ir
Bunasor Sanim, MSc, Ketua Baznas Bapak Prof Dr KH Didin Hafidhuddin, M.Si,
Bapak Dr Ir Anton Apriantono, MSc yang telah membantu baik moril maupun
materil serta kepada Manajer Koperasi Baitul Ikhtiyar (BAIK) serta Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor yang telah memberi izin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian, penulis haturkan terima kasih. Penulis tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada seluruh mustahik zakat sebagai responden
dan para enumerator yang telah membantu pengumpulan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini terutama pada Mas Nur Hidayat dan Mas Ridho. Kepada
teman-teman mahasiswa Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana
IPB angkatan 2010-2011 yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang
bermanfaat untuk menyelesaikan studi, penulis sampaikan pula ucapan terima
kasih.
Penghargaan dan ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada Ibunda (Alm) Hj Hamsah, Ayahanda H Muhammad Yunus, Bapak Ibu
Mertua (Alm) H Kurtubi dan Hj Zaenab, isteri tercinta Neneng Hasanah, MA
serta putra dan putri tercinta Nurshibghotillah dan Suami Izzuddin Alqossam
Rabbani, Hilyah Abqoriyah, Muhammad Dhiyaul Haq Al-Hafidh, Kakak, teteh
dan adik yang telah memberikan perhatian, doa, dan dukungan yang telah menjadi
kekuatan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan studi dan disertasi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Hamzah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xxi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xxi
I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6
Kebaruan Penelitian .......................................................................................... 6
Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 9
II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN METODE
PENELITIAN ..................................................................................................... 11
Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 11
Konsep Pemberdayaan .................................................................................... 11
Proses Pemberdayaan ...................................................................................... 14
Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 16
Konsep Partisipasi Masyarakat........................................................................ 18
Tipologi dan Karakterisitik Partisipasi Masyarakat ........................................ 18
Konsep Kemandirian ....................................................................................... 20
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ........................................... 22
Karakteristik Individu Mustahik Zakat ............................................................ 22
Lingkungan Sosial Kemasyarakatan dan Keagamaan ..................................... 24
Pendamping dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembelajaran .......... 26
Peran Pendamping ........................................................................................... 29
Dukungan Kelembagaan Sosial Masyarakat ................................................... 36
Kerangka Berfikir ............................................................................................ 38
Paradigma Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 38
Paradigma Penyuluhan Pembangunan ............................................................ 39
Paradigma Kelembagaan Usaha ...................................................................... 43
Paradigma partisipasi Mustahik zakat dalam pengembangan usaha ............... 44
Paradigma kemandirian usaha mustahik zakat ................................................ 46
Kerangka Berpikir Operasional Pemberdayaan Mustahik Zakat Menuju
Kemandirian Usaha ......................................................................................... 47

xviii

Metode Penelitian ............................................................................................ 48
Desain Penelitian ............................................................................................. 48
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 49
Populasi dan Sampel ........................................................................................ 49
III PROFIL PEMBERDAYAAN MUSTAHIK ZAKAT MENUJU
KEMANDIRIAN USAHA DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ......... 52
Pendahuluan ..................................................................................................... 52
Landasan Teori ................................................................................................ 55
Metode Penelitian ............................................................................................ 56
Hasil dan Pembahasan ..................................................................................... 56
Dukungan Kelembagaan .................................................................................. 68
Tingkat Kemandirian Mustahik dalam Usaha.................................................. 76
Simpulan .......................................................................................................... 77
IV PROSES PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MUSTAHIK ZAKAT
DALAM PENGEMBANGAN USAHA MENUJU KEMANDIRIAN .............. 79
Pendahuluan ..................................................................................................... 79
Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 81
Metode Penelitian ............................................................................................ 82
Hasil dan Pembahasan ..................................................................................... 82
Proses Pemberdayaan Mustahik Zakat Menuju Kemandirian ......................... 82
Hubungan Karakteristik Mustahik dengan Tingkat Partisipasinya .................. 85
Hubungan Peran Pendamping dengan Tingkat Partisipasi Usaha Mustahik ... 88
Hubungan antara Peran Kelembagaan dengan Tingkat Partisipasi Usaha
Mustahik........................................................................................................... 90
Hubungan Peran Lingkungan Sosial Keagamaan dengan Tingkat Partisipasi
Usaha Mustahik................................................................................................ 92
Pemberdayaan Mustahik Zakat dalam Mengembangkan Usaha ..................... 95
V STRATEGI PEMBERDAYAAN MUSTAHIK ZAKAT MENUJU
KEMANDIRIAN USAHA ............................................................................... 101
Pendahuluan ................................................................................................... 101
Metode Penelitian .......................................................................................... 103
Hipotesis ........................................................................................................ 105
Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 105
Analisis Faktor Dominan yang Menentukan Partisipasi dan Kemandirian ... 105
Usaha Mustahik.............................................................................................. 105
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian usaha mustahik
zakat ............................................................................................................... 106

Strategi Pemberdayaan Mustahik Menuju Kemandirian Usaha .................... 109
VI PEMBAHASAN UMUM Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) ........................... 115
VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 139
Simpulan ........................................................................................................ 139
Saran .............................................................................................................. 139
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 141

xx

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Identifikasi beberapa penelitian terkait dengan pemberdayaan,
keberdayaan dan kemandirian pelaku usaha ........................................... 7
Tabel 2 Definisi tentang konsep pemberdayaan masyarakat................................. 12
Tabel 3 Tahapan pemberdayaan menurut Sulistiyani (2004) ................................ 17
Tabel 4 Tipologi Partisipasi Masyarakat menurut (Pretty 1995) .......................... 18
Tabel 5 Indikator Kemandirian Usaha Mustahik Zakat ........................................ 20
Tabel 6 Perbedaan Antara Penyuluhan dan Pendampingan .................................. 30
Tabel 7 Komponen Belajar Berdasarkan Aspek-Aspeknya .................................. 34
Tabel 8 Tahapan pemberdayaan masyarakat secara umum melalui bantuan
modal ........................................................................................................ 39
Tabel 9 Penyuluhan pembangunan dengan fokus untuk mustahik zakat .............. 41
Tabel 10 Paradigma peran kelembagaan masyarakat ............................................ 43
Tabel 11 Paradigma partisipasi pengembangan usaha yang konvensional dan
usaha yang berkembang ........................................................................ 45
Tabel 12 Paradigma tingkat kemandirian usaha masyarakat secara umum .......... 46
Tabel 13 Lokasi Penelitian Sebaran Populasi........................................................ 49
Tabel 14 Deskripsi peubah-peubah penelitian Pemberdayaan mustahik zakat
menuju kemandirian usaha.................................................................... 60
Tabel 15 Profil karakteristik internal pribadi mustahik zakat (X1) ....................... 62
Tabel 16 Peranan pendamping dalam pemberdayaan mustahik di Kabupaten
Bogor..................................................................................................... 66
Tabel 17 Dukungan kelembagaan kepada mustahik di Kabupaten Bogor ........... 69
Tabel 18 Dukungan Lingkungan Sosial dan Keagamaan ...................................... 71
Tabel 19 Tingkat partisipasi mustahik dalam pengembangan usaha di Kabupaten
Bogor..................................................................................................... 74
Tabel 20 Tingkat kemandirian mustahik di Kabupaten Bogor dalam usaha ........ 76
Tabel 21 Koefesien korelasi peran mustahik dalam proses pemberdayaan (tingkat
partisipasi mustahik) ............................................................................. 86
Tabel 22 Koefesien korelasi peran pendamping dengan tingkat partisipasi usaha
Mustahik ................................................................................................ 88
Tabel 23 Koefesien korelasi peran kelembaggan dengan tingkat partisipasi usaha
mustahik ................................................................................................ 91
Tabel 24 Koefesien korelasi peran lingkungan sosial keagamaan dengan tingkat
partisipasi usaha mustahik..................................................................... 92
Tabel 25 Dekomposisi pengaruh antar peubah Partisipasi dan Kemandirian
Mustahik (standarized, n = 254) ......................................................... 106
Tabel 26 Partisipasi mustahik saat ini dan yang diharapkan .............................. 124
Tabel 27 Kemandirian mustahik saat ini dan yang diharapkan .......................... 126
Tabel 28 Tahap strategi pemberdayaan usaha mustahik zakat yang dibutuhkan
untuk keberlanjutan usaha................................................................... 132

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Persentase pendampingan pemberdayaan masyarakat ........................ 16
Gambar 2 Kerangka berfikir konseptual penelitian pemberdayaan mustahik zakat
menuju kemandirian usaha.................................................................. 38
Gambar 3 Kerangka berfikir operasional pemberdayaan mustahik zakat menuju
kemandian usaha ................................................................................. 47
Gambar 4 Pemetaan Mustahik, Muzakki dan Potensi Wilayah di Indonesia
(Dompet Dhuafa 2010) ....................................................................... 52
Gambar 5 Pemetaan Mustahik, Muzakki dan Potensi Wilayah Provinsi Jawa Barat
(Dompet Dhuafa 2010) ....................................................................... 53
Gambar 6 Tahapan program pemberdayaan mustahik koperasi BAIK ................ 57
Gambar 7 Alur rekrutmen mustahik anggota program pemberdayaan ................. 59
Gambar 8 Grafik rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah usaha berdasarkan
lama pengalaman usaha....................................................................... 63
Gambar 9 Hubungan antar variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat
partisipasi mustahik ............................................................................. 81
Gambar 10 Testimoni kondisi mustahik sebelum dan sesudah adanya
pembelajaran pemberdayaan mustahik zakat di Kabupaten Bogor ... 89
Gambar 11 Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian .................. 104
Gambar 12 Estimasi parameter hybrid model pemberdayaan mustahik menuju
kemandirian usaha ........................................................................... 107
Gambar 13 Skema strategi pemberdayaan mustahik ......................................... 110

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

Definisi operasional dan pengukuran peubah ............................ 147
Sebaran daerah pemberdayaan koperasi
Baitul Ikhtiar di Jawa Barat ...................................................... 153
Sketsa lokasi penelitian Mustahik zakat ................................... 154
Hasil olah data ........................................................................... 155
Profil karakteristik Mustahik ..................................................... 156
Uji beda t ................................................................................... 158
Uji korelasi Pearson ................................................................... 159
Hasil uji SEM ............................................................................ 161
Foto-foto pengrajin usaha Mustahik .......................................... 173

xxii

1

I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program-program pengetasan kemiskinan yang telah diupayakan dan
dicarikan solusi oleh pemerintah dan pihak lain yang terkait ternyata belum
maksimal merealisasikan penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari
masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Jumlah penduduk miskin di
Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (2013) sebanyak 28.07 juta jiwa (11.37
persen) dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa. Angka
kemiskinan ini relatif menurun jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang
berjumlah 35.10 juta jiwa (12.40 %) dan pada tahun 2010 yang berjumlah 31.02
juta jiwa (11.10 %). Angka kemiskinan itupun dihitung dengan memakai kriteria
garis kemiskinan BPS yaitu pendapatan per kapita Rp 271.626/kapita /bulan (BPS
2013).
Setiap tahun pemerintah Indonesia selalu mengupayakan program-program
untuk mengurangi atau bahkan menghapus kemiskinan. Beberapa program
pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan antara lain adalah Proyek
Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Inpres Desa Tertinggal
(IDT), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Belajar Usaha (KBU),
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Tabungan Keluarga Sejahtera
(TAKESRA), Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (KUKESRA). Pada era informasi
program yang tergolong baru adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM), Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan program-program khusus
seperti yang dilaksanakan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), antara lain
melalui Program Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB).
Angka kemiskinan yang cenderung tinggi mengindikasikan sulitnya
masyarakat miskin keluar dari lingkaran kemiskinan. Upaya pemberdayaan bagi
masyarakat miskin dapat menjadi solusi, salah satunya dengan cara memberikan
modal produktif melalui dana zakat dan pendampingan (Effendi 2010).
Menurut Amalia (2012), potensi zakat yang dapat dikembangkan untuk
mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat produktif. Zakat
produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya
menghasilkan sesuatu secara terus-menerus, dengan harta zakat yang telah
diterimanya. Dengan demikian dana zakat yang diberikan kepada para mustahik
tidak dihabiskan untuk konsumtif semata, namun dikembangkan dan digunakan
untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.
Salah satu contoh pendayagunaan zakat untuk kegiatan produktif mustahik
adalah seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat Indonesia
(Forum Zakat) di DKI Jakarta tahun 2013, yaitu mampu meningkatkan
pendapatan rata-rata mustahik sebesar 22.71 persen, sedangkan dari sisi
kesenjangan, program zakat produktif mampu mengurangi ketidak seimbangan
pendapatan antara kelompok 20 persen teratas masyarakat dan kelompok 40
persen terbawah masyarakat sebesar 0.57 persen (Amirah 2013).
Pemberdayaan mustahik (terutama fakir miskin) tidak cukup dengan hanya
memberikan uang dalam bentuk konsumtif atau bantuan modal usaha, tetapi
membutuhkan sinergisme dan keterpaduan (pendampingan dan kelembagaan)

2

dengan penguatan aspek-aspek penting lain pada diri dan komunitas mustahik,
terutama menyangkut aspek kesadaran dan partisipasinya dalam meningkatkan
kemampuan diri untuk memanfaatkan dana zakat. Pemberdayaan mustahik
(pemberian dana zakat dan pendampingan) harus berdampak positif bagi
mustahik, baik secara ekonomi maupun sosial. Dari sisi ekonomi, mustahik
dituntut benar-benar dapat mandiri dan hidup secara layak sedangkan dari sisi
sosial, mustahik dituntut dapat hidup sejajar dengan masyarakat yang lain. Hal ini
berarti, zakat tidak hanya didistribusikan untuk hal-hal yang konsumtif saja dan
hanya bersifat charity tetapi lebih untuk kepentingan yang produktif dan bersifat
edukatif.
Kelemahan utama orang miskin serta usaha kecil yang dikerjakannya
sesungguhnya tidak semata-mata pada kurangnya permodalan, tetapi lebih pada
sikap mental dan kesiapan manajemen usaha. Untuk itu, pemberian zakat usaha
produktif pada tahap awal harus disertai pendamping yang mampu mendidik
mustahik sehingga benar-benar siap untuk berubah. Karena tidak mungkin
kemiskinan itu dapat berubah kecuali dimulai dari perubahan mental si miskin itu
sendiri, melalui program pendampingan. Para pendamping melakukan peran
pemberdayaan kepada mustahik agar yang bersangkutan dapat berusaha secara
produktif dan mengembangkan usahanya menuju kemandirian. Zakat yang dapat
dihimpun dalam jangka panjang dimanfaatkan untuk memberdayakan mustahik
sampai pada dataran pengembangan usaha. Program-program yang bersifat
konsumtif hanya berfungsi sebagai stimulan atau rangsangan dan berjangka
pendek, sedangkan program pemberdayaan harus diutamakan. Makna
pemberdayaan dalam arti yang luas ialah memandirikan mustahik tidak selamanya
tergantung kepada amil zakat.
Partisipasi merupakan komponen penting untuk pembangkitan kemandirian
dalam proses pemberdayaan. Hasil penelitian Douglah and Sicilima di Tanzania
(1997) yang diacu dalam Amanah (2010), tentang partisipasi (pelibatan
masyarakat) dalam dua pendekatan penyuluhan yaitu: latihan dan kunjungan.
Partisipasi pada kedua pendekatan belum menerapkan pendekatan partisipasi yang
berimbang. Partisipasi masih ditekankan pada pelaksanaan daripada pelibatan
klien saat perencanaan dan evaluasi program. Tampak bahwa partisipasi bukan hal
yang mudah untuk dapat diterapkan. Penerapan partisipasi merupakan proses yang
bertahap. Penumbuhan partisipasi perlu dimulai dengan fasilitasi oleh
pendamping pada masyarakat tentang pentingnya keterlibatan mereka pada
kegiatan yang bermanfaat sekaligus dimotivasi agar tumbuh kesadaran dari diri
masyarakat sebuah kebutuhan akan pentingnya perubahan hidup dari tidak tahu
menjadi tahu dan faham, sehingga mau memperbaiki kehidupan mereka.
sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang
ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
εaha εengetahui”.yang mengubah keadaan seseorang atau masyarakat adalah
diri mereka sendiri bukan yang lain.
Penguatan partisipasi mustahik tentunya bukan hanya dalam bentuk
keterlibatan mereka dalam tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan, tetapi lebih
utama dalam pengelolaan dan pemanfaatan zakat (dana usaha) ke arah yang lebih
berkelanjutan, seperti pengembangan usaha ekonomi produktif yang dapat
menjadi sumber pendapatan rumah tangganya. Pada praktiknya, distribusi dan

3

pemanfaatan zakat oleh pengelola maupun oleh mustahik dapat bersifat konsumtif
dan produktif. Zakat konsumtif dapat berupa bahan makanan pokok, sandang, dan
lain-lain, sedangkan zakat produktif dapat berupa modal usaha. Zakat konsumtif
umumnya habis dalam jangka pendek, sedangkan zakat produktif berpeluang
mendorong keluarga miskin untuk berusaha mandiri agar dapat keluar dari garis
kemiskinan.
Zakat produktif dapat dijadikan sebagai modal usaha oleh para mustahik
melaui skema pinjaman mikro, artinya dana zakat tersebut merupakan hutang
mustahik kepada pengelola, yang pengembaliannya dicicil dari hasil usaha
mustahik dengan besaran dan waktu pengembalian yang disepakati bersama
antara mustahik dan pengelola modal, melalui pendamping. Nantinya
pengembalian hutang dana zakat tersebut dapat dimanfaatkan lagi oleh lembaga
pengeloa untuk disalurkan kepada mustahik lain sebagai modal usaha. Oleh
karena itu kesadaran
mustahik juga harus dijaga dalam mengutamakan
pengembalian pinjaman/hutang dari dana zakat. Hadits dari Abu Hurairah ra dari
Nabi SAW' bersabda: "Barang siapa meminjam harta orang lain dengan niat
mengembalikannya niscaya Allah akan mengembalikannya untuknya. Dan barang
siapa meminjam harta orang lain untuk memusnahkannya niscaya Allah akan
memusnahkan dirinya" (HR. Bukhari no. 2387). Dalam hadist lain yang
diriwayatkan oleh Ahmad, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Ruh
seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di
dunia dilunasi" (Baqi 2012).
Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat BAB
III pasal 6 dan 7 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri
dari dua macam yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Lembaga BAZ dan LAZ sebagai Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) memiliki
tugas mengelola zakat meliputi pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat. Pendayagunaan zakat meliputi pemberian modal dana zakat dan
pendampingan. Dalam pelaksanaanya, pendayagunaan zakat selain mengelola
zakat yang disertai pemberdayaan, juga harus memberikan pembimbingan
(pendampingan) kewirausahaan dan intelektual keagamaannya agar semakin
meningkat kemampuan usahanya, kualitas keimanan dan ke-Islaman-nya. Hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan ada beberapa program masyarakat yang
melakukan pemberdayaan masyarakat yang disertai pendampingan yaitu: Badan
Amil Zakat Nasional (Baznas), seperti Program Rumah Cerdas Anak Bangsa
(RCAB), Program εasyarakat εandiri Dompet Dhu‟afa (DD), bantuan bencana
masyarakat oleh Program Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Rumah Zakat,
Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK), Lembaga Amil Zakat Institut Pertanian Bogor
(LAZ-IPB) dan yang sejenisnya. Dalam penelitian ini lembaga/organisasi yang
melakukan program pemberdayaan masyarakat miskin (mustahik) yang dipilih
sebagai kasus adalah Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) Bogor.
Koperasi BAIK memiliki ciri khas dalam melaksanakan program
pemberdayaan mustahik di Kabupaten Bogor. Pertama, Koperasi BAIK
memberikan modal usaha kepada mustahik untuk pengembangan usaha. Kedua,
modal usaha yang diberikan berasal dari pemanfaatan dana zakat, infak, dan
sedekah (ZIS) dari muzakki, sehingga dana ZIS dapat dikelola secara produktif.
Ketiga, pemberdayaan yang dilakukan kepada mustahik disertai pendamping yang
rutin memberikan pemberdayaan kepada mustahik melalui bimbingan dalam

4

pengelolaan modal yang dipinjamkan. Keempat, para pendamping menyadarkan
mustahik akan manfaat tabungan untuk kepentingan dirinya sendiri maupun orang
lain, dengan tabungaan juga secara bertahap mustahik berusaha menjadi muzakki.
Penelitian ini memfokuskan pada tiga jenis usaha mustahik sebagai
penerima pinjaman modal usaha dari Koperasi BAIK, yaitu produsen sayuran,
pengrajin sepatu sandal, dan pembuat tusuk sate. Pemanfaatan modal usaha yang
berasal dari dana ZIS membuat mustahik terikat secara moral yang ditanamkan
oleh pendamping, yaitu harus melakukan usaha dengan baik dan sungguhsungguh. Para pendamping juga menanamkan keyakinan ajaran Islam bahwa
nasib seseorang dapat berubah sesuai dengan kemauan dan kerja keras yang
dilakukannya, serta untuk berubah, seseorang harus berusaha merubah dirinya
sendiri.
Pemahaman yang juga ditanamkan oleh pendamping kepada mustahik
adalah terkait dengan pentingnya membayar hutang. Setiap mustahik ditekankan
harus membayar pinjaman agar tidak membebani ahli waris untuk membayar
pinjamannya, sebagaimana penjelasan hadis Rasulullah SAW bahwa: “Roh
seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di
dunia dilunasi.” (HR. Ahmad). Hal senada juga disebutkan Shuhaib Al Khoir,
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak
mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status
sebagai pencuri” (HR. Ibnu εajah No. βδ10).
Dalam hal lain, pendamping juga mengingatkan para mustahik binaannya
agar menabung ketika sudah mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya. Selain
memiliki pinjaman modal, umumnya mustahik juga memiliki tabungan di
Koperasi BAIK. Kumpulan tabungan tersebut kemudian dikelola oleh Koperasi
BAIK untuk dipinjamkan lagi kepada mustahik lain untuk memulai atau
mengembangkan usaha. Dengan demikian, secara tidak langsung program
tersebut mengajarkan kepada mustahik untuk secara bertahap berubah menjadi
muzakki.
Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuan yang ada pada masyarakat, baik dilihat
dari aspek pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan dengan maksud agar
masyarakat tersebut dapat menetukan alternatif-alternatif pilihan dalam
memecahkan persoalan hidupnya. Dalam proses pemberdayaan tersebut terdapat
upaya peningkatan kekuatan (daya) yang dimiliki masyarakat agar mempunyai
kekuatan untuk maju dan berkembang.
Upaya memberdayakan masyarakat miskin secara terintegrasi sangat
sejalan dengan dengan filosofi dan prinsip-prisnsip penyuluhan dalam arti yang
sebenarnya, yaitu partisipatif, dialogis konvergen dan demokratis, sehingga
memberdayakan, dan bukannya praktek-praktek penyuluhan atau bimbingan yang
bersifat top down , linier dan bertentangan dengan filosopi pebangunan manusia.
Dari berbagi teori partisipasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar diatas,
dapat dirumuskan bahwa patisipasi dalam pemberdayaan mustahik zakat ini
adalah sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam
pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.
Penelitian ini dimodifikasi untuk mengetahui proses partisipasi dalam
pengembangan usaha oleh mustahik, meliputi tahapan-tahan sebagai berikut:
mengembangkan usaha bersama melalui: (1) menumbuh kembangkan kemauan

5

dan kemampuan untuk mengembangkan usahanya sendiri, (2) penguatan
kapasitas kelompok meliputi (pemahaman terhadap kelompok, peningkatan
keterampilan, peningkatan sikap; (3) peningkatan skala usaha dan peningkatan
nilai tambah usaha meliputi variasi jenis usaha yang dikembangkan oleh masingmasing individu kelompok, jumlah jenis usaha yang dikembangkan kelompok,
sinergi antara usaha individu dengan kelompok, partisipasi mustahik dalam
program pemberdayaan, baik untuk kehadiran dalam kelompok, ketepatan
pengembalian cicilan pinjaman, frekuensi menabung, dan pengembangan usaha
individu.
Tahapan-tahapan partisipasi yang berlangsung mempengaruhi kehidupan
mereka sehingga dapat meningkatkan kemandirian anggota mustahik dalam
pengembangan usaha mustahik. Dengan pengelolaan zakat secara produktif
disertai dengan partisipasi aktif dalam pengembangan usaha musthiq, maka si
penerima zakat (mustahik) dapat menerima modal usaha, peningkatan
kemampuan berusaha, dan memperoleh motivasi dalam pengembangan usaha
sehingga program ini dapat berjalan secara berkelanjutan.
Keberhasilan suatu individu/kelompok masyarakat dalam melaksanakan
fungsinya dapat dilihat melalui peningkatan kemandirian anggota kelompok
mustahik: Kemandirian dalam berusaha meliputi: (1) kemandirian dalam
permodalan dan bekerjasama, seperti membangun jejaring dengan anggota
mustahik yang lain, membangun kearifan lokal, jejaring informasi dan pemasaran
(2) kemandirian dalam emosi, teruatama terkait dengan kemampuan
mengendalikan emosi seperti (menahan gengsi, rasa malu, baik pada teman,
keluarga maupun masyarakat), (3) kemandirian intelektual (seperti kemampuan
merumuskan masalah, merencanakan usaha, memilih inovatif terbaik,
mengendalikan faktor penghambat dan daya kreativitas, (4) kemandirian prilaku
(seperti mampu mengambil keputusan, dan kepercayaan diri) dan (5) kemandirian
intelektual spiritual, (tingkat ketaatan pada aturan agama, seperti sholat, puasa
zakat, infak dan sodakoh).
Manusia sebagai mahluk sosial dalam kemandiriannya tidak bersifat netral
dan independent akan tetapi keberadaannya sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Rulland (1984), menegaskan sebagai mahluk sosial, manusia
tidak benar-benar otonom, akan tetapi membutuhkan dan tanggung jawab
terhadap diri, lingkungan, dan Tuhan-Nya. Kemandirian anggota kelompok akan
terwujud apabila anggota/kelompok memiliki peran secara aktif dalam partisipasi
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu : Karakteristik Pribadi
meliputi (Umur, Tingkat Pendidikan Formal, Tingkat Pendidikan Non Formal,
Pengalaman Berusaha, Jumlah Tanggungan Keluarga, Tingkat Pendapatan,
Kekosmopolitan. Faktor eksternal yaitu: Dukungan Kelembagaan meliputi
(Lembaga Penyedia Sarana Prasarana, Lembaga Penyedia informasi, Lembaga
Penyedia Modal, Lembaga Pemasaran hasil usaha. Kontribusi pendamping
meliputi: Identifikasi kebutuhan dan rencana kerja,Pengembangan Kelompok,
Pelaksanaan proses pembelajaran,
Pengembangan
jejaring. Dukungan
lingkungan Sosial dan keagamaan meliputi: Dukungan keluarga, Nilai-nilai
budaya Gotong-royong), Aturan-aturan lokal, εajlis Ta‟lim, Kepemimpinan non
formal, Kepemimpinan formal, dan Motif partisipasi meliputi: Ikut yang lain,
Mendapatkan insentif, Mengikuti tuntutan program, Mencapai tujuan kelompok,
Mengembangkan usaha.

6

Rumusan Masalah
Salah satu tujuan zakat adalah agar harta tidak hanya berada pada pusaran
kelompok kaya/konglomerat saja, sementara golongan miskin/melarat menjadi
penonton dan merana sehingga terjadi jurang pemisah yang dalam (gap) atau
kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Hal ini dapat dilakukan dengan
melaksanakan pemberdayaan zakat produktif.
Melihat kondisi umat Islam di Indonesia saat ini masih tergolong miskin,
tampak jelas bahwa konsep pemberdayaan menjadi faktor sangat penting dalam
memandirikan mutahik untuk pengembangan usahanya. Permasalahannya adalah:
(1) Upaya program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilakukan, tetapi orang
miskin belum banyak mengalami perubahan, baik aspek pendidikan, kesehatan,
maupun pendapatannya. (2) Banyak mustahik berpartisipasi dalam berbagai
program pemberdayaan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa baru sedikit
mustahik yang dapat mandiri, apalagi menjadi muzakki.
Pertanyaan penelitian (research questions) yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagaimana profil pemberdayaan dalam pengembangan usaha mustahik?
(2) Bagaimana proses pemberdayaan mustahik zakat pada pengembangan
kemandirian usaha?
(3) Bagaimana strategi pemberdayaan mustahik dalam mewujudkan
kemandirian usahanya ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menemukan/memformulasikan pemecahan
terhadap permasalahan penguatan pemberdayaan mustahik menuju kemandirian
usaha. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah:
(1) Menganalisis profil pemberdayaan dalam pengembangan usaha
mustahik.
(2) Menganalisis proses pemberdayaan mustahik zakat pada pengembangan
kemandirian usahanya.
(3) Merumuskan strategi pemberdayaan mustahik dalam mewujudkan
kemandirian usaha.
Kebaruan Penelitian
Berbagai program pemberdayaan di Indonesia khususnya Kabupaten Bogor
s