Pemberdayaan mustahik zakat melalui program pekan pada yayasan griya yatim dan dhuafa

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

Oleh:

ACHMAD ROMDHONI 1111046300003

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1437 H


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Penelitian ini berjudul Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui Program PEKAN Pada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Adalah karya ilmiah Achmad Romdhoni, NIM 1111046300003, Mahasiswa Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015, di bawah bimbingan Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A.

Penelitian berlokasi di Komplek Delations Virgin Island NA-7 De Lations, Rawa Buntu Kec. Serpong Tangsel. Penelitian ini menelusuri akan mempertanyakan pemberdayaan mustahik zakat di yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sejak 2012-2014 (3 tahun terakhir). Penelitian bertujuan sebagai berikut, (1) Mekanisme pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN pada yayasan GriyaYatim dan Dhuafa. (2) Dampak pemberdayaan mustahik zakat terhadap peningkatan keterampilan mustahik pada yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara pada lembaga terkait data primer. Sementara data sekunder diperoleh dari kepustakaan, dokumentasi, dan brosur lembaga serta official website yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

Kesimpulan penelitian ini adalah, (1) Mekanisme dalam program pemberdayaan PEKAN yang dilakukan yayasan Griya Yatim dan Dhuafa baik dalam prosedur dan tujuan pelaksanaanya kepada mustahik sesuai dengan prosedur yang sudah terencana sehingga program dapat terlaksana dengan baik. (2) Sementara dampak dengan adanya program pemberdayaan PEKAN mustahik zakat dalam peningkatan keterampilan telah banyak dirasakan oleh penerima manfaat yakni khusunya para lulusan asrama yayasan Griya Yatim dan Dhuafa mereka mendapatkan pelatihan keterampilan dan guna bekal untuk mereka memasuki dunia kerja.

Kata Kunci :Pemberdayaan, mekanisme, Mustahik Zakat, Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Pembimbing I :Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A Daftar Pustaka : Tahun 1989 sampai 2015


(6)

vi

Rasa syukur serta rangkaian puji senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah yang maha kuasa , berkat kehendak dan kuasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada kepada baginda Nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan.

Alhamdulillah atas ridho dan kuasa Allah SWT seta doa dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langung hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A. Dosen pembimbing yang tidak kenal lelah meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada penulisan skripsi ini.


(7)

vii

5. Ibunda tercinta Royani dan Ayahanda Bahruddin yang telah mencurahkan do’a dan kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan. Serta kepada adik penulis Ahmad Dicky Darmawan dan Achmad Zulfikri Rhodin yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Silvia Arafah yang selalu sama-sama saling menyemangati dan memotivasi

selama berjalanya skripsi ini. Sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Roni Anto selaku Manajer HumasYayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini.

8. Saudara Catur Faturachman selaku Staff IT Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang telah membantu dan mengorbankan waktu dan pekerjaanya atas terselesaikannya skripsi ini.

9. Kepada pihak Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang telah mengijinkan penulis dalam melakukan penelitian dan wawancara.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga selama penulis menyelesaikan masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

viii

kesah dan saling memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehinga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya. Amin Ya Robbal ’Alamin.

Jakarta,06 Muharom 1437 H 19 Oktober 2015 M


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan... 10

1. Identifikasi Masalah ... 10

2. Pembatasan Masalah ... 10

3. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Kajian Pustaka ... 13

E. Kerangka Teori... 19

F. Metode Penelitian... 21

G. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Zakat, Infaq dan Shadaqah ... 27

1. Pengertian Zakat... 27

2. Pengertian Infaq ... 29

3. Pengertian Shadaqah ... 30


(10)

x

D. Pemberdayaan Masyarakat... 37

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 37

2. Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat ... 40

3. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 42

4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat ... 43

5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 44

E. Keterampilan ... 46

1. Pengertian Keterampilan ... 46

2. Jenis-Jenis Keterampilan ... 47

F. Mustahik Zakat... 48

1. Pengertian Mustahik Zakat ... 48

2. Standar Mustahik Zakat ... 49

BAB III PENGELOLAAN ZAKAT PADA YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA A.Sejarah Perkembangan dan Dasar Hukum Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa... 54

B. Penghimpunan, Pengelolaan dan Penyaluran Dana ZIS ... 58

1. Penghimpunan Dana ZIS ... 58

2. Pengelolaan dan Penyaluran Dana ZIS ... 60

C.Program Pemberdayaan PEKAN Yayasan GriyaYatim dan Dhuafa... 60

1. Target Dari Program Pemberdayaan PEKAN ... 61

2. Indikator Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Program PEKAN ... 62

BAB IV PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MUSTAHIK ZAKAT A.Mekanisme Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui Program PEKAN padaYayasan Griya Yatim dan Dhuafa ... 63


(11)

xi

A. kesimpulan ... 78 B. saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(12)

xii

Tabel 1.3 Jumlah Penyaluran Dana Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Pada Program Pemberdayaan Tahun 2009-2015 ... 73 Tabel 1.4 Jumlah Pencapaian Kelulusan Anak asrama Yayasan Griya Yatim


(13)

(14)

xiv

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Maneger Humas Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Lulusan dan Anak mukim Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

Lampiran 6 Laporan Penyaluran Program

Lampiran 7 Legalitas Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah tumbuh atau menumbuhkan, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan martabat manusia.Batasan ini, menegaskan keharusan zakat sebagai pemberdaya kaum lemah.Zakat harus menjadi kekuatan pendorong, perbaikan dan peningkatan keadaan penerimanya (mustahik).1 Kadar zakat disebut dengan sedekah, semua zakat adalah sedekah, akan tetapi tidak semua sedekah adalah zakat, tetapi zakat adalah sedekah wajib.2 Dengan pengelolaan yang baik zakat merupakan sumber dana potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.3

Dalil diwajibkanya pemungutan zakat, Allah SWT dalam Firmanya sebagaimana dijelaskan dalam surat At- Taubah: 103:















1

Noor Aflah.Ed., Strategi Pengelolaan zakat di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Forum Zakat,cet.Pertama Januari 2011), h.3

2

Dr. Husein Syahatah, Cara Praktis Menghitung Zakat, (Ciputat : Penerbit Kalam Pustaka, cet. Pertama Oktober 2005), h.16

3


(16)

Artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikanmereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.s At-Taubah: 103).

Pembayaran zakat bukan hanya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh aghniya, orang yang dipandang kaya menurut aturan syara wajib membayar zakat (muzakki) kepada orang-orang miskin sesuai pedoman Syar’i (fuqoro) yang dikategorisasikan dalam 8 (delapan) golongan penerima (mustahik). Zakat merupakan sumber dana potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah.4 Dasar pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada surat At-Taubah ayat 60:

























Artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

4


(17)

diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.s At-Taubah: 60).

Secara umum terdapat dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehidupan individu muzakki, meliputi pencucian jiwa dari sifat kikir, mendidik berinfak dan suka memberi, berakhlak dengan akhlak Allah, merupakan menifestasi syukur atas nikmat Allah SWT, mengobati hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin, dan menarik rasa simpati/cinta. bagi penerima, zakat membebaskan penerima dari kebutuhan, dan menghilangkan sifat dengki dan benci. Bagi harta yang di zakati, zakat mensucikan harta dan mengembangkan harta.Tujuan kedua memiliki dampak kehidupan kemasyarakatan secara luas yaitu secara perlindungan (asuransi) dan jaminan sosial.5

Pengumpulan zakat tidak dapat melalui pemaksaan terhadap muzakki, melainkan muzakki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah hartanya dan kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ). Idealnya UPZ menyediakan panduan dalam penghimpunan dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima. Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang diterima sebagai sumber dana. Setiap jenis dana memiliki jenis karakteristik sumber konsekuensi pembatasan perbedaan yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.6

5

Yusuf Al-Qaardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera Antar Nusa,1993), cet. Ke-3, h. 847-885

6


(18)

Pemberdayaan masyarakat berbasis zakat adalah salah satu metode pendayagunaan dana zakat yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup fakir miskin melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan prinsip partisipasi.7

Dalam pendayagunaan, ada beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan oleh Lembaga Amil Zakat ataupun Badan Amil Zakat.Kegiatan tersebut diantaranya yaitu pengembangan ekonomi, pembinaan sumber daya manusia (SDM), dan bantuan yang sifatnya sosial semata.8

Pendayagunaan zakat adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan dana zakat. Di dalam mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah sosial yang mengharuskan pendayagunaan zakat diarahkan pada model produktif dari pada model komsumtif seperti ketentuan yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.9

Kemudian upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapatkan perhatian besar yang meliputi aspek pemberdayaan ekonomi, sosial, dan politik. pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah dengan memberikan akses kepada masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dengan memperoleh

7

Zakat dan Pemberdayaan, di akses pada tanggal 03 Februari 2015 dari

http://fatkhurrochman.blogspot.com/2012/01/zakat-pemberdayaan.html

8

Sudewo, Eri. Manajemen Zakat (Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar) Institut Manajemen Zakat. Jakarta: 2004, h.226

9

UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolahan Zakat, Bab III ( Pendayagunaan Zakat) Pasal 27.


(19)

atau memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kualitas kehidupannya, karena penyebab ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, serta adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat.10

Hal utama yang masih melandasi pendayagunaan zakat pada umumnya, baru sebatas transparansi dan kepatutan mustahik yang menjadi sasaran penyaluran zakat. Audit pendayagunaan, masih melandaskan diri pada pandangan bahwa amil berperan dengan baik jika tidak keliru menetapkan mustahik dan bisa mempertangungjawabkan dana yang diamanahkan melalui lembaga zakat yang dikelolanya.11

Selain itu pendayagunaan zakat oleh beberapa lembaga pengumpul zakat masih banyak yang bersifat konvensial, berjangka pendek, dan didasari motivasi untuk menyelesaikan masalah sesaat. Zakat yang diberikan secara cuma-cuma dalam bentuk karitas (kebaikan hati), padahal mustahik mampu berusaha, selamanya tidak akan pernah mengubah mustahik menjadi muzakki. Bukan mengentaskan kemiskinan tetapi melestarikan kemiskinan.12

10

Rr.Suhartini dan A. Halim.Model-model Pemberdayaan Masyarakat (yogyakarta): pustaka pesatren, 2005), h. 211.

11

Hadi Wahyudi, Optimalisai Pendayagunaan ZIS Bidang Kesehatan Pada LAZ PKPU

(Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional PKPU),”(Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)

12Abdul Alim,”

Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Zakat Perusahaan Pada Baitulmaal Muamalat,”(Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)


(20)

Dari pada itu harta pengumpulan zakat dari masyarakat (umat Islam) itu kemudian didayagunakan untuk kepentingan masyarakat yang tidak mampu dan berhak mendapatkan bagian dari harta zakat (mustahik).Pendayagunaan tersebut harus didasarkan pada skala prioritas kebutuhan mustahik.Selain itu, khusus bagi zakat harta (mal), pendayagunaan zakat harus pula diorientasikan pada usaha-usaha yang bersifat produktif. Hal ini terlebih-lebih dari hasil pengumpulan infaq

dan shadaqah harus lebih diorientasikan pada usaha-usaha yang bersifat produktif.13

Dengan adanya program-program lembaga zakat yang mendukung untuk mengembangan potensi mustahik, salah satunya dari aspek sosial untuk menunjang masa depan. Maka mustahik tidak perlu mengkhawatirkan berapa banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan sedangkan pendapatan belum tentu memenuhi kebutuhan hidupnya.Kemudahan adanya program-program yang mendukung mustahik ini, dapat mengurangi beban mustahik.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain karena sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam. Sedangkan kemiskinan buatan terjadi karena

13

H.A. Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002) h. 48


(21)

lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian dari anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap hidup dalam kemiskinan. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di pedesaan.Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan.Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan.14

Salah satu lembaga pengelolaan zakat yang mempunyai program dan konsen terhadap pemberdayaan masyarakat atau mustahik adalah yayasan Griya Yatim dan Dhuafa (GYD). GYD sebagai sebuah organisasi sosial yang fokus pada aspek sosial, GYD melakukan kegiatan pengumpulan, pengadministrasian dan pendistribusian atau pendayagunaan zakat, infak shadaqah. Dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh GYD, maka GYD melakukan pembuatan program- program salah satunya dalam pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.

Oleh karena itu, yayasan Griya Yatim dan Dhuafa membangun sebuah program pemberdayaan yang dilakukan baik secara reguler setiap bulan maupun yang bersifat insidentil, program diantaranya berbentuk pelatihan keterampilan,

14

kemiskinan dan pengangguran di Indonesia, di akses pada tanggal 01 Maret 2015 dari


(22)

pemberian modal usaha kepada pengusaha kecil, ataupun pengembangan sumber daya manusia. Tujuanya untuk membantu masyarakat miskin khusunya para yatim dan dhuafa agar mandiri. Ada 3 pemberdayaan yaitu PEKAN (Pelatihan Keterampilan untuk Anak Yatim dan Dhuafa), SIMANTAP (Santunan Peduli anak Yatim dan Dhuafa non Panti), SMART Leadership Center (pelatihan dan pengembangan SDM remaja-remaja dhuafa dari umur 13 tahun).

Program PEKAN yaitu Pelatihan Keterampilan untuk Anak Yatim dan Dhuafa merupakan program pemberdayaan yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Program ini dibentuk sejak tahun 2010, dikarenakan melihat kondisi masyarakat khususnya anak-anak banyak yang putus sekolah kemudian banyak tidak mempunyai keahlian apapun.Program PEKAN berbentuk pembinaan dalam bentuk pelatihan life skill.Biasanya program PEKAN diadakan di asrama-asrama GYD yang terletak disetiap wilayah seperti di Jakarta timur. Program PEKAN berupa Teknisi komputer, Handphone , sepeda motor, kursus menjahit, merangkai bunga, dan lain-lain. Program ini diperuntukkan bagi anak-anak yatim maupun dhuafa yang sudah remaja baik yang tinggal di asrama maupun yang tidak (non mukim).Kemudian Program ini dilakukan baik secara reguler setiap bulan maupun yang bersifat insidentil, program ini berbentuk pelatihan keterampilan dan keahlian.Program ini merupakan pemberdayaan yang dilakukan oleh yayasan Griya Yatim dan Dhuafa untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik dalam menjalankan kehidupanya setelah memasuki dunia


(23)

kerjanya nanti. Dengan adanya pelatihan keterampilan dari GYD, dapat memberdayakan mustahik zakat sehingga mereka menjadi terampil dan mempunyai peluang selain bekerja mereka bisa membuka usaha jasa atas pelatihan yang mereka telah miliki dari pelatihan-pelatihan program PEKAN.

Berawal dari rasa galau beberapa founding father yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melihat kondisi anak-anak yang terpaksa putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah Kampung Dadap, pemukiman kumuh persis ditengah-tengah megahnya perumahan Bumi Serpong Damai. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan, dibentuklah lembaga sosial yang konsen pada masalah sosial khususnya anak-anak.Dengan menempati sebuah rumah di Jl. Magnolia 1 Sektor 1.2 BSD yang digunakan juga sebagaiasrama yatim dan dhuafa terbentuklah organisasi sosial yang bernama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa pada tahun 2009.15Hampir setiap tahunnya penghimpunan dana Zakat di yayasan Griya Yatim dan Dhuafa mengalami peningkatan. Jumlah dana yang terhimpun pada tahun 2013 meningkat (Rp.4.51 miliyar) di bandingkan 2012 (Rp 3,11 milyar) dan tahun 2011 (Rp 1,6 miliyar) kemudian 2010 (Rp 695 juta) sehingga total

15Griya Yatim & Dhuafa (GYD) “

Sejarah Terbentuknya Griya Yatim & Dhuafa” di akses


(24)

penghimpunan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 sejumlah Rp. 9,91 milyar.16

Dari sinilah maka penulis tertarik membuat karya tulis dalam bentuk skripsi yang berjudul Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui Program PEKAN Pada Yayasan Griya Yatim Dan Dhuafa” .

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Terkait dengan latar belakng tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN pada Yayasan Griya Yatim & Dhuafa?

b. Bagaimana dampak pemberdayaan mustahik zakat dalam peningkatan keterampilan oleh yayasan Griya Yatim dan Dhuafa

c. Bagaimana hasil program PEKAN Tersebut apakah anak yatim dan dhuafa mandiri atau tidak?

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan fokus pada penulisan skripsi, maka penulis menganggap perlu untuk menyajikan penulisan skripsi ini hanya sebatas pada penekanan sebagai berikut :

16Griya Yatim & Dhuafa (GYD) “

Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan Tahun 2010-2012” (Tanggerang: Griya Yatim & Dhuafa,2012) h. 2


(25)

a. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN.

b. Mustahik zakat mandiri atau tidak setelah mendapatkan program PEKAN. c. Tempat penelitian di Yayasan Griya Yatim & Dhuafa dan di asrama

yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. d. Penelitian dilakukan pada tahun 2015.

e. Penelitian ini menelusuri akan mempertanyakan pemberdayaan mustahik zakat di Yayasan Griya Yatim & Dhuafa sejak 2012-2014 (3 tahun terakhir).

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN pada Yayasan Griya Yatim & Dhuafa?

b. Bagaimana dampak pemberdayaan mustahik zakat terhadap peningkatan keterampilan mustahik pada Yayasan Griya Yatim & Dhuafa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui mekanisme pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN yang dilakukan Griya Yatim & Dhuafa.


(26)

b. Untuk mengetahui dampak pemberdayaan mustahik zakat terhadap keterampilansetelah mendapatkan program PEKAN pada Yayasan Griya Yatim & Dhuafa.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, dapat membuat pencerahan bagi pihak-pihak terkait :

a. Bagi Akademisi

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan pengetahuan tentang zakat dan ekonomi syariah di tempat penulis menuntut ilmu.Sehingga penulis bisa memberikan manfaat bagi para pencari ilmu.

b. Bagi Praktisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi GYD atau pihak terkait yang di dalamnya untuk meningkatkan mutu yang lebih baik, demi kesejahteraan masyarakat sehingga tidak ada lagi kemiskinan dan bisa meningkatkan perekonomian negara.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kesejahteraan agar selalu menyadari kewajiban untuk berzakat dari harta yang kita dapatkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan aktivitas perekonomian serta pendidikan.


(27)

D. Tinjauan (Review) Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya sehingga tidak ada pengulangan yang tidak perlu. Uraian berikut akan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini penting dilakukan.

Table 1.1 Study Terdahulu No Nama Peneliti,

Judul Penelitian

Keterangan dan Isi Penelitian

Perbedaan dengan Penulis

1. Amelia

Pemberdayan n Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi HandphoneDi Institut

Skripsi ini membahas tentang bagaimana

pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan teknisi handphone di Institute Kemandirian Dompet Dhuafa dilaksanakan. Kemudian bagaimana pelatihan keterampilan

Sedangkan penelitian

skripsi ini membahas

mengenai Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui

Program PEKAN Pada

Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa”. Penelitian ini untuk mengetahui

bagaimana mekanisme


(28)

Kemandirian Dompet Dhuafa”.Konse ntrasi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, Tahun 2009.

teknisi handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa dan apakah memberikan kontribusi kepada semangat kemandirian pada pelakunya.

zakat melalui program

PEKAN pada Yayasan

Griya Yatim & Dhuafa dan

bagaimana dampak

pemberdayaan mustahik

zakat terhadap peningkatan

keterampilan mustahik

pada Yayasan Griya Yatim

& Dhuafa. Metode yang

digunakan adalah dengan

menggunakan pendekatan

kualitatif. Dengan

pengumpulan data berupa

kepustakaan dan penelitian

lapangan.

2. Aceng

Taryana“Peran an Zakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Skripsi ini membahas tentang membahas mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program ketahanan pangan ubi. Tujuan penelitian ini untuk

Sedangkan penelitian

skripsi ini membahas

mengenai Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui

Program PEKAN Pada

Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa”. Penelitian ini untuk mengetahui


(29)

Program Ketahanan Pangan Ubi”. (studi kasus masyarakat mandiri Dompet Dhuafa di Kabupaten Kuningan Jawa Barat). Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, Tahun 2011. mengetahui mekanisme, aplikasi dan sejauh mana efektifitas penyaluran dana zakat yang dilakukan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa dalam mengembangkan program ketahan pangan ubi. Metode yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mendapatkan data atau informasi melalui observasi, wawancara, kamera dan dokumentasi.

bagaimana mekanisme

pemberdayaan mustahik

zakat melalui program

PEKAN pada Yayasan

Griya Yatim & Dhuafa dan

bagaimana dampak

pemberdayaan mustahik

zakat terhadap peningkatan

keterampilan mustahik

pada Yayasan Griya Yatim

& Dhuafa. Metode yang

digunakan adalah dengan

menggunakan pendekatan

kualitatif. Dengan

pengumpulan data berupa

kepustakaan dan penelitian


(30)

3. Aditya Ramadhan “Analisa Pemberdayaan Zakat Dalam Mensejahterak an Perekonomian Mustahik”.(stu di kasus pada lembaga amil zakat Sejahtera Ummat Pondok Aren-Tanggerang). Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, Penelitian membahas penyaluran dana zakat melalui pemberdayaan masyarakat . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari zakat dalam

mengingkatkan

kesejahteraan mustahik dan seberapa besar tingkat keberhasilan dari program yang telah dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Sejahtera Ummat. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mendapatkan data atau informasih melalui observasi, wawancara dan studi documenter.

Sedangkan penelitian

skripsi ini membahas

mengenai Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui

Program PEKAN Pada

Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa”. Penelitian ini untuk mengetahui

bagaimana mekanisme

pemberdayaan mustahik

zakat melalui program

PEKAN pada Yayasan

Griya Yatim & Dhuafa dan

bagaimana dampak

pemberdayaan mustahik

zakat terhadap peningkatan

keterampilan mustahik

pada Yayasan Griya Yatim

& Dhuafa. Metode yang

digunakan adalah dengan

menggunakan pendekatan

kualitatif. Dengan


(31)

Tahun 2013 kepustakaan dan penelitian lapangan.

4. Abdul Alim

“Pemberdayaa n Ekonomi Mustahik Zakat Perusahaan Pada Baitulmall Muamalat” Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Penelitian membahas pemberdayaan ekonomi

mustahik dengan zakat

perusahaan.Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui

pendistribusian dan

pencapaian memberdayakan

ekonomi mustahik melalui

zakat perusahaa secara

produktif oleh Baitull

Muamalat selaku lembaga

zakat. Metode yang

digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan

mendapatkan data atau

informasih melalui

Sedangkan penelitian

skripsi ini membahas

mengenai Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui

Program PEKAN Pada

Yayasan Griya Yatim dan

Dhuafa”. Penelitian ini untuk mengetahui

bagaimana mekanisme

pemberdayaan mustahik

zakat melalui program

PEKAN pada Yayasan

Griya Yatim & Dhuafa dan

bagaimana dampak

pemberdayaan mustahik


(32)

UIN Jakarta, Tahun 2010.

.

wawancara dan studi

documenter.

keterampilan mustahik

pada Yayasan Griya Yatim

& Dhuafa. Metode yang

digunakan adalah dengan

menggunakan pendekatan

kualitatif. Dengan

pengumpulan data berupa

kepustakaan dan penelitian

lapangan.

Sementara itu, penelitian yang ingin penulis bahas yaitu tentang

“Pemberdayaan Mustahik Zakat Melalui Program PEKAN Pada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa”. Dalam penelitian ini difokuskan mengenai Bagai mana mekanisme pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN pada Yayasan Griya Yatim & Dhuafa dan Bagaimana dampak pemberdayaan mustahik zakat terhadap peningkatan keterampilan mustahik pada Yayasan Griya Yatim & Dhuafa dengan menggunakan metode Kualitatif dan pendekatan Deskriptif.


(33)

E. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul skripsi ini, diantaranya, Yayasan Griya Yatim & Dhuafa, pendayagunaan dan pemberdayaan.

Yayasan Griya Yatim & Dhuafa sebagai sebuah organisasi sosial yang fokus pada aspek sosial, GYD melakukan kegiatan pengumpulan, pengadministrasian dan pendistribusian atau pendayagunaan zakat, infak shadaqah.Dari hasil pengumpulan yang dilakukan oleh GYD, maka GYD melakukan pembuatan program- program pemberdayaan dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.

Pendayagunaanzakat, menurut Pedoman Pelaksanaan Zakat di DKI Jaya itu ditentukan sebagai berikut :

1. Bersifat edukatif, produktif, agar penerima zakat pada suatu masa tidak memerlukan zakat lagi dan diharapkan menjadi orang yang membayar zakat.

2. Untuk fakir miskin, muallaf, dan ibnussabil, pembagian zakat itu dititikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang mengurusnya. Kebijaksanaa ini dilakukan agar unsure pendidikan yang dikandung dalam pembagian zakat itu lebih kentara dan terasa


(34)

3. Bagi kelompok amil, gharimin, dan sabilillah, pembagian dititikberatkan pada badan hukumny atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan aktivitas-aktivitas keislaman. 17

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata Pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.

Kemudian istilah Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensial,pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.18

Sedangkan tujuannya pemberdayaan Masyarakat adalah terwujudnya kemandirian masyarakat dalam berusaha dengan kelembagaan yang tangguh sehingga masyarakat sejahtera.19

Dalam kegiatan program pemberdayaan PEKAN, Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melakukan pelatihan life skill seperti, yaitu Teknisi computer, HP, sepeda motor, kursus menjahit, merangkai bunga dan lain-lain.

17

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press), 1988, cet.1), h,68-69

18

Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha,(Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005, cet. 1),h, 53-54

19

Tujuan Pemberdayaan Masyarkat, di akses pada tanggal 08 Desember 2014 dari


(35)

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pemberdayaan kepada Yatim dan Dhuafa yang dikhususkan kepada remaja yang dilakukan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat membantu bagi anak-anak Yatim dan Dhuafa setelah mereka dewasa dalam menghadapi tantangan didunia pekerjaan nantinya.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data yang berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka.20Adapun data yang bersifat angka hanya dijadikan sebagai data pelengkap penelitian.Data yang sudah dikumpulkan, diolah dan dijelaskan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran sistematis dan akurat mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian analisis merupakan penelitian yang ditujukan untuk meneliti secara terperinci suatu aktifitas atau kejadian, dan hasil dari penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet.kedua, h. 11


(36)

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu : a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.21Data yang dipeoleh adalah data penerima pemberdayaan program PEKAN, data penyaluran zakat dan data yang berhubungan dengan GRIYA YATIM & DHUAFA.

b.Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. 22

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang akan membantu pengetahuan dengan bantuan berupa buku- buku, majalah, catatan, dokumen- dokumen atau website yang memang perlu diketahui si peneliti.

21

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42.

22

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42.


(37)

b. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan dengan mendatangi kantor pusat Griya Yatim & Dhuafa (GYD) yang terletak di Jl. Virgin Island NA-7 De Latinos, BSD Rawa Buntu Kec. Serpong Tanggerang Selatan. Serta langsung bertemu dengan sebagian penerima pemberdayaan untuk melakukan wawancara dan observasi langsung. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan data dengan cara berikut:

1) Dokumenter

Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan dokumen-dokumen GYD yang berhubungan dengan program PEKAN, dan data penerimapemberdayaan untuk dipelajari agar memudahkan penelitian.

2) Wawancara

Wawancara adalah Tanya jawab secara tatap muka yang dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada pihak pertama pelaksana program PEKAN GYD di kantor pusat GYD. Sedangkan Pihak kedua penerima pemberdayaan.

3) Observasi

Observasi yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala


(38)

yang diselidiki.23Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung di Griya Yatim & Dhuafa.

4. Pedoman Penulisan

Pedoman skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Press, 2012”.

G. Sistematika Penulisan

Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai pengertian Zakat, Infaq,Shadaqah beserta landasan hukumnya, fungsi

23


(39)

dan peran ZIS bagi masyarakat, pengertian pemberdayaan masyarakat, tahap-tahap pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan masyarakat, indikator pemberdayaan masyarakat, tujuan pemberdayaan masyarakat,pengertian keterampilan, jenis-jenis keterampilan, pengertian mustahik zakat, standar mustahik zakat

BAB III: PENGELOLAAN ZAKAT PADA YAYASAN GRIYA YATIM & DHUAFA

Dalam bab ini, penulis memuat tentang, sejarah dan perkembangan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Dasar Hukum Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Penghimpunan Zakat, Pengelolaan Zakat, Penyaluran Dana Zakat dan Program Pemberdayaan PEKAN Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.

BABIV: PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MUSTAHIK ZAKAT

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai , program PEKAN, Bagaimana mekanisme pemberdayaan mustahik zakat melalui program PEKAN pada yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Bagaimana dampak pemberdayaan mustahik zakat terhadap peningkatan keterampilan mustahik pada yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Dari data-data yang diperoleh dari penelitian hingga diketahui hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis terhadap hasil guna dan mendapatkan kesimpulan.


(40)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(41)

27

A. Zakat, Infaq dan Shadaqah 1. Pengertian Zakat

Zakat adalah isim masdar dari kata zaka-yazku-zakah.Oleh karena kata dasar zakat adalah zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah. Dengan makna tersebut, orang yang telah mengelurkan zakat diharapkan hati dan jiwanya akan menjadi besih,1 sebagaimana firman Allah swt dalam surt al-ataubah: 103,

















































Artinya:

”ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.(Q.S At-Taubah:103)

Disamping itu, selain hati dan jiwanya bersih, kekayaannya akan bersih pula. Dari ayat di atas tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan para Muzakki

1

Fakhruddin,M.HI., Fiqih & Manajemen zakat di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press, 2008, cet.1), h.13-14


(42)

dapat membersihkan dan mensucikan hati manusia, tidak lagi mempunyai sifat yang tercela terhadap harta, seperti rakus dan kikir.

Wahbah Al-Zuhayly mengungkapkan beberapa pendapat ulama mazhab tentang definisi Zakat:2

a. Menurut Mazhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq)-nya jika harta kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian. b. Menurut Mazhab Hanafi, zakat adalah menjadikan sebagian harta yang

khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah swt. Dikeluarkan hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT semata.

c. Menurut Mazhab Syafi’i, zakat adalah sebuah ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai cara khusus.

d. Sedangkan Menurut Mazhab Hanbali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.

2

Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah Agus Efendi, dkk (Bandung: Remaja Rosada,2008) h.83


(43)

Dari keempat pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa zakat suatu kewajiban yang ditentukan terhadap harta tertentu dalam waktu tertentu dan batasan tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu.

Didin Hafidhuddin mengutip Majma’ al-Lughah Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasith bahwa ditunjukan dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakah (keberkahan), al-nama (petumbuhan dan perkembangan), al-thaharah (kesucian), dan al-shalah (keberesan).3

2. Pengertian Infaq

Dijelaskan dalam surat Ali-Imran ayat 134:





















































Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.(Q.S Ali Imran:134)

3

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h.7


(44)

Jika zakat diberikan kepada mustahik tertentu maka infak boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, kerabat, tetangga dan lain sebagainya.4 Hal ini dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 215:











































































Artinya:

“mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya”.(Q.S Al-Baqarah:215)

3. Pengertian Shadaqah

Sedekah secara semantik lafal “shadaqah” berasal dari “shadaqa” yang bermakna benar, atau lawan berdusta. Kemudian lafal tersebut digunakan sebagai sebua tern dalam syari’ah islam, yang mengungkapkan “harta yang dikeluarkan setiap manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah”. Dan digunakan lafal tersebut untuk kepentingan ungkapan makna di atas, karena mengeluarkan harta untuk kepentingan taqarrub kepada Allah merupakan

4

Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: PT.Gema Insani press, 1998), h. 14-15


(45)

suatu sikap dan perbuatan benar untuk dilakukan setiap muslim, dalam upaya membangun citra keislaman dan ketaqwaannya.5

Kemudian sedekah adalah pemberian sukarela yang dilkukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya. Lembaga sedekah sangat digalakan oleh ajaran islam untuk menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain. Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyuman yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, terutama dalam kategori sedekah.6Banyak ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan sedekah di antaranya salah satunya:



























Artinya:

“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”.(Q.S Al-Baqarah:276)

5

Dr. H. Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infak/Sedekah,(Jakarta: Badan Amil Zakat dan Infak/Sedekah (BAZIS) Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1999), h. 5-6

6

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press, cet.pertama 1988), h.23


(46)

B. Landasan Hukum Zakat, Infak dan Shadaqah 1. Landasan Hukum Zakat

Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah.Pewajibnya terjadi setelah pewajiban puasa bulan Ramadhan dan zakat fitrah.Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para Nabi.Pendapat yang terakhir ini disepakati para ulama karena zakat dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang yang berdosa, sedangkan para Nabi terbebas dari hal demikian.Lagi pula, mereka mengemban titipan-titipan Allah swt dan disamping itu pula mereka tidak memiliki harta dan tidak diwarisi.

Dalam Al-Qur’an, zakat digandengkan dengan kata “Shalat” dalam delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Zakat diwajibkan dalam Al-Qur’an, sunnah dan ijma’ulama.7

a) Adapun dasar hukum kewajiban zakat diantaranya dalam surat Al-Baqarah:43:



























Artinya:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang rukuk”.(Qs. Al-Baqarah: 43)

7

Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah Agus Efendi, dkk (Bandung: Remaja Rosada,2008) h.89


(47)

b) Dalil Sunnah

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan antara lain: yaitu dalam hadits riwayat Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda:

ْبا ْ ع

ع ه ص ه ل ْ سر لاق ا ْ ع ه يضر ر ع

اْساا ي ب : س ْي

ع

ح أ ه اا لا ا ْ ا ا ش :سْ خ

ل ْ سر اً

ا اقأ ,ه

اكزلا ءاتْيا اصل

) را لا ر( اض ر ْ ص جحْلا

8

“Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara. Mengakui bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwasanya Muhammad Rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan puasa di bulan Ramadhan. (Riwayat Imam Al- Bukhori 2:2)

c) Ijma’ Ulama’

Para ulama baik salaf (klasik) maupun khalaf (kontemporer) telah sepakat tentang adanya kewajiban zakat dan merupakan salah satu rukun Islam serta menghukumi kafir bagi yang mengingkari kewajibannya.9

2. Landasan Hukum Infaq

Bahwa Allah mengemukakan anjurannya kepada umat islam agar membangun citra keislaman dan ketaqwaannya melalui amal harta, yakni menginfakkan sebagian dari yang dimiliki dan disukainya dalam jalur-jalur

8

Al-Imam al Hafidz ibnu Hajra al-Asqalani, Fathul Al- Bahari, Penerjemah: Team Azzam.

Amiruddin, Lc (Jakarta : Pustaka „Azzam, 2004), h 57

9

Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia.( Malang: UIN Malang Press, 2008) h.23


(48)

yang diperintahkan, yakni sabilillah, fakir dan miskin sera jalur-jalur lainya.10 Kemudian Infak hukumnya sunat dan dianjurkan Allah melalui firmanya dalam surat Ali-Imran ayat 92:





























Artinya:

”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (Q.S Al -Imran:92)

3. Landasan Hukum Shadaqah

Hukum dan ketentuan shadaqah dalam hal ini sama dengan ketentuan infak. Hanya saja kalau infak berkaitan dengan materi, sedangkan shadaqah memiliki arti yang lebih luas, termasuk pemberian yang sifatnya non materi, seperti memberikan jasa, mengajarkan ilmu pengetahuan, mendo’akan orang lain dan sebagainya juga masuk dalam kategori shadaqah.11

Dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 261:

10

Dr. H. Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infak/Sedekah,(Jakarta: Badan Amil Zakat dan Infak/Sedekah (BAZIS) Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1999), h. 10

11

Hadi Wahyudi, Optimalisai Pendayagunaan ZIS Bidang Kesehatan Pada LAZ PKPU (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat Nasional PKPU),”(Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)


(49)

























































Artinya:

“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allahmelipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.danAllah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. (Q.S Al-Baqarah:261)

C. Tujuan dan Hikmah ZIS bagi Masyarakat

Tujuan disyariatkanya ibadah zakat yaitu, membangun kemaslahatan hidup orang yang membayar zakat itu sendiri, serta membangun kemaslahatan orang yang menerima zakat. Orang yang membayara zakat akan semakin kuat akumulasi pahalanya, dan akan semakin mempunyai rasa aman dalam lingkungan sosialnya. Sedangkan orang yang menerima zakat, akan terbantu dalam menyelesaikan berbagai problema kehidupannya yang terus dililit berbagai kesulitan ekonomi. Dengan zakat, di samping terbantu untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya, juga akan terbantu dalam meningkatkan taraf hidup mereka, dengan menjadikan harta zakat sebagai modal usaha produktif. Demikian pula dengan tujuan infak/sedekah.12

12

Dr. H. Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infak/Sedekah,(Jakarta: Badan Amil Zakat dan Infak/Sedekah (BAZIS) Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1999), h. 13


(50)

Inilah tujuan syar’I dari penetapan zakat sebagai salah satu kewajiban dalam syari’ah islam, serta penetapan infak/sedekah sebagai salah satu perbuatan baik yang sangat dianjurkan dalam syaria’ah islam. Sedangkan hikmah-hikmahnya:

1. Dengan zakat dan infak/sedekah seseorang akan terpelihara dirinya dari berbagai perbuatan dosa, karena harta adalah cobaan. Berbagai perbuatan maksiat justru lahir dari harta. Orang yang memiliki kelebihan harta, akan muncul sikap hedinisme yang merupakan kecendrungan natural dari susunan biologisnya sebagai manusia. Sikap hedonis inilah yang merupakan pangkal berbagai perbuatan maksiat.

2. Denagn zakat dan infak/sedekah orang-orang fakir miskin, khusunya fakir miskin potensial, bisa terangkat derajat kehidupanya, dan bias terbebas dari jerat-jerat kemiskinan, dengan memberikan zakat sebagai modal usaha mereka.

3. Dengan zakat dan infak/sedekah seseorang juga bias membina sikap kepribadian hidupnya untuk menjadi orang-orang humanis yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan kehidupan orang lain. Dia akan menjadi orang-orang pemurah dan pengasih, dan terjauh dari sikap kikir yang tidak disukai oleh masyarakat lemah. Jika mereka menjadi orang baik, maka akan dicintai oleh masyarakat kecil, dan kian kecil ancaman-ancaman kekerasan sosialnya yang timbul akibat kesenjangan kaya-miskin.


(51)

4. Dengan zakat dan infak/sedekah juga, seseorang dapat memperlihatkan sikap syukur terhadap nikmat-nikmat dan karunia Allah yang telah diterimanya. Dan Allah menjamin orang yang pandai mensyukuri nikmat yang telah diterimanya serta akan memperoleh nikmat yang jauh lebih besar dari pada yang dikeluarkan. 13

Jadi zakat, infaq dan shadaqah mempunyai landasan hukumnya. Zakat yang di wajibkan menurut dalil Al-Quransunah dan ijma ulama. Kemudian infaq dan shadaqah juga begitu dalam Al Qur’an banyak di sebutkan dalil yang memerintahkanya.

D. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya menjadikan adanya kekuatan atau kekuasaan (power) pada seseorang/individu atau kelompok.Pemberdayaan berhubungan dengan upaya untuk merubah

kemampuan seseorang, keluarga, atau kelompok dari keadaan tidak memiliki kemampuan/kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang lebih baik.14

Menurut Habiyullah Jabbar pemberdayaan merupakan proses kerja sama antara pihak yang memberdayakan dan pihak yang diberdayakan. Keduanya

13

Ibid, h. 13-14

14

Dr.N.Oneng Nurul Bariyah, M.Ag, Total Quality Managemen Zakat Prinsip dan Praktek


(52)

merupakan suatu-kesatuan yang integral untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian. Kerja sama ini lazim dalam bentuk program yang dikelola bersama oleh semua pihak yang terjadi dari: pihak pemerintah, swasta, dan Masyarakat.15

Menurut Gunawan Sumadiningrat pemberdayaan diarah guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan niai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal.Yaitu akses terhadap sumberdaya, akses terhadap teknologi, akses terhadap permintaan.16

Pemberdayaan juga adalah suatu proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan suatu yang berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukan pada keberadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan

15

Habiullah Jabbar, (ed). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan, (Jakarta: Balntika, Cet. Pertama, 2004), h.99

16

Erna erawati cholitim dan Juni Tamrin, Pemberdayaan dan Refleksi Finansial Usaha Kecil di Indonesia, (Bandung: Yayasan Akita, 1997), h.238


(53)

atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tigas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering kali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.17

Adapun pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai cirri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:

a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai b. Mempunyai wadah yang terorganisir

c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait

e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan18

Kemudian upaya untuk memberdayakan masyarakat dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

17

Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h.59-60

18


(54)

a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta, bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.

b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera.

c. Membantu masyarakat utuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis.

d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan19

2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung tebentuk atau terjadi secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni:

a.Tahapan persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community development), dimana tujuan utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota agen perubah mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahap penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahap inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran.

19

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial


(55)

b.Tahap Assessment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. c.Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini agen perubah (agen of change) secara partisifatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d.Tahapan Pemformulasikan Rencana Aksi

Pada tahap ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e.Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program

Tahap pelaksaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatau yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksaan dilapangan bila tidak ada kerja sama antar warga.

f. Tahap Evaluasi

Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yag sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakuan dengan melibatkan warga.


(56)

g.Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri. Tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melibihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melibihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.20

3. Proses Pemberdyaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatau yang berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.21Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan tidak memberdayakan.

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak pemberdayaan.

3. Mengidentifikasi masalah.

4. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

20

Amelia, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi Handphone

Di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa”(Skripsi SI Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)

21

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI, seri II 2002), h.173


(57)

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikan.22

4. Indikatr Pemberdayaan Masyarakat

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses sering kali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu: masyarakat miskin yang berdaya memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.23

sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:24

a. Berkurangya penduduk miskin

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin dilingkunganya.

22Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I,

pengembangan Masyarakat Islam

(Bandung: Rosdakarya, cet.pertama 2001), h.25

23

Achmad Subianto, Ringkasan dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan Bermula Dari Kanan: Jakarta, 2004), h.40.

24

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamat Sosial, (Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 1999), h.29.


(58)

d. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, semakin rapih sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain didalam masyarakat.

e. Meningkatkan kepastian masyarakat dan pemerataan pendapatan yang oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan Pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).25

Kemudian Tujuan pemberdayaan juga adalah mendirikan manusia atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan.Oleh karenanya, pemberdayaan atau pengembangan masyarakat adalah upaya untuk memperluas pilihan bagi masyarakat.Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.Untuk itu setiap pemberdayaan diarahkan untuk

25

Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h.60


(59)

peningkatan martabat manusia sehingga menjadikan masyarakat maju dalam berbagai aspek.26

Namun, pemberdayaan duafa yang berbasiskan zakat infaq shadaqah memiliki tujuan lebih luas bukan sekedar aspek materi melainkan ada tujuan lain, sebagai berikut:

1. Memperteguh Keimanan

Memperkuat keimanan merupakan landasan utama dari pendayagunaan zakat bukan hanya pembangunan apek ekonomi.Pembangunan sumber daya manusia (human resource) memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pembangunan berbagai aspek. Karena, kekuatan sumber daya manusia akan memberikan motivasi kuat bagi seseorang untuk berusaha atau meningkatkan kehidapan dalam segala aspek. Nilai keimanan berupa sifat sabar, tawakal dan keinginan kuat untuk berusaha merupakan energy yang mampu membangkitkan semangat kaum dhuafa.

2. Meningkatkan Kualitas Hidup yang terdiri dari aspek ekonomi sehingga keluar dari perangkap kemiskinan (pover trap). Begitu pula aspek kesehatan agar menjadi manusia yang sehat dan kuat terhindar dari berbagai penyakit. Tak kalah penting dari aspek ekonomi dan kesehatan yaitu bidang pendidikan. Dengan keunggulan dalam pendidikan dapat

26

Deden Fajar Badruzzaman, Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri Di Pondok

Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor),”(Skripsi SI


(60)

melahirkan manusia yang unggul keluar dari ketertinggalan dan kebodohan.

3. Menumbuhkan jiwa enterprenuership agar dapat mandiri

Kemandirian merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan lebih bernilai dari materi. Menumbuhkan kemandirian berwirausaha dalam jiwa seseorang untuk akan lebih mendorong keberhsilan sehingga tercapai tujuan yang dicita-citakan. Hal demikian menjadi prinsip dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

E. Keterampilan

1. Pengertian Keterampilan

Menurut Kamus Besar Indonesia, Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kecakapan dalam menyelesaikan tugas.27Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan.Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satuan kesatuan yang utuh.28

Keterampilan sangat erat kaitanya dengan sumber daya manusia. The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut:

27

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet Ke-4 Ed. Ke-3, h. 1180.

28


(61)

keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang yang memahami semua asas, metode pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.29

Menurut Littre didalam buku Maurice Duvenger, bahwa pengertian keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatu kemahiran atau manufaktur khusus.30

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pendidikan ketarmpilan merupakan upaya atau usaha untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal keterampilan kemudian sikap dan kemampuan dengan tujuan peserta dapat belajar hidup mandiri dalam melaksanakan

1. Jenis-Jenis Keterampilan

Mengenai keterampilan menurut Sardiman A.M dalam Ari Kurniawan ada dua jenis keterampilan umumnya meliputi:

a. Keterampilan Jasmani, yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampian gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

29

Drs. Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi:

Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 70.

30

Maurice Duvenger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakide (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 79.


(62)

b. Keterampilan Rohani, yaitu keterampilan yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep.31

F. Mustahik zakat

1. Pengertian Mustahik Zakat

Mustahik zakat ialah orang-orang yang berhak menrima zakat. Pada ayat 60 surat Al-Taubah, dijelaskan kelompok-kelompok yang berhak menerima zakat, yaitu Allah SWT berfirman:















































































Artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

31

Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui

Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, (Skripsi

SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KOmunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 53.


(63)

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(Q.S At-Taubah:60)

Seperti yang tertera dalam Al-qur’an surat at-taubah ayat 60 mustahik zakat terbagi menjadi delapan golongan, yang berhak atas hasil zakat terbagi menjadi dua bagian, diantaranya:

a. Golongan yang mengambil hak zakat untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti: fakir, miskin, hamba sahaya dan ibnu sabil.

b. Golongan yang mengambilhak zakat untuk memanfaatkan harta tersebut, seperti pegawai zakat (amil), muallaf, orangyang mempunyai banyak hutang untuk kepentingan yang berpiutang dan orang yang berperang di jalan allah.32

2. Standar Mustahik Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat ditentukan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60, dari ayat tersebut sudah ditetapkan bahwa mustahik zakat dibagi menjadi delapan ashnaf, kedelapan golongan tersebut adalah:

1. Fakir

Orang fakir adalah orang yang sangat miskin dan hidupnya menderita, tidak memiliki apa-apa untuk hidup atau orang-orang yang sehat dan

32

Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly,ekonomi zakat, (Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada 2006), h.68


(64)

jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan.

2. Miskin

Orang miskin adalah orang yang mempunyai mata pencarian atau berpengasilan tetap, tetapi penghasilanya belum mencukupi standar hidup bagi diri dan keluarganya.Orang miskin disebut juga orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilnya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.Orang fakir, menurut mazhab Syafi’I dan Hambali, lebih sengsara dibandingkan orang miskin.Orang fakir ialah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak memiliki pekerjaan atau dia memiliki sesuatu dan juga bekerja, tetapi pengahasilanya tidak melebihi dari pada setengah keperluanya sendiri dan orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya.33

3. Amil

Amil (pengelola) zakat adalah, orang-orang yang mengurus pelaksanaan zakat, memilih-milih, meneliti orang-orang yang membutuhkan, kemudian membagi-bagikannya kepada orang yang berhak menerimanya..Menurut pendapat Abu Hanifah dan Imam Malik, mereka diberikan haknya sesuai dengan pekerjaan dan dicukupi kebutuhan-kebutuhnya secara makruf, seperti halnya hakim, jaksa dan pejabat.Sedangkan Menurut Imam Syafi’I, mereka mendapat

33


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)