Dari penjelasan diatas dapat penulis pahami bahwa kepengurusan Pondok Pesantren darussa’adah Desa Banjarsari Kecamatan Talang Padang
Kabupaten Tanggamus dalam program pembinaan seni baca Al- Qur’an sudah
menerapkan fungsi perencanaan, hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan- kegiatan yang mereka lakukan, diantaranya merencanakan sasaran,
merencanakan tujuan, merencanakan program-program, merencanakan target dan prosedur pembinaan seni baca Al-
Qur’an, yang sebelumnya sudah dimusyawarahkan bersama dan ditetapkan oleh ketua seksi pendidikan setelah
melakukan evaluasi terhadap hasil keputusan perencanaan tersebut.
B. Pengorganisasian Pembinaan Seni Baca Al-Qur’an
Dalam suatu organisasi terdapat fungsi pengorganisasian, yaitu proses mengelompokan dan membagi-bagi tugas pekerjaan diantara para anggota
organisasi, dengan harapan agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Dengan demikian, pengorganisasian memiliki peranan penting bagi proses
pembinaan seni baca Al- Qur’an di Pondok Pesantren Darussa’adah, karena
dengan dibagi-baginya kegiatan dalam tugas yang lebih rinci kepada pembina, maka pembinaan Seni Baca Al-
Qur’an yang akan dilakukan, akan terhindar dari adanya penumpukan tugas.
Dari hasil wawancara dengan ketua seksi pendidikan dapat penulis ketahui bahwa pengorganisasian pembinaan seni baca Al-
Qur’an di Pondok
Pesantren Darussa’adah diawali dengan menentukan orang yang akan
ditugaskan sebagai pembina pada program seni baca Al- Qur’an dan
memposisikan mereka pada bidang yang disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing serta menentukan metode apa dan seperti apa yang akan
digunakan pada pelaksanaan pembinaan tersebut, apakah menggunakan metode ceramah, demonstrasi, penugasan atau metode drill.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa untuk memudahkan jalannya pembinaan yang akan dilakukan, maka ketua seksi pendidikan
membagi program tilawah menjadi tiga tingkatan, yaitu tartil Al-Qu r’an,
tilawah Al- Qur’an dasar dan tilawah Al-Qur’an lanjutan. Pada tingkat tartil
Al- Qur’an yang ditugaskan sebagai pembina adalah Ustadz Luzen Mawardi
pembina bidang tajwid dan Ustadzah Sa’diyah pembina lagu tartil,
kemudian pada tingkat tilawah dasar yang ditugaskan sebagai pembinanya yaitu saudari Shofa Marwah pembina lagu tilawah dasar dan pada tingkat
tilawah lanjutan akan dibina oleh saudara Ahmad Fauzan pembina lagu tilawah lanjutan
Masing-masing tingkatan tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Santri yang sudah mampu membacakan Al-
Qur’an dengan baik pada golongan tartil, akan dimasukan kedalam tingkatan tilawah
dasar, begitu juga dengan santri pada tingkatan tilawah dasar yang sudah menguasai lagu dasar secara baik, juga akan dinaikan kedalam tingkatan
tilawah lanjutan.
Tim yang bekerja sama dengan baik, akan dapat mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan rencana yang telah di rencanakan oleh mereka
sebelumnya. Untuk mencapai tujuan yang di kehendaki, maka Pondok Pesantren Darussa’adah harus melibatkan anggota yang berkompeten sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Dari uraian diatas terlihat bahwa pengorganisasian yang dilakukan
pimpinan Pondok Pe santren Darussa’adah pada program seni baca Al-Qur’an
telah menerapkan fungsi pengorganisasian sesuai dengan teori yang disampaikan pada bab dua, bahwa ada empat langkah yang harus diambil
manajer dalam
hal pengorganisasian
yaitu pembagian
kerja, departementalisasi, rentang kendali dan koordinasi.
Akan tetapi setelah penulis analisa kembali bahwa sumber daya manusia yang dimiliki oleh Pondok Pes
antren Darussa’adah jumlahnya terbatas, hal ini dapat kita lihat dari pembagian pembina tajwid yaitu
pengasuh Pondok Pesantren dan ketua divisi bidang tilawah dan pembina lagu tilawah lanjutan merupakan
ketua Pondok Pesantren Darussa’adah.
C. Penggerakan Pembinaan Seni Baca Al-Qur’an