Variabel Penelitian Definisi Operasional

33 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel. 3.1 Jumlah Sampel Pada Setiap Kelas Dari tabel di atas dapat diketahui di kelas VII C terdapat 29 skor peserta tes, kelas VII D terdapat 28 skor peserta tes, kelas VII F terdapat 34 skor peserta tes, kelas VII G terdapat 37 skor peserta tes, kelas VII H terdapat 36 skor peserta tes, dan kelas VII I terdapat 38 skor peserta tes.

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pendeteksian ketidakwajaran skor, sedangkan variabel terikatnya adalah indeks ketidakwajaran skor. Variabel bebas merupakan variabel yang kemunculannya diasumsikan menjadi sebab munculnya variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang kemunculannya diasumsikan sebagai akibat dari adanya variabel bebas. Ali, 2011:71.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL Metode SHL menyatakan kewajaran skor peserta tes dengan indeks kehati- hatian. Indeks kehati-hatian dihitung dengan menggunakan rumus indeks kehati- hatian. Komponen dari rumus tersebut adalah selisih antara indeks kehati-hatian kelompok butir mudah untuk peserta yaitu “A” dengan indeks kehati-hatian kelompok butir sukar untuk peserta yaitu “B” kemudian dibagi selisih antara No. Kelas Jumlah 1 VII C 29 2 VII D 28 3 VII F 34 4 VII G 37 5 VII H 36 6 VII I 38 Jumlah 202 34 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu indeks kehati-hatian kelompok butir mudah untuk jawaban seluruh peserta yaitu “C” dengan indeks kehati-hatian kelompok sukar untuk jawaban seluruh peserta yaitu “D”. Klasifikasi yang dibuat pada metode SHL pada indeks kehati-hatian adalah semakin besar indeks maka skor tersebut semakin tidak wajar dan sebaliknya semakin kecil indeks maka skor tersebut semakin wajar. Peserta yang terwajar adalah peserta yang mempunyai indeks kehati-hatian sebesar nol 0. Klasifikasi skor peserta tes yang terdeteksi wajar, indeks kehati-hatiannya dapat dipertimbangkan dari pola skor dengan kategori kehati-hatian. 2. Pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher Metode Donlon-Fisher menggunakan korelasi biserial untuk mengkorelasikan pola kesukaran butir yang dilihat dari satu peserta dengan pola kesukaran yang dilihat dari kelompok peserta. Menyatakan korelasi biserial itu dengan kewajaran skor peserta. Komponen dari rumus indeks kewajaran skor peserta tersebut adalah selisih antara rata-rata kesukaran dalam skala delta yang terkerjakan oleh peserta tes dengan rata-rata kesukaran butir dalam skala delta untuk butir yang dijawab dengan benar oleh peserta tes yang dibagi dengan simpangan baku di dalam skala delta semua butir yang dikerjakan kemudian dikalikan dengan pembagian antara proporsi jawaban benar peserta tes dengan probabilitas pada distribusi probabilitas normal baku di titik yang dibagi oleh y. Makin tinggi koefisien biserial maka makin tinggi indeks kewajaran Donlon dan Fisher, maka makin cocok skor peserta dengan skor kelompok peserta sehingga makin wajar skor peserta itu, begitu pula sebaliknya. Pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon dan Fihser dalam perhitungannya menggunakan korelasi biserial, acuan dalam menyatakan tingginya suatu indeks kewajaran skor peserta tes dapat menggunakan indeks daya beda butir soal yang dinyatakan oleh Ebel Susetyo, 2011:161. Penulis menyatakan indeks yang wajar berada diantara 1-0,70, karena mempertimbangkan korelasi antara pola kesukaran butir soal responden secara individu dengan pola 35 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kesukaran butir soal secara kelompok, memiliki daya pembeda yang baik sekali, untuk klasifikasi setelahnya hanya dinyatakan cukup baik, cukup baik saja tidak cukup, maka pada batas indeks 0,70 terlihat adanya perbedaan butir soal yang mudah dan sukar yang baik sekali dan begitu pula apabila dilihat dari pola kesukaran butir soal responden secara individu sesuai dengan pola kesukaran butir soal secara kelompok pada klasifikasi baik sekali. Jika pada responden tidak terlihat dengan jelas antara butir mudah dan butir sukar maka dapat dinyatakan bahwa responden tersebut terdeteksi memiliki skor yang tidak wajar. E. Alur Penelitian 36 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan: c i : indeks kehati-hatian peserta tes : indeks kewajaran peserta tes Dari gambar 3.1 mengenai alur penelitian dapat dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan sebagai berikut: 1. Membuat soal matematika Gambar 3.1 Alur Penelitian dan Pengambilan Data 37 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pembuatan soal matematika yang akan dijadikan instrumen penelitian berpedoman kepada kurikulum yang berlaku pada sekolah yang siswanya akan dijadikan subjek penelitian dan berdasarkan kisi-kisi tes yang telah dirancang terlebih dahulu. Penulis memilih pokok bahasan transformasi yang dipelajarai oleh siswa kelas VII SMP. Instrumen yang dibuat penulis sebanyak 30 butir tes. Langkah-langkah penyusunan soal: a Menyusun spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini: 1 Menentukan tujuan tes Ditinjau dari tujuannya tes dibagi menjadi empat macam yang digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnotis, tes formatif, dan tes sumatif. 2 Menyusun kisi-kisi tes Kisi-kisi merupakan tabel matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: a. Menulis tujuan umum pelajaran b. Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan c. Membuat indikator d. Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan. 3 Memilih bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa, lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajarn yang diujikan. 4 Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan waktu berdasarkan hasil uji coba. Namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu berdasarkan pengalaman dari tiap tenaga pengajar. 38 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b Menulis soal tes Penulisan tes merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan- pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang dibuat. Kisi-kisi lengkap sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilihat pada Lampiran A.2 halaman 98 dan Lampiran A.8 halaman 291. 2. Uji validitas isi butir soal Validitas isi butir soal terdiri dari uji keterbacaan butir soal, uji kecocokan kompetensi dasar dengan indikator, dan kecocokan indikator dengan butir soal. Uji keterbacaan butir soal dilakukan oleh siswa kelas VII, sedangkan uji kecocokan kompetensi dasar dengan indikator dan uji kecocokan indikator dengan butir dilakukan oleh jugment ahli yang bertujuan untuk melihat kecocokan antara kompetensi dasar dengan indikator dan juga melihat kecocokan antara indikator dengan butir soal. Perhitungan validitas isi butir soal selanjutnya menggunakan persentase kecocokan. 3. Melakukan uji coba soal Butir soal yang telah di jugment oleh sejumlah ahli dan telah dinyatakan valid, kemudian soal tersebut diujicobakan kepada siswa yang bukan merupakan subjek penelitian. 4. Melakukan analisis butir Setelah mendapatkan skor hasil uji coba tes, penulis melakukan analisis terhadap reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan distraktor. 5. Pengujian Soal Matematika di Kelas VII. Butir soal yang sudah valid dan reliabel kemudian diujikan pada siswa kelas VII di suatu SMP Negeri di kota Bandung sebanyak 202 siswa. 6. Pendeteksian ketidakwajaran skor Pengujian soal matematika pada kelas VII menghasilkan sejumlah skor peserta tes yang kemudian dilakukan pendeteksian ketidakwajaran skor terhadap semua skor 39 Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu peserta tes. Pendeteksian ketidakwajaran skor dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode SHL dan juga metode Donlon-Fisher. 7. Melakukan perhitungan statistik deskriptif Pada tahap ini hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menghasilkan indeks kehati-hatian dan indeks kewajaran skor siswa. Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan menggunakan statistika deskriptif yang meliputi mean, median, modus, standar deviasi, indeks terkecil, dan indeks terbesar, kemudian menampilkan jumlah peserta tes yang dinyatakan skornya wajar dan tidak wajar berdasarkan metode pendeteksian ketidakwajaran skor yaitu metode SHL dan metode Donlon-Fisher. 8. Mentransformasi Indeks Ketidakwajaran Skor Sebelum membandingkan rata-rata ke dua indeks ketidakwajaran skor, terlebih dahulu semua indeks ketidakwajaran skor ditransformasikan ke dalam skor baku T. 9. Menghitung Perbandingan secara Statistik Inferensial Setelah semua indeks ketidakwajaran skor ditransformasi ke dalam skor baku T, kemudian dilakukan pengujian perbandingan dua rata-rata sampel yang berpasangan.

F. Instrumen

Dokumen yang terkait

Penurunan Indeks Plak antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 Tahun.

13 67 89

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA KELAS YANG MENGGUNAKAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DENGAN KELAS YANG MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI INDEKS HARGA DAN INFLASI SISWA

0 11 169

Perbandingan Metode Klasifikasi Antara Analisis Diskriminan Verteks Dan Diskriminan Fisher.

2 8 63

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS V SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA

0 0 17

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE PETA KONSEP PADA STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE PETA KONSEP PADA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SUKOHA

0 0 17

KOMPARASI SKOR HASIL PENYETARAAN UN MATEMATIKA SMP/MTs ANTARA METODE LINIER DAN METODE EKUIPERSENTIL DI KOTA AMBON.

1 6 35

PENDETEKSIAN KETIDAKWAJARAN SEKOR BERDASARKAN METODE JACOB DITINJAU DARI JUMLAH PILIHAN JAWABAN PADA TES PILIHAN GANDA.

1 6 30

PENDETEKSIAN KETIDAKWAJARAN SEKOR BERDASARKAN METODE JACOB DITINJAU DARI JUMLAH PILIHAN JAWABAN PADA TES PILIHAN GANDA.

0 5 64

KARAKTERISTIK METODE PENYETARAAN SKOR TES UNTUK DATA DIKOTOMOS.

0 0 2

PERBANDINGAN KPS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

0 0 10