39
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
peserta tes. Pendeteksian ketidakwajaran skor dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode SHL dan juga metode Donlon-Fisher.
7. Melakukan perhitungan statistik deskriptif
Pada tahap ini hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menghasilkan indeks kehati-hatian dan indeks kewajaran skor siswa. Untuk menginterpretasikan hasil
perhitungan menggunakan statistika deskriptif yang meliputi mean, median, modus, standar deviasi, indeks terkecil, dan indeks terbesar, kemudian
menampilkan jumlah peserta tes yang dinyatakan skornya wajar dan tidak wajar berdasarkan metode pendeteksian ketidakwajaran skor yaitu metode SHL dan
metode Donlon-Fisher. 8.
Mentransformasi Indeks Ketidakwajaran Skor Sebelum membandingkan rata-rata ke dua indeks ketidakwajaran skor, terlebih
dahulu semua indeks ketidakwajaran skor ditransformasikan ke dalam skor baku T.
9. Menghitung Perbandingan secara Statistik Inferensial
Setelah semua indeks ketidakwajaran skor ditransformasi ke dalam skor baku T, kemudian dilakukan pengujian perbandingan dua rata-rata sampel yang
berpasangan.
F. Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar matematika SMP kelas VII semester genap. Instrumen yang digunakan dalam penelitian merupakan jenis
tes formatif. Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sendiri. Butir soal mendeskripsikan keterwakilan dari kompetensi dasar atau materi secara
proporsional dari keseluruhan materi telah dipelajari. Tes ini mencakup dimensi pengetahuan faktual, konserptual, dan prosedural sesuai dengan kurikulum 2013
yang diterapkan di sekolah tersebut. Selain mencakup dimensi pengetahuan pembuatan instrumen juga mencakup dimensi kemampuan berpikir matematika
yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah, tingkat sedang, dan tingkat tinggi.
40
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Instrumen dan kunci jawaban lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.6, A.7, A.9, dan A.10 halaman 284, 293, dan 306.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes, karena dengan menggunakan teknik tes dapat dideteksi ketidakwajaran skor.
Tahapan pengumpulan datanya sebagai berikut: 1.
Bentuk tes yang dibuat untuk masing-masing pendeteksian metode adalah sama.
2. Responden menjawab soal tes yang telah disediakan.
3. Untuk setiap skor peserta tes dideteksi menggunakan dua metode
pendeteksian ketidakwajaran skor yaitu metode SHL dan metode Donlon- Fisher.
4. Setelah didapat semua indeks ketidakwajaran skor pada masing-masing skor
peserta tes, kemudian dihitung jumlah siswa yang teridentifikasi skornya yang wajar dan yang tidak wajar.
5. Nilai indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode
Donlon-Fisher ditranformasikan ke dalam skor baku T.
H. Teknik Analisis Data
Teknik untuk menganalisis data memiliki beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: a
Uji Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen ini digunakan untuk kepentingan pengumpulan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas isi, kemudian setelah uji
coba instrumen dilakukan uji reliabilitas dan analisis butir soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, dan distraktor.
a. Validitas isi
Validitas isi dihitung menggunakan perhitungan persentase butir soal yang cocok dengan indikator atau tujuan. Perhitungan kecocokan terhadap validitas isi
41
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dilakukan dengan menghitung besarnya persentase pada pernyataan cocok, yaitu ”persentase kecocokan suatu butir dengan tujuan atau indikator” berdasarkan
penilaian gurudosen atau ahli, Noer Susetyo, 2011:92. Butir yang dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih dari 50. Rumus yang
digunakan adalah: Persentase
∑
dimana: f
= frekuensi cocok menurut penilai ∑ = jumlah penilai
Susetyo, 2011:92 Menurut Djaali dan Puji Susetyo, 2011:90 validitas isi adalah validitas yang
akan mengecek kecocokan dinatara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator, materi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Perhitungan dengan rumus
persentase ini digunakan juga untuk menghitung persentase kecocokan pada uji keterbacaan soal dan uji kecocokan kompetensi dasar dengan indikator.
b. Reliabilitas
Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-
ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan reliabel. Susetyo, 2011:105. Pengujian reliabilitas yang akan dilakukan terhadap instrumen
menggunakan reliabilitas konsistensi internal, karena pengujian soal tersebut hanya satu kali. Reliabilitas konsistensi internal didasarkan pada skor yang
diperoleh dari satu perangkat ukur dengan satu kali pengukuran pada peserta tes, dengan jenis Kuder-Richardson-20 KR
20
. Penggunaan KR
20
dikarenakan skor yang akan didapat berupa skor dikotomi. Berikut persamaan yang digunakan
untuk menghitung koefisien reliablitas: [
∑
] dimana;
p = proporsi jawaban benar
q = proporsi jawaban salah
42
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
k = jumlah butir tes
∑ = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah = koefisien reliabilitas
= varian skor tes = jumlah responden
∑ ∑
Susetyo, 200 c.
Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan oleh suatu indeks yang dinamakan
Indeks Kesukaran Butir dan disimbolkan oleh huruf p. Indeks kesukaran butir merupakan rasio antar penjawab butir dengan benar dan banyaknya penjawab
butir. Azwar, 2011:134. Formulasi indeks kesukaran butir adalah: p =
Azwar, 2011:134 dimana:
n
i
= banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benar N = banyaknya siswa yang menjawab butir soal.
Interpretasi angka indeks kesukaran butir menurut Thondrike dan Hagen Sudijono, 2009:327 mengemukakan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pembagian Tingkat Kesukaran
Rentang Tingkat Kesukaran
p 0,30 Sukar
0,30 ≤ p ≤ 0,70
Sedang p 0,70
Mudah d.
Daya Pembeda Daya pembeda D butir tes adalah kemampuan butir tes untuk mengetahui
seberapa besar suatu butir tes dapat membedakan diskriminasi antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda tiap butir soal adalah dengan acuan norma dan cara perhitungan daya beda kelompok tinggi-rendah, sebagai
berikut:
43
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dimana: = frekuensi yang menjawab benar butir tes ke-i untuk kelompok tinggi
= frekuensi yang menjawab benar butir tes ke-i untuk kelompok rendah = jumlah seluruh peserta kelompok tinggi
= jumlah seluruh peserta kelompok rendad Susetyo, 2011 Dalam melakukan perhitungan daya beda ini, kemampuan siswa dikelompokkan
menjadi kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah. Pembagiannya menggunakan cara, kelompok tinggi sebesar 27 dan kelompok rendah 27,
sisanya sedang 46. Pada umumnya kriteria penerimaan yang digunakan adalah D
0,2, butir dinyatakan memiliki daya beda dan dapat digunakan sebagai butir tes pada suatu
perangkat ukur. Susetyo, 2011:167 Menurut Hopkins dalam Naga 2013, 292 pembagian daya beda sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pembagian Daya Beda Butir
Indek Daya Beda D
Interpretasi 0,40 atau lebih
Butir memiliki daya beda sangat baik 0,30
– 0,39 Butir memiliki daya beda baik
0,11 – 0,29
Butir memiliki daya beda sedang
0,00 – 0,10
Butir memiliki daya beda kurang
negatif
Butir ada kekeliruan e.
Distraktor Analisis pengecoh atau distraktor tujuannya adalah mengetahui kemampuan
responden yang sebenarnya dengan jalan memberikan pilihan alternatif yang memungkinkan untuk dipilih terutama responden yang tidak memahami butir tes
tersebut. Kemiripan pilihan jawaban dapat dilihat dari penyebaran frekuensi jawaban peserta pada pilihan jawaban yang disediakan. Pengecoh yang tergolong
baik adalah pengecoh yang dipilih oleh peserta tes minimum sebesar 5. Keberadaan pengecoh digunakan untuk menjebak terutama bagi mereka yang
berkemampuan rendah untuk memilih jawaban yang salah. Sedangkan mereka yang berkemampuan tinggi tidak terkecoh oleh jawaban yang salah dan mencegah
44
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
peserta tes melakukan tebakan. Berikut merupakan rumus untuk perhitungan mengecek keberfungsian pengecoh yaitu analisis distraktor proporsi presentase:
Budi Susetyo, 2011:171 dimana;
M = jumlah responden = proporsi masing-masing pilihan jawaban suatu butir tes
= frekuensi masing-masing jawaban suatu butir tes b
Pengolahan Data dengan Statistik Deskriptif
Semua data yang telah terkumpul nantinya akan diolah dengan statistik deskriptif, karena untuk mengetahui perbedaan indeks ketidakwajaran skor. Sebelum dapat
mendeteksi ketidakwajaran skor, terlebih dahulu dilakukan perhitungan skor setiap responden, kemudian dihitung secara deskriptif hasil perhitungan skor
tersebut. Pada pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon- Fisher skor yang akan dideteksi perhitungan indeksnya menggunakan rumus
korelasi biserial dengan taraf kesukaran ditransformasikan ke distribusi probabilitas normal baku serta nilai y adalah probabilitas pada distribusi
probabilitas normal baku di titik yang dibagi oleh p
it
maka sebelumnya data yang akan dideteksi diuji normalitasnya terlebih dahulu, karena metode Donlon-Fisher
akan efektif bila digunakan pada data yang berdistribusi normal. Uji normalitas juga digunakan sebagai persyaratan penggunaan statistika parametrik.
a. Deskirpsi Data Sebelum dilakukan Pendeteksian Ketidakwajaran Skor.
Berikut merupakan teknik perhitungan ketidakwajaran skor masing-masing metode:
1 Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas VII
Data yang telah dikumpulkan kemudian dihitung mean, median, modus, simpangan baku, nilai terbesar dan nilai terkecilnya, yang merupakan deskripsi
dari data hasil pengerjaan siswa kelas VII terhadap tes hasil belajar bidang studi matematika dengan pokok bahasan Transformasi. Perhitungan mean, median,
modus, simpangan baku, nilai terbesar, dan nilai terkecil dibantu dengan SPSS.16.
45
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
b. Deskripsi Data Hasil Pendeteksian Ketidakwajaran Skor
1 Deskripsi Hasil Pendeteksian Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode
SHL Metode SHL menggunakan istilah indeks kehati-hatian untuk menyatakan
kewajaran skor peserta tes. Dari data yang sudah didapat kemudian dihitung masing-masing indeks kehati-hatian setiap peserta tes. Berikut merupakan rumus
menghitung indeks kehati-hatian: http:file.upi.edu
dengan A
g
=sekor jawaban salah
∑
B
g
= sekor jawaban benar
∑
∑
∑
Tabel 3.4. Kisi Pensekoran Peserta Tes
No. Peserta
Nomor Butir f
t
c
g
1 2
3 4
... j
... N
1 X
11
X
12
X
13
X
14
... X
1j
... X
1N
f
t1
c
g1
2 X
21
X
22
X
23
X
24
... X
2j
... X
2N
f
t2
c
g2
3 X
31
X
32
X
33
X
34
... X
3j
... X
3N
f
t3
c
g3
4 X
41
X
42
X
43
X
44
... X
4j
... X
4N
f
t4
c
g4
...
... ...
... ...
...
...
...
... ...
...
i X
i1
X
i2
X
i3
X
i4
... X
ij
... X
iN
f
ti
c
gi
...
... ...
... ...
...
...
...
... ...
...
M X
M1
X
M2
X
M3
X
M4
... X
Mj
... X
MN
f
tM
c
gM
f
gi
Setelah indeks kehati-hatian semua peserta tes dihitung, dari data tersebut dapat akan dihitung mean, median, modus, standar deviasi, indeks kehati-hatian
terbesar, dan indeks kehati-hatian terkecil, kemudian diklasifikasikan skor responden yang wajar dan tidak wajar, kemudian dilihat peserta yang wajar
berasal dari kelas VII C, D, F, G, H, atau I. Sedangkan untuk responden yang
46
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
skornya dinyatakan tidak wajar akan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu indeks ketidakwajaran skor besar, sedang, dan kecil. Untuk melihat penyebaran
skor peserta tes yang dinyatakan wajar berdasarkan kategori kemampuan peserta tes maka dilakukan pengklasifikasian terhadap kemampuan peserta tes, yaitu akan
dikategorikan menjadi peserta tes dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk mempermudah cara menghitung indeks kehati-hatian, berikut merupakan contoh perhitungan indeks kehati-hatian yang tersaji pada tabel 3.5.
a Langkah pertama adalah penyusunan butir dari mudah ke sukar yang dalam
hal ini oleh skor butir f
gi
dari tinggi ke rendah. Banyaknya butir adalah N = 5. b
Langkah kedua membuat pemisah di antara bagian pertama dan bagian kedua melalui banyaknya jawaban betul. Responden 1 dan 2 dengan 4 jawaban betul
terpisah pada f
t
= 4. Responden 3 dan 4 dengan 3 jawaban betul dipisah pada f
t
= 2. Dengan X
gi
= 1 untuk jawaban betul dan X
gi
= 0 untuk jawaban salah, semua data untuk rumus 2.1. sudah tersedia sehingga indeks kehati-hatian
dapat dihitung. Pada contoh ini, indeks kehati-hatian responden lainnya dapat dihitung dari data yang tersedia untuk dimasukkan ke dalam rumus.
Tabel 3.5. Kisi Pensekoran 5 Peserta yang Mengerjakan 10 Butir dalam Penentuan Kehati-hatian.
No Peserta
Nomor Butir f
t
1 2
3 4
5 1
1 1
1 1
4 2
1 1
1 1
4 3
1 1
1 3
4 1
1 1
3 5
1 1
2 f
gi
5 4
3 2
2 Naga, 2013:400
Sekor butir f
gi
: 5
4 3
2 2
47
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sudah diurut dari besar ke kecil Jumlah butir N = 5
Responden 1 dan 2 : f
t
= 4 Responden 3 dan 4 : f
t
= 3 Responden 5
: f
t
= 2 c
Perhitungan indeks kehati-hatian untuk peserta tes ke-5: ∑
∑ ∑
∑ [ ]
∑
∑ 5 + 4
∑
∑ 2 +2
Dari perhitungan di atas didapat nilai dari: A
5
= 4 C
= 9 B
5
= 2 D
= 4
0,40
48
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Jadi diapat indeks kehati-hatian peserta tes ke-5 sebesar 0,40. d
Didapat indeks kehati-hatian peserta ke-5 sebesar 0,40, ini artinya skor peserta ke-5 tidak wajar. Untuk menghitung indeks kehati-hatian peserta lainnya dapat
digunakan jalan yang sama.
2 Deskripsi Hasil Pendeteksian Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode
Donlon-Fisher Metode Donlon-Fisher menggunakan istilah indeks kewajaran skor untuk
menyatakan koefisien korelasi biserial. Dari data yang sudah didapat kemudian dihitung masing-masing indeks kewajaran skor setiap peserta tes. Berikut
merupakan rumus menghitung indeks kewajaran skor: Naga, 1998:450
dimana: = koefisien korelasi biserial
= rata-rata kesukaran butir dalam skala delta untuk butir yang terkerjakan oleh peserta ujites
= rata-rata kesukaran butir dalam skala delta untuk butir yang dijawab dengan benar oleh peserta ujites ke-i
= simpangan baku kesukaran butir di dalam skala delta untuk smua butir yang dikerjakan
= proporsi jawaban benar terhadap butir yang dikerjakan = probabilitas pada distribusi probabilitas normal baku di titik yang dibagi
oleh
Tabel 3.6 Kisi Penentuan Kewajaran Skor menurut Metode Donlon-Fisher
Butir P
Skala A
B ...
i ...
n 1
P
1
Skala X
1A
X
1B
... X
1i
... X
1n
2 P
2
Skala X
2A
X
2B
... X
2i
... X
2n
3 P
3
Skala X
3A
X
3B
... X
3i
... X
3n
4 P
4
Skala X
4A
X
4B
... X
4i
... X
4n
5 P
5
Skala X
5A
X
5B
... X
5i
... X
5n
... ...
... ...
... ... ... ... ...
49
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
j P
j
Skala X
jA
X
jB
... X
ji
... X
jn
Setelah indeks kewajaran semua peserta tes dihitung, dari data tersebut dapat akan dihitung mean, median, modus, standar deviasi, indeks kehati-hatian terbesar, dan
indeks kehati-hatian terkecil, kemudian diklasifikasikan skor responden yang wajar dan tidak wajar, kemudian dilihat peserta yang wajar berasal dari kelas VII
C, D, F, G, H, atau I. Sedangkan untuk responden yang skornya dinyatakan tidak wajar akan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu indeks ketidakwajaran
skor besar, sedang, dan kecil. Untuk melihat penyebaran skor peserta tes yang dinyatakan wajar berdasarkan kategori kemampuan peserta tes maka dilakukan
pengklasifikasian terhadap kemampuan peserta tes, yaitu akan dikategorikan menjadi peserta tes dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk mempermudah cara menghitung indeks kewajaran peserta tes, berikut merupakan contoh perhitungan indeks kewajaran yang tersaji pada tabel 3.6.
a Langkah pertama adalah penyusunan proporsi jawaban benar setiap butir dari
mudah ke sukar. b
Langkah ke dua adalah mentransformasi proporsi jawaban benar setiap butir dalam skala delta. Banyaknya butir adalah N = 10.
Tabel 3.7 Jawaban Peserta yang Mengerjakan sepuluh butir tes dalam penentuan kewajaran menurut Metode Donlon-Fisher
Butir P
Skala A
B
1 0,80
9,64 1
2 0,75
10,32 1
1 3
0,65 11,44
1 1
4 0,60
11,96 1
5 0,50
13,00 1
1 6
0,40 14,04
1 1
7 0,35
14,56 1
8 0,30
15,08 1
50
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
9 0,25
15,68 1
10 0,20
16,36 1
Hulin et al:1983 dimana:
P = proporsi jawaban benar
A dan B = peserta tes.
c Perhitungan indeks kewajaran peserta A dengan metode Donlon-Fisher.
Peserta A mengerjakan semua butir, sehingga rata-rata dan simpangan baku kesukaran butir di dalam skala delta untuk semua butir yang dikerjakannya, yakni
dari 1 sampai 10 adalah masing-masing: Rata-rata:
=
∑
dimana: = rata-rata kesukaran butir dalam skala delta untuk butir yang terkerjakan
oleh peserta ujites ∑
= jumlah semua skala pada butir soal 1 sampai N
N = banyaknya butir soal =
Simpangan Baku: √
∑ ̅
dimana: = simpangan baku kesukaran butir di dalam skala delta untuk smua butir yang
dikerjakan = nilai skala
ke-i ̅ = rata-rata nilai skala
51
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
√ ∑
̅
= 2,81
Rata-rata kesukaran butir di dalam skala delta dari butir soal yang berhasil dijawab benar oleh peserta A, yaitu 1, 2, 3, 4, 6, dan 8, serta proporsi jawaban
benar adalah sebagai berikut:
=
∑
= =0,7
Pada tabel distribusi probabilitas normal baku, proporsi = 0,7 terletak pada
nilai z = 0,52 sehingga dari tabel distribusi probabilitas normal baku pada Lampiran C.5 halaman 388, kita temukan:
= 0,92 Jadi diapat indeks kewajaran peserta tes A sebesar 0,92.
d Didapat indeks kehati-hatian peserta A sebesar 0,92, ini artinya skor peserta A
wajar. Untuk menghitung indeks kewajaran peserta lainnya dapat digunakan jalan yang sama.
3 Hasil Pendeteksian Ketidakwajaran Skor menggunakan metode SHL dan
metode Donlon-Fisher
Tabel 3.8 Hasil Pendeteksian Ketidakwajaran Skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher
52
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Wajar Tidak Wajar
Jumlah SHL
f
w1
f
tw1
n
Donlon-Fisher f
w2
f
tw2
n
Keterangan: f
w1
: frekuensi peserta tes yang memiliki skor wajar dideteksi dengan
menggunakan metode SHL. f
w2
: frekuensi peserta tes yang memiliki skor wajar dideteksi dengan
menggunakan metode Donlon-Fisher. f
tw1
: frekuensi peserta tes yang memiliki skor tidak wajar dideteksi dengan
menggunakan metode SHL. f
tw2
: frekuensi peserta tes yang memiliki skor tidak wajar dideteksi dengan
menggunakan metode Donlon-Fisher. n :
Jumlah seluruh siswa yang dideteksi ketidakwajarannya
4 Transformasi Indeks Ketidakwajaran Skor ke Dalam Skor Baku T
Semua indeks ketidakwajaran peserta tes yang sudah dihitung menggunakan metode SHL maupun metode Donlon-Fisher, kemudian ditransformasi ke dalam
skor baku T, terlebih dahulu ditranformasikan ke dalam skor baku z. Skor z dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
̅ Sudjana,1995:116
dimana: z
= skor baku z X
= skor ̅ = rata-rata skor
S = simpangan baku
T = skor baku T
5 Pengujian Persyaratan Analisis
53
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Uji persyaratan digunakan untuk menentukan data yang telah didapat akan dianalsis menggunakan statistika parametrik atau statistika nonparametrik. Uji
persyaratan analisis menggunakan uji normalitas saja tanpa ada uji homogenitas, karena dua kelompok data yang didapat berasal dari sampel yang sama.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan untuk
uji prasyarat. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dibantu dengan program SPSS.16 .
Pengujian normalitas pada taraf signifikansi 5 dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
H : data tidak berdistribusi normal
H
1
: data berdistribusi normal Kriteria pengujian:
I. Jika P-value 0.05, maka data tidak berdistribusi normal, maka tolak H
0.
II. Jika P-value ≥ 0.05, maka data berdistribusi normal, maka terima H
0.
3. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik: H
: = 0
H
1
: Pengujian dua perbedaan rata-rata sampel yang berpasangan menggunakan
teknik analisis statistika nonparametrik yaitu menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Berikut merupakan rumus dari uji Wilcoxon
tersebut: T = nilai terkecil dari
∑ ∑
̅ merupakan nilai yang didapat dari perhitungan atau formula
merupakan nilai dari formula √
merupakan nilai dari formula
̅
ES merupakan nilai dari formula
| |
√
Corder dan Foreman, 2009: 39
54
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE
DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pengujian hipotesis menggunakan uji dua perbedaan rata-rata populasi yang berhubungan pada taraf signifikansi 5 atau 0,05.
Kriteria pengujian: i.
Jika P-value 0,05 maka terima H ii.
Jika P-value 0,05 maka tolak H
76
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014
PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan