Penurunan Indeks Plak antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 Tahun.

(1)

KESEHATAN GIGI ANAK USIA 8-9 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : MEY LINDA NIM : 070600016

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

Tahun 2011

Mey Linda

Penurunan Indeks Plak antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 Tahun

x + 48 halaman

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pengembangan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan di dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan penurunan indeks plak dan efektifitas penyuluhan pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama dan pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama antara metode peragaan dan video dalam penyuluhan kesehatan gigi pada anak usia 8-9 tahun.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental, yaitu pre and post test design. Sampel penelitian adalah anak usia 8-9 tahun dari SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Prosedur penelitian dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan setelah menyikat gigi pada setiap pemeriksaan.

Metode peragaan memiliki penurunan indeks plak lebih besar dibandingkan dengan metode video pada setiap pemeriksaan yang dilakukan pada penyuluhan


(3)

kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun. Metode peragaan dan video memiliki efektifitas yang sama dalam hal menurunkan indeks plak awal pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama. Metode peragaan lebih efektif dalam hal menurunkan indeks plak awal pada pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama. Anak pada metode peragaan lebih baik dalam menerima dan mengingat informasi penyuluhan dibandingkan dengan metode video

Metode peragaan lebih efektif digunakan dalam menurunkan indeks plak dibandingkan dengan metode video. Selain itu anak pada metode peragaan memiliki ingatan yang lebih baik tentang isi penyuluhan dibandingkan dengan metode video.


(4)

KESEHATAN GIGI ANAK USIA 8-9 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : MEY LINDA NIM : 070600016

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 Juni 2011

Pembimbing Tanda Tangan

(T. Hermina M.,drg) (...) NIP: 130 892 565


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 20 Juni 2011

TIM PENGUJI KETUA : Essie Octiara, drg., Sp.KGA

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA 2. T. Hermina M, drg.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rezeki-Nya yang tidak pernah berhenti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. Segala bentuk bantuan dan motivasi yang diterima oleh penulis amat berharga, karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Prof. Nazrudin, drg., Sp.Ort (K), C.Ort sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi USU.

2. Yati Roesnawi, drg. sebagai Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. T. Hermina M, drg., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga, membimbing, memberi petunjuk dan pengarahan, serta memotivasi dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Essie Octiara, drg., Sp.KGA, Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA, Luthfiani, drg., dan Zulfi Amalia, drg. yang telah memberikan motivasi dan membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.


(8)

5. Olivia A. Hanafiah, drg., Sp.BM, selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama ini.

6. Ibu Ratmawati, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Binaan Terpadu 001 yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

7. Rasa terima kasih yang tidak terhingga nilainya penulis tujukan khususnya kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Jumirin dan Ibunda Aisyah atas segala pengorbanan, motivasi, dan doa yang sangat berarti yang telah diberikan kepada penulis. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang penulis yaitu Kak Ita, Kak Iyek, Bang Tomi, dan Kak Mimi, serta abang dan kakak ipar penulis yaitu Mas Yanto dan Kak Revi yang telah memberikan motivasi yang sangat besar dan berguna, bantuan moral dan material, serta doa bagi penulis.

8. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Mas Rifa’i Solekhan yang selama ini telah memberikan bantuan moral dan material, serta selalu dan tidak pernah lelah memberikan doa dan motivasi kepada penulis agar selalu dapat memberikan hasil yang terbaik dan untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala kendala ketika mengerjakan tugas skripsi ini.

9. Penulis tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada sahabat, Ina, Maya, Sani, Suci, Ika, Riri yang terus memberikan dukungan dan mendoakan penulis; teman-teman seperjuangan stambuk 2007, Jazzalina, Elin, Marina, Rena, Nunu’, Rena dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu; serta senior-senior yang telah berkenan untuk membantu penulis.


(9)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, karena hal itulah penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini di masa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat yang berguna bagi kita semua.

Sekian, terima kasih.

Medan, 20 Juni 2011

Penulis

( Mey Linda) NIM : 070600016


(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL . ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... .vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Plak Gigi ... 6

2.1.1. Mekanisme pembentukan plak ... 6

2.1.2. Hubungan plak dengan karies ... 7

2.1.3. Hubungan plak dengan penyakit periodontal ... 8

2.2. Penyingkiran Plak dengan Menyikat Gigi ... 8

2.2.1. Bentuk dan ukuran sikat gigi ... 9

2.2.2. Waktu dan frekuensi menyikat gigi ... 9

2.2.3. Metode menyikat gigi ... 10

2.2.4. Pasta gigi ... 11

2.3. Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan Gigi ... 11

2.4. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak ... 13

2.5. Peran Orang Tua Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Anak ... 15

2.6. Kerangka Konsep ... 17


(11)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1. Jenis Penetilian ... 19

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 19

3.2.1. Kriteria inklusi ... 19

3.2.2. Besar sampel penelitian ... 19

3.3. Variabel ... 21

3.3.1. Variabel tergantung ... 21

3.3.2. Variabel bebas ... 21

3.3.3. Variabel terkendali ... 21

3.3.4. Variabel tidak terkendali ... 21

3.3.5. Hubungan antar variabel ... 22

3.4. Definisi Operasional ... 22

3.5. Tempat Penelitian ... 24

3.6. Cara Pengumpulan Data ... 25

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28

4.1. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Indeks Plak Awal pada Setiap Pemeriksaan ... 28

4.2. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Indeks Plak Awal pada Kelompok Perlakuan ... 29

4.3. Hasil Perhitungan Selisih Rata-Rata Indeks Plak Awal pada Setiap Pemeriksaan ... 30

4.4. Hasil Perhitungan Selisih Rata-Rata Indeks Plak Awal dan Akhir antar Kelompok Perlakuan pada Setiap Pemeriksaan ... 31

BAB 5 PEMBAHASAN ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Hasil perhitungan nilai rata-rata indeks plak awal pada setiap pemeriksaan ... 29 2. Hasil perhitungan niai rata-rata indeks plak awal pada kelompok perlakuan

... 30 3. Hasil perhitungan selisih rata-rata indeks plak awal pada setiap

pemeriksaan ... 31 4. Hasil perhitungan selisih rata-rata indeks plak awal dan akhir antar kelompok


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Informasi kepada orang tua/wali calon subjek penelitian 2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 3. Lembar pemeriksaan kelompok perlakuan

4. Surat ethical clearance

5. Surat keterangan izin penelitian

6. Surat keterangan pelaksanaan penelitian 7. Dokumentasi penelitian

8. Hasil perhitungan Oneway Anova indeks plak awal kelompok perlakuan pada setiap pemeriksaan

9. Hasil perhitungan Oneway Anova indeks plak awal setiap pemeriksaan pada kelompok perlakuan

10. Hasil perhitungan Oneway Anova selisih indeks plak awal setiap pemeriksaan 11. Hasil perhitungan Oneway Anova selisih indeks plak awal dan akhir setiap


(14)

Tahun 2011

Mey Linda

Penurunan Indeks Plak antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 Tahun

x + 48 halaman

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pengembangan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan di dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan penurunan indeks plak dan efektifitas penyuluhan pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama dan pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama antara metode peragaan dan video dalam penyuluhan kesehatan gigi pada anak usia 8-9 tahun.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental, yaitu pre and post test design. Sampel penelitian adalah anak usia 8-9 tahun dari SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Prosedur penelitian dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan setelah menyikat gigi pada setiap pemeriksaan.

Metode peragaan memiliki penurunan indeks plak lebih besar dibandingkan dengan metode video pada setiap pemeriksaan yang dilakukan pada penyuluhan


(15)

kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun. Metode peragaan dan video memiliki efektifitas yang sama dalam hal menurunkan indeks plak awal pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama. Metode peragaan lebih efektif dalam hal menurunkan indeks plak awal pada pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama. Anak pada metode peragaan lebih baik dalam menerima dan mengingat informasi penyuluhan dibandingkan dengan metode video

Metode peragaan lebih efektif digunakan dalam menurunkan indeks plak dibandingkan dengan metode video. Selain itu anak pada metode peragaan memiliki ingatan yang lebih baik tentang isi penyuluhan dibandingkan dengan metode video.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pengembangan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi.1 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa 64,9% anak usia 1-4 tahun tidak menyikat giginya dan hanya sebanyak 1% anak usia tersebut yang menyikat giginya pada waktu-waktu yang tepat. Kemudian, pada anak usia sekolah dasar terdapat 23,4% anak yang tidak menyikat giginya dan hanya sebanyak 5,6% anak yang menyikat giginya pada waktu-waktu yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, dapat diperkirakan bahwa pengetahuan anak sekolah dasar mengenai waktu yang tepat untuk menyikat gigi ternyata masih rendah. Oleh karena itu, informasi tersebut harus lebih ditekankan lagi, misalnya melalui Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) maupun dengan mengadakan Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) ke sekolah-sekolah.2

Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan di dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut.3 Beberapa penelitian berupa penyuluhan kesehatan gigi ternyata dapat memberikan hasil yang positif dalam menurunkan indeks plak. Hasil penelitian pada siswa-siswi kelas IV dan V di dua SD Negeri Medan menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan menyikat gigi yang dilakukan cukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi-geligi.4 Hasil penelitian pada siswa-siswi kelas I-VI SD


(17)

Negeri Samarinda Kalimantan Timur menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan cara menyikat gigi dapat meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. Hal ini menunjukkan proses belajar yang mereka dapat melalui program penyuluhan dan pelatihan dapat dimengerti dan dipraktekkan oleh siswa-siswi SD tersebut.5

Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. Pemilihan metode yang tepat dalam proses penyampaian materi penyuluhan sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran. Secara garis besar, hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan kesehatan gigi, yaitu : metode satu arah (One Way Method) yang menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif dan metode dua arah (Two Way Method) yang menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.3,6

Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak merupakan hal yang sangat penting. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang dipakai oleh pendidik di dalam menyampaikan bahan pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap siswa dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera. Adanya berbagai alat peraga sebagai media penyuluhan seperti peragaan dan video dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada anak sehingga mudah dimengerti.3,7


(18)

Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia.1 Masa usia sekolah dasar berlangsung antara usia 6-12 tahun, dimana masa ini diperinci menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar (usia 6/7-9/10 tahun) dan masa kelas tinggi sekolah dasar (usia 9/10-12/13 tahun).8 Perkembangan kognitif pada masa tersebut memperlihatkan daya pikir anak berkembang secara berangsur-angsur dari yang sebelumnya masih bersifat imajinatif dan egosentris berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.8-11 Penelitian pada siswa-siswi SD Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari Bandung menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai rata-rata indeks plak anak usia 10-12 tahun selama proses pendidikan penyikatan gigi yang dilakukan dalam 4 kali kunjungan, yaitu kunjungan pertama pada hari kesatu, kunjungan kedua pada hari ketiga, kunjungan ketiga pada hari kelima, dan kunjungan keempat pada hari ketujuh.12 Penelitian pada anak usia 8 dan 10 tahun mengenai efektifitas metode menyikat gigi menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara menyikat gigi dengan metode roll dan horizontal terhadap penurunan indeks plak pada pemeriksaan hari ketiga setelah pengajaran. Dengan berkembangnya fungsi pikiran anak dan daya ingat, anak sudah dapat menerima dan mengingat pendidikan dan pengajaran yang diberikan.13

Masa usia sekolah dasar merupakan saat ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk menyikat gigi. Pengajaran cara menyikat gigi bagi anak-anak sebaiknya menggunakan model dan teknik sesederhana mungkin, serta


(19)

disampaikan secara menarik dan atraktif tanpa mengurangi isi, misalnya demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi bersama.3

Peneliti berminat melakukan penelitian untuk mengetahui penurunan indeks plak antara metode peragaan dan video pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun. Penelitian akan dilakukan di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru karena sekolah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan penurunan indeks plak antara metode peragaan dengan metode video dalam penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun pada pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru?

2. Apakah ada perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun antara metode peragaan dengan metode video pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama dan pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antara metode peragaan dengan metode video dalam penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun pada pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru.


(20)

2. Menganalisis perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun antara metode peragaan dengan metode video pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan dan pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh FKG USU sebagai bahan dasar program penyuluhan pada anak usia sekolah dasar.

2. Memberikan pengetahuan dan motivasi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada murid SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru.

3. Bahan masukan dalam perencanaan UKGS di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Plak Gigi

Plak gigi adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan, merupakan salah satu faktor terjadinya proses karies dan inflamasi jaringan lunak.2,14-17 Lokasi pembentukan plak pada permukaan gigi diklasifikasikan atas plak supragingival berada pada atau koronal dari tepi gingiva dan plak subgingival berada pada apikal dari tepi gingiva.18 Plak supra dan subgingiva hampir tiga perempat bagian terdiri atas berbagai macam bakteri gram-positif dan gram-negatif, termasuk bakteri fakultatif anaerob dan obligat anaerob.19

2.1.1. Mekanisme Pembentukan Plak

Proses pembentukan plak diawali dengan pembentukan pelikel gigi dimana pada tahap ini permukaan gigi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva, cairan sulkular, produk sel bakteri, pejamu, dan debris. Kolonisasi bakteri akan dijumpai dalam waktu beberapa jam pada pelikel gigi yang didominasi oleh bakteri fakultatif gram-positif, seperti Actynomyces viscosus, Streptococcus sanguis dan Streptokokus sp. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Tahap akhir akan berlangsung kolonisasi sekunder dan pematangan plak. Pengkoloni sekunder adalah bakteri yang tidak turut sebagai


(22)

pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobacterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis, melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak.18

2.1.2. Hubungan plak dengan karies

Jenis bakteri yang dominan pada plak gigi adalah jenis streptokokus, sedangkan jenis bakteri yang lain ditemukan bervariasi, begitu juga jumlahnya.15,17 Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari berbagai jenis karbohidrat yang dapat dipecahkan kembali oleh bakteri bila karbohidrat kurang sehingga menghasilkan asam terus menerus, membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi, serta menggunakan glikoprotein dan saliva pada permukaan gigi.15,16

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri dan membentuk asam sehingga menyebabkan pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan menyebabkan demineralisasi permukaan yang rentan dan proses kariespun dimulai. Makin sering keadaan asam di bawah pH 5,5 terjadi dalam plak, makin cepat karies terbentuk dan berkembang.1,20


(23)

2.1.3. Hubungan plak dengan penyakit periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi diawali oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak sehingga menyebabkan peradangan pada gingiva. Plak yang terletak pada gigi dekat gingiva, prosesnya akan berlangsung mulai dari marginal dan mengarah pada penyakit-penyakit periodontal (gingivitis marginal, periodontitis marginal, bahkan hingga abses periodontal).17

Plak pada margin gingiva jika tidak dihilangkan secara cermat akan mengalami pengapuran dan menjadi keras. Plak yang mengeras ini disebut kalkulus yang tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan sikat gigi ataupun benang gigi, namun diperlukan bantuan dokter gigi untuk menghilangkannya.17 Pasien dengan penyakit periodontal sering mengabaikan penyakit tersebut karena sakit pada giginya tidak mengganggu aktivitas, jarang konsultasi ke dokter gigi sehingga proses periodontal akan terus berlanjut jika tidak dikenali dan ditangani lebih lanjut. Deteksi terlambat pada proses periodontal menyebabkan pembentukan dan peradangan poket, seringkali gigi sudah goyang dan penanganan lebih sulit. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengenalan dan upaya-upaya pencegahan dini dari proses tersebut.14,17,19

2.2. Penyingkiran Plak Dengan Menyikat Gigi

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya menyikat gigi.3,12,20 Tujuan menyikat gigi adalah untuk membersihkan semua sisa-sisa makanan dari permukaan gigi serta memijat gingiva.14,21 Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan


(24)

faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.12

2.2.1. Bentuk dan ukuran sikat gigi

Sikat gigi adalah kontrol plak mekanis, setiap orang umumnya mengetahui mengenai sikat gigi baik bentuk maupun ukurannya. Terdapat tiga jenis sikat gigi, yaitu sikat gigi biasa yang digunakan sehari-hari dengan kekuatan tangan, sikat gigi otomatis yang digerakkan dengan motor listrik, dan sikat gigi dengan tambahan semprotan air.2,24

Sikat gigi anak harus berbeda dengan sikat gigi dewasa, baik dari ukuran kepala sikat maupun kekerasan bulunya. Ukuran sikat gigi untuk anak yang biasa digunakan adalah sikat gigi dengan panjang tangkai 13 cm, panjang kepala 2 cm, dan lebar kepalanya 0,6 cm. Sikat gigi yang digunakan untuk anak adalah sikat gigi yang lembut dari bahan nilon.2

2.2.2. Waktu dan frekuensi menyikat gigi

American Dental Association (ADA) mengatakan bahwa seseorang harus menyikat giginya secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi sekali sehari pada anak dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah timbulnya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat penting untuk mencegah plak dan debris yang melekat di permukaan gigi. Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3 menit.2,14,20,21,23


(25)

2.2.3. Metode menyikat gigi

Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, dan kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan bergetar (vibrasi).2,14 Metode menyikat gigi yang akan diberikan pada penyuluhan menggunakan kombinasi antara metode bass, fones, dan horizontal.

Metode bass pertama kali ditujukan untuk menyingkirkan plak dan debris dari dalam sulkus yang dikombinasi dengan menggunakan sikat gigi lembut dan benang gigi. Sikat gigi diletakkan dengan sudut 45o terhadap apeks gigi. Kemudian bulu sikat didorong perlahan-lahan ke dalam sulkus. Gerakan yang digunakan adalah vibrasi, yaitu gerakan maju mundur dan pendek-pendek yang akan menyebabkan bulu sukat bergetar membersihkan sulkus. Untuk setiap bagian disarankan 10 kali gerakan.2,14

Metode horizontal dilakukan dengan meletakkan bulu sikat tegak lurus terhadap mahkota gigi. Kemudian sikat gigi digerakkan maju mundur 6-9 mm. Metode tersebut cukup sederhana dilakukan, namun tidak begitu baik untuk digunakan karena dapat menyebabkan resesi gingiva dan abrasi gigi.2,14

Metode fones biasanya digunakan untuk anak-anak atau individu yang belum memiliki kemampuan untuk menyikat gigi dengan baik. Metode fones hampir sama dengan metode horizontal, kecuali pada metode ini gerakan yang digunakan adalah rotasi (berputar). Sikat gigi diletakkan dengan posisi tegak lurus terhadap gigi dimana rahang atas dan bawah beroklusi. Kemudian sikat gigi digerakkan berputar dengan diameter besar dimulai dari posterior kanan/kiri berlanjut ke anterior hingga ke


(26)

posterior kiri/kanan. Metode fones ini berusaha mengantisipasi kemungkinan merusak gingiva dengan gerakan rotasinya.2,14

2.2.4. Pasta gigi

Penyikatan gigi pada anak dan penggunaan benang gigi sering kali tidak memberikan hasil yang maksimal karena kurangnya keterampilan anak sehingga dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan gingiva. Oleh karena itu, pasta gigi dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang pengendalian plak.25

Pasta gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gingiva.19,25,26

Pasta gigi dapat dibagi menjadi pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya karies dan pasta gigi yang mengandung bahan antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin sebagai bahan aktif yang dapat memberikan efek inhibisi secara langsung pada pembentukan plak. Penambahan zat lain pada pasta gigi harus aman dan efektif, serta pemakaiannya telah disetujui oleh American Dental Association (ADA). Salah satu zat yang umum ditambahkan pada pasta gigi adalah herbal yang berasal dari tumbuhan, bersifat aman, dan alami.24,25,26

2.3. Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan Gigi

Pendidikan kesehatan gigi bertujuan untuk memperkenalkan dan mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi, menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelalaian menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta menanamkan


(27)

perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah.6 Maksud dan tujuan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak pada hakekatnya adalah memperkenalkan anak dengan dunia kesehatan gigi serta segala persoalan mengenai gigi sehingga anak mampu memelihara kesehatan gigi, melatih anggota badan anak sehingga mereka dapat membersihkan gigi sesuai dengan kemampuannya, serta mendapatkan kerjasama yang baik dari anak bila memerlukan perawatan pada giginya.3

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah semua upaya atau aktifitas yang mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku yang baik bagi kesehatan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut, serta memberikan pengertian cara-cara memelihara kesehatan gigi dan mulut.3 Dalam proses penyampaian materi penyuluhan kepada sasaran, maka pemilihan metode yang tepat sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran.6

Dalam mengembangkan sikap dan keterampilan, anak harus diberi kesempatan untuk terlibat di dalam proses pengajaran. Metode yang dapat digunakan dalam hal tersebut adalah demonstrasi yaitu suatu cara penyajian informasi dengan memperlihatkan cara melakukan suatu tindakan atau prosedur. Pemakaian media atau alat bantu dalam merubah perilaku anak merupakan hal yang sangat penting. Media atau alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang dipakai oleh pendidik di dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap anak dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera.3,7,27,28


(28)

Metode pengajaran menyikat gigi dikatakan berhasil tidak hanya bergantung pada kemampuan pengajar dalam menyampaikan informasi, tetapi juga pada kemampuan anak dalam menerima informasi dengan melihat dan mendengarkan sehingga mereka sadar akan adanya tingkah laku yang baru, tertarik, menilai, mencoba, dan pada akhirnya mereka menganut tingkah laku dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Adanya berbagai alat peraga sebagai media penyuluhan seperti peragaan dan video dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada anak sehingga mudah dimengerti.4,27,28

2.4. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif, lebih ditekankan pada segi fungsional. Bertambahnya usia membawa pertumbuhan seseorang berlangsung terus menuju tingkat kematangan tertentu pada fungsi jasmaniah yang dapat mempercepat proses perkembangan. Perkembangan anak tersebut dibagi menjadi masa Infancy toddlerhood atau masa bayi (usia 0-2 tahun), Early childhood atau masa kanak-kanak awal (usia 3-5 tahun), dan Middle and late childhood atau masa kanak-kanak tengah dan akhir (usia 6-11 tahun).29

Masa kanak-kanak tengah dan akhir (usia 6-11 tahun) sering disebut sebagai masa usia sekolah dasar. Sebelum masa ini, yaitu masa kanak-kanak awal atau masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif, sedangkan pada usia sekolah dasar daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasional konkret, yaitu aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau konkret. Anak-anak tidak terlalu


(29)

mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra dalam upaya memahami alam sekitarnya karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan keadaan sesungguhnya.8,9,29

Perkembangan anak dalam aspek kognitif terlihat pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya, anak mulai menguasai keahlian membaca, menulis, menghitung, mengembangkan kemampuan berbahasanya (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.8-11,30 Hasil penelitian pada anak usia 4-15 tahun di Shoutwest, England menunjukkan bahwa rentang memori anak yang meningkat sesuai pertambahan usia. Anak usia 8-9 tahun memiliki nilai rata-rata daya ingat kata-kata, pendengaran, dan penglihatan masing-masing 19.71, 11.64, dan 15.95.32

Anak dalam masa akhir kanak-kanak secara relatif lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya oleh karena sudah berkembangnya fungsi pikiran anak sehingga anak sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran.8,10 Anak-anak pada usia tersebut diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri dalam kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu.29,31

Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.30 Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat berkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan


(30)

kelebihan gerak atau aktifitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis.8 Hal ini dapat dipergunakan untuk mengajarkan anak cara menyikat gigi yang baik dan benar.

Hasil penelitian pada anak usia 7-12 tahun di Suwon, Korea menunjukkan kekuatan genggaman pada tangan kanan anak laki-laki berusia 8 tahun adalah sebesar 28.3 lb, sedangkan pada anak perempuan adalah 24.5 lb. Kekuatan genggaman tersebut meningkat pada usia 9 tahun menjadi 33.5 lb pada anak laki-laki dan 28.7 lb pada anak perempuan.33

Hasil penelitian pada anak usia 6-11 tahun di SD Bodhicitta Medan menunjukkan bahwa penggunaan metode yang berbeda pada masing-masing kelompok umur memiliki perbedaan yang bermakna dalam penurunan skor indeks plak. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan kemampuan daya tangkap anak yang bergantung pada jenis alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan.34

2.5. Peran Orang Tua Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Anak

Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu, orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak.24,32

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan


(31)

tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pelaksanaan instruksi kebersihan gigi dan mulut membutuhkan serangkaian proses yang dapat dimulai dengan mengajarkan orang tua dimana teknik penerapan upaya ini sesuai dengan perkembangan kemampuan motorik dan kecerdasan anak. Proses pembentukan prilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta kemampuan dari para orangtua di dalam mengajarkan anak. Oleh karena itu, bila pola hidup yang dijalaninya merupakan pola hidup yang sehat maka perilaku yang akan diterapkan di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutpun merupakan pola hidup yang sehat.24


(32)

2.6. Kerangka Konsep

 Waktu penyuluhan

 Jenis sikat gigi

 Jenis pasta gigi

 Jumlah pasta gigi

 Metode menyikat gigi

 Waktu menyikat gigi

 Frekuensi kumur-kumur Peran Serta

Orang Tua

Metode Peragaan :

Penyuluhan dan pengajaran cara menyikat gigi yang baik dan benar melalui peragaan pada model gigi, kemudian menggunakan salah satu anak untuk memperagakan pengajaran.

Metode Video :

Penyuluhan dan pengajaran cara menyikat gigi yang baik dan benar melalui peragaan pada model gigi, serta peragaan menyikat gigi oleh anak usia 9 tahun yang diberikan melalui video.

Indeks Plak


(33)

2.7. Hipotesis Penelitian

 Menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antara metode peragaan dengan metode video dalam penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun pada pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru.

 Menganalisis perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun antara metode peragaan dengan metode video pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan dan pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama.


(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penetilian

Jenis penelitian adalah eksperimental, yaitu pre and post test design.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh murid di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru yang berjumlah 393 orang. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan cara Simple Random Sampling dan memenuhi kriteria inklusi.

3.2.1. Kriteria inklusi : 1) Anak berusia 8-9 tahun

2) Keadaan kesehatan umum baik. 3) Mempunyai indeks plak awal ≥ 1 4) Pada masa gigi bercampur.

5) Disetujui oleh orang tua dengan pengisian informed consent. 3.2.2. Besar sampel penelitian

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus :35 2σ2 [ Z1-α/2 + Z1-β ]2 [(n1-1)S12 + (n2-1)S22]

( μ1 - μ2 )2 (n1-1) + (n2-1)

Keterangan :

N = besar sampel σ2

= Sp2 = varians gabungan (penelitian Hermina, Vera = 0.12625)36


(35)

Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan yang dikehendaki (ditetapkan sebesar 5%, sehingga Z1-α/2 = 1.96)

Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji yang dikehendaki (ditetapkan sebesar 10%, sehingga Z1-β = 1.28)

μ1 = rata-rata pada kelompok 1 penelitian terdahulu μ2 = rata-rata pada kelompok 2 penelitian terdahulu S12 = varians kelompok 1 penelitian sebelumnya n1 = besar sampel kelompok 1 penelitian sebelumnya S22 = varians kelompok 2 penelitian sebelumnya n2 = besar sampel kelompok 2 penelitian sebelumnya Maka :

[ (15-1) 0.262 + (15-1) 0.432 ] (15-1) + (15-1) 0.9464 + 2.5886 28 Sp2 = 0.12625

2 . 0.12625 [ 1.96 + 1.28 ]2 ( 0.65 – 1.06 )2 2.650644

0.1681 N = 15.768 N = 16 Sp2 =

Sp2 =

N =


(36)

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh besar sampel sebanyak 16 orang. Peneliti akan mengambil 20 orang anak masing-masing untuk kelompok media pengajaran cara menyikat gigi berupa peragaan, video, serta untuk kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Dengan demikian, total sampel yang diambil peneliti berjumlah 60 orang.

3.3. Variabel

3.3.1. Variabel tergantung :

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah skor indeks plak. 3.3.2. Variabel bebas :

Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode penyuluhan dan pengajaran cara menyikat gigi dengan peragaan dan video.

3.3.3. Variabel terkendali : 1. Waktu penyuluhan yang diberikan 2. Jenis sikat gigi yang digunakan 3. Jenis pasta gigi yang digunakan 4. Jumlah pasta gigi yang digunakan 5. Metode menyikat gigi yang diajarkan 6. Waktu menyikat gigi yang ditetapkan 7. Frekuensi kumur-kumur yang ditetapkan 3.3.4. Variabel tidak terkendali :


(37)

3.3.5. Hubungan antar variabel :

3.4. Definisi Operasional a) Usia adalah ulang tahun anak.

b) Penyuluhan adalah memberi penjelasan tentang kesehatan gigi dan cara menjaganya serta pengajaran cara menyikat gigi kepada anak. Pengajaran cara menyikat gigi yang diajarkan adalah kombinasi antara metode bass, fones, dan horizontal.

Pengajaran menyikat gigi dimulai dari bagian luar gigi dengan menggunakan metode fones, yaitu sikat gigi diletakkan dengan posisi tegak lurus terhadap gigi dimana rahang atas dan bawah dikatupkan. Kemudian sikat gigi digerakkan berputar

Variabel tergantung Skor Indeks Plak Variabel terkendali

 Waktu penyuluhan yang diberikan

 Jenis sikat gigi yang digunakan

 Jenis pasta gigi yang digunakan

 Jumlah pasta gigi yang digunakan

 Metode menyikat gigi yang diajarkan

 Waktu menyikat gigi yang ditetapkan

 Frekuensi kumur-kumur yang ditetapkan

Variabel bebas

 Metode peragaan

 Meetode video

Variabel tidak terkendali Peran Serta Orang Tua


(38)

dimulai dari bagian belakang kanan/kiri berlanjut ke bagian depan hingga ke bagian belakang kiri/kanan. Kemudian pengajaran berlanjut ke bagian atas/bawah gigi geraham dengan menggunakan metode horizontal, yaitu dengan meletakkan bulu sikat tegak lurus terhadap bagian tersebut. Kemudian sikat gigi digerakkan maju mundur 6-9 mm. Pengajaran terakhir yaitu pada bagian dalam gigi dengan menggunakan metode bass, yaitu sikat gigi diletakkan miring terhadap gigi. Kemudian bulu sikat sedikit diberi tekanan lalu mulai digerakkan dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek. Untuk setiap bagian disarankan 10 kali gerakan.

c) Video adalah alat bantu penyuluhan berupa video yang berisi rekaman mengenai penjelasan tentang kesehatan gigi dan cara menjaganya, pengajaran cara menyikat gigi, serta video seorang anak usia 8 tahun yang memberi contoh cara menyikat gigi dengan kombinasi metode fones, horizontal, dan bass.

d) Peragaan adalah alat bantu penyuluhan berupa model gigi dimana diperlihatkan cara menyikat gigi di model tersebut kemudian salah seorang anak dipilih untuk memperagakan pengajaran yang telah diberikan kepada teman-temannya.

e) Skor indeks plak adalah angka yang menunjukkan jumlah total skor plak dibagi dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa.

Cara pemeriksaan klinis pada plak yang ditentukan berdasarkan indeks plak modifikasi Turesky dari Quigley-Hein adalah, sebagai berikut :37

a. Digunakan bahan pewarna gigi berwarna merah (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada mahkota gigi.


(39)

c. Pemeriksaan dilakukan pada tiap gigi yaitu : permukaan bukal dan lingual. d. Kriteria penilaian :

Kode Kriteria 0 Tidak ada plak

1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada cervical margin dan gigi

2 Lapisan tipis < 1 mm dan plak di sekeliling servik

3 Lapisan plak > 1 mm tapi menutupi < 1/3 permukaan gigi 4 Lapisan plak menutupi antara 1/3 – 2.3 permukaan gigi 5 Lapisan plak menutupi > 2/ 3 permukaan gigi

Jumlah total skor plak

Jumlah permukaan gigi yang diperiksa

Jumlah total skor plak = (jumlah skor bukal dan lingual pada rahang atas) + (jumlah skor bukal dan lingual pada rahang bawah)

3.5. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru, Riau.


(40)

3.6. Cara Pengumpulan Data

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti meminta persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, meminta persetujuan dari Kepala Sekolah SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, serta meminta persetujuan dari orang tua murid melalui informed consent untuk melakukan pemeriksaan pada anak mereka.

Pemeriksa terdiri dari enam orang yang dibagi menjadi tiga tim, masing-masing tim memeriksa pada kelompok peragaan, video, dan kontrol. Tim yang telah ditetapkan untuk masing-masing kelompok akan memeriksa kelompok yang sama pada pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga. Sebelum pemeriksaan dilaksanakan, semua tim dikalibrasi agar hasil pemeriksaan tidak berbeda. Pemeriksaan dilaksanakan pagi hari pada pukul 08.00 WIB sebelum anak istirahat/makan.

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

1) Sehari sebelum dilakukan penelitian, diberikan informed consent kepada orang tua anak yang berusia 8-9 tahun.

2) Hari berikutnya, anak yang telah mendapat persetujuan dari orang tua dilakukan pemeriksaan indeks plak awal dengan disclosing solution.

3) Anak yang memiliki skor indeks plak awal ≥ 1 dipilih sebagai sampel dan dilakukan pemilihan secara random untuk membagi anak dalam kelompok peragaan, video, dan kontrol.

4) Anak dalam kelompok peragaan diberikan penyuluhan cara menyikat gigi yang baik dan benar selama 10 menit. Materi yang diberikan berupa :


(41)

a. Ukuran dan bentuk sikat gigi yang sesuai dengan usia mereka.

b. Frekuensi menyikat gigi, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

c. Waktu menyikat gigi, minimal dua menit.

d. Jenis pasta gigi yang baik digunakan, yaitu pasta gigi yang mengandung fluoride atau herbal.

e. Cara menyikat gigi dengan kombinasi metode fones, horizontal, dan bass. f. Periksa teratur ke dokter gigi 6 bulan sekali.

Kemudian anak diajarkan cara menyikat gigi dengan kombinasi metode fones, horizontal, dan bass pada model gigi dan kemudian dipilih satu orang anak untuk memperagakan pengajaran tersebut. Pengajaran dilakukan selama 10 menit.

5) Anak dalam kelompok video diperlihatkan video berdurasi 20 menit yang berisi penyuluhan cara menyikat gigi yang baik dan benar dengan materi yang sama dengan kelompok peragaan, pengajaran cara menyikat gigi dengan kombinasi metode fones, horizontal, dan bass pada model gigi yang sama dengan kelompok peragaan, serta peragaan cara menyikat gigi oleh model berusia 8 tahun.

6) Anak dalam kelompok kontrol tidak diberikan penyuluhan dan pengajaran. 7) Setelah anak dalam kelompok peragaan dan video selesai diberikan penyuluhan, setiap anak diberikan sikat gigi dengan jumlah pasta gigi sebanyak setengah panjang bulu sikat.

8) Selanjutnya, anak diajak menyikat gigi selama dua menit dengan metode yang telah diajarkan. Setelah selesai menyikat gigi, anak berkumur sebanyak 10 kali.


(42)

9) Setelah anak selesai menyikat gigi, dilakukan pencatatan skor indeks plak akhir dengan menggunakan disclosing solution.

10) Setelah pencatatan skor indeks plak akhir selesai, anak diajak menyikat gigi kembali sampai pewarna yang masih menempel pada gigi dapat hilang.

11) Pemeriksaan kedua dilakukan tiga hari setelah pemeriksaan pertama pada pagi hari pukul 08.00 WIB sebelum anak istirahat/makan. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan skor indeks plak awal dan akhir.

12) Pemeriksaan ketiga dilakukan seminggu setelah pemeriksaan pertama dengan langkah pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan kedua.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan antar hal dengan jumlah kelompok atau perlakuan lebih dari dua macam dan skala pengukuran numerik, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi dan dianalisis dengan menggunakan Oneway Anova pada software SPSS (Statistical Product and Service Solutions).


(43)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok peragaan, video, dan kontrol. Setiap kelompok mendapat tiga kali pemeriksaan, yaitu pemeriksaan pertama setelah penyuluhan, pemeriksaan kedua tiga hari setelah pemeriksaan pertama, dan pemeriksaan ketiga seminggu setelah pemeriksaan pertama. Pada setiap pemeriksaan, dilakukan pencatatan skor indeks plak awal dan akhir. Skor indeks plak awal pada pemeriksaan pertama dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel kemudian diundi untuk mendapatkan jenis perlakuan. Setelah sampel mendapatkan perlakuan berupa penyuluhan kesehatan gigi, sampel diminta untuk menyikat gigi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan indeks plak akhir. Pemeriksaan kedua dilakukan dengan mencatat skor indeks plak awal, kemudian sampel diminta untuk menyikat gigi dan dilanjutkan dengan pencacatan skor indeks plak akhir. Prosedur pemeriksaan ketiga sama dengan pemeriksaan kedua.

4.1. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Indeks Plak Awal pada Setiap Pemeriksaan.

Rata-rata indeks plak awal pada pemeriksaan pertama yaitu sebelum penyuluhan (Tabel 1) terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan (p=0,92). Sedangkan rata-rata indeks plak awal pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama dan pemeriksaan


(44)

ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama (Tabel 1) terlihat adanya perbedaan yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan (p=0,01 dan p=0,00).

Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video (p=0,27) pada pemeriksaan kedua, sedangkan dengan kelompok kontrol terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,05).

Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat pula adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video (p=0,05) dan dengan kelompok kontrol (p=0,00) pada pemeriksaan ketiga. Pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,00).

Tabel 1. Hasil perhitungan nilai rata-rata indeks plak awal pada setiap pemeriksaan. Pemeriksaan Kelompok

Perlakuan n

Indeks Plak Awal

( X ± SD ) P

Pertama Peragaan Video Kontrol 20 20 20

3,18 ± 0,39 3,18 ± 0,38 3,14 ± 0,35

0,926 Kedua Peragaan Video Kontrol 20 20 20

2,45 ± 0,34 2,57 ± 0,28 2,78 ± 0,36

0,008* Ketiga Peragaan Video Kontrol 20 20 20

1,89 ± 0,32 2,13 ± 0,37 2,63 ± 0,43

0,000* * Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05


(45)

4.2. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Indeks Plak Awal pada Kelompok Perlakuan.

Rata-rata indeks plak awal setiap pemeriksaan pada masing-masing kelompok perlakuan (Tabel 2) terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, dan pertama dengan ketiga pada kelompok peragaan dan video (p=0,00). Pada kelompok kontrol terlihat perbedaan yang bermakna hanya antara pemeriksaan pertama dengan kedua dan ketiga (p=0,00), namun terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan kedua dengan ketiga (p=0,22).

Tabel 2. Hasil perhitungan nilai rata-rata indeks plak awal pada kelompok perlakuan.

Kelompok

Perlakuan Pemeriksaan n

Indeks Plak Awal

( X ± SD ) p

Peragaan Pertama Kedua Ketiga 20 20 20

3,18 ± 0,39 2,45 ± 0,34 1,89 ± 0,32

0,000* Video Pertama Kedua Ketiga 20 20 20

3,18 ± 0,38 2,57 ± 0,28 2,13 ± 0,37

0,000* Kontrol Pertama Kedua Ketiga 20 20 20

3,14 ± 0,35 2,78 ± 0,36 2,63 ± 0,43

0,000* * Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05

4.3. Hasil Perhitungan Selisih Rata-Rata Indeks Plak Awal pada Setiap Pemeriksaan.

Selisih rata-rata indeks plak awal antara pemeriksaan pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, dan pertama dengan ketiga pada masing-masing kelompok


(46)

perlakuan (Tabel 3) terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Melalui tabel Post Hoc Tests pada selisih indeks plak awal pemeriksaan pertama dengan kedua dan kedua dengan ketiga terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video (p=0,20 dan p=0,18), sedangkan dengan kelompok kontrol terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,01).

Pada selisih indeks plak awal pemeriksaan pertama dengan ketiga terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video (p=0,04), sedangkan dengan kelompok kontrol terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,00).

Tabel 3. Hasil perhitungan selisih rata-rata indeks plak awal pada setiap pemeriksaan.

Pemeriksaan Kelompok

Perlakuan n

Selisih Rata-Rata Indeks Plak Awal

( X ± SD )

p Pemeriksaan

1 dengan 2

Peragaan Video Kontrol 20 20 20

0,74 ± 0,26 0,62 ± 0,29 0,36 ± 0,31

0,000* Pemeriksaan

2 dengan 3

Peragaan Video Kontrol 20 20 20

0,56 ± 0,35 0,44 ± 0,31 0,15 ± 0,18

0,000* Pemeriksaan

1 dengan 3

Peragaan Video Kontrol 20 20 20

1,30 ± 0,44 1,06 ± 0,29 0,51 ± 0,37

0,000* * Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05


(47)

4.4. Hasil Perhitungan Selisih Rata-Rata Indeks Plak Awal dan Akhir antar Kelompok Perlakuan pada Setiap Pemeriksaan.

Selisih rata-rata indeks plak awal dan akhir antar kelompok perlakuan pada setiap pemeriksaan (Tabel 4) terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video (p=0,02) dan dengan kelompok kontrol (p=0,00) pada masing-masing pemeriksaan. Begitu pula pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,00) pada masing-masing pemeriksaan.

Tabel 4. Hasil perhitungan selisih rata-rata indeks plak awal dan akhir antar kelompok perlakuan dalam penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun pada setiap pemeriksaan.

Pemeriksaan Kelompok

Perlakuan n

Selisih Rata-Rata Indeks Plak Awal dan Akhir

( X ± SD )

p Pertama Peragaan Video Kontrol 20 20 20

1,44 ± 0,34 1,20 ± 0,40 0,70 ± 0,20

0,000* Kedua Peragaan Video Kontrol 20 20 20

1,29 ± 0,32 1,01 ± 0,35 0,56 ± 0,24

0,000* Ketiga Peragaan Video Kontrol 20 20 20

1,23 ± 0,36 0,64 ± 0,28 0,43 ± 0,20

0,000* * Terdapat perbedaan yang bermakna pada p<0,05


(48)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun sebanyak 60 orang di SD Negeri Binaan Terpadu 001 Kota Pekanbaru. Tujuannya adalah untuk menganalisis perbedaan penurunan indeks plak pada metode peragaan dan video dalam penyuluhan kesehatan gigi pada anak usia 8-9 tahun dan menganalisis efektifitas penyuluhan kesehatan gigi antara metode peragaan dan video pada anak usia 8-9 pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama dan pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama.

Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan rata-rata indeks plak awal masing-masing kelompok perlakuan pada pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga. Rata-rata indeks plak awal masing-masing kelompok perlakuan pada pemeriksaan pertama yaitu sebelum diberikan penyuluhan, terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna (p=0,92). Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian cukup homogen dengan memiliki indeks plak awal yang sama.

Hasil penelitian pada Tabel 1 juga memperlihatkan rata-rata indeks plak awal masing-masing kelompok perlakuan pada pemeriksaan kedua yaitu terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,01). Melalui tabel tersebut dapat terlihat adanya penurunan rata-rata indeks plak awal pada pemeriksaan kedua bila dibandingkan dengan indeks plak awal pada pemeriksaan pertama. Penurunan rata-rata indeks plak awal pada kelompok peragaan dan video dapat terjadi karena adanya penyuluhan dan pengajaran cara menyikat gigi pada anak sehingga anak mulai menerapkan pesan


(49)

penyuluhan dan pengajaran tersebut di rumah, terutama menyikat gigi pagi setelah sarapan. Sedangkan penurunan indeks plak awal pada kelompok kontrol dapat terjadi karena adanya pengaruh pemeriksaan pertama yang telah dilakukan sehingga anak mau menyikat giginya di rumah.

Melalui tabel Post Hoc Tests pada pemeriksaan kedua, terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok kontrol (p=0,00). Begitu pula pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa metode peragaan dan video cukup efektif digunakan pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun sampai pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama.

Melalui tabel tersebut dapat pula terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video (p=0,27). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan yang dilakukan dengan metode peragaan dan video memiliki efektifitas yang sama dalam menurunkan indeks plak awal sampai pada hari ketiga setelah penyuluhan yang diberikan pada pemeriksaan pertama. Namun, melalui Tabel 1 dapat terlihat rata-rata indeks plak awal kelompok peragaan sebesar 2,45 dengan standar deviasi 0,34 lebih rendah dibandingkan rata-rata indeks plak awal kelompok video sebesar 2,57 dengan standar deviasi 0,28. Hal ini menunjukkan bahwa anak pada metode peragaan masih lebih baik menerapkan pesan penyuluhan dan pengajaran yang telah diberikan dibandingkan dengan anak pada metode video.

Tabel 1 juga memperlihatkan penurunan rata-rata indeks plak awal masing-masing perlakuan pada pemeriksaan ketiga dimana terlihat adanya perbedaan yang


(50)

bermakna (p=0,00). Rata-rata indeks plak awal pemeriksaan ketiga tersebut terlihat semakin menurun dibandingkan dengan indeks plak awal pemeriksaan pertama dan kedua pada kelompok peragaan dan video. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak masih mau menerapkan pesan penyuluhan dan pengajaran yang telah diberikan dengan lebih baik lagi dari sebelumnya, terutama dalam hal menyikat gigi pagi setelah sarapan. Sedangkan penurunan indeks plak pada kelompok kontrol dapat terjadi karena masih adanya pemeriksaan kedua yang dilakukan, sehingga anak masih mau menyikat giginya di rumah.

Melalui tabel Post Hoc Tests pada pemeriksaan ketiga, terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok kontrol (p=0,00) dan antara kelompok video dengan kelompok kontrol (p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa metode peragaan dan video masih cukup efektif digunakan pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun sampai pada pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah penyuluhan yang diberikan pada pemeriksaan pertama. Tabel tersebut memperlihatkan pula adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dan video (p=0,05) dimana pada Tabel 2 dapat terlihat rata-rata indeks plak awal kelompok peragaan sebesar 1,89 dengan standar deviasi 0,32 lebih rendah dibandingkan rata-rata indeks plak awal kelompok video sebesar 2,13 dengan standar deviasi 0,37. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode peragaan lebih efektif digunakan pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun sampai pada pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama.

Hasil yang telah diperoleh di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode peragaan lebih efektif bila dibandingkan dengan metode video dapat terjadi karena


(51)

metode peragaan lebih menarik dan merangsang perhatian daripada hanya mendengar penjelasan dan pengajaran cara menyikat gigi melalui video. Keberadaan penyuluh yang langsung memberi penyuluhan dan pengajaran juga mempengaruhi daya tangkap anak karena adanya kesempatan pada anak untuk terlibat di dalam proses pengajaran dimana bila ada suatu hal yang anak belum mengerti, anak dapat bertanya kepada penyuluh.

Hasil penelitian pada Tabel 2 memperlihatkan rata-rata indeks plak awal setiap pemeriksaan pada masing-masing kelompok perlakuan dan terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, dan pertama dengan ketiga pada kelompok peragaan dan video (p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa anak sudah dapat menerima proses pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dan anak sudah mulai mau menerapkan pesan dalam penyuluhan, terutama untuk menyikat gigi pagi setelah sarapan. Hasil tersebut berkaitan dengan berkembangnya daya pikir anak ke arah berpikir konkret dan rasional, anak mampu menerima, mengolah, dan memahami informasi mengenai kesehatan gigi dan cara memeliharanya melalui proses penyuluhan yang telah dilakukan sebelumnya. Melalui penyuluhan tersebut anak mulai menyadari bahwa ada suatu tingkah laku yang baru dan mulai tertarik pada informasi yang disampaikan. Dengan adanya kegiatan menyikat gigi bersama yang dilakukan, anak dapat mencoba proses pembelajaran tersebut dan pada akhirnya anak mulai menganut tingkah laku tersebut serta menerapkannya di rumah.


(52)

Melalui tabel Post Hoc Tests juga terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan pertama dengan kedua dan ketiga (p=0,00) pada kelompok kontrol, namun terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan kedua dengan ketiga (p=0,22). Perbedaan yang bermakna antara pemeriksaan pertama dengan kedua menunjukkan bahwa dengan adanya pemeriksaan yang dilakukan dan meskipun anak pada kelompok kontrol tidak mengikuti proses pendidikan dan pengajaran, anak mau mengubah kebiasaannya tidak menyikat gigi menjadi menyikat gigi. Namun hal tersebut ternyata tidak lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan proses pendidikan dan pengajaran, karena penurunan rata-rata indeks plak awal antara pemeriksaan kedua dengan ketiga pada kelompok kontrol terlihat tidak bermakna (p=0,22).

Hasil penelitian pada Tabel 3 memperlihatkan selisih rata-rata indeks plak awal antara pemeriksaan pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, dan pertama dengan ketiga pada masing-masing kelompok perlakuan dan terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok kontrol pada selisih indeks plak awal pemeriksaan pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, dan pemeriksaan pertama dengan ketiga (masing-masing p=0,00). Begitu pula pada kelompok video yang memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol pada setiap selisih indeks plak awal pemeriksaan pertama dengan kedua, kedua dengan ketiga, dan pertama dengan ketiga (p=0,01, p=0,00, dan p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa metode peragaan dan video efektif digunakan dalam penyuluhan kesehatan


(53)

gigi anak usia 8-9 tahun sampai pada hari ketujuh setelah penyuluhan yang diberikan pada hari pertama.

Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video pada selisih indeks plak awal pemeriksaan pertama dengan kedua dan kedua dengan ketiga (p=0,20 dan p=0,18). Hal ini menunjukkan bahwa metode peragaan dan video cukup efektif digunakan sampai hari ketiga setelah penyuluhan yang diberikan pada pemeriksaan pertama. Bila dilihat pada Tabel 3, selisih rata-rata indeks plak awal antara pemeriksaan pertama dengan kedua pada kelompok peragaan sebesar 0,76 dengan standar deviasi 0,26 lebih besar dibandingkan kelompok video sebesar 0,62 dengan standar deviasi 0,29. Begitu pula selisih rata-rata indeks plak awal antara pemeriksaan kedua dengan ketiga pada kelompok peragaan sebesar 0,56 dengan standar deviasi 0,35 lebih besar dibandingkan kelompok video sebesar 0,44 dengan standar deviasi 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa anak pada metode peragaan sedikit lebih baik dalam memahami, mengingat, dan menerapkan informasi yang diberikan melalui penyuluhan yang telah dilakukan.

Melalui tabel Post Hoc Test terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok video pada selisih indeks plak awal pemeriksaan pertama dengan ketiga (p=0,04). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode peragaan lebih efektif dibandingkan metode video sampai hari ketujuh setelah penyuluhan yang diberikan pada pemeriksaan pertama. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak pada metode peragaan lebih baik dalam memahami,


(54)

mengingat pesan dan informasi dalam penyuluhan, dan menurunkan indeks plak yang terlihat dari selisih rata-rata indeks plak awal dibandingkan anak pada metode video.

Hal tersebut di atas dapat berkaitan dengan penggunaan alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap anak dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera. Setiap indera ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, yaitu 1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui penciuman, 11% melalui pendengaran, dan 83% melalui penglihatan. Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih dari satu indera. Sedangkan hal yang mempengaruhi dari apa yang bisa kita ingat adalah 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 80% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan.38 Dapat dilihat bahwa penggunaan metode peragaan memiliki nilai pengaruh yang lebih besar terhadap ingatan anak bila dibandingkan dengan metode video.

Hasil penelitian pada Tabel 4 memperlihatkan selisih rata-rata indeks plak awal dan akhir masing-masing kelompok perlakuan pada setiap pemeriksaan dan terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,00). Melalui tabel Post Hoc Tests terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok peragaan dengan kelompok kontrol (p=0,00) pada masing-masing pemeriksaan. Begitu pula pada kelompok video, terlihat adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,00) pada masing-masing pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa selisih rata-rata indeks plak awal dan akhir (sebelum dan setelah menyikat gigi) pada anak di kelompok peragaan dan video lebih besar dibandingkan anak yang tidak mendapat


(55)

pengajaran cara menyikat gigi di kelompok kontrol. Sedangkan selisih rata-rata indeks plak pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa ada pengaruh menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak.

Melalui tabel Post Hoc Tests tersebut dapat terlihat pula adanya perbedaan yang bermakna antara selisih rata-rata indeks plak kelompok peragaan dengan video pada setiap pemeriksaan (p<0,05). Hasil penelitian pada Tabel 1 memperlihatkan selisih rata-rata indeks plak kelompok peragaan lebih besar dibandingkan kelompok video pada setiap pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa metode peragaan lebih efektif digunakan dalam memberikan pengajaran cara menyikat gigi dan mengembangkan motorik anak dalam menyikat gigi dibandingkan dengan metode video. Hal ini berkaitan dengan penggunaan alat peraga berupa model gigi yang langsung dapat anak lihat pada metode peragaan, anak dapat melihat detail dari proses menyikat gigi yang disajikan secara sempurna, sedangkan metode video kurang dapat menampilkan detail secara sempurna.

Hasil pada Tabel 4 memperlihatkan selisih indeks plak awal dan akhir pada setiap pemeriksaan terlihat mengalami penurunan. Hal ini sebenarnya bukanlah disebabkan oleh karena daya ingat atau kemampuan motorik anak dalam menyikat gigi yang mulai berkurang, melainkan karena adanya penurunan indeks plak awal pada setiap pemeriksaan yang dilakukan (Tabel 1 dan Tabel 2).

Hasil penelitian berupa penyuluhan kesehatan gigi pada anak usia 8-9 tahun memberikan hasil yang positif dalam menurunkan indeks plak baik setelah menyikat gigi maupun dalam menurunkan indeks plak awal di setiap pemeriksaan. Dengan berkembanganya aspek kognitif, anak menunjukkan proses belajar yang mereka


(56)

terima melalui penyuluhan dan pengajaran cara menyikat gigi yang telah dilakukan. Selain pengaruh dari alat peraga yang digunakan, penggunaan metode yang melibatkan anak dalam proses penyuluhan berpengaruh pula terhadap proses belajar anak.

Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian pada anak usia 6-11 tahun di SD Bodhicitta Medan yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada penurunan skor indeks plak antara metode peragaan dengan video pada kelompok anak usia 6-9 tahun dimana metode peragaan lebih efektif digunakan dibandingkan metode video.34 Selain itu, hasil tersebut juga sama dengan penelitian pada siswa-siswi di dua SD Negeri Medan menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan menyikat gigi yang dilakukan cukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi-geligi.4 Hasil penelitian pada siswa-siswi kelas I-VI SD Negeri Samarinda Kalimantan Timur juga menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan cara menyikat gigi dapat meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. Hal ini menunjukkan proses belajar yang mereka dapat melalui program penyuluhan dan pelatihan dapat dimengerti dan dipraktekkan oleh siswa-siswi SD tersebut.5 Begitu pula dengan hasil penelitian pada siswa-siswi SD Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari Bandung menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai rata-rata indeks plak anak usia 10-12 tahun selama proses pendidikan penyikatan gigi yang dilakukan dalam 4 kali kunjungan.12


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penurunan indeks plak antara metode peragaan dengan video pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun, dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan penurunan indeks plak awal dan akhir antara metode peragaan dengan video. Metode peragaan memiliki penurunan indeks plak lebih besar dibandingkan dengan metode video pada setiap pemeriksaan sehingga penggunaan metode peragaan lebih efektif dibandingkan dengan metode video pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun.

2. Metode peragaan dan video memiliki efektifitas yang sama dalam hal menurunkan indeks plak awal pada pemeriksaan kedua yaitu tiga hari setelah pemeriksaan pertama.

3. Terdapat perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi antara metode peragaan dengan video pada pemeriksaan ketiga yaitu seminggu setelah pemeriksaan pertama. Anak pada metode peragaan lebih baik dalam menerima dan mengingat informasi penyuluhan dibandingkan dengan metode video.

4. Dengan adanya pemeriksaan yang dilakukan ternyata juga memiliki pengaruh terhadap penurunan indeks plak awal pada setiap pemeriksaan. Hal ini didapat melalui adanya penurunan indeks plak awal yang terjadi pada kelompok anak yang tidak diajarkan.


(58)

5. Daya ingat anak dipengaruhi oleh media pengajaran yang digunakan selama proses penyuluhan dimana penggunaan benda tiruan yang dapat dilihat langsung oleh anak lebih bermanfaat dalam mengingkatkan proses pembelajaran anak untuk mengabut tingkah laku baru, khususnya dalam kesehatan gigi dan mulutnya.

6.2. Saran

1. Hasil penelitian penurunan indeks plak antara metode peragaan dengan video pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan metode peragaan lebih efektif dalam menurunkan indeks plak, sehingga metode peragaan tersebut disarankan untuk digunakan pada penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun.

2. Penggunaan alat peraga berupa model gigi ternyata juga mempengaruhi daya ingat dan kemampuan motorik anak dalam menyingkirkan plak, sehingga penggunaan model gigi tersebut juga disarankan untuk digunakan dalam penyuluhan kesehatan gigi anak usia 8-9 tahun.

3. Penelitian yang dilakukan terbatas hanya pada usia 8-9 tahun saja, oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas metode penyuluhan dalam menurunkan indeks plak pada anak usia tertentu.

4. Penelitian ini dilakukan untuk melihat daya ingat anak dan efektifitas penyuluhan sampai pada hari ketujuh setelah penyuluhan yang diberikan pada hari pertama, sehingga masih butuh penelitian lebih lanjut untuk melihat daya ingat anak dan efektifitas dalam jangka waktu yang lebih lama.


(59)

5. Penelitian ini hanya membandingkan metode peragaan dan video saja, oleh sebab itu masih diperlukan perbandingan metode-metode penyuluhan yang lain seperti metode roll playing atau simulasi yang dapat berupa peer teaching, sosiodrama, atau simulasi games.

6. Penggunaan-penggunaan alat peraga lain seperti poster atau leaflet juga masih diperlukan untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.

7. Penelitian yang telah dilakukan tidak mengikutsertakan peran orang tua dalam mengubah perilaku dan menjaga kesehatan gigi anak, oleh sebab itu masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang dapat mengikutsertakan peran orang tua dalam mengubah perilaku dan menjaga kesehatan gigi anak.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

1. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara, 2009.

2. Ariningrum R. Beberapa cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cermin Dunia Kedokteran 2000; (126) : 45-51.

3. Riyanti E, Saptarini R. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui perubahan perilaku anak. <http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/ 2010/06/upaya_peningkatan_kesehatan_gigi_dan_mulut.pdf> (27 Nov 2010) 4. Damanik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan indek

plak pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD Negeri Medan. Dentika Dent J 2002; 7(1): 1-4.

5. Anitasari S, Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Dentika Dent J 1995; 10(1): 22-32.

6. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta : EGC, 2001: 5-6, 63, 74.

7. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007: 56, 63.

8. Yusuf S. Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004 : 23-5, 178-9.


(61)

9. Global. Perkembangan anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) <http://www.g-excess. com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial. html> (10 Des 2010)

10. Djaali. Psikologi pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008: 25, 70-1. 11. Dalyono. Psikologi pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007: 96.

12. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalsa RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. Bandung, 2005 : 1-18.

13. Rifki A. Perbedaan efektifitas menyikat gigi dengan metode roll dan horizontal pada anak usia 8 dan 10 tahun di Medan. <http://repository.usu.ac.id/handle/ 123456789/21346> (6 Maret 2011)

14. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press, 2008: 6, 21, 25, 74-86.

15. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan : USU Press, 1997: 14, 17-9.

16. Panjaitan M. Pengaruh pemberian fluor secara topikal dalam menghambat pertumbuhan bakteri plak. J Kedokteran Gigi 1997, 9(3): 6-12.

17. Boediharjo. Pemeliharaan kesehatan gigi keluarga. Surabaya : Airlangga University Press, 1985: 3, 30-1.

18. Dalimunthe SH. Periodonsia. Medan : USU Press, 2008: 106-11.

19. Marsh PD, Bradshaw DJ. Dental plaque as a biofilm. J of Industrial Microbiology 1995; 15: 169-175.


(62)

20. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Alih bahasa. Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika, 1992: 31, 37.

21. Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. Medan : USU Press, 1997: 11, 13, 17. 22. Dalimunthe SH. Terapi Periodontal. Medan : USU Press, 2006: 127-31, 175-6. 23. PDGI Online. Cara menyikat gigi yang benar. <

www.pdgi-online.com/v2/index.php? option=com_content&task=view&id=25&Itemid=1> (29 Jan 2011).

24. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak. 2005: 1-18.

25. Sasmita IS, Pertiwi ASP, Halim M. Gambaran efek pasta gigi yang mengandung herbal terhadap penurunan indeks plak. < http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/herbal%20pinikgasby.pdf> (27 Nov 2010) 26. Natamiharja L. Tobing JSK. Pemilihan dan pemakaian pasta gigi di Kelurahan

Sudirejo Kecamatan Medan Kota. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998: 5-9. 27. Hariyani N, Palupi LS, Setyowati D. Improving children’s awareness on dental

health using modeling. <http://dentj.fkg.unair.ac.id/entryfile/Improving%20 Children.-pdf.pdf> (15 Feb 2011)

28. Santrock JW. Perkembangan anak. Alih bahasa. Mila Rachmawati, Anna Kuswanti. Jakarta : Erlangga, 2007 : 161, 214.

29. Ahira A. Perkembangan anak. <http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/ index.htm> (29 Jan 20011).

30. Hurlock EB. Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga, 1999: 146.


(63)

31. Wright G, Starkey PE, Gardner DE. Child management in dentistry. Bristol : Wright, 1987 : 3-4.

32. Gathercole SE, Pickering SJ, Ambridge B. The structure of working memory from 4 to 15 years of age. Development Psychology J 2004; 40(2): 177-90. 33. Shin YY, Ja RC, II YL. Normative data and developmental characteristics of

hand function for elementary school children in Suwon Area of Korea: grip, pinch, and dexterity study. J Korean Med Sci 2003; 18: 552-8.

34. Chuan TX. Perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 6-11 tahun di Sekolah Bodhicitta, Medan. < http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19206> (6 Maret 2011) 35. Kasjono HS, Yasril. Teknik sampling untuk penelitian kesehatan. Yogyakarta :

Graha Ilmu, 2009: 60-2.

36. Hermina, Vera. Efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak anak usia 3-5 tahun. Dentika Dent J 2010; 15(1): 42-5. 37. WHO. Quigley Hein index. <http://www.whocollab.od.man.se/expl/ohitureky70.

html> (10 Des 2010)

38. Book F. Metode dan media promosi kesehatan. <www.pamsimas.org> (13 Maret 2011).


(64)

Lampiran 1

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/WALI CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu/Sdr ... di Pekanbaru

Bersama ini saya akan memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Adapun judul penelitian ini adalah :

Penurunan Indeks Plak antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 Tahun

Dengan tujuan :

Memberikan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut serta cara menjaganya melalui Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) dengan menggunakan metode peragaan dan video, serta mendata indeks plak sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan.

Plak merupakan lapisan tidak kasat mata yang terbentuk dari sisa-sisa makanan dan aktifitas bakteri pada permukaan gigi. Jika plak pada gigi tersebut tidak dihilangkan secara cermat, maka dapat menyebabkan kerusakan (lubang) pada gigi yang disebut karies. Plak tersebut juga dapat mengeras sehingga menjadi karang gigi yang disebut kalkulus. Untuk itu perlu diberikan penyuluhan kesehatan gigi pada usia dini untuk mencegah terjadinya proses kerusakan pada gigi.

Dalam penelitian tersebut, pada anak akan dilakukan :

1. Pengecekan indeks plak awal sebelum diberikan penyuluhan 2. Penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut

3. Pengajaran cara menyikat gigi yang baik dan benar 4. Menyikat gigi bersama setelah diberikan penyuluhan


(65)

Adapun ketidaknyamanan yang akan dialami selama prosedur penelitian, yaitu : Anak akan diberikan zat pewarna plak yang aman digunakan untuk dapat melihat dan mengukur indeks plak sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Tiga dan tujuh hari kemudian akan dilakukan pemeriksaan plak lanjutan untuk melihat efektifitas penyuluhan yang telah dilaksanakan.

Keuntungan untuk menjadi subjek penelitian adalah :

Anak dapat memperluas pengetahuan mengenai gigi dan mulut secara mandiri. Anak juga diajarkan bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar. Hal ini sangat berguna untuk menambah ilmu dan perilaku positif dari suatu ketidaktahuan sampai terbentuk menjadi suatu kebiasaan sehari-hari. Anak yang mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut tidak akan dikenakan biaya apapun. Anak tidak terikat dan dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung. Semoga penjelasan di atas dapat dimengerti dan atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Pekanbaru, Maret 2011

Peneliti,

Mey Linda

NIM. 070600016


(66)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( INFORMED CONSENT)

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Penurunan Indeks Plak antara Metode Peragaan dan Video pada Penyuluhan Kesehatan Gigi Anak Usia 8-9 Tahun

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengizinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini oleh peneliti Mey Linda sebagai mahasiswa FKG USU, Medan. Dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Pekanbaru, Maret 2011 Tanda Tangan,

( ... )

Orang tua ananda ...

Alamat : ... No. Telp HP : ...


(67)

Lampiran 3

LEMBAR PEMERIKSAAN KELOMPOK PERAGAAN Nama Lengkap Anak :

Jenis Kelamin : L / P

Tanggal Lahir/Umur :

Kelas : Kriteria Perhitungan Plak

Kode Kriteria

0 Tidak ada plak

1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada cervical margin & gigi

2 Lapisan tipis < 1 mm dan plak di sekeliling servik

3 Lapisan plak > 1 mm tapi menutupi < 1/3 permukaan gigi

4 Lapisan plak menutupi antara 1/3 – 2.3 permukaan gigi

5 Lapisan plak menutupi > 2/ 3 permukaan gigi

Perhitungan Indeks Plak

Jumlah skor plak = (jumlah skor bukal dan lingual RA) + (jumlah skor bukal dan lingual RB)

Jumlah permukaan gigi yang diperiksa = jumlah gigi x 2

Jumlah skor plak

Jumlah permukaan gigi yang diperiksa Indeks plak =


(68)

LEMBAR PEMERIKSAAN KELOMPOK VIDEO Nama Lengkap Anak :

Jenis Kelamin : L / P

Tanggal Lahir/Umur :

Kelas : Kriteria Perhitungan Plak

Kode Kriteria

0 Tidak ada plak

1 Bercak-bercak plak yang terpisah-pisah pada cervical margin & gigi

2 Lapisan tipis < 1 mm dan plak di sekeliling servik

3 Lapisan plak > 1 mm tapi menutupi < 1/3 permukaan gigi

4 Lapisan plak menutupi antara 1/3 – 2.3 permukaan gigi

5 Lapisan plak menutupi > 2/ 3 permukaan gigi

Perhitungan Indeks Plak

Jumlah skor plak = (jumlah skor bukal dan lingual RA) + (jumlah skor bukal dan lingual RB)

Jumlah permukaan gigi yang diperiksa = jumlah gigi x 2

Jumlah skor plak

Jumlah permukaan gigi yang diperiksa Indeks plak =


(1)

Lampiran 10

Oneway ( Selisih

Indeks

Plak

Awal

Setiap Pemeriksaan )

Descriptives

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound Selisih Indeks

Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 2

Peragaan 20 .7350 .25655 .05737 .6149 .8551 .35 1.25

Video 20 .6175 .28986 .06482 .4818 .7532 -.20 1.10

Kontrol 20 .3625 .31199 .06976 .2165 .5085 -.60 .95

Total 60 .5717 .32277 .04167 .4883 .6550 -.60 1.25

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 2 dan 3

Peragaan 20 .5625 .35313 .07896 .3972 .7278 .05 1.40

Video 20 .4375 .31451 .07033 .2903 .5847 -.25 .90

Kontrol 20 .1500 .18353 .04104 .0641 .2359 -.35 .35

Total 60 .3833 .33644 .04343 .2964 .4702 -.35 1.40

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 2

Peragaan 20 1.3025 .43754 .09784 1.0977 1.5073 .60 2.25

Video 20 1.0550 .28603 .06396 .9211 1.1889 .55 1.50

Kontrol 20 .5125 .38692 .08652 .3314 .6936 -.45 1.30

Total 60 .9567 .49689 .06415 .8283 1.0850 -.45 2.25

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 2

.008 2 57 .992

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 2 dan 3

2.881 2 57 .064

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 2 dan 3


(2)

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 2

Between Groups 1.451 2 .725 8.803 .000

Within Groups 4.696 57 .082

Total 6.147 59

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 2 dan 3

Between Groups 1.790 2 .895 10.433 .000

Within Groups 4.889 57 .086

Total 6.678 59

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 3

Between Groups 6.531 2 3.266 23.162 .000

Within Groups 8.036 57 .141


(3)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound Selisih Indeks

Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 2

Peragaan Video .11750 .09077 .201 -.0643 .2993

Kontrol .37250* .09077 .000 .1907 .5543

Video Peragaan -.11750 .09077 .201 -.2993 .0643

Kontrol .25500* .09077 .007 .0732 .4368

Kontrol Peragaan -.37250* .09077 .000 -.5543 -.1907

Video -.25500* .09077 .007 -.4368 -.0732

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 2 dan 3

Peragaan Video .12500 .09261 .182 -.0604 .3104

Kontrol .41250* .09261 .000 .2271 .5979

Video Peragaan -.12500 .09261 .182 -.3104 .0604

Kontrol .28750* .09261 .003 .1021 .4729

Kontrol Peragaan -.41250* .09261 .000 -.5979 -.2271

Video -.28750* .09261 .003 -.4729 -.1021

Selisih Indeks Plak Awal Pemeriksaan 1 dan 3

Peragaan Video .24750* .11874 .042 .0097 .4853

Kontrol .79000* .11874 .000 .5522 1.0278

Video Peragaan -.24750* .11874 .042 -.4853 -.0097

Kontrol .54250* .11874 .000 .3047 .7803

Kontrol Peragaan -.79000* .11874 .000 -1.0278 -.5522

Video -.54250* .11874 .000 -.7803 -.3047


(4)

Lampiran 11

Oneway ( Selisih Indeks Plak Awal dan Akhir Setiap

Pemeriksaan )

Descriptives

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

Pemeriksaan1 Peragaan 20 1.4425 .34461 .07706 1.2812 1.6038 1.05 2.20

Video 20 1.2000 .39637 .08863 1.0145 1.3855 .60 2.00

Kontrol 20 .7000 .19868 .04443 .6070 .7930 .30 1.10

Total 60 1.1142 .44580 .05755 .9990 1.2293 .30 2.20

Pemeriksaan2 Peragaan 20 1.2850 .32408 .07247 1.1333 1.4367 1.00 2.30

Video 20 1.0075 .34651 .07748 .8453 1.1697 .50 1.90

Kontrol 20 .5625 .24272 .05427 .4489 .6761 .15 1.05

Total 60 .9517 .42605 .05500 .8416 1.0617 .15 2.30

Pemeriksaan3 Peragaan 20 1.2275 .35559 .07951 1.0611 1.3939 .95 2.50

Video 20 .6375 .28464 .06365 .5043 .7707 .15 1.10

Kontrol 20 .4250 .19702 .04405 .3328 .5172 .10 .95

Total 60 .7633 .44330 .05723 .6488 .8778 .10 2.50

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(5)

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Pemeriksaan1 Between Groups 5.734 2 2.867 27.276 .000

Within Groups 5.991 57 .105

Total 11.725 59

Pemeriksaan2 Between Groups 5.314 2 2.657 28.063 .000

Within Groups 5.396 57 .095

Total 10.710 59

Pemeriksaan3 Between Groups 6.915 2 3.458 42.118 .000

Within Groups 4.679 57 .082


(6)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

Pemeriksaan1 Peragaan Video .24250* .10252 .021 .0372 .4478

Kontrol .74250* .10252 .000 .5372 .9478

Video Peragaan -.24250* .10252 .021 -.4478 -.0372

Kontrol .50000* .10252 .000 .2947 .7053

Kontrol Peragaan -.74250* .10252 .000 -.9478 -.5372

Video -.50000* .10252 .000 -.7053 -.2947

Pemeriksaan2 Peragaan Video .27750* .09730 .006 .0827 .4723

Kontrol .72250* .09730 .000 .5277 .9173

Video Peragaan -.27750* .09730 .006 -.4723 -.0827

Kontrol .44500* .09730 .000 .2502 .6398

Kontrol Peragaan -.72250* .09730 .000 -.9173 -.5277

Video -.44500* .09730 .000 -.6398 -.2502

Pemeriksaan3 Peragaan Video .59000* .09060 .000 .4086 .7714

Kontrol .80250* .09060 .000 .6211 .9839

Video Peragaan -.59000* .09060 .000 -.7714 -.4086

Kontrol .21250* .09060 .023 .0311 .3939

Kontrol Peragaan -.80250* .09060 .000 -.9839 -.6211

Video -.21250* .09060 .023 -.3939 -.0311