Analisis Data METODE PENELITIAN

Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Setelah data terkumpul, data diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berbentuk angka- angka dan data kualitatif dinyatakan dalam kata-kata. Data kuantitatif kemudian ditabulasikan menggunakan statistik deskriptif sementara itu data kuantitatif akan diuraikan guna melengkapi gambaran yang diperoleh melalui analisis data kuantitatif 3. Tabulasi Data Data kuantitatif dimasukan kedalam tabel-tabel yang telah dibuat. Data kemudian dihitung frekuensi atau jumlahnya dan diatur angka-angkanya untuk dianalisis. Dalam kegiatan tabulasi juga dilakukan scoring terhadap item-item yang perlu diberi skor dan dilakukan koding untuk member kode-kode tertentu terhadap satu item yang tidak diberi skor. 4. Penyajian Data Setelah data ditabulasi, dilakukan penyajian data menggunakan statistik deskriptif. Data disajikan melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan nilai rata-rata, perhitungan nilai minimum-maksimum serta perhitungan prosentase. Penggunaan statistik deskriptif ini hanya menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum. Kesimpulan umum dilakukan pada tahapan selanjutnya yakni penarikan kesimpulan. 5. Perhitungan Data Khusus untuk rumusan masalah tekanan penduduk dihitung menggunakan model kuantitatif Soemarwoto 1985. Rumus tekanan penduduk memiliki tiga model yaitu a. Pada model I penduduk dianggap hanya hidup dari lahan pertanian yang digarap. Rumus tekanan penduduk ini adalah �� = � ��� + � � ��� Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Rumus tekanan penduduk model II merupakan pengembangan rumus model I. Pada rumus ini penduduk hidup dari lahan pertanian tetapi mempunyai pendapatan lain diluar sektor pertanian. Apabila pendapatan diluar sektor pertanian makin besar maka tekanan penduduk terhadap lahan akan berkurang. Berikut rumus tekanan penduduk model II �� = � − ��� + � � ��� c. Rumus tekanan penduduk model III ini merupakan pengembangan dari rumus model I dan II, dimana rumus III ditambahkan nilai manfaat lahan untuk produksi penggarap. Jika produktifitas lahan semakin tinggi maka pendapatan petani akan tinggi pula dan semakin besar pendapatan yang bekerja diluar sektor pertanian maka tekanan penduduk akan berkurang. �� = � − ��� + � � ��� Untuk mengukur Indeks Tekanan Penduduk ITP pada penelitian ini digunakan rumus model II Soemarwoto, 1989 hlm.225 yaitu: �� = � − ��� + � � ��� Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dimana, �� = Indeks tekanan penduduk pada waktu t = Proporsi pendapatan petani yang bersumber dari aktivitas non pertanian � = Luas lahan pertanaian rata-rata yang diperlukan oleh setiap penduduk petani untuk dapat hidup layak � = Proporsi penduduk yang menjadi petani �� = Jumlah penduduk pada awal periode � = Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun ��� = Luas total lahan pertanian t = Rentang waktu dalam tahun Sementara itu, untuk menghitung nilai Z diperoleh menggunakan rumus : � = . � + . � + . + . � + � + + dimana, � = Luas lahan pertanian rata-rata yang diperlukan oleh setiap penduduk petani untuk dapat hidup layak � = Luas lahan sawah irigasi dari 2 kali panen setahun ha � = Luas lahan sawah irigasi 1 kali panen setahun ha = Luas lahan sawah tadah hujan ha = Luas lahan kering ha Kemudian nilai Indeks Tekanan Penduduk ITP diklasifikasikan berdasarkan tabel berkut: Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5 Tabel Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk ITP No Nilai ITP Kriteria 1 1 Terjadi tekanan penduduk melebihi kemampuan lahan 2 = 1 Penggunaan lahan optimal terhadap kemampuan lahan 3 1 Belum terjadi tekanan penduduk Sumber : Ariani 2012 6. Penarikan Kesimpulan Setelah semua data pada rumusan masalah kondisi sosial ekonomi dan interaksi masyarakat sekitar hutan disajikan melalui statistik deskriptif serta dihasilkan besaran indeks tekanan penduduk menggunakan rumus Soemarwoto 1985 maka akan diambil sebuah kesimpulan sebagai penutup kesimpulan penelitian ini. Kesimpulan diambil berdasarkan analisis deskriptif mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat , interaksi masyarakat sekitar hutan, serta hasil perhitungan indeks tekanan penduduk. Kesimpulan akan menjawab semua rumusan masalah terutama masalah kerusakan hutan dikaitkan dengan indeks tekanan penduduk. Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I. Kerangka Berfikir

Hutan Ketidakseimbangan Kelahiran Keadaan Sosek Masyarakat sekitar hutan Kematian Kebutuhan Hidup Meningkat Interaksi Manusia dengan hutan Tekanan Penduduk Potensi tanah, flora dan fauna Lahan Pertanian Penduduk Produksi Pertanian Pertumbuhan Penduduk Migrasi 146 Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab akhir ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta rekomendasi berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini meliputi: 1. Besarnya Indeks Tekana Penduduk ITP di daerah penelitian dengan sampel Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya 1, hal ini menunjukan bahwa tekanan penduduk telah melebihi batas kemampuan lahan. Desa Pulosari mempunyai ITP terbesar dan Desa Warnasari mempunyai ITP terkecil dengan rincian : a. Desa Warnasari mempunyai ITP sebesar 1,57 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 4,5. b. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3,30 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 8,69. c. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 7,90. 2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan terdapat perbedaan di daerah penelitian. Kecenderungan sebagian besar hidup masyarakat mengandalkan bertani, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, tidak memiliki lahan pertanian, dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga hampir mencapai tiga orang. 3. Interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan diwujudkan dalam bentuk aktivitas masyarakat berupa kegiatan perambahan di kawasan hutan bertani, pengambilan hasil hutan seperti kayu bakar, rumput, dan hasil hutan lainnya. Dalam melakukan aktivitasnya di kawasan hutan sebagian besar masyarakat mengikutsertakan anggota keluarganya dengan frekuensi interaksi setiap hari. Cabe dan kol menjadi tanaman yang yang paling banyak dibudidayakan di kawasan hutan dengan produksi rata-rata mencapai 69 ton pertahun. Kegiatan Syaepul Rohman, 2014 Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu konservasi berupa sistem wana tani atau agroforesti di daerah penelitian tidak berjalan dengan maksimal yang berdampak pada tingginya tingkat erosi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi dalam menyelesaikan masalah mengenai tekanan penduduk diantaranya : 1. Untuk pemerintah setempat hendaknya kembali menggalakan program Keluarga Berencana KB untuk mengurangi besarnya tekanan penduduk dengan menekan angka kelahiran. Pemerintah hendaknya lebih bnayak menciptakan lapangan kerja baru, memberikan keterampilan diluar bidang pertanian yang bertujuan untuk mengurangi eksploitasi lahan hutan yang telah melebihi batas daya dukung lingkungan. 2. Untuk masyarakat setempat, khususnya petani yang menggarap lahan di kawasan hutan hendaknya meningkatkan produktifitas lahan dengan melakukan penanaman secara tumpangsari, penggunaan biofertilizer, dan pemanfaatan bahan organik. Selain itu, masyarakat harus ikut berpartisipasi melakukan konservasi dengan mengoptimalkan program agroforesti dalam menjaga kelestarian wilayah Hulu. 3. Untuk semua pihak yang terlibat dalam perambahan kawasan hutan di daerah penelitian, hendaknya lebih tegas di dalam menanggapi rusaknya kawasan hutan, semua pihak hendaknya lebih mementingkan inventarisasi kelestarian alam daripada kepentingan pribadi semata. 4. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang daya dukung lahan, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih konprehensif serta dapat menjadi bahan masukan dalam rangka melengkapi penelitian yang telah ada sebelumnya.