Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung.

(1)

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

oleh :

SYAEPUL ROHMAN 1009161

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Syaepul Rohman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Syaepul Rohman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Masalah Kependudukan di Indonesia ... 9

1. Besarnya Jumlah Penduduk ... 9

a. Kebutuhan Akan Pangan, Ruang dan Pendidikan... 9

b. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan ... 9

c. Daya Dukung Lingkungan Menurun ... 11

2. Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi ... 11

3. Persebaran Penduduk yang Tidak Merata ... 12

B. Kepadatan Penduduk, Tekanan penduduk, dan Kelebihan Penduduk ... 12

1. Latar Belakang Persebaran Geografis Penduduk... 13

2. Kepadatan Penduduk dan Tekanan Penduduk ... 13

3. Dampak Tekanan Penduduk ... 15

4. Analisis Tekanan Penduduk ... 17


(5)

C. Kehutanan di Indonesia ... 19

1. Pengertian Hutan ... 19

2. Hutan dan Pembangunan ... 21

3. Kebijakan Mengenai Hutan ... 23

4. Faktor Penyebab Kerusakan Hutan ... 24

a. Kondisi Pasar ... 25

b. Tekanan Penduduk ... 25

c. Sarana dan Prasarana ... 26

d. Kebijakan Pemerintah ... 26

D. Aspek Hubungan Manusia dengan Hutan ... 27

1. Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan ... 29

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Lokasi Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi ... 37

a. Populasi Wilayah ... 38

b. Populasi Manusia ... 38

2. Sampel ... 38

a. Sampel Wilayah ... 39

b. Sampel Manusia ... 40

E. Definisi Operasional ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 48

H. Analisis Data ... 51

I. Kerangka Berfikir ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 57


(6)

2. Hidroklimatologi ... 60

3. Kondisi Geologi ... 68

4. Topografi ... 70

5. Jenis Tanah ... 73

6. Penggunaan Lahan ... 75

B. Kawasan Sekitar Hutan Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 78

C. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 80

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 80

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 81

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 83 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah ... 84

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 86

D. Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 87

1. Laju Pertumbuhan Penduduk... 88

2. Kepadatan Penduduk Agraris ... 91

3. Proporsi Pendapatan Petani Dari Luar Sektor Pertanian . 92 4. Luas Lahan Pertanian ... 93

5. Luas lahan Pertanian Per Petanu Untuk Hidup Layak .... 95

6. Proporsi Petani Pada Wilayah Desa ... 98

7. Analisis Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 100

E. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan... 106

1. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan ... 107

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 107

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 108

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 110

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah ... 111

e. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 112


(7)

2. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 114

a. Tingkat Umur Responden ... 114

b. Tingkat Pendidikan Responden ... 116

c. Mata Pencaharian Responden ... 118

d. Jumlah Tanggungan Responden ... 119

e. Luas Kepemilikan Lahan Responden ... 121

f. Jumlah Pendapatan Responden ... 122

g. Komposisi Tingkat Umur dengan Pendidikan ... 124

h. Komposisi Tingkat Umur dengan Jumlah Tanggungan ... 126

i. Komposisi Tingkat Umur dengan Mata Pencaharian 127 j. Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Kepemilikan Lahan ... 128

k. Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan 129 l. Komposisi Luas Lahan Garapan dengan Pendapatan 130 F. Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan ... 130

1. Bentuk Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan .... 131

2. Frekuensi Interaksi ... 133

3. Jarak Tempat Tinggal ke Kawasan Hutan ... 134

4. Budidaya Pertanian di Sekitar Kawasan Hutan ... 136

a. Jenis Tanaman Budidaya ... 136

b. Luas dan Produksi Tanaman Budidaya ... 138

c. Pola Tanam ... 139

d. Tata Niaga ... 140

e. Sistem Konservasi ... 142

G. Keterkaitan antara Tekanan Penduduk, Kondisi Sosial Ekonomi, dan Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan 143 H. Implikasi Penelitian Terhadap Pengajaran Geografi ... 145


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 146

A. Kesimpulan ... 146

B. Rekomendasi ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Cisangkuy

Tahun 1990-2008 ... 1

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 18

Tabel 3.1 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 38

Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Agraris Tiap Desa ... 40

Tabel 3.3 Variabel dan Sub Variabel ... 46

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tekanan Penduduk Di Sekitar Kawasan Hutan Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 50

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 55

Tabel 4.1 Luas Desa Wilayah Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 58

Tabel 4.2 Nilai Q dan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson ... 64

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Daerah Penelitian ... 65

Tabel 4.4 Jumlah Bulan Basah (BB), Bulan Lembab (BL), Bulan Kering (BK) Tahun 2001-2011 ... 65

Tabel 4.5 Kondisi Geologis Daerah Penelitian ... 70

Tabel 4.6 Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng ... 71

Tabel 4.7 Jenis Tanah Wilayah Kajian ... 73

Tabel 4.8 Luas Penggunaan Lahan ... 75

Tabel 4.9 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 78

Tabel 4.10 Karakteristik Fisik Desa Sekitar Kawasan Hutan ... 79

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio ... 80

Tabel 4.12 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 81

Tabel 4.13 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 82

Tabel 4.14 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 83

Tabel 4.15 Komposisi Penduduk Usia Sekolah ... 85

Tabel 4.16 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 86

Tabel 4.17 Laju Pertumbuhan Penduduk Selama 5 Tahun ... 90

Tabel 4.18 Kepadatan Penduduk Agraris Tiap Desa ... 92


(10)

Tabel 4.20 Luas Lahan LSI, LSI1, LST, dan LLK ... 95

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Nilai Z ... 97

Tabel 4.22 Proporsi Petani di Sekitar Kawasan Hutan ... 99

Tabel 4.23 Nilai Indeks Tekanan Penduduk (ITP) di Sekitar Kawasan Hutan 102 Tabel 4.24 Klasifikasi Nilai Indeks Tekanan Penduduk (ITP) di Sekitar Kawasan Hutan ... 103

Tabel 4.25 Perbandingan Nilai Kepadatan Penduduk Agraris dengan ITP ... 104

Tabel 4.26 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio ... 108

Tabel 4.27 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 109

Tabel 4.28 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 110

Tabel 4.29 Komposisi Penduduk Usia Sekolah ... 111

Tabel 4.30 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 113

Tabel 4.31 Jenjang Umur Responden ... 114

Tabel 4.32 Tingkat Pendidikan Responden... 116

Tabel 4.33 Mata Pencaharian Responden ... 118

Tabel 4.34 Jumlah Tanggungan Responden ... 120

Tabel 4.35 Luas Kepemilikan Lahan Pertanian ... 121

Tabel 4.36 Jumlah Pendapatan Responden ... 122

Tabel 4.37 Komposisi Tingkat Umur dengan Tingkat Pendidikan ... 125

Tabel 4.38 Komposisi Tingkat Umur dengan Jumlah Tanggungan ... 126

Tabel 4.39 Komposisi Tingkat Umur dengan Mata Pencaharian ... 127

Tabel 4.40 Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Kepemilikan Lahan ... 128

Tabel 4.41 Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan ... 129

Tabel 4.42 Komposisi Luas Lahan Garapan dengan Pendapatan ... 130

Tabel 4.43 Bentuk Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan ... 132

Tabel 4.44 Keikutsertaan Anggota Keluarga ... 133

Tabel 4.45 Jarak Tempat Tinggal Ke Kawasan Hutan ... 135

Tabel 4.46 Jenis Tanaman Budidaya Berdasarkan Jumlah Responden ... 137


(11)

(12)

ABSTRACT

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG Oleh: Syaepul Rohman

This study was conducted in a forest area of Cisangkuy upstream Sub Basin with the goal of (1) measuring the amount of Population Pressure Index (ITP) around forest areas, (2) describe the socio-economic conditions of communities around forest areas, (3) describe the interaction of communities around forest areas Cisangkuy upstream Sub Basin. This study used a descriptive method of data sources in the form of primary data and secondary data taken by interview, observation, and documentation. Region sampling method is done by non-probability sampling approach with purposive sampling method. While the human sampling method done with non-probability sampling approach with accidental sampling method. Population pressure calculation methods use the Soemarwoto formula (1989) Model II. The results showed that there has been population pressure in the surrounding forest area represented by Warnasari Village, Pulosari Village, and Margamulya village. Socio-economic conditions of communities around the forest showed the tendency of most people rely on farming life, low-income, less educated, do not have agricultural land, and the average number of family dependents of nearly three people. Interaction communities around the forest area is realized in the form of community activities such as illegal logging, yields of forest products such as firewood, grass, and other forest products. The author recommends that the creation of new jobs outside agriculture and family planning programs should be prioritized to reduce population pressure.

Keyword : population pressure, socio-economic conditions, Interaction communities


(13)

ABSTRAK

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG Oleh: Syaepul Rohman

Penelitian ini dilakukan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu dengan tujuan (1) mengukur besarnya Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan, (2) mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan, (3) mendeskripsikan interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan sumber data berupa data primer dan data sekunder yang diambil dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode pengambilan sampel wilayah dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode purposive sampling. Sedangkan metode pengambilan sampel manusia dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode accidental sampling. Metode perhitungan tekanan penduduk menggunkan rumus Soemarwoto (1989) model II. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan yang diwakili oleh Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan menunjukan kecenderungan sebagian besar hidup masyarakat mengandalkan bertani, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, tidak memiliki lahan pertanian, dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga hampir mencapai tiga orang. Interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan diwujudkan dalam bentuk aktivitas masyarakat berupa kegiatan perambahan di kawasan hutan (bertani), pengambilan hasil hutan seperti kayu bakar, rumput, dan hasil hutan lainnya. Penulis merekomendasikan agar penciptaan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian dan program KB dijadikan prioritas untuk mengurangi tekanan penduduk.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SubDaerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini mempunyai luas 34.159 hektar dengan debit air baku 1600 liter/detik yang merupakan salah satu penyangga utama pemenuhan air baku di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Selain itu, Sub DAS ini menjadi sumber listrik untuk Kota Bandung dan sekitarnya melalui PLTA Cikalong, PLTA Lamajan dan PLTA Pangalengan (Bappenas, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Risdiyanto dkk., diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 1991-2008 Sub DAS Cisangkuy mengalami perubahan penggunaan lahan yang signifikan terutama luas lahan berhutan, pemukiman, dan semak belukar. Berikut disajikan secara rinci dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Cisangkuy Tahun 1990-2008

No Penggunaan Lahan

Luas Penggunaan Lahan (Ha)

Perubahan 1990 - 2008 Tahun 1990 Tahun 2008 Luas (ha) Persen (%) 1 Hutan 8738.3 5702.0 3036.3 -34.8 2 Kebun/Perkebunan 3452.3 3575.8 123.5 3.6 3 Pemukiman/terbangun 1283.7 3482.0 2198.3 171.2 4 Sawah Irigasi 2736.4 2171.1 565.3 -20.7 5 Sawah Tadah Hujan 2032.6 1826.1 206.5 -10.2 6 Semak Belukar 1106.7 2754.7 1648 148.9 7 Tegalan/Ladang 4770.5 3933.4 837.1 -17.5 8 Tegalan/Ladang

Bersemak 3376.2 3952.9 576.7 17.1 9 Tubuh Air 298.1 397.4 99.3 33.3

Jumlah 27795.3 27795.3


(15)

2

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat penurunan luas lahan paling tinggi terjadi pada hutan sebesar -3036.3 ha (-34.8%) dari total luas pada tahun 1990, selanjutnya sawah irigasi sebesar -565.3 ha (-20.7%), sawah tadah hujan sebesar –206.5 ha (-10.2%), dan tegalan/ladang sebesar -837.1 ha (17.5%) . Luas lahan hutan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan/ladang mengalami penurunan, sedangkan kebun/perkebunan, pemukiman, semak belukar, tegalan/ladang bersemak dan tubuh air mengalami penambahan luas. Penurunan luas hutan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan/ladang diatas berimplikasi pada kenaikan luas penggunaan lainnya. Kenaikan luas tertingi yaitu pemukiman 2198.3 ha (171.2%), kemudian semak belukar 1648 ha (148.9%), tegalan/ladang bersemak 576.7 ha (17.1%), tubuh air sebesar 99.3 ha (33.3%), dan kebun/perkebunan sebesar 123.6 ha (3.6%).

Pola perubahan penggunaan lahan bervegetasi di Sub DAS Cisangkuy merupakan suatu dinamika perubahan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pola perubahan penggunaan lahan tersebut dapat diketahui jika di suatu lokasi terjadi penurunan kerapatan vegetasi maka di lokasi lain terjadi penambahan. Kerapatan vegetasi ini berpengaruh terhadap keseimbangan neraca air suatu DAS. Lahan berhutan akan menghasilkan jumlah limpasan permukaan yang lebih rendah serta mempunyai tingkat infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan jenis tutupan lahan yang lain. ( Risdiyanto dkk., 2009)

Perubahan penggunaan lahan yang sangat signifikan khususnya hutan, semak belukar, dan sawah menyebabkan Sub DAS Cisangkuy berada dalam kondisi kritis yang ditunjukan dengan tingkat erosi, fluktuasi debit dan tingkat sedimentasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sarmaningsih (2007, hlm. 8) bahwa

Erosi cekungan Bandung khususnya Sub DAS Cisangkuy mencapai 163 ton/ha/tahun. Demikian pula sedimentasi yang ditunjukkan dengan laju sedimentasi Waduk Saguling yang mencapai 3,02 - 4,32 juta m3 / tahun. Kondisi Sub DAS ini pun berada dalam kondisi kritis ditunjukkan dengan fluktuasi debit maksimum dan minimum berkisar antara 49 - 394 m3/detik. Akibatnya daerah hilir Sub DAS Cisangkuy yaitu Kecamatan Dayeuh Kolot dan sekitarnya menjadi daerah langganan banjir ketika musim penghujan tiba.


(16)

3

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Sub DAS Cisangkuy khususnya hutan, semak belukar, dan sawah mengindikasikan kebutuhan akan sumberdaya alam khususnya lahan semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada Tahun 2013 BPS Kabupaten Bandung mencatat jumlah penduduk Kecamatan Pangalengan mencapai 144.178 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,89%. Pertumbuhan penduduk di perdesaan mengakibatkan penurunan rasio lahan terhadap penduduk karena sebagian besar penduduk di perdesaan tetap bekerja sebagai petani. Penurunan rasio tersebut berdampak pada penurunan rata-rata luas lahan pertanian per petani. Hal ini terbukti dari rata-rata luas kepemilikan lahan pertanian kurang dari 0,25 hektar per keluarga petani (BPS Kabupaten Bandung, 2013). Walapun produksi pertanian persatuan luas dapat dinaikan, namun luas lahan pertanian tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Akibat kebutuhan terhadap lahan pertanian yang terus meningkat sementara lahan yang tersedia tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk, cepat atau lambat kemampuan suatu wilayah untuk mendukung kehidupan (daya dukung lingkungan) akan melebihi ambang batas. Pada akhirnya mucul dorongan petani untuk memperluas lahan garapannya atau mungkin mencari lapangan pekerjaan lain dan keluar dari lapangan kerja pertanian. Istilah ini yang kemudian dikenal dengan tekanan penduduk.

Masalah-masalah yang akan mungkin timbul akibat tekanan penduduk yang tinggi perlu mendapat perhatian serius. Soemarwoto (1989, hlm.13)

memaparkan bahwa “tekanan penduduk terhadap lahan ini, mendesak petani

untuk menggarap lahan marjinal, antara lain tanah miring di tepi sungai dan

di lereng bukit dan gunung yang curam, serta meyerobot lahan hutan.”

Apabila hal ini terus dibiarkan, maka keadaan hutan di Sub DAS Cisangkuy akan semakin terancam. Hutan yang seharusnya dijaga kelestariaanya karena mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan terutama untuk menjaga kesimbangan suatu DAS akan dirambah dan dijadikan lahan garapan baru. Selain hutan, lahan-lahan kritis yang seharusnya dikonservasi justru


(17)

4

akan dijadikan lahan garpan baru. Apabila hal ini terjadi, maka persoalan lingkungan seperti banjir, longsor, kurangnya daerah resapan air, dan pendangkalan sungai akan terjadi. Masalah lain yang mungkin timbul akibat tekanan penduduk yang tinggi adalah kemiskinan penduduk perdesaan. Langkanya sumber pendapatan non pertanian serta desakan kebutuhan ekonomi memungkinkan penduduk perdesaan bermigrasi ke kota untuk mengadu nasib. Migrasi besar-besaran dari desa ke kota tentunya akan menimbulkan juga masalah baru diperkotaan.

Mengingat pentingnya masalah tekanan penduduk serta besarnya dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kerusakan hutan, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian untuk mengukur besarnya tekanan penduduk sehingga kita biasa menyelamatkan hutan yang sekarang kondisinya sudah terancam. Untuk mengangkat permasalahan tersebut di atas, maka penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tekanan Penduduk di Sekitar Kawasan Hutan Sub Daerah Aliran Sungai

Cisangkuy Hulu Kabupaten Bandung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasararkan latar belakang masalah yang diuraikan, peneliti telah memfokuskan permasalahan yang akan dikaji serta merumuskan berbagai permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Masyarakat sekitar kawsan hutan yang berinteraksi dengan hutan merupakan objek penelitian ini. Sementara itu, fokus penelitian ini adalah tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu, baik itu indeks tekanan penduduknya maupun implikasinya terhadap interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Memperhatikan kondisi serta perkembangan berbagai masalah yang ada di Sub DAS Cisangkuy hulu terutama tekanan penduduk serta dampak yang


(18)

5

mungkin ditimbulkan terutama terhadap kerusakan hutan, maka berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu?

3. Bagaimana interkasi masyarakat sekitar kawasan hutan dengan hutan di Sub DAS Cisangkuy hulu?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Mengukur Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu.

2. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu.

3. Mendeskripsikan bentuk interkasi masyarakat sekitar hutan dengan hutan di Sub DAS Cisangkuy hulu.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian bidang ilmu geografi terutama masalah kependudukan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan

referensi dan gambaran umum mengenai masalah tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan.

3. Dari segi kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi bagi lembaga/instansi terkait guna menentukan strategi dan kebijakan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan,


(19)

6

pengelolaan kebijakan DAS, dan upaya-upaya pencegahan dampak tekanan penduduk.

4. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pendorong bagi masyarakat agar lebih sadar dan peduli akan pentingnya sumber daya alam sehingga masyarakat tidak hanya mengeksploitasi tetapi juga ikut mengkonservasi dan merehabilitasi.

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN

Bab I menguraikan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memaparkan kajian putaka yang berisi teori yang sedang dikaji terkait permasalahan yang dibahas, meliputi masalah kependudukan di Indonesia, tekanan penduduk, kehutanan di Indonesia, dan aspek hubungan manusia dengan hutan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses atau kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Bab ini memaparkan mengenai lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, populasi sampel, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV merupakan hasil dan pembahasan yang terdiri atas pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan mengenai kondisi geografis Sub DAS Cisangkuy hulu baik dari segi fisik maupun sosial, indeks tekanan penduduk, serta bentuk interaksi masyarakat sekitar hutan.


(20)

7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V berisi tentang penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran yang diberikan dari hasil penelitian.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Sub DAS Cisangkuy hulu yang merupakan bagian dari DAS Citarum hulu. Berada di wilayah administratif Kabupaten Bandung dengan total luas 8.885 hektar yang berbatasan dengan wilayah :

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Talegong Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pasirambu Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Cimaung Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pacet dan Kecamatan Kertasari

Secara administratif Sub DAS Cisangkuy hulu termasuk kedalam beberapa desa yakni Desa Pulosari, Desa Sukaluyu, Desa Margaluyu, Desa Margamekar, Desa Margamulya, Desa Sukamanah, Desa Warnasari, Desa Pangalengan, Desa Margamukti, Desa Wanasuka, dan Desa Cikalong yang dibatasi oleh parameter fisik seperti kemiringan lereng serta bentuk dari sungai. Seperti yang dijelaskan sebelumnya di latar belakang, pemilihan Sub DAS Cisangkuy hulu sebagai tempat penelitian didasarkan pada beberapa masalah yang terjadi di tempat penelitian ini. Permasalahan yang terjadi seperti perubahan penggunaan lahan yang signifikan terutama hutan, DAS yang kritis, serta banjir di daerah hilirnya. Disisi lain Sub DAS ini mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan salah satu penyangga utama pemenuhan air baku di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Selain itu, Sub DAS ini menjadi sumber listrik untuk Kota Bandung dan sekitarnya melalui PLTA Cikalong, PLTA Lamajan dan PLTA Pangalengan (Bappenas, 2012).

Untuk gambaran lebih jelas mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Sebaran Plot Sub DAS Cisangkuy Hulu pada Gambar 3.1


(22)

35

Ga

mbar

3.


(23)

36

B. Desain Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian haruslah dibuat sebuah perencanaan. Untuk itu diperlukan sebuah desain penelitian. “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu” (Nasution, 1987, hlm. 40). Desain menjadi pegangan dalam melakukan penelitian, menentukan batas-batas penelitian serta memberikan gambaran yang jelas tentang cara yang akan dilakukan peneliti apabila terjadi kesulitan yang telah dialami oleh peneliti lain.

Dalam penelitian kuantitatif, Nasution (1987) membagi desain penelitian menjadi tiga yaitu survei, case study, dan eksperimen. Desain penelitian survey adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar dengan cara mewawancarai sebagian dari populasinya. Sementara itu, desain penelitian case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan terhadap seorang individu. Selanjutnya, desain penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti pengaruh variabel tertentu terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang dikontrol secara ketat.

Berdasarkan ketiga jenis desain penelitian serta perumusan dan tujuan penelitian yang dibuat peneliti, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian survei. Hal ini didasarkan pada perumusan masalah yang hanya memuat variabel-variabel tunggal tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Selain itu, penelitian ini hanya mendeskripsikan mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi.

C. Metode Penelitian

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011, hlm.2). Berdasarkan sifat serta tujuan penelitian yang akan dilakukan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Dalam tulisan yang lain, Sugiyono (2002, hlm.11) menyatakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai


(24)

37

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.” Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto : 2005). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu penjelasan atau deskripsi secara faktual, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

Pemilihan metode ini didasarkan pada perumusan masalah yang memuat variabel-variabel tunggal tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian ini hanya menjelaskan secara faktual, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Pengambilan sampel yang representatif yang benar-benar mewakili populasi akan menentukan kualitas sebuah penelitian.

1. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988, hlm.112) populasi adalah “semua kasus, individu, dan gejala yang ada di daerah penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hlm.119) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan kedua definisi diatas, Populasi yang akan diteliti pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:


(25)

38

a. Populasi Wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah kawasan sekitar hutan Sub DAS Cisangkuy hulu. Berikut daftar desa yang termasuk ke dalam Sub DAS Cisangkuy hulu disajikan dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy hulu No Nama Desa Topografi Wilayah Keberadaan Wilayah

1 Cikalong Lereng/Punggung bukit Luar kawasan hutan 2 Margaluyu Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 3 Margamekar Lereng/Punggung bukit Luar kawasan hutan 4 Margamukti Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 5 Margamulya Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 6 Pangalengan Dataran Sekitar kawasan Hutan 7 Pulosari Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 8 Sukaluyu Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 9 Sukamanah Dataran Sekitar kawasan Hutan 10 Wanasuka Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 11 Warnasari Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan

Sumber : BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013

Dari kesebelas desa, hanya sembilan desa yang termasuk kedalam populasi penelitian. Kedua desa yang tidak termasuk populasi penelitian adalah Desa Cikalong dan Desa Margamekar karena wilayahnya berada diluar kawasan hutan.

b. Populasi Manusia

Populasi manusia dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu dan berinteraksi dengan hutan tersebut.

2. Sampel

“Sampel adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2011, hlm.120). Sementara itu menurut


(26)

39

Sumaatmadja (1988, hlm.112) “Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan. Kriteria sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi. Oleh karena itu, sebelum menarik sampel kita harus membuat estimasi (rata-rata sifat) populasi yang akan diambil sampelnya.

Berdasarkan definisi diatas, maka metode pengambilan sampel wilayah dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode purposive sampling. Metode ini menjadi satu-satunya alternatif yang cocok karena tidak adanya sample frame yang jelas. Sampel purposif atau judgemental sampling diambil berdasarkan pertimbangan mendalam dan diyakini oleh peneliti akan benar-benar mewakili karakter atau populasinya (Yunus, 2010). Sedangkan metode pengambilan sampel manusia dilakukan dengan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode accidental sampling

a. Sampel Wilayah

Penentuan sampel wilayah pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan adanya perbedaan karakteristik antara desa-desa di wilayah penelitian baik secara fisik maupun sosial. Sampel wilayah dalam penelitian ini dipilih berdasarkan analisis dari peta penggunaan lahan dimana desa yang sebagian besar wilayahnya berada di dalam atau di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu akan dijadikan pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian. Pertimbangan lain yang digunakan adalah besarnya kepadatan agraris desa-desa di wilayah penelitian. Kepadatan agraris yang tinggi akan mengindikasikan tekanan penduduk yang tinggi di wilayah tersebut (Abdurrachim, 1979). Desa-desa di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu yang memiliki kepadatan agraris yang relatif tinggi akan diambil menjadi sampel penelitian. Berikut disajikan nilai kepadatan agraris dari masing-masing desa di wilayah penelitian dalam Tabel 3.2


(27)

40

Tabel 3.2

Kepadatan Penduduk Agraris Tiap Desa No Nama Desa

Jumlah Penduduk Bertani (jiwa)

Luas Lahan Pertanian

(ha)

Kepadatan Penduduk Agraris

1 Margaluyu 3514 310.3 11.32

2 Margamukti 3987 321.68 12.39

3 Margamulya 3154 399 7.90

4 Pangalengan 1883 185.38 10.16

5 Pulosari 3949 454.52 8.69

6 Sukaluyu 4017 403.75 9.95

7 Sukamanah 4035 273.5 14.75

8 Wanasuka 2086 355.69 5.86

9 Warnasari 2.607 626.7 4.16

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan letak dan nilai kepadatan agrarisnya maka desa yang diambil menjadi sampel penelitian adalah Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya.

b. Sampel Manusia

Berbeda halnya dengan sampel wilayah, penentuan sampel manusia dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling pada wilayah yang menjadi sampel penelitian. Accidental sampling merupakan merupakan metode pengambilan sampel dengan memilih siapa saja yang kebetulan ada atau dijumpai. Masyarakat yang menjadi sampel penelitian adalah masyarakat sekitar hutan di Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya. Selain karena ketiga desa ini merupakan sampel wilayah, penentuan masyarakat yang dijadikan sampel penelitian didasarkan pada kedekatan jarak ketiga desa ini dengan kawasan hutan yang memungkinkan ketergantungkan masyarakat serta interaksinya terhadap hutan relatif lebih besar dibandingkan dengan masyarakat di desa lain. Jumlah sampel manusia tidak ditentukan jumlahnya hal ini dikarenakan jumlah masyarakat yang berinteraksi dengan hutan tidak


(28)

41

ada data pastinya. Untuk itu, dalam penentuan sampel manusia langkah awal yang dilakukan adalah menemui Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk memperoleh informasi masyarakat yang melakukan aktivitas di kawasan hutan. Selain menemui Ketua LMDH peneliti juga menemui Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) untuk memperoleh informasi mengenai masyarakat yang bertani di kawasan hutan sebagai dasar informasi pengambilan sampel. Setelah itu, peneliti mencari dan memilih responden yang sedang melakukan interaksi/ aktivitas di kawasan hutan yang kebetulan ada atau dijumpai. Proses pencarian responden akan terus dilanjutkan sampai peneliti merasa jumlah sampel yang dianggap memenuhi kebutuhan data penelitian dan dianggap mewakili populasi tiap-tiap desa telah mencukupi. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai tolak ukur cukup atau tidaknya sampel yang diambil sehingga tingkat kepekaan peneliti terhadap tujuan penelitian menjadi hal yang sangat penting selama pengambilan data di lapangan.

E. Definisi Operasional

Dalam sebuah penelitian lapangan, konsep-konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat definisi operasional. Daefinisi operasional merupakan penegasan atau realitas tertentu sebagaimana yang dipaparkan menurut konsepnya (Wignjosoebroto dalam Suyanto, 2005). Definisi operasional yang yang dirumuskan untuk setiap variabel haruslah melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti. “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011, hlm.63). Sementara itu menurut Silalahi (2010, hlm.191) “Variabel merupakan abstraksi dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan”.

Judul penelitian ini adalah “Tekanan Penduduk di Sekitar Kawasan Hutan Sub Daerah Aliran Sungai Cisangkuy Hulu Kabupaten Bandung”. Berdasarkan


(29)

42

rumusan masalah yang diajukan dan variabel yang harus didefinisikan, maka definisi operasional untuk variabel dan sub variabel penelitian ini adalah. 1. Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

Tekanan penduduk ialah gaya yang mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya atau keluar dari lapangan kerja petanian untuk memperjuangkan hidupnya akibat adanya kelebihan penduduk. Sementara itu, Indeks Tekanan Penduduk (ITP) merupakan indeks yang mengindikasikan ketergantungan penduduk terhadap lahan. Indeks tekanan penduduk dihitung menggunakan rumus Soemarwotto (1985):

��

=

���

+

���

Rumus ini dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu: a. Jumlah penduduk

adalah adalah besarnya penduduk dalam suatu wilayah pada pertengahan tahun tertentu yang diukur dengan angka absolute yang dinyatakan dengan simbol (Po)

b. Proporsi pendapatan petani diluar sektor pertanian.

Proporsi pendapatan petani yang didapat dari aktivitas non pertanian, dinyatakan dengan simbol ( )

c. Luas Lahan pertanian

Luas Lahan pertanian adalah luas total lahan pertanian meliputi luas sawah yang dibedakan menjadi dibedakan satu musim dua musim, tegalan dan pekarangan pada wilayah tertentu dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Luas lahan pertanian dinyatakan dengan simbol (Ltot) d. Tingkat pertumbuhan penduduk

Tingkat pertumbuhan penduduk adalah rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk dalam periode tertentu (satu tahun) pada daerah tertentu dihitung secara serial waktu dan dinyatakan dengan cara angka prosentase dalam simbol (r)


(30)

43

e. Luas lahan minimal per petani untuk dapat hidup layak

Ialah luas lahan pertanian rata-rata yang diperlukan oleh petani untuk dapat hidup layak. Dinyatakan dengan simbol (Z) dan dihitung dengan menggunakan rumus:

�= . � + . � + . + .

( � + � + + )

dimana,

= Luas lahan sawah irigasi dari 2 kali panen setahun � = Luas lahan sawah irigasi 1 kali panen setahun

= Luas lahan sawah tadah hujan = Luas lahan kering

f. Poporsi petani

Proporsi petani adalah jumlah penduduk yang mempunyai lapangan kerja mengusahakan lahan (sawah, tegalan, pekarangan) pada wilayah desa diukur dengan prosentase, dinyatakan dengan simbol (f).

2. Kondidi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Ialah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai parameter yakni usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan, mata pencaharian, pendapatan, kesahatan dan transportasi, Adapun parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah adalah pekerjaan atau pencaharian utama yang dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan ialah tingkat yang diukur berdasarkan jenjang pendidikan sekolah seperti, SD, SMP,SMA, dan Perguruan tinggi.


(31)

44

c. Luas kepemilikan lahan

Luas kepemilikan lahan adalah luas lahan pertanian yang dimiliki petani untuk digarap.

d. Jumlah pendapatan.

Jumlah pendapatan ialah jumlah keseluruhan pendapatan baik dari mata pencaharian utama maupun mata pencaharian sampingan.

e. Jumlah Tanggungan

Ialah jumlah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga.

3. Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Kawasan sekitar hutan adalah adalah sebuah desa yang sebagian atau seluruh wilayahnya berada di dalam, di tepi, atau di sekitar hutan.

Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang bertempat tinggal atau bergantung dan bermukim di dalam dan sekitar hutan, baik berupa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa keluarga saja atau yang telah membentuk suku, dusun ataupun desa dimana masih ada interaksi yang cukup kuat antara kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan lingkungan hutan.

Sementara itu, Secara umum interaksi masyarakat sekitar hutan dengan hutan, tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti mengumpulkan hasil hutan, antara lain bahan pangan, kayu bakar, pakan ternak, umbi-umbian serta hasil dari jenis jasa hutan lainnya (Ardiansyah, 2009). Adapun parameter yang diambil dalam penelitian ini adalah:

a. Bentuk Interaksi

Bentuk interaksi masyarakat dengan hutan merupakan bentuk pemanfaatan hutan oleh masyarakat itu sendiri. Bentuk interaksi ini membentuk dua pola kegiatan, yaitu: legal (kegiatan positif) dan ilegal (kegiatan negatif)

Bentuk interaksi positif jika interaksi tersebut menguntungkan salah satu atau semua pihak baik kelestarian hutan maupun masyarakat itu


(32)

45

sendiri dan bahkan masyarakat secara luas. Contoh kegiatan legal adalah: menajaga kelestarian hutan, mengambil hasil hutan secara terkendali, reboisasi dan lain sebagainya.

Bentuk interaksi yang negatif jika interaksi tersebut merugikan di salah satu pihak baik bagi kelestarian hutan ataupun masyarakat itu sendiri. Contoh kegiatan ilegal : pencurian kayu, pemabakaran hutan, penggarapan liar, penggembalaan liar dan pendudukan atau penyerobotan lahan untuk berbagai kepentingan.

b. Frekuensi Interaksi

Frekuensi interaksi adalah sebuah ukuran yang menyatakan seberapa sering masyarakat berinteraksi dengan hutan. Selain itu frekuensi juga menyatakan keterlibatan anggota keluarga dalam berinteraksi dengan hutan.

c. Jarak

Ialah angka yang menunjukan seberapa jauh posisi rumah tempat berdomisili dengan kawasan hutan.

d. Jenis tanaman budidaya

Adalah jenis tanaman yang ditanam dalam kawasan hutan atau sekitar kawasan hutan untuk dapat diambil hasil panennya.

e. Sistem tanam (budidaya)

Sistem tanam atau sistem budidaya adalah sistem pemanfaatan media tanam atau lahan dalam proses produksi tanam. Terdiri dari sistem monokultur (pertanaman tunggal) dan sistem polikultur (pertanaman campuran).

f. Hasil produski

Ialah jumlah hasil panen tanaman budidaya yang diukur dengan satuan ton

g. Tata niaga

Ialah serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen (FAO, 1958)


(33)

46

h. Sistem wanatani

Sistem pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan dengan tanaman pertanian. Jenis-jenis wanatani berdasarkan Arsyad (2010) adalah kebun pekarangan, talun, marmar, perladangan, tumpang sari, rumput-hutan, perikanan-hutan, pertanaman lorong, dan permaculture.

Untuk lebih jelasnya, Berikut variabel-variabel penelitian disajikan dalam Tabel 3.3 dibawah ini:

Tabel 3.3 Variabel dan Sub Variabel Penelitian

No Variabel Sub Variabel (Indikator)

1 Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

Jumlah penduduk

Proporsi pendapatan petani dari luar sektor pertanian

Luas lahan pertanian

Tingkat pertumbuhan penduduk Luas lahan pertanian per petani untuk hidup layak

Proporsi petani pada wilayah desa

2

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Mata pencaharian Tingkat pendidikan Jumlah pendapatan Jumlah tanggungan

Luas kepemilikan lahan pertanian

3 Interaksi Masayarakat Sekitar Kawasan Hutan

Bentuk interaksi Frekuensi interaksi Jarak

Jenis tanaman budidaya Sistem tanam (budidaya) Hasil produksi

Tata niaga Sistem wanatani


(34)

47

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau metode pengumpulan data merupakan keharusan untuk dipakai dalam suatu penelitian. Dalam penelitian kuantitatif metode atau teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah metode angket, wawancara, observasi, dan check list (Idrus, 2009). Sementara itu Arikunto (2006) menyebutkan bahwa metode pengumpulan data terdiri dari tes, angket, wawancara, observasi, skala bertingkat, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Arikunto (2006) menyebutkan bahwa terdapat jenis observasi yang dapat dilakukan dalam proses pengumpulan data yaitu observasi sitematis dan observasi non sistematis. Observasi sistematis dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagi instrumen pengamataan sedangkan observasi non sistematis dilakukan oleh pengamat tanpa menggunakan instrumen penelitian.

Jenis obervasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah observasi sistematis. Metode ini digunakan peneliti untuk mengamati interaksi masyarakat sekitar hutan atau kegiatan masyarakat di sekitar hutan. Alasan mendasar digunakannya metode ini adalah teknik pengamatan ini didasarkan pada keunggulannya yang memungkinkan peneliti melihat, mengamati , mencatat perilaku dan kejadian sebenarnya secara langsung di lapangan. Selain itu, pengamatan ini memungkinkan peneliti mengerti situasi-situasi rumit serta kasus-kasus yang tidak memungkinkan digunakannya teknik komunikasi lain. 2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data atau informasi yang sangat mendalam. Wawancara sangat efektif digunakan bila jumlah responden yang relatif kecil. Wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini karena variabel-variabel


(35)

48

penelitian pada semua perumusan masalah yaitu interaksi masyarakat sekitar hutan, tekanan penduduk, dan kondisi sosial ekonomi dimuat dan ditanyakan dalam wawancara.

Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara terstruktur dimana peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu didalam melakukan kegiatan wawancara, pengumpul data telah mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disediakan.

Wawancara menjadi metode pengumpul data utama mengingat perlunya kedalaman data dan informasi yang diperlukan. Selain itu, keuntungan penggunaan metode wawancara terstruktur, instrumen dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden pertanyaan yang diajukan benar-benar sama. 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode atau teknik pengambilan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan data ini berupa data sekunder seperti data monografi, data curah hujan, serta data pendukung lainnya guna melengkapi data primer yang telah didapat melalui observasi dan wawancara. Metode ini digunakan untuk melengkapi variabel tekanan penduduk yang hanya didapat melalui data sekunder.

G. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah penyusunan instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2006, hlm.160)

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.


(36)

49

Berdasarkan metode pengumpulan data yang telah ditetapkan maka instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan check-list. Selain ketiga instrumen tadi, peralatan lain yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Peta dasar (base map) terdiri dari

a. Peta RBI 25.000 lembar 1208-542 Barutunggul b. Peta RBI 25.000 lembar 1208-631 Pangalengan c. Peta RBI 25.000 lembar 1208-632 Lebaksari d. Peta RBI 25.000 lembar 1208-633 Soreang e. Peta RBI 25.000 lembar 1208-634 Pakutandang f. Peta RBI 25.000 lembar 1209-311 Bandung g. Peta Geologi 100.000 lembar Garut

h. Peta Tanah Jawa Barat

i. Peta Kawasan Cagar Alam Gunung Tilu 2. Monografi Kecamatan Pangalengan

3. Data program penyuluhan pertanian Kecamatan Pangalengan 4. Data curah hujan DAS Ciarum hulu

5. GPS, untuk menentukan lokasi tempat penelitian 6. Kamera digital

Instrumen yang baik haruslah valid dan reliable sebab baik benarnya data yang diambil melalui instrumen menentukan berkualitasnya suatu penelitian. Oleh karena itu dalam penyusunan instrumen penelitian ini harus sesuai dengan prosedur dan tahapan yang ditetapkan. Dalam penyusunan dan pengembangan instrumen, peneliti menyusunnya sesuai dengan prosedur dan tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2011) yaitu:

1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, dan sub variabel.


(37)

50

3. Penyuntingan, yaitu melengkapi dengan pedoman pengerjaan dan yang lainnya.

4. Uji coba, dilakukan dalam skala kecil guna menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

5. Penganalisaan hasil, analisi item, melihat pola jawaban dan sebagainya 6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik sesuai

dengan data yang diperoleh sewaktu uji coba.

Penentuan metode dan instrumen diatas didasarkan oleh berbagai pertimbangan yang dimiliki peneliti. Adapun pertimbangan tersebut diantaranya adalah keterbatasan waktu, objek penelitian, sumber data, luasnya wilayah penelitian serta keterbatasan dana yang dimiliki peneliti.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tekanan Penduduk Di Sekitar Kawasan Hutan Sub DAS Cisangkuy Hulu

Variabel Penelitian Sub Variabel (Indikator) Jumlah

Butir

Nomor butir pada instrumen

Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

Jumlah penduduk 1 B1

Proporsi pendapatan petani

dari luar sektor pertanian 2 B2, B3 Luas lahan pertanian 1 B4 Tingkat Pertumbuhan

penduduk 4 B5, B6, B7, B8

Luas lahan pertanian per

petani untuk hidup layak 10

B9, B10, B11, B12, B13,B14, B15, B16, B17, B18

Proporsi petani pada

wilayah desa 1 B19

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Mata pencaharian 4 A5, A6, A7, A8 Tingkat pendidikan 2 A14, A15, A16 Jumlah pendapatan 5 A9, A10, A11,

A12, A13


(38)

51

Tabel 3.3 Lanjutan

Interaksi Masayarakat Sekitar Kawasan Hutan

Bentuk interaksi 4 A18, A19,

A24,C1

Frekuensi Interaksi 3 A20, A21, ,A23

Jarak 1 A22

Jenis tanaman budidaya 1 A25

Sistem tanam 1 A25

Hasil produksi 1 A25

Tata niaga 3 A26, A27, A28

Sistem Wanatani 1 C2, C3

H. Analisis Data

Singaribun (dalam Suyanto, 2005, hlm.104) “analisis data adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan”. Analisis data merupakan tahapan terakhir setelah semua data terkumpul. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis (Arikunto, 2006).

Berdasarkan tahapan-tahapan diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan analisis data dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Adapun tahapan analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan pengecekan kelengkapan data instrumen yang telah diisi baik itu lembar observasi, check-list, maupun angket


(39)

52

Setelah data terkumpul, data diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berbentuk angka-angka dan data kualitatif dinyatakan dalam kata-kata. Data kuantitatif kemudian ditabulasikan menggunakan statistik deskriptif sementara itu data kuantitatif akan diuraikan guna melengkapi gambaran yang diperoleh melalui analisis data kuantitatif

3. Tabulasi Data

Data kuantitatif dimasukan kedalam tabel-tabel yang telah dibuat. Data kemudian dihitung frekuensi atau jumlahnya dan diatur angka-angkanya untuk dianalisis. Dalam kegiatan tabulasi juga dilakukan scoring terhadap item-item yang perlu diberi skor dan dilakukan koding untuk member kode-kode tertentu terhadap satu item yang tidak diberi skor.

4. Penyajian Data

Setelah data ditabulasi, dilakukan penyajian data menggunakan statistik deskriptif. Data disajikan melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan nilai rata-rata, perhitungan nilai minimum-maksimum serta perhitungan prosentase. Penggunaan statistik deskriptif ini hanya menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum. Kesimpulan umum dilakukan pada tahapan selanjutnya yakni penarikan kesimpulan.

5. Perhitungan Data

Khusus untuk rumusan masalah tekanan penduduk dihitung menggunakan model kuantitatif Soemarwoto (1985). Rumus tekanan penduduk memiliki tiga model yaitu

a. Pada model I penduduk dianggap hanya hidup dari lahan pertanian yang digarap. Rumus tekanan penduduk ini adalah

��

=

���

+


(40)

53

b. Rumus tekanan penduduk model II merupakan pengembangan rumus model I. Pada rumus ini penduduk hidup dari lahan pertanian tetapi mempunyai pendapatan lain diluar sektor pertanian. Apabila pendapatan diluar sektor pertanian makin besar maka tekanan penduduk terhadap lahan akan berkurang. Berikut rumus tekanan penduduk model II

��

=

���

+

���

c. Rumus tekanan penduduk model III ini merupakan pengembangan dari rumus model I dan II, dimana rumus III ditambahkan nilai manfaat lahan untuk produksi penggarap. Jika produktifitas lahan semakin tinggi maka pendapatan petani akan tinggi pula dan semakin besar pendapatan yang bekerja diluar sektor pertanian maka tekanan penduduk akan berkurang.

��

=

���

+

���

Untuk mengukur Indeks Tekanan Penduduk (ITP) pada penelitian ini digunakan rumus model II (Soemarwoto, 1989 hlm.225) yaitu:

��

=

���

+


(41)

54

dimana,

�� = Indeks tekanan penduduk pada waktu t

= Proporsi pendapatan petani yang bersumber dari aktivitas non pertanian

� = Luas lahan pertanaian rata-rata yang diperlukan oleh setiap penduduk petani untuk dapat hidup layak

� = Proporsi penduduk yang menjadi petani �� = Jumlah penduduk pada awal periode

� = Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

��� = Luas total lahan pertanian

t = Rentang waktu dalam tahun

Sementara itu, untuk menghitung nilai Z diperoleh menggunakan rumus :

=

.

+

.

+

.

+

.

(

+

+

+

)

dimana,

� = Luas lahan pertanian rata-rata yang diperlukan oleh setiap penduduk petani untuk dapat hidup layak

= Luas lahan sawah irigasi dari 2 kali panen setahun (ha) � = Luas lahan sawah irigasi 1 kali panen setahun (ha)

= Luas lahan sawah tadah hujan (ha) = Luas lahan kering (ha)

Kemudian nilai Indeks Tekanan Penduduk (ITP) diklasifikasikan berdasarkan tabel berkut:


(42)

55

Tabel 3.5 Tabel Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

No Nilai ITP Kriteria

1 > 1 Terjadi tekanan penduduk melebihi kemampuan lahan 2 = 1 Penggunaan lahan optimal terhadap kemampuan lahan 3 < 1 Belum terjadi tekanan penduduk

Sumber : Ariani (2012)

6. Penarikan Kesimpulan

Setelah semua data pada rumusan masalah kondisi sosial ekonomi dan interaksi masyarakat sekitar hutan disajikan melalui statistik deskriptif serta dihasilkan besaran indeks tekanan penduduk menggunakan rumus Soemarwoto (1985) maka akan diambil sebuah kesimpulan sebagai penutup kesimpulan penelitian ini. Kesimpulan diambil berdasarkan analisis deskriptif mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat , interaksi masyarakat sekitar hutan, serta hasil perhitungan indeks tekanan penduduk. Kesimpulan akan menjawab semua rumusan masalah terutama masalah kerusakan hutan dikaitkan dengan indeks tekanan penduduk.


(43)

56

I. Kerangka Berfikir

Hutan

Ketidakseimbangan Kelahiran

Keadaan Sosek Masyarakat sekitar hutan Kematian

Kebutuhan Hidup Meningkat

Interaksi Manusia dengan hutan

Tekanan Penduduk

Potensi tanah, flora dan fauna

Lahan Pertanian Penduduk

Produksi Pertanian Pertumbuhan

Penduduk


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab akhir ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta rekomendasi berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya.

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini meliputi:

1. Besarnya Indeks Tekana Penduduk (ITP) di daerah penelitian dengan sampel Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya >1, hal ini menunjukan bahwa tekanan penduduk telah melebihi batas kemampuan lahan. Desa Pulosari mempunyai ITP terbesar dan Desa Warnasari mempunyai ITP terkecil dengan rincian :

a. Desa Warnasari mempunyai ITP sebesar 1,57 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 4,5.

b. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3,30 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 8,69.

c. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 7,90.

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan terdapat perbedaan di daerah penelitian. Kecenderungan sebagian besar hidup masyarakat mengandalkan bertani, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, tidak memiliki lahan pertanian, dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga hampir mencapai tiga orang.

3. Interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan diwujudkan dalam bentuk aktivitas masyarakat berupa kegiatan perambahan di kawasan hutan (bertani), pengambilan hasil hutan seperti kayu bakar, rumput, dan hasil hutan lainnya. Dalam melakukan aktivitasnya di kawasan hutan sebagian besar masyarakat mengikutsertakan anggota keluarganya dengan frekuensi interaksi setiap hari. Cabe dan kol menjadi tanaman yang yang paling banyak dibudidayakan di kawasan hutan dengan produksi rata-rata mencapai 69 ton pertahun. Kegiatan


(45)

147

konservasi berupa sistem wana tani atau agroforesti di daerah penelitian tidak berjalan dengan maksimal yang berdampak pada tingginya tingkat erosi.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi dalam menyelesaikan masalah mengenai tekanan penduduk diantaranya :

1. Untuk pemerintah setempat hendaknya kembali menggalakan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengurangi besarnya tekanan penduduk dengan menekan angka kelahiran. Pemerintah hendaknya lebih bnayak menciptakan lapangan kerja baru, memberikan keterampilan diluar bidang pertanian yang bertujuan untuk mengurangi eksploitasi lahan hutan yang telah melebihi batas daya dukung lingkungan.

2. Untuk masyarakat setempat, khususnya petani yang menggarap lahan di kawasan hutan hendaknya meningkatkan produktifitas lahan dengan melakukan penanaman secara tumpangsari, penggunaan biofertilizer, dan pemanfaatan bahan organik. Selain itu, masyarakat harus ikut berpartisipasi melakukan konservasi dengan mengoptimalkan program agroforesti dalam menjaga kelestarian wilayah Hulu.

3. Untuk semua pihak yang terlibat dalam perambahan kawasan hutan di daerah penelitian, hendaknya lebih tegas di dalam menanggapi rusaknya kawasan hutan, semua pihak hendaknya lebih mementingkan inventarisasi kelestarian alam daripada kepentingan pribadi semata.

4. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang daya dukung lahan, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih konprehensif serta dapat menjadi bahan masukan dalam rangka melengkapi penelitian yang telah ada sebelumnya.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachim, I.(1979) Pengantar masalah penduduk. Bandung: Alumni

Ardiansyah, S. (2009)Kajian interaksi masyarakat dengan hasil hutan non-kayu: Studi kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi Jawa Timur. Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Ariani, Dwi-Rina. dan Harini, R. (2012) Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di kawasan pertanian. Jurnal Bumi Indonesia, 1 (3), Hlm. 422-427 Arikunto, S.(2006 ) Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara

Arsyad, S.(2009) Konservasi tanah dan air. Bogor: IPB Press

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (2012) Atlas pengelolaan sumberdaya air terpadu wilayah citarum. Jakarta : Bappenas.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2013) Kabupaten bandung dalam angka. Bandung : BPS.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007). Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Jurnal Manajemen Hutan Tropika8 (1), Hlm. 172-181.

Daldjoeni, N. (1989) Masalah pendudduk dalam fakta dan angka. Bandung: Alumni

Direktorat Analisis Dampak Kependudukan (2011) Kajian indeks tekanan penduduk. Jakarta : BKKBN.

Djaenudin, D. (2005). Beberapa penyebab terjadinya alih fungsi kawasan hutan ke non-hutan. Bogor: Puslitsosek

Eridiana, W. (2006) Peningkatan pendidikan pada masyarakat sekitar hutan di kabupaten bandung. Jurnal GEA, 6 (1), Hlm. 1-8

Fitria, A.A. (2005). Analisis daya dukung lahan pertanian dan tekanan penduduk. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Hafizianor (2009) Interaksi, persepsi dan sikap masyarakat terhadap kawasan suaka margasatwa. Jurnal Hutan Tropis Borneo, 26 (2), Hlm. 138-151 Indriyanto. (2010) Pengantar budidaya hutan. Bandung: Bumi Aksara


(47)

Irwanto. (2011) Ekosistem hutan musim. [Online]. Tersedia di: http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-musim.html. Diakses 10 Mei 2014.

Kementrian Kehutanan (1999) UUD RI Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutan Jakarta: Kemenhut

Kadir, A. dkk. (2009) Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar tamannasional bantimurung bulusaraung, provinsi sulawesiselatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19 (2), Hlm1-11

Malik, Y. (2010) Penentuan tipologi kawasan rawan gempa bumi untuk mitigasi bencana di kecamatan pangalengan kabupaten bandung. Jurnal Gea, 10(1), Hlm1-19

Nasution.(1987) Metode research penelitian ilmiah. Edisi kedua. Bandung: Jemmars

Palenewen. (1993) Keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan di kecamatan langowan. Manado: Pusat Penelitian Unsrat

Prawiro, H. R. (1983) Kependudukan teori, fakta dan masalah. Bandung: Alumni Prasetyo, B.H. dkk. (2006) Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan

tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), Hlm39-47

Prassojo, G. (200) Tataniaga Pertanian, Saluran Tataniaga, Marjin Tataniaga, dan Pemasaran [Online]. Tersedia di: http:// shaylife.blogspot.com/2012/04/ tataniaga-pertanian-saluran-tataniaga.html. Diakses 12 Mei 2014.

Rafi’i, Suryatna. 1995. Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa.

Risdiyanto, I. Dkk. (2009) Aspek perubahan lahan terhadap tata air sub das cisangkuy DAS citarum. [Online]. Tersedia di: http://banyumilih.blogspot.com/2009/06/ aspek-perubahan-lahan-terhadap-kondisi.html. Diakses 11 November 2013.

Ruhimat, M. (2008) Kependudukan dan problematikanya. [Online]. Tersedia di:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOG RAFI/196105011986011-MAMAT_RUHIMAT/Kependudukan.pdf. Diakses 11 November 2013.

Rusli, S., Widono, S., dan Indriana, H.(2009) Tekanan penduduk dan, overshoot ekologi pulau jawa, dan masa pemulihannya. Jurnal Sodalit, 3(1), Hlm 77-112


(48)

Sanusi, Rahayu-Sri (2003) Masalah kependudukan di indonesia. Medan: USU digital Library.

Sarmaningsih, A. (2007) Evaluasi kekritisan lahan daerah aliran sungai (DAS) dan mendesaknya langkah-langkah konservasi air. Jurnal Presipitasi, 2 (1), Hlm. 8-14

Siahaan, N.H.T. (2004a) Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Edisi Kedua. Jakarata: Erlangga.

Siahaan, N.H.T. (2007b) Hutan, lingkungan dan paradigma pembangunan. Jakarata: Pancuran Alam.

Sialalahi, U.(2010) Metode penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama.

Soemarwoto, O. (1989a) Analisis dampak lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soemarwoto, O. (1985b) A quantitative model of population pressure and its potensial use development planning. Majalah Demografi Indonesia, 11 (24), hlm. 1-5.

Spurr, S.H. & Burton, V.B. (1973). Forest ecology. Florida: Krieger Publishing Company Malabar.

Sugiyono. (2002a) Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011b) Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011c) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukisno. (2010) Indeks tekanan penduduk terhadap kawasan lindung dan valuasi ekonomi sumber daya alam dengan cvm sebagai dasar arah pengembangan wilayah berbasis konservasi sumber day alam. Jurnal Agroekologi, 25 (1), Hlm. 237-245.

Sumaatmadja, N. (1989a) Metode Analisa Geografi. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1998b) Manusia dalam konteks sosial,budaya dan lingkungan hidup. Bandung: Alumni.

Sutaryono. (2008). Pemberdayaan setengah hati, sub ordinasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.


(49)

Waluyo, H. (2002) Tekanan penduduk dan dampak terhadap lingkungan. Jakarta : Kementrian Lingkungan Hidup.

Yunus, H.S. (2010) Metodologi penelitian wilayah kontemporer. Jakarta : Pustaka Pelajar


(1)

146

Syaepul Rohman, 2014

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan

Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab akhir ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta rekomendasi berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya.

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini meliputi:

1. Besarnya Indeks Tekana Penduduk (ITP) di daerah penelitian dengan sampel Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya >1, hal ini menunjukan bahwa tekanan penduduk telah melebihi batas kemampuan lahan. Desa Pulosari mempunyai ITP terbesar dan Desa Warnasari mempunyai ITP terkecil dengan rincian :

a. Desa Warnasari mempunyai ITP sebesar 1,57 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 4,5.

b. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3,30 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 8,69.

c. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 7,90.

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan terdapat perbedaan di daerah penelitian. Kecenderungan sebagian besar hidup masyarakat mengandalkan bertani, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, tidak memiliki lahan pertanian, dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga hampir mencapai tiga orang.

3. Interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan diwujudkan dalam bentuk aktivitas masyarakat berupa kegiatan perambahan di kawasan hutan (bertani), pengambilan hasil hutan seperti kayu bakar, rumput, dan hasil hutan lainnya. Dalam melakukan aktivitasnya di kawasan hutan sebagian besar masyarakat mengikutsertakan anggota keluarganya dengan frekuensi interaksi setiap hari. Cabe dan kol menjadi tanaman yang yang paling banyak dibudidayakan di kawasan hutan dengan produksi rata-rata mencapai 69 ton pertahun. Kegiatan


(2)

147

Syaepul Rohman, 2014

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan

Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konservasi berupa sistem wana tani atau agroforesti di daerah penelitian tidak berjalan dengan maksimal yang berdampak pada tingginya tingkat erosi.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi dalam menyelesaikan masalah mengenai tekanan penduduk diantaranya :

1. Untuk pemerintah setempat hendaknya kembali menggalakan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengurangi besarnya tekanan penduduk dengan menekan angka kelahiran. Pemerintah hendaknya lebih bnayak menciptakan lapangan kerja baru, memberikan keterampilan diluar bidang pertanian yang bertujuan untuk mengurangi eksploitasi lahan hutan yang telah melebihi batas daya dukung lingkungan.

2. Untuk masyarakat setempat, khususnya petani yang menggarap lahan di kawasan hutan hendaknya meningkatkan produktifitas lahan dengan melakukan penanaman secara tumpangsari, penggunaan biofertilizer, dan pemanfaatan bahan organik. Selain itu, masyarakat harus ikut berpartisipasi melakukan konservasi dengan mengoptimalkan program agroforesti dalam menjaga kelestarian wilayah Hulu.

3. Untuk semua pihak yang terlibat dalam perambahan kawasan hutan di daerah penelitian, hendaknya lebih tegas di dalam menanggapi rusaknya kawasan hutan, semua pihak hendaknya lebih mementingkan inventarisasi kelestarian alam daripada kepentingan pribadi semata.

4. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang daya dukung lahan, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih konprehensif serta dapat menjadi bahan masukan dalam rangka melengkapi penelitian yang telah ada sebelumnya.


(3)

148

Syaepul Rohman, 2014

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan

Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachim, I.(1979) Pengantar masalah penduduk. Bandung: Alumni

Ardiansyah, S. (2009)Kajian interaksi masyarakat dengan hasil hutan non-kayu:

Studi kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi Jawa Timur. Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Ariani, Dwi-Rina. dan Harini, R. (2012) Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di kawasan pertanian. Jurnal Bumi Indonesia, 1 (3), Hlm. 422-427 Arikunto, S.(2006 ) Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara

Arsyad, S.(2009) Konservasi tanah dan air. Bogor: IPB Press

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (2012) Atlas pengelolaan

sumberdaya air terpadu wilayah citarum. Jakarta : Bappenas.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2013) Kabupaten bandung dalam

angka. Bandung : BPS.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007). Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Jurnal Manajemen Hutan Tropika8 (1), Hlm. 172-181.

Daldjoeni, N. (1989) Masalah pendudduk dalam fakta dan angka. Bandung: Alumni

Direktorat Analisis Dampak Kependudukan (2011) Kajian indeks tekanan

penduduk. Jakarta : BKKBN.

Djaenudin, D. (2005). Beberapa penyebab terjadinya alih fungsi kawasan hutan

ke non-hutan. Bogor: Puslitsosek

Eridiana, W. (2006) Peningkatan pendidikan pada masyarakat sekitar hutan di kabupaten bandung. Jurnal GEA, 6 (1), Hlm. 1-8

Fitria, A.A. (2005). Analisis daya dukung lahan pertanian dan tekanan

penduduk. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Hafizianor (2009) Interaksi, persepsi dan sikap masyarakat terhadap kawasan suaka margasatwa. Jurnal Hutan Tropis Borneo, 26 (2), Hlm. 138-151 Indriyanto. (2010) Pengantar budidaya hutan. Bandung: Bumi Aksara


(4)

149

Syaepul Rohman, 2014

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan

Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Irwanto. (2011) Ekosistem hutan musim. [Online]. Tersedia di: http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-musim.html. Diakses 10 Mei 2014.

Kementrian Kehutanan (1999) UUD RI Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutan Jakarta: Kemenhut

Kadir, A. dkk. (2009) Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar tamannasional bantimurung bulusaraung, provinsi sulawesiselatan. Jurnal

Manusia dan Lingkungan, 19 (2), Hlm1-11

Malik, Y. (2010) Penentuan tipologi kawasan rawan gempa bumi untuk mitigasi bencana di kecamatan pangalengan kabupaten bandung. Jurnal Gea, 10(1), Hlm1-19

Nasution.(1987) Metode research penelitian ilmiah. Edisi kedua. Bandung: Jemmars

Palenewen. (1993) Keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan di

kecamatan langowan. Manado: Pusat Penelitian Unsrat

Prawiro, H. R. (1983) Kependudukan teori, fakta dan masalah. Bandung: Alumni Prasetyo, B.H. dkk. (2006) Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan

tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia.

Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), Hlm39-47

Prassojo, G. (200) Tataniaga Pertanian, Saluran Tataniaga, Marjin Tataniaga, dan Pemasaran [Online]. Tersedia di: http:// shaylife.blogspot.com/2012/04/ tataniaga-pertanian-saluran-tataniaga.html. Diakses 12 Mei 2014.

Rafi’i, Suryatna. 1995. Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa.

Risdiyanto, I. Dkk. (2009) Aspek perubahan lahan terhadap tata air sub das

cisangkuy DAS citarum. [Online]. Tersedia di:

http://banyumilih.blogspot.com/2009/06/ aspek-perubahan-lahan-terhadap-kondisi.html. Diakses 11 November 2013.

Ruhimat, M. (2008) Kependudukan dan problematikanya. [Online]. Tersedia di:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOG RAFI/196105011986011-MAMAT_RUHIMAT/Kependudukan.pdf. Diakses 11 November 2013.

Rusli, S., Widono, S., dan Indriana, H.(2009) Tekanan penduduk dan, overshoot ekologi pulau jawa, dan masa pemulihannya. Jurnal Sodalit, 3(1), Hlm 77-112


(5)

150

Syaepul Rohman, 2014

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan

Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanusi, Rahayu-Sri (2003) Masalah kependudukan di indonesia. Medan: USU digital Library.

Sarmaningsih, A. (2007) Evaluasi kekritisan lahan daerah aliran sungai (DAS) dan mendesaknya langkah-langkah konservasi air. Jurnal Presipitasi, 2 (1), Hlm. 8-14

Siahaan, N.H.T. (2004a) Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Edisi Kedua. Jakarata: Erlangga.

Siahaan, N.H.T. (2007b) Hutan, lingkungan dan paradigma pembangunan. Jakarata: Pancuran Alam.

Sialalahi, U.(2010) Metode penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama.

Soemarwoto, O. (1989a) Analisis dampak lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soemarwoto, O. (1985b) A quantitative model of population pressure and its potensial use development planning. Majalah Demografi Indonesia, 11 (24), hlm. 1-5.

Spurr, S.H. & Burton, V.B. (1973). Forest ecology. Florida: Krieger Publishing Company Malabar.

Sugiyono. (2002a) Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011b) Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011c) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukisno. (2010) Indeks tekanan penduduk terhadap kawasan lindung dan valuasi ekonomi sumber daya alam dengan cvm sebagai dasar arah pengembangan wilayah berbasis konservasi sumber day alam. Jurnal Agroekologi, 25 (1), Hlm. 237-245.

Sumaatmadja, N. (1989a) Metode Analisa Geografi. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1998b) Manusia dalam konteks sosial,budaya dan lingkungan

hidup. Bandung: Alumni.

Sutaryono. (2008). Pemberdayaan setengah hati, sub ordinasi masyarakat lokal

dalam pengelolaan hutan. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.


(6)

151

Syaepul Rohman, 2014

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan

Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Waluyo, H. (2002) Tekanan penduduk dan dampak terhadap lingkungan. Jakarta : Kementrian Lingkungan Hidup.

Yunus, H.S. (2010) Metodologi penelitian wilayah kontemporer. Jakarta : Pustaka Pelajar