menunjukan adanya interaksi antara guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Tuturan ekspresif memuji tidak langsung di atas, digunakan oleh
guru untuk memuji dan memotivasi siswa secara tidak langsung dengan cara memberikan tepuk tangan.
Penelitian ingin menjawab “Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif pada interaksi pembelajaran guru dan siswa kelas 1 SD tahun ajaran
20112012 dan bagaimanakah strategis tindak tutur ekspresif pada interaksi pembelajaran guru dan siswa kelas 1 SD tahun ajaran 20112012?”
2. Landasan
Teoretis
Wacana adalah kesatuan makna semantis antarbagian di dalam suatu bangun bahasa Kushartanti, 2005: 92. Menurut Webster dalam Sumarlam 2008:
5-6 wacana adalah pemakaian bahasa komunikasi, baik disampaikan secara lisan maupun secara tertulis.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan suatu kesatuan bahasa yang padu, terikat pada konteks dan merupakan
hasil dari sebuah komunikasi. Wacana dapat berupa teks, tuturan, tulisan maupun bacaan.
Menurut Wijana dan Rohmadi 2009: 7 Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan
kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Menurut Levinson dalam Rahardi, 2007: 48 mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang
mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkondifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur
bahasanya. Sedangkan menurut Kushartanti 2005: 104 menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu yang maknanya dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa.
Menurut Yule 2006: 3 pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau
pembaca.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal diluar bahasa dalam sebuah komunikasi berdasarkan konteks
tuturan tersebut.
Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Leech dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 12 mengungkapkan bahwa pragmatics studies
meaning in relation to speech situtuation. Sehubungan dengan bermacam- macamnya makna, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam situasi
tutur antara lain penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, tuturan sebagai produk tindak verbal.
Menurut Chaer 2010: 27 tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu.
Richard dan Plat dalam Abdurrahman, 2006: 127 mengungkapkan bahwa tindak tutur adalah suatu tuturan atau ujaran yang merupakan satuan fungsional
dalam komunikasi. Kushartanti 2005: 109 pertuturan adalah seluruh komponen bahasa dan
nonbahasa yang meliputi perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut peserta di dalam percakapan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah ujaran atau tuturan dari seorang penutur kepada mitra tutur dalam sebuah komunikasi yang mempunyai
maksud dan tujuan tertentu. Menurut Austin dalam Chaer, 2004: 53 tindak yang dilangsungkan
dengan kalimat performatif, dirumuskan sebagai tiga peristiwa tindakan yang langung sekaligus, yaitu 1 tindak tutur lokusi, 2 tindak tutur ilokusi, dan 3
tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang
bermakna dan dapat dipahami. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur
perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang itu.
Searle dalam Rahardi, 2010: 36 menggelompokan tindak tutur ilokusi kelima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif,
yaitu tuturan asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklarasi. Tindak tutur asertif yakni bentuk tutur yang mengikat penutur akan
kebenaran proposisi yang diungkapkan. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan menyatakan, menyarankan, membual,
mengeluh, dan mengklaim. Tindak tutur direktif yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya
untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini antara
lain memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi. Tindak tutur ekspresif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan
atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya tuturan berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji
dan berbelasungkawa. Tindak tutur Komisif yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan
janji atau penawaran, misalnya berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Tindak tutur deklarasi yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan
kenyataannya, misalnya berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, dan menghukum.
Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung. Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita deklaratif,
kalimat tanya interogatif, dan kalimat perintah imperratif. Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberikan suatu informasi, kalimat tanya
untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Apabila kalimat-kalimat tersebut
difungsikan secara konvensional, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung.
Di samping itu untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa
diperintah, maka akan terbentuk tindak tutur tidak langsung. Seperti tuturan berikut.
2.a Ada makanan di almari. Tuturan 2.a, bila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan
makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan
bahwa di almari ada makanan.
3. Metode Penelitian