Dina Magfiratu, 2015 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
f. Merancang instrumen penelitian sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan angket. Perumusan kisi-kisi
dilakukan sebelum instrumen dibuat. Sehingga penyusunan instrumen lebih terarah dengan menggunakan pedoman kisi-kisi
g. Melakukan uji coba instrumen pada responden di luar wilayah sampel
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Observasi dilakukan ketika proses pelatihan sedang berlangsung dengan tujuan untuk mengamati proses pembelajaran
b. Wawancara dilakukan pada pihak penyelenggara diklat, hal ini dilakukan untuk memperoleh data secara komprehensif mengenai
keseluruhan bentuk pelatihan, dimulai dari tahap perancangan teknis pelatihan sampai evaluasi pelatihan
c. Penyebaran angket pada responden sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Melakukan pengolahan data b. Menganalisis data yang telah diolah
c. Menarik kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis data d. Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi sesuai dengan
pedoman penulisan karya tulis ilmiah
Dina Magfiratu, 2015 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Simpulan Umum
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa terdapat hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan
kemampuan berpikir kreatif peserta diklat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis
masalah dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat.
2. Simpulan Umum
a. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pekerja sosial dalam pelatihan penanggulangan trauma pascabencana ini dirancang dan diterapkan
agar peserta diklat mampu berperan aktif dalam pemecahan masalah dan menggali informasi lebih luas melalui kemampuan berpikir sesuai dengan
tujuan dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah berada berada pada kategori kuat di
Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial BPPKS Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.
b. Kemampuan berpikir kreatif peserta diklat dalam penelitian ini dilihat dari empat aspek, yaitu kelancaran fluency, keluwesan flexibility, orisinalitas
originality, keterincian elaborasi. Berdasarkan hasil penelitian, peserta
diklat mampu berpikir kreatif dalam mencari solusi untuk menangani masalah sosial dengan kategori kuat.
c. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki hubungan yang positif dan signifikan yaitu berada pada kategori cukup kuat dengan
kemampuan berpikir kreatif peserta diklat. Model pembelajaran berbasis masalah menekankan aspek kognitif dalam penerapannya, yaitu dengan
mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu aspek dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi ini yaitu
kreatifitas. Berpikir kreatif ini dilakukan dengan melihat permasalahan dari