HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT: Studi Deskriptif Korelasional Terhadap Pekerja Sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejateraan Sosial Dinas Provinsi Jawa Barat.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PESERTA DIKLAT

(Studi Deskriptif Korelasional Terhadap Pekerja Sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejateraan Sosial Dinas Provinsi Jawa Barat).

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Oleh :

DINA MAGFIRATU 1102898

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PESERTA DIKLAT

(Studi Deskriptif Korelasional Terhadap Pekerja Sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejateraan Sosial Dinas Provinsi Jawa Barat).

Oleh Dina Magfiratu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dina Magfiratu 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

i Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dina Magfiratu (1102898). Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat (Studi Deskriptif Korelasional Terhadap Pekerja Sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejateraan Sosial Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat).

Skripsi, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2015.

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu lembaga untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal ini dapat timbul jika pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta. Permasalahan yang muncul adalah pembelajaran yang sering digunakan masih bersifat konvensional, serta potensi berpikir tingkat tinggi peserta yang kurang terperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat (studi deskriptif korelasional terhadap Pekerja Sosial di BPPKS, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat). Adapun secara khusus, penelitian ini dibatasi pada sub masalah yang diantaranya adalah (1) Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran berbasis masalah di BPPKS? (2) Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kreatif peserta diklat pekerja sosial melalui pembelajaran berbasis masalah di BPPKS? (3) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat pekerja sosial?

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan di BPPKS sudah sesuai dengan syntax dalam teori PBM dengan kategori kuat; (2) peserta diklat mampu berpikir kreatif dalam menghadapi masalah dengan kategori kuat; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif dengan kategori cukup kuat.

Kata kunci : Penerapan Model Pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Masalah, Berpikir Kreatif


(5)

i Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Dina Magfiratu (1102898). Relationship Between Implementation of Problem

Based Learning towards The Ability To Think Creatively Participant Education And Training (Descriptive Correlations Against Social Worker at BPPKS, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat).

Theses on Department of Curriculum and Educational Technology, Educational Science Faculty, Indonesia University of Education. 2015.

Education and training is the effort to develop the quality of human resources, this could arise if the learning is done in accordance with the needs of the participants. The problem that arises because used is still conventional learning, as well as the potential for high-level participants thought less unnoticed. This research answers main research question: whether there is a relationship between implementation of problem based learning towards the ability to think creatively participant education and training? Specifically, the problem that observed are: (1) Describing the implementation of problem-based learning at BPPKS? (2) Describing ability to think creatively participant education and training at BPPKS? (3) Wether there is a positive and significant relationship between implementation of problem based learning towards the ability to think creatively participant education and training at BPPKS?

The method used is descriptive correlation with a quantitative approach. Based on the results of research, in general it can be concluded that (1) the implementation of problem-based learning can help training participants to think creatively with strong category; (2) the training participants are able to think creatively in dealing with problems with the strong category; (3) there is a positive and significant relationship between implementation of problem based learning towards the ability to think creatively participant education and training with strong category.

Keywords: Implementation Model Learning, Problem Based Learning, Creative


(6)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... ABSTRACT………...

KATA PENGANTAR………...

DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL………... DAFTAR GAMBAR………...

BAB I PENDAHULUAN………...

A. Latar Belakang Masalah………...

B. Rumusan Masalah Penelitian………

C. Tujuan Penelitian………...

D. Manfaat Hasil Penelitian………...

E. Struktur Organisasi Penelitian………..

BAB II LANDASAN TEORETIS………...

A. Belajar dan Pembelajaran….………... 1. Konsep Belajar….………... 2. Konsep Pembelajaran….………... B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah….………...

1. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah….………

2. Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah……… 3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah……… 4. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah………..

5. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Masalah………...

C. Kemampuan Berpikir Kreatif….………... 1. Konsep Berpikir….………... 2. Konsep Kreativitas... 3. Teori yang Melandasi Kreativitas...

i ii iii iv vii x 1 1 5 5 6 7 8 8 8 8 8 12 12 13 14 15 16 16 18 18


(7)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Kreatif...

5. Konsep Kemampuan Berpikir Kreatif….………....

6. Strategi Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif……….

D. Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial………

1. Konsep Kesejahteraan Sosial….………... 2. Klasifikasi Pekerja Sosial….………... 3. Tanggung Jawab dan Keterampilan Pekerja Sosial……….

E. Keterkaitan Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Kemampuan Berpikir Kreatif….………... F. Hipotesis ….………... G. Penelitian yang Relevan….………...

BAB III METODE PENELITIAN………

A. Desain Penelitian….………... 1. Pendekatan Penelitian….………... 2. Metode Penelitian….………... 3. Variabel Penelitian….………...

B. Lokasi Dan Subjek Penelitian………....

1. Lokasi Penelitian………...

2. Populasi Penelitian………...

3. Sampel Penelitian………...

C. Definisi Operasional………...

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah………...

2. Kemampuan Berpikir Kreatif………

D. Instrumen Penelitian………...

1. Observasi….………... 2. Wawancara….………... 3. Angket ….………...

E. Proses Pengembangan Instrumen……….

20 20 21 22 22 25 25 26 27 28 30 30 30 30 31 32 32 32 33 34 35 35 35 36 36 37 37


(8)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Uji Validitas………...

2. Uji Reliabilitas………...

F. Teknik Analisis Data………...

1. Menghitung Skor Penelitian………...

2. Uji Hipotesis………...

G. Prosedur Penelitian….………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….

A. Deskripsi Hasil Penelitian………...

1. Gambaran Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelatihan

Penanggulangan Trauma Pascabencana………

2. Gambaran Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat……….. 3. Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat………..

a. Analisis Korelasi………...

b. Uji Signifikansi………...

B. Pembahasan Hasil Penelitian………..

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah………..

2. Kemampuan Berpikir Kreatif………..

3. Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat……….

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….

A. Simpulan………...

B. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

38 41 42 43 44 46 48 48 48 56 62 63 64 65 65 68 69 72 72 73 74


(9)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Diklat……….

Tahapan Perkembangan Kognitif Anak………

Desain Penelitian………..

Daftar Peserta Diklat Penanggulangan Trauma Pascabencana….

Bobot Nilai Angket Skala Likert………..

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X ……… Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y………. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X………. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y………. Kriteria Interpretasi Skor Penelitian………. Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi……… Total skor penelitian variabel X (penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dalam pelatihan

penanggulangan trauma pascabencana) di BPPKS ………. Kriteria Interpretasi Skor

(penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

pelatihan penanggulangan trauma pascabencana) di BPPKS ….. Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Orientasi Peserta pada Masalah………. Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Orientasi Peserta pada Masalah………. Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Mengorganisasi Peserta Diklat untuk Belajar………... Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Mengorganisasi Peserta Diklat untuk Belajar………... Total Skor Jawaban Peserta Diklat

11 17 31 33 36 38 40 42 42 43 44 48 49 49 50 51 51


(10)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15

Tabel 4. 16

Tabel 4. 17

Tabel 4.18

Tabel 4.19

Tabel 4.20

Tabel 4.21

Indikator Membimbing Pengalaman Individu/Kelompok……… Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Membimbing Pengalaman Individu/Kelompok……… Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya……… Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya……… Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah……….

Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan

Masalah……….

Total skor penelitian variabel Y (kemampuan berpikir kreatif

peserta diklat) di BPPKS ……….

Kriteria Interpretasi Skor

(kemampuan berpikir kreatif peserta diklat) di BPPKS ……… Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Kelancaran (Fluency)………..

Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Kelancaran (Fluency)………..

Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Keluwesan (Flexibility) ……….. Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Keluwesan (Flexibility) ………

Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Orisinalitas (Originality) ……….. Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Orisinalitas (Originality) ……….. 52 53 53 54 55 55 56 57 57 58 58 59 60 60


(11)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.22

Tabel 4.23

Tabel 4.24

Tabel 4.25

Total Skor Jawaban Peserta Diklat

Indikator Keterincian (Elaboration) ………

Kriteria Interpretasi Skor

Indikator Keterincian (Elaboration) ………

Korelasi antara Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat…. Kriteria Koefisien Korelasi Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta

Diklat……….

61

62

63


(12)

x

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(13)

1

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu cara untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam bidang kesejahteraan sosial sangat penting dilakukan demi terciptamya peran manusia sebagai makhluk bersosial karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain untuk bekerjasama dalam segala hal. Namun pada kenyataannya masih terdapat beberapa orang atau kelompok yang masih belum bisa menggunakan keberfungsian sosial sebagaimana mestinya, ini bisa disebut sebagai masalah sosial. Masalah sosial adalah gejala yang timbul di masyarakat yang menyangkut hubungan antarmanusia dan mengganggu kehidupan masyarakat. Hal yang dapat meresahkan masyarakat lain inilah yang harus segera ditangani agar masyarakat dapat hidup tenang.

Pesatnya kemajuan teknologi, modernisasi, dorongan arus informasi, globalisasi serta terjadinya krisis berkepanjangan membawa konsekuensi logis dan menimbulkan berbagai krisis yang mengakibatkan permasalahan sosial berkembang pesat baik secara kuantitas, kualitas maupun penyebarannya. Berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat sangat beragam, orang yang mengalami masalah ini dinamakan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Beberapa diantaranya adalah anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum, anak jalanan, bayi terlantar, anak berkebutuhan khusus, remaja putus sekolah, gelandangan dan pengemis, wanita tuna susila, dan masih banyak lagi PMKS lainnya yang perlu penanganan khusus agar kembali keberfungsian sosialnya. Upaya penanganan permasalahan kesejahteraan sosial merupakan tugas dan tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat , terutama masyarakat pelaku kesejahteraan sosial. Untuk itu pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial Provinsi Jawa barat melakukan upaya penanganan permasalahan kesejahteraan sosial diantaranya melalui Balai dan Instalasi, dimana dalam proses penangannya memerlukan keahlian yang harus dikuasai oleh tenaga kesejahteraan


(14)

2

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial termasuk aparatur pemerintah dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS ). Dalam rangka penanganan permasalah sosial yang begitu kompleks diperlukan para pelaku usaha kesejahteraan sosial yang handal dan berdedikasi tinggi, dalam hal ini pencetakannya melalui peran Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Cibabat-Cimahi sebagai unit Pelaksana Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

Salah satu upaya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan dapat mengembangkan sumber daya yang berkualitas ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan, sehingga diharapkan para tenaga kesejahteraan sosial memiliki kompetensi dan tanggung jawab secara profesional dalam melaksanakan pelayanan sosial. Dalam melaksanakan berbagai tugas pekerjaan sosial perlu dilandasi dengan ilmu-ilmu yang mumpuni dan mendukung pengetahuan maupun kompetensi pekerja sosial dalam menangani berbagai permasalahan sosial. Kompetensi tersebut perlu dikembangkan dan dibina melalui berbagai pelatihan pengembangan yang diselenggarakan oleh lembaga BPPKS. Salah satu kompetensi yang menjadi tuntutan seorang pekerja sosial adalah mampu memecahkan suatu permasalahan secara cepat dan tepat melalui tindakan nyata.

Pendidikan dan pelatihan orang dewasa tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan berpikir yang telah dimiliki orang dewasa tersebut, dimana aktivitas proses berpikir pada manusia dewasa ini seharusnya sudah mencapai pada hal-hal yang bersifat abstrak dimana manusia dewasa tersebut mampu untuk berpikir ke tingkat penalaran yang lebih tinggi. Tahapan berpikir kognitif dalam taxonomi Bloom menjelaskan bahwa berpikir tingkat tinggi berada pada tahapan analisis, evaluasi dan kreativitas.

Kreativitas pada hakikatnya telah dimiliki oleh seluruh manusia, namun dalam pengembangan dan penggalian kreativitas ini masih belum dilakukan secara maksimal. Melalui pidato pelantikannya sebagai Presiden American Psychological Association pada tahun 1950 , Guilford (dalam Munandar, 2002, hlm. 05) memaparkan bahwa “keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan


(15)

3

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut untuk memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara baru”. Seseorang cenderung kaku pada sistem yang telah ada dan enggan melakukan perubahan, hal ini akhirnya menjadi sebuah kebiasaan bagi seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Perkembangan zaman yang terus berubah, menuntut seseorang untuk mampu mengembangkan kreativitasnya disamping kemampuan inteligensi.

Kreativitas tidak sepenuhnya melibatkan unsur kebaruan, karena pada hakikatnya kreativitas manusia akan timbul dari hasil berpikir yang mengkonstruksikan pengetahuan awal dengan pengalaman yang kemudian melibatkan informasi baru sehingga menjadi sebuah keputusan. Kreativitas dan inteligensi sama-sama melibatkan kemampuan berpikir dalam prosesnya. Guilford (dalam Munandar, 2002, hlm. 12) mengklasifikasikan ciri utama dalam kreativitas, yaitu aptitude trait (berpikir kreatif atau kognitif) dan non-aptitude trait (sikap kreatif atau afektif). Kemampuan berpikir ini dilakukan untuk memunculkan ide-ide baru sebagai alternatif dalam memecahkan masalah. Berpikir, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir. Untuk memunculkan kekreatifan seseorang perlu adanya model yang dapat merangsang timbulnya pemikiran-pemikiran baru. Metode pembelajaran yang dilakukan di BPPKS ini secara umum selalu menggunakan metode pembelajaran konvensional atau ceramah, sedangkan tuntutan akan solusi terhadap masalah sosial semakin kompleks, sehingga perlu adanya inovasi metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pekerja sosial.

Dalam mengambil sebuah keputusan tentunya harus dilandasi dengan pemahaman terhadap suatu permasalahan, dimana penyelesaian masalah tersebut harus memiliki prosedur tertentu sehingga keputusan yang diambil dapat dijamin keakuratannya. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran berbasis masalah, seperti yang dijelaskan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2013, hlm. 241)

bahwa “pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan


(16)

4

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya

belajar bagaimana belajar”.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran berkelompok dan merupakan sebuah cara untuk menemukan solusi atas sebuah permasalahan. Dijelaskan pula oleh Rusman (2013, hlm. 230) “pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan

kontekstual”.

Pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya menggunakan masalah di dunia nyata yang begitu kompleks sehingga peserta didik terampil dalam mengatasi berbagai masalah baru seiring dengan perkembangan zaman. Fokus penelitian ini ditujukan pada peserta diklat pekerja sosial dimana pekerja sosial pada dasarnya mengatasi berbagai kesenjangan yang terjadi di masyarakat, sehingga akan mempermudah pekerja sosial dalam mengembangkan kompetensi sesuai dengan pengetahuan dasar yang dimilikinya. Pendidikan dan pelatihan pekerja sosial ini menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, dimana masalah yang dihadirkan berupa masalah nyata yang saat itu sedang terjadi. Pembelajaran yang dilakukan ini menuntut peserta diklat agar mampu memecahkan masalah tersebut sehingga dapat diaplikasikan di masyarakat dalam menangani kesejahteraan sosial.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti

merumuskan judul penelitian “ HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT” (Studi Deskriptif Korelasional

Terhadap Pekerja Sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejateraan Sosial Dinas Provinsi Jawa Barat).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis paparkan di atas, maka rumusan


(17)

5

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir

kreatif peserta diklat pekerja sosial?”

Secara khusus, penelitian ini dibatasi pada sub masalah yang diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran berbasis masalah di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jabar?

2. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kreatif peserta diklat pekerja sosial melalui pembelajaran berbasis masalah di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jabar? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan

model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat pekerja sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jabar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta diklat di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS), Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis beberapa aspek sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jabar 2. Gambaran kemampuan berpikir kreatif peserta diklat pekerja sosial

melalui pembelajaran berbasis masalah di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jabar 3. Hubungan yang positif dan signifikan antara penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat pekerja sosial di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jabar


(18)

6

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berpengaruh bagi berbagai aspek.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan teori terkait dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kreatif, serta untuk memberikan gambaran mengenai cara-cara melatih dan mengembangkan kreativitas seseorang. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi ilmu dan gambaran penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis a. Bagi peserta diklat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta diklat dalam mengeksplorasi ide-ide serta gagasan dalam memecahkan berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

b. Bagi lembaga (BPPKS) balai pengembangan dan pelatihan kesejahteraan sosial

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembelajaran di lembaga tersebut serta dapat menjadi masukan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sudah ada sehingga kompetensi sumber daya manusia dalam bidang sosial dapat tercapai secara optimal.

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pembelajaran untuk mengembangkan keilmuan kurikulum dan teknologi pendidikan serta dapat memberikan gambaran umum mengenai kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai dan diaplikasikan kedalam masalah yang ada di lapangan.


(19)

7

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini mengacu pada pedoman karya tulis ilmiah UPI.

BAB I Pendahuluan merupakan pembukaan atau penjelasan secara singkat, terstruktur dan sistematis megenai inti mengapa dilakukannya suatu penelitian, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan struktur organisasi penelitian.

BAB II Landasan Teoretis memuat kajian hasil studi pustaka dan pemaparan teori-teori yang melandasi dilakukannya sebuah penelitian. Karena pada dasarnya skripsi ialah membuktikan kebenaran teori yang sudah ada, maka teori dalam kajian pustaka ini menjadi acuan dalam melakukan penelitian.

BAB III Metode Penelitian berisi tentang tahapan prosedural dalam melakukan alur penelitian, mencakup desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.

BAB IV Pembahasan mengenai hasil penelitian yang dijelaskan secara deskriptif berdasarkan hasil pengolahan data dan melakukan pengaitan dengan kajian pustaka yang relevan dengan penelitian.

BAB V Simpulan dan saran mencakup hasil ringkasan dari keseluruhan penelitian menjadi suatu pernyataan hasil penelitian, serta untuk menjawab rumusan masalah yang dipaparkan oleh peneliti.


(20)

1

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan landasan dalam melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan konsep sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan positivistik. Arifin (2014, hlm. 15)

menjelaskan bahwa “secara teoretis, pendekatan positivistik mengkontruksikan pengetahuan beradasarkan pada prosedur formal, eksplisit, eksak, baik dalam mendefinisikan konsep maupun mengukur konsep-konsep dan variabel”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mendapatkan data yang akurat, berdasarkan bukti-bukti empirik yang dapat diukur mengenai ada atau tidaknya hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk melaksanakan sebuah penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis studi korelasional. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang. seperti yang dijelaskan oleh Arifin (2011, hlm 41) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan (to describe), menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai

variabel dalam suatu fenomena”. Penelitian deskriptif ini tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol variabel-variabel lain sehingga hanya mendeskripsikan apa yang ada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah, gambaran mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini dihasilkan dari penelitian dekriptif yang menjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. Selain itu,


(21)

2

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh peserta diklat secara umum.

Penelitian ini menggunakan jenis studi korelasional untuk mengetahui ada tidaknya hubungan suatu variasi antara dua atau lebih variabel. Ali (2010, hlm. 59) menjelaskan bahwa “hubungan korelasional antar variabel adalah hubungan yang bersifat simetris atau kesejalanan, dalam arti suatu variabel bergerak sejalan (berkorelasi positif) atau berlawanan arah (berkorelasi negatif) dengan suatu variabel atau sejumlah variabel lain ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif.

3. Variabel Penelitian

Desain penelitian merupakan perencanaan atau konsep dasar yang menjadi acuan dalam meneliti suatu variabel. Variabel yang dimaksud adalah objek dalam sebuah penelitian seperti yang dijelaskan Ali et al (2007, hlm. 341) mengemukakan bahwa "variabel dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada atau exist dan keberadaannya memiliki lebih dari satu label atau lebih dari

satu nilai”. Penelitian ini memunculkan dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Peneliti memposisikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel terikat, dengan gambaran sebagai berikut.

Tabel 3.1

Hubungan antara variabel penelitian

Variabel terikat

Variabel bebas Kemampuan berpikir kreatif (X)

Penerapan Model pembelajaran berbasis

masalah (Y) XY

Keterangan :

XY adalah hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat.


(22)

3

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) yang merupakan sebuah Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat terletak di jalan Jenderal Amir Machmud No.331 Kota Cimahi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, BPPKS merupakan lembaga sosial yang khusus mengembangkan dan melatih tenaga kesejahteraan sosial.

2. Populasi Penelitian

Populasi merupakan kumpulan objek yang akan dilakukan penelitian. Pelatihan pekerja sosial yang diprogramkan oleh BPPKS ini diselenggarakan di minggu kedua setiap bulannya dengan tema dan sasaran yang berbeda, oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada satu jenis pelatihan, yaitu pelatihan penanggulangan trauma pascabencana yang diikuti oleh pekerja sosial dari berbagai kota dan terdiri dari 30 orang peserta. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta diklat yang mengikuti pelatihan penanggulangan trauma pasca bencana di BPPKS. Seluruh peserta dalam pelatihan ini dijadikan sebagai sampel jenuh atau sensus, biasa disebut dengan penelitian populasi, seperti yang disebutkan oleh Arikunto (2006, hlm. 131) “penelitian populasi hanya dapat

dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak”. Sehingga seluruh populasi dalam pelatihan ini dapat dijadikan sebagai sampel.

Tabel 3.2

Peserta Diklat Penanggulangan Trauma Pascabencana

No Nama Kabupaten/Kota

1 Waluyo Kabupaten Sumedang

2 Ruhyat Kabupaten Sumedang

3 Deni Juanda Kabupaten Sumedang

4 Marfudin Kota Cirebon

5 Supriyatna Kota Cirebon

6 Azie Suhaji Kota Cirebon


(23)

4

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 Ateng Rusmana, S.Pd.i Kabupaten Ciamis

9 Dudi Syarif Hanani Kabupaten Ciamis

10 Dendi Irawan Kabupaten Tasikmalaya

11 Tika Sukwara Kabupaten Tasikmalaya

12 Kukuh Fahrur, R.A Kabupaten Tasikmalaya

13 Lia Aulia Kabupaten Bogor

14 Hamdan Kabupaten Bogor

15 Tatang Haris J,S.Pd.i Kabupaten Bogor

16 Nani Sumarni Kota Bandung

17 Yani Ela Kurnia Kota Bandung

18 Asep Syarifudin Kota Bandung

19 Tizan Al-Sahbani Kab. Garut

20 Ajang Kurnia Kab. Garut

21 Endang Ruslan Efendi Kab. Garut

22 Dadang Sofyan Kota Banjar

23 Gono S Kota Banjar

24 Tukimin Kota Banjar

25 Caca Kota Cimahi

26 Yanti Kota Cimahi

27 Taufik Kota Cimahi

28 Nanang Tarmedi Kab. Majalengka

29 Yayat Hidayat Kab. Majalengka

30 Lilis Karsiti Kab. Majalengka

Penelitian ini melibatkan berbagai pihak, yakni peserta diklat yang terdiri dari para pekerja sosial. Pihak pengembang pelatihan kesejahteraan sosial sebagai perencana, penyusun kurikulum, silabus dan modul pelatihan. Pihak penyelenggara pelatihan sebagai pelaksana rancangan pelatihan serta widyaiswara sebagai instruktur pelatihan.


(24)

5

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional

Peneliti mencantumkan definisi operasional dari masing-masing variabel ini agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul penelitian, sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh lembaga pelatihan dengan melalui beberapa tahapan sesuai dengan syntax model pembelajaran berbasis masalah, yakni (1) orientasi peserta pada masalah; (2) mengorganisasikan peserta untuk belajar; (3) membimbing pengalaman kelompok/individual; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Masalah yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah masalah yang terjadi di dunia nyata.

2. Kemampuan berpikir kreatif

Kreativitas merupakan kemampuan yang telah dimiliki oleh setiap individu, dan dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Kemampuan berpikir kreatif ini didapat dari persepsi peserta diklat terhadap kemampuan dirinya dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini mengacu pada teori Guilford mengenai dimensi kognitif (aptitude trait) dalam kreativitas, yaitu kemampuan berpikir kreatif yang memiliki ciri-ciri: kelancaran (fluency); keluwesan (flexibility); orisinalitas (originality); keterincian (elaborasi). Adapun rincian dari masing-masing aspek ini diadaptasi dari teori Munandar.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian merupakan sebuah alat bantu untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Arikunto (2006, hlm. 160) mengatakan bahwa

“instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah”. Data yang dikumpulkan ini digunakan untuk menjawab masalah penelitian dan sebagai landasan dalam membuat sebuah kesimpulan penelitian,


(25)

6

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka data yang dikumpulkan dan instrumen pengumpulan data harus teruji kebenarannya. Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah kuisioner, observasi dan wawancara.

1. Angket

Angket atau biasa disebut dengan kuisioner adalah sekumpulan pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui respons orang lain, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2009, hlm. 102) “angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang

diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna”.

Adapun tujuan digunakannya angket ini adalah untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 dan 2 yaitu, mencari informasi dan mengumpulkan data mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelatihan penanggulangan trauma pascabencana dan gambaran kemampuan berpikir kreatif peserta diklat yang mengikuti pelatihan penanggulangan trauma pascabencana. Angket yang digunakan bersifat tertutup karena jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap sesuai. Angket yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Rentang skala likert yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Rentang Skala Likert

Pernyataan Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Darmadi (2013, hlm. 85) Item pernyataan instrumen ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif, tiap item dibagi ke dalam empat skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Setiap pernyataan positif diberi skor 4,3,2,1 dan pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan melakukan pencatatan terhadap fenomena yang ada. Penelitian ini menggunakan


(26)

7

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi tak berstruktur dimana kegiatan observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri. Hal ini dikarenakan peneliti hanya ingin mengamati bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelatihan penanggulangan trauma pascabencana dan respon peserta diklat dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan data maupun informasi melalui percakapan atau tanya jawab dengan responden. Penelitian ini menggunakan bentuk pertanyaan tak berstruktur yaitu pertanyaan yang sifatnya terbuka sehingga responden bebas menjawab pertanyaan tersebut. Wawancara ini digunakan untuk memperkuat hasil penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada peserta diklat maupun widyaiswara. Penyusunan pedoman wawancara ini mengikuti langkah-langkah seperti yang dirumuskan oleh Arifin (2011, hlm. 234) yaitu “(a) merumuskan tujuan wawancara, (b) membuat kisi-kisi atau layout dan pedoman wawancara, (c) menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan, (d) melaksanakan uji coba, (e) melaksanakan wawancara dalam situasi sebenarnya. Adapun tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk menggali informasi lebih dalam dan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini, wawancara ini dilakukan secara langsung pada Kepala Seksi Penyelenggara Pelatihan, Pengembang Pelatihan Dan Widyaiswara.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian disusun berdasarkan penjabaran dari indikator masing-masing variabel. Instrumen untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah disusun berdasarkan pada syntax PBM yang dikembangkan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2013, hlm. 243), sedangkan instrumen kemampuan berpikir kreatif mengacu pada aspek kognitif menurut Guilford yang masing-masing indikatornya dijabarkan oleh Munandar dan diadaptasi menjadi instrumen penelitian. Sebelum digunakan pada responden, instrumen dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas. Instrumen dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengukur apa yang


(27)

8

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seharusnya diukur dan dikatakan reliabel jika dapat digunakan berkali-kali untuk mengukur objek yang sama dan menghasilkan data yang sama meskipun dalam waktu yang berbeda. Pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan cara menyebar angket pada pekerja sosial diluar wilayah sampel dengan kategori bahwa pekerja sosial ini telah mengikuti pelatihan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Adapun proses pengembangan instrumen melalui tahapan-tahapan pengujian.

1. Uji Validitas

Arifin (2011, hlm. 245), menjelaskan bahwa “validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang diukur.” Peneliti menggunakan uji validitas konstrak dan validitas empiris.

a. Uji Validitas Konsrak (Construct Validity)

Pengujian validitas konstrak pada penelitian ini menggunakan teknik expert judgement untuk mengetahui kesesuaian instrumen dengan teori, maka peneliti meminta pendapat ahli.

b. Uji Validitas Empiris

Penelitian ini menggunakan uji validitas empiris dengan menggunakan teknik statistik. Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini, dapat digunakan uji statistik yakni teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson, adapun rumus untuk menguji validitas digunakan rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:

(Arifin, 2011, hlm. 279) Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi yang dicari


(28)

9

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ΣY = Skor responden

ΣX = Skor item tes

(ΣX2) = Kuadrat skor item tes

(ΣY2) = Kuadrat responden

Untuk mengetahui valid tidaknya instrumen penelitian ini maka peneliti membandingan nilai r hitung dengan r tabel pada α = 0, 05 dari n = 13. Dengan

ketentuan sebagai berikut :

Jika r hitung > r tabel maka item instrumen valid

Jika r hitung < r tabel maka item instrumen tidak valid

Hasil dari perhitungan uji validitas variabel penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan program aplikasi Microsoft Office Excel 2010, sebagai berikut :

Tabel 3.4

Uji Validitas Instrumen Variabel X

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

No. r hitung r tabel Keterangan

1 0.6958 0,553 VALID

2 0.7227 0,553 VALID

3 0.7200 0,553 VALID

4 0.6425 0,553 VALID

5 0.5736 0,553 VALID

6 0.1154 0,553 TIDAK VALID

7 0.6510 0,553 VALID

8 0.6573 0,553 VALID

9 0.6013 0,553 VALID

10 0.1961 0,553 TIDAK VALID

11 0.3050 0,553 TIDAK VALID

12 0.7241 0,553 VALID

13 0.6082 0,553 VALID

14 0.8049 0,553 VALID

15 0.5912 0,553 VALID


(29)

10

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

17 0.5696 0,553 VALID

18 0.8727 0,553 VALID

19 0.5637 0,553 VALID

20 0.6400 0,553 VALID

21 0.5681 0,553 VALID

22 0.7406 0,553 VALID

23 0.6915 0,553 VALID

24 0.6486 0,553 VALID

25 0.7245 0,553 VALID

26 0.8858 0,553 VALID

27 0.6887 0,553 VALID

28 0.2782 0,553 TIDAK VALID

29 0.1703 0,553 TIDAK VALID

30 0.6817 0,553 VALID

31 0.8787 0,553 VALID

32 0.6606 0,553 VALID

33 0.6058 0,553 VALID

34 0.7226 0,553 VALID

35 0.8250 0,553 VALID

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3.3 terdapat 5 dari 35 pertanyaan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid ini tidak akan digunakan kembali pada saat penelitian. Berikut hasil perhitungan uji validitas variabel kemampuan berpikir kreatif peserta diklat dengan menggunakan program aplikasi Microsoft Office Excel 2010, sebagai berikut :

Tabel 3.5

Uji Validitas Instrumen Variabel Y Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat

No. r hitung r tabel Keterangan

1 0.6868 0,553 VALID

2 0.6841 0,553 VALID


(30)

11

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 0.7291 0,553 VALID

5 0.5918 0,553 VALID

6 0.7780 0,553 VALID

7 0.6323 0,553 VALID

8 0.3739 0,553 TIDAK VALID

9 0.6707 0,553 VALID

10 0.5520 0,553 TIDAK VALID

11 0.7636 0,553 VALID

12 0.7079 0,553 VALID

13 0.6124 0,553 VALID

14 -0.0272 0,553 TIDAK VALID

15 0.5840 0,553 VALID

16 0.5849 0,553 VALID

17 0.6236 0,553 VALID

18 0.7873 0,553 VALID

19 0.7783 0,553 VALID

20 0.7413 0,553 VALID

21 0.7041 0,553 VALID

22 0.7706 0,553 VALID

23 0.7468 0,553 VALID

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3.4 terdapat 3 dari 23 pernyataan yang tidak valid. Butir pernyataan yang tidak valid ini akan digunakan kembali pada saat penelitian dengan melakukan perubahan kalimat yang disesuaikan dengan indikator. Hal ini dilakukan karena peneliti mempertimbangkan perlunya poin pernyataan untuk mendapatkan data yang akurat.

2. Uji Reliabilitas

Penggunaan reabilitas adalah untuk melihat konsistensi soal dalam mengukur responden sebenarnya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha-Cronbach atau Koefisien Alpha. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto


(31)

12

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2006, hlm. 196) “rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen

yang skornya 1 bukan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.

Rumus Alpha-Cronbach

(Arikunto, 2006, hlm. 196) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

∑σ b2 = jumlah varians butir Σ 12 = variansi total

Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software GNU PSPPIRE. Untuk mengetahui instrumen ini reliabel maka peneliti membandingan nilai r11hitung dengan r tabel pada α = 0, 05 dari n = 13. Dengan

ketentuan,

Jika r11 > r tabel maka instrumen reliabel

Jika r11 < r tabel maka instrumen tidak reliabel

Hasil uji reliabilitas pada variabel (X) penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Reliabilitas Variabel X

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.96 35

Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa r hitung > r tabel dengan

nilai 0,96 > 0,553. Maka instrumen yang digunakan termasuk kategori reliabel, sehingga angket variabel (X) yaitu penerapan model pembelajaran berbasis


(32)

13

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian. Sedangkan hasil uji reliabilitas pada variabel (Y) tentang kemampuan berpikir kreatif peserta diklat adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Reliabilitas Variabel Y

Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Diklat

Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa r hitung > r tabel dengan

nilai 0,94 > 0,553. Maka instrumen yang digunakan termasuk kategori reliabel, sehingga angket variabel (Y) yaitu kemampuan berpikir kreatif peserta diklat dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan statistik inferensial jenis non parametrik.

Sugiyono (2013:211) berpendapat bahwa “statistik non-parametrik kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal”. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data ordinal yang didapatkan melalui angket, maka analisis data yang digunakan adalah jenis non-parametrik. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menghitung Skor penelitian

Perhitungan skor penelitian digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kreatif. Skor yang didapatkan akan diinterpretasikan ke dalam kriteria interpretasi untuk mengetahui kuat atau tidaknya persentase penilaian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(33)

14

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

( Riduwan, 2007, hlm. 18) Keterangan :

N : skor tertinggi

I : jumlah pernyataan dalam angket R : jumlah responden

Setelah mengetahui hasil perhitungan diatas, maka dilanjutkan dengan menginterpretasikan hasil tersebut kedalam kriteria interpretasi skor penelitian, sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Interpretasi Skor Penelitian

Skor rata-rata (%) Kriteria Responden

0% - 20% Sangat Lemah

21% – 40% Lemah

41% – 60% Cukup

61% – 80% Kuat

81% – 100% Sangat kuat

( Riduwan, 2007, hlm. 18)

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan uji analisis korelasi dan uji signifikansi, sebagai berikut :

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengukur derajat hubungan dan seberapa eratnya hubungan tersebut. Teknik yang diambil untuk menguji korelasi ini adalah teknik korelasi tata jenjang (rank spearman) karena data yang diperoleh berupa data ordinal. Perhitungan analisis korelasi ini menggunakan bantuan software

Jumlah Skor Total


(34)

15

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IBM SPSS Statistics 22, pada uji dua pihak (two tail) dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95 % atau α=0,05. Rumus yang digunakan adalah : ρ = 1 -

(Arifin, 2011, hlm. 277) Keterangan :

ρ = koefisien korelasi tata jenjang

1 = bilangan tetap

6 = bilangan tetap

n = jumlah sampel

∑ D2 = jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dan Y

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.9

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Cukup Kuat

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

( Sugiyono, 2008, hlm. 231)

b. Uji signifikansi

Hipotesis diuji dengan menggunakan uji signifikansi untuk mengetahui penerimaan atau penolakan penyataan dalam hipotesis tersebut. Uji hipotesis ini menggunakan uji-t , dengan rumus sebagai berikut.

( Sugiyono, 2013, hlm. 257)

6∑ D2 n (n2– 1)


(35)

16

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

t = uji signifikansi

rxy = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Hasil perhitungan ini dapat dilihat dengan membandingkan thitung dan ttabel, sebagai

berikut.

a. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (terdapat hubungan

antara variabel X dan variabel Y)

b. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat

hubungan antara variabel X dan variabel Y)

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perancangan Penelitian

a. Mengidentifikasi dan memilih masalah, peneliti memilih masalah dengan menganalisis kesenjangan yang terjadi di masyarakat dengan yang seharusnya ada yaitu kesejahteraan masyarakat, dengan didukung oleh beberapa literatur dari studi pustaka dan melakukan pengamatan dengan melakukan studi pendahuluan

b. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dan untuk memperoleh informasi. Peneliti mencari informasi terkait pekerja sosial dan melakukan observasi pada Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS), karena lembaga ini merupakan balai pusat yang mengembangkan kompetensi pekerja sosial

c. Merumuskan masalah dengan mengerucutkan inti permasalahan berdasarkan hasil dari identifikasi masalah, merumuskan judul penelitian dan merancang desain penelitian

d. Merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dan menentukan variabel penelitian

e. Memilih metode yang digunakan dalam penelitian, yakni metode deksriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif


(36)

17

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Merancang instrumen penelitian sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan angket. Perumusan kisi-kisi dilakukan sebelum instrumen dibuat. Sehingga penyusunan instrumen lebih terarah dengan menggunakan pedoman kisi-kisi

g. Melakukan uji coba instrumen pada responden di luar wilayah sampel

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Observasi dilakukan ketika proses pelatihan sedang berlangsung dengan tujuan untuk mengamati proses pembelajaran

b. Wawancara dilakukan pada pihak penyelenggara diklat, hal ini dilakukan untuk memperoleh data secara komprehensif mengenai keseluruhan bentuk pelatihan, dimulai dari tahap perancangan teknis pelatihan sampai evaluasi pelatihan

c. Penyebaran angket pada responden sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Melakukan pengolahan data

b. Menganalisis data yang telah diolah

c. Menarik kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis data

d. Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah


(37)

1

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN 1. Simpulan Umum

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa terdapat hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat.

2. Simpulan Umum

a. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pekerja sosial dalam pelatihan penanggulangan trauma pascabencana ini dirancang dan diterapkan agar peserta diklat mampu berperan aktif dalam pemecahan masalah dan menggali informasi lebih luas melalui kemampuan berpikir sesuai dengan tujuan dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah berada berada pada kategori kuat di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

b. Kemampuan berpikir kreatif peserta diklat dalam penelitian ini dilihat dari empat aspek, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), keterincian (elaborasi). Berdasarkan hasil penelitian, peserta diklat mampu berpikir kreatif dalam mencari solusi untuk menangani masalah sosial dengan kategori kuat.

c. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki hubungan yang positif dan signifikan yaitu berada pada kategori cukup kuat dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat. Model pembelajaran berbasis masalah menekankan aspek kognitif dalam penerapannya, yaitu dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu aspek dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi ini yaitu kreatifitas. Berpikir kreatif ini dilakukan dengan melihat permasalahan dari


(38)

2

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sudut pandang yang berbeda. Sehingga hasil dari kegiatan berpikir ini adalah ide yang dapat digunakan sebagai solusi dari suatu permasalahan.

B. Saran

1. Bagi fasilitator atau widyaiswara

Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya fasilitator lebih berinovatif kembali dalam mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan analisis kebutuhan peserta diklat, sehingga transformasi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

2. Bagi Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan lembaga dan seluruh pihak yang terlibat dalam pelatihan lebih ditingkatkan lagi dalam hal kerjasama, khususnya dalam perencanaan program pelatihan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara lebih optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian serupa, lebih disarankan pada pengambilan fokus variabel yang berbeda, agar penelitian mengenai toeri kreativitas dapat lebih berkembang, karena pada dasarnya kreativitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.


(39)

76

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. (1997). Classroom instruction and management. United States: McGraw-Hill

Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, andragogi, dan heutagogi. Bandung : Alfabeta

Darkusno, Koko. (2015). Teori perkembangan. [online]

Darmadi, Hamid. (2013). Metode penelitian pendidikan dan sosial. Bandung : Alfabeta

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Kerlinger. Fred N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press

Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hatimah. (2015). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik. [online] Legiman. (2015). Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada

pendidikan dan pelatihan. [online]

Mochamad Yuniardi. (2015). Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa (studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPA kelas VI SD islam terpadu luqman al hakim yogyakarta)

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan keberbakatan (strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat), Cetakan kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Cetakan ketiga. Jakarta : Rineka Cipta

Nira Tiarawati. (2014). Penggunaan model pembelajaran problem based learninng (PBL) untuk peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa


(40)

76

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPS terpadu terhadap siswa kelas VII di SMPN 4 bandung)

Popon Mariam. (2011). Efektifitas model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (studi pada mata pelajaran sosiologi SMA kelas XII bandung)

Riduwan. (2007). Metode penelitian untuk tesis. Bandung: Alfabeta

Rusman. (2013). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Cetakan kedua. Jakarta: Rajawali Press

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi pembelajaran; berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Santrock, John W. (2011). Educational psychology. New York : McGraw-Hill Silalahi, Ulber. (2010). Metode penelitian sosial. Bandung : PT Refika Aditama Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Sugiyono, (2008). Metode penelitian kuatitatif kualitatif dan r&d. Bandung Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d). Bandung : Alfabeta

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, Bandung : Fokusmedia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang pendidikan nasional, Bandung : Fokusmedia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, Bandung : Fokusmedia

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah . Bandung : UPI PRESS

Wibhawa, Budi, et al. (2010). Dasar-dasar Pekerjaan Sosial. Bandung : Widya Padjajaran


(1)

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

t = uji signifikansi

rxy = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Hasil perhitungan ini dapat dilihat dengan membandingkan thitung dan ttabel, sebagai

berikut.

a. Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (terdapat hubungan

antara variabel X dan variabel Y)

b. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat

hubungan antara variabel X dan variabel Y)

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perancangan Penelitian

a. Mengidentifikasi dan memilih masalah, peneliti memilih masalah dengan menganalisis kesenjangan yang terjadi di masyarakat dengan yang seharusnya ada yaitu kesejahteraan masyarakat, dengan didukung oleh beberapa literatur dari studi pustaka dan melakukan pengamatan dengan melakukan studi pendahuluan

b. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dan untuk memperoleh informasi. Peneliti mencari informasi terkait pekerja sosial dan melakukan observasi pada Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS), karena lembaga ini merupakan balai pusat yang mengembangkan kompetensi pekerja sosial

c. Merumuskan masalah dengan mengerucutkan inti permasalahan

berdasarkan hasil dari identifikasi masalah, merumuskan judul penelitian dan merancang desain penelitian

d. Merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat

dan menentukan variabel penelitian

e. Memilih metode yang digunakan dalam penelitian, yakni metode deksriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif


(2)

17

f. Merancang instrumen penelitian sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan angket. Perumusan kisi-kisi dilakukan sebelum instrumen dibuat. Sehingga penyusunan instrumen lebih terarah dengan menggunakan pedoman kisi-kisi

g. Melakukan uji coba instrumen pada responden di luar wilayah sampel

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Observasi dilakukan ketika proses pelatihan sedang berlangsung dengan tujuan untuk mengamati proses pembelajaran

b. Wawancara dilakukan pada pihak penyelenggara diklat, hal ini dilakukan untuk memperoleh data secara komprehensif mengenai keseluruhan bentuk pelatihan, dimulai dari tahap perancangan teknis pelatihan sampai evaluasi pelatihan

c. Penyebaran angket pada responden sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Melakukan pengolahan data

b. Menganalisis data yang telah diolah

c. Menarik kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis data

d. Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah


(3)

Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Simpulan Umum

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa terdapat hubungan antara penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat.

2. Simpulan Umum

a. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pekerja sosial dalam pelatihan penanggulangan trauma pascabencana ini dirancang dan diterapkan agar peserta diklat mampu berperan aktif dalam pemecahan masalah dan menggali informasi lebih luas melalui kemampuan berpikir sesuai dengan tujuan dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah berada berada pada kategori kuat di Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

b. Kemampuan berpikir kreatif peserta diklat dalam penelitian ini dilihat dari empat aspek, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), keterincian (elaborasi). Berdasarkan hasil penelitian, peserta diklat mampu berpikir kreatif dalam mencari solusi untuk menangani masalah sosial dengan kategori kuat.

c. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki hubungan yang positif dan signifikan yaitu berada pada kategori cukup kuat dengan kemampuan berpikir kreatif peserta diklat. Model pembelajaran berbasis masalah menekankan aspek kognitif dalam penerapannya, yaitu dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu aspek dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi ini yaitu kreatifitas. Berpikir kreatif ini dilakukan dengan melihat permasalahan dari


(4)

2

sudut pandang yang berbeda. Sehingga hasil dari kegiatan berpikir ini adalah ide yang dapat digunakan sebagai solusi dari suatu permasalahan.

B. Saran

1. Bagi fasilitator atau widyaiswara

Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya fasilitator lebih berinovatif kembali dalam mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan analisis kebutuhan peserta diklat, sehingga transformasi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

2. Bagi Balai Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS)

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan lembaga dan seluruh pihak yang terlibat dalam pelatihan lebih ditingkatkan lagi dalam hal kerjasama, khususnya dalam perencanaan program pelatihan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara lebih optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian serupa, lebih disarankan pada pengambilan fokus variabel yang berbeda, agar penelitian mengenai toeri kreativitas dapat lebih berkembang, karena pada dasarnya kreativitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.


(5)

76 Dina Magfiratu, 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arends, Richard I. (1997). Classroom instruction and management. United States: McGraw-Hill

Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, andragogi, dan heutagogi. Bandung : Alfabeta

Darkusno, Koko. (2015). Teori perkembangan. [online]

Darmadi, Hamid. (2013). Metode penelitian pendidikan dan sosial. Bandung : Alfabeta

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Kerlinger. Fred N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press

Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan

sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hatimah. (2015). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik. [online]

Legiman. (2015). Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada

pendidikan dan pelatihan. [online]

Mochamad Yuniardi. (2015). Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa (studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPA kelas VI SD islam terpadu luqman al hakim yogyakarta)

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan keberbakatan (strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat), Cetakan kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Cetakan ketiga. Jakarta : Rineka Cipta

Nira Tiarawati. (2014). Penggunaan model pembelajaran problem based


(6)

(studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPS terpadu terhadap siswa kelas VII di SMPN 4 bandung)

Popon Mariam. (2011). Efektifitas model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (studi pada mata pelajaran sosiologi SMA kelas XII bandung)

Riduwan. (2007). Metode penelitian untuk tesis. Bandung: Alfabeta

Rusman. (2013). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme

guru. Cetakan kedua. Jakarta: Rajawali Press

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi pembelajaran; berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Santrock, John W. (2011). Educational psychology. New York : McGraw-Hill

Silalahi, Ulber. (2010). Metode penelitian sosial. Bandung : PT Refika Aditama Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Sugiyono, (2008). Metode penelitian kuatitatif kualitatif dan r&d. Bandung Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d). Bandung : Alfabeta

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan

sosial, Bandung : Fokusmedia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang pendidikan nasional, Bandung : Fokusmedia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, Bandung : Fokusmedia

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah . Bandung : UPI PRESS

Wibhawa, Budi, et al. (2010). Dasar-dasar Pekerjaan Sosial. Bandung : Widya Padjajaran