Manajemen Sumber Daya Aparatur Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung (Studi tentang Pembuatan Surat Keterangan Rencana Kota)

(1)

DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA KOTA BANDUNG (Studi Tentang Surat Keterangan Rencana Kota (KRK))

Laporan KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh :

PEBRIANI LAELATUS SADIYAH 41709031

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

80 DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Pebriani Laelatus Sa’diyah Nama Panggilan : Pebri

Tempat dan Tanggal Lahir : Subang, 20 Februari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon : 085721822436

Status : Belum Kawin

Nama Ayah : Drs. Zaenal Abidin

Pekerjaan Ayah : PNS

Nama Ibu : N. Rohaeni

Pekerjaan Ibu : PNS

Alamat Orang Tua : Kp. Sindangsari No. 05 RT/RW 02/04 Desa Sindangsari Kec. Kasomalang Kab. Subang

Motto : Berdo’a dan Berusaha

Email : feb_ani20@yahoo.co.id

Bandung, November 2012

Pebriani Laelatus Sa’diyah 41709031


(4)

81

Pendidikan Formal Nama Sekolah Tahun

SD SD Negeri Darmaga 3 2003

SMP SMP Negeri 1 Cisalak 2006

SMA SMA Negeri 1 Jalancagak 2009

Pendidikan Informal

(Kursus/Training/Seminar) Penyelenggara Tahun Keterangan Table Manner Class Maja House 2010 Peserta Governan Day HIMA IP UNPAD 2011 Peserta Diskusi Politik HIMA IP UNIKOM 2011 Panitia

LDKM HIMA IP UNIKOM 2011 Panitia

Kuliah Umum HIMA IP UNIKOM 2012 Panitia Turnamen Futsal HIMA IP UNIKOM 2012 Panitia

Nama

Organisasi/Kegiatan Jabatan

Waktu Keikutsertaan UKM Saung Budaya

(SADAYA)

Anggota 2009-2010

UKM Saung Budaya (SADAYA)

Sekretaris 2010-2011

HIMA Ilmu Pemerintahan Sekretaris 2 2010-2011 HIMA Ilmu Pemerintahan Sekretaris 1 2011-2012


(5)

vi

Halaman

KATA PENGANTAR ………..………...……...

DAFTAR ISI ……….….....……....

DAFTAR TABEL ………...………

DAFTAR BAGAN ………...………

DAFTAR LAMPIRAN ………... ii vi ix x xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL ………..…………... 1 1.2 Kegunaan KKL ………..……….….…...……….…. 6 1.3 Metode KKL ………..……. 7

1.3.1 Tehnik Pengumpulan Data……….…….……….. 1.3.1.1 Studi Pustak ………...………. 1.3.1.2 Studi Lapangan ……….………… 1.3.2 Teknik Analisis Data………..….………

7 7 7 8 1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL ………...………

1.4.1 Gambaran Umum Tempat KKL….…..……….. 1.4.1.1 Sejarah Dinas Tata Runag dan Cipta Karya

Kota Bandung ………...……..…… 1.4.2 Visi dan Misi Dinas Tata RunagdanCiptaKarya

Kota Bandung………..………… 1.4.2.1 Visi Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota

Bandung ………...……… 1.4.2.2 Misi Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota

Bandung………...………… 9 9 9 10 10 10

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Sumber Daya Aparatur....……….……...……. 2.1.1 Manajemen ……….….………

11 11


(6)

vii

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Manajemen ………..…... 2.1.1.3 Fungsi Manajemen ………... 2.1.2 Aparatur ……….. 2.1.3 Sumber Daya Aparatur …...……….…………... 2.1.2.1 Pengertian Sumber Daya Aparatur……….… 2.1.4 Manajemen Sumber Daya Manusia …..…………...

13 17 24 25 25 26 2.2 Tata Ruang Kota ……….... 27 2.3 Surat Keterangan Rencana Kota ……….…. 30 BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 HASIL KEGIATAN KKL ………. 33 3.2 PEMBAHASAN KKL ………..

3.2.1 Perencana anaparatur dalam pemberian surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung ... 3.2.2 Pengorganisasian aparatur dalam pemberian surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung ……… 3.2.3 Penstafan aparatur dalam pemberian surat

Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung ……….……… 3.2.4 Pengendalian aparatur dalam pemberian surat

Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung ……….………

39

39

43

48


(7)

viii

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...………. 60 4.2 Saran ……….. 61

DAFTAR PUSTAKA ………...……..……… 63


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jadwal KKL …………...………... 10


(9)

x

Halaman Bagan 1.1 Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya


(10)

xi

Lampiran 1.1 Form Aktivitas Harian KKL ... 64 Lampiran 1.2 Berita Acara Bimbingan KKL ... 66 Lampiran 1.3 Surat Keterangan Izin KKL dari Kampus ... 67 Lampiran 1.4 Surat Keterangan Izin KKL Badan Kesatuan Bangsa,

Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 68 Lampiran 1.5 Surat Keterangan Izin KKL Dinas Tata Ruang dan

Cipta Karya Kota Bandung ... 69 Lampiran 1.6 Surat Keterangan Telah Melakukan KKL Dinas Tata

Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung ... 70 Lampiran 1.7 Daftar Nama Aparatur Dinas Tata Ruang dan Cipta

Karya Kota Bandung ... 71 Lampiran 1.8 Daftar Riwayat Hidup ... 80


(11)

ii

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kuliah kerja lapangan ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan sampailah kepada kita hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini penulis mengambil judul “Manajemen Sumber Daya Aparatur Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung (Studi Tentang Surat Keterangan Rencana Kota (KRK))”. Sehubungan dalam tahap pembelajaran penulis meminta maaf apabila dalam penulisan usulan penelitian ini tidak sempurna dan masih banyak kekurangan, penulis meminta saran dan kritik sebagai bahan acuan dalam penulisan berikutnya.

Penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Nia Karniawati, S.IP., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, dan saran-saran serta motivasinya kepada penulis.

3. Dinar Ismail selaku pembimbing di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung yang telah memberikan bimbingan, dan saran-saran kepada penulis dalam melaksanakan KKL.

4. Bapak dan Ibu serta adik saya yang telah memberikan dukungan moril dan materi yang tak terhingga dalam penulisan laporan kuliah kerja lapangan ini.

5. Sahabat-sahabat Ilmu Pemerintahan angkatan 2009 yang saling memberikan dukungan dan masukan dalam penulisan laporan kuliah kerja lapangan ini.


(12)

iii

terselesaikannya laporan kuliah kerja lapangan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga menjadi amal baik di hari nanti. Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan kuliah kerja lapangan ini, besar harapan penulis semoga laporan kuliah kerja lapangan ini dapat berguna umumnya bagi kita semua dan khusunya penulis sendiri.

Bandung, November 2012


(13)

62 Buku-Buku :

Dessler, Gary. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Indeks Gramedia.

Dessler, Gary. 1993. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Askara.

Ilham, Muh. 2008. Manajemen Sumber Daya dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Daerah. Bandung: cv. Indra Prahasta.

Kertodipuro, Sarwoto. 1985. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Musanef. 1982. Manajemen Kepegawaian Di Indonesia. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Prawiranegara H. Muchsin. 2002. Manajemen Kepegawaian Negara Indonesia. Bandung: AT-TANZIL YPI AS-SIBAQ.

Salam, Dharma Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Sosial. Jakarta: Prenada Media.

Suwatno.2001. Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Penerbit Suci Press.

Terry, George R. 2007. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Askara.

Wasistiono, Sadu. 2002. Manajemen Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Daerah. Bandung: Fokusmedia.


(14)

63

Dokumen-Dokumen:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 tentang kesejahteraan Sosial

Perda Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung

Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Retribusi, Pajak dan Reklame

Rujukan Elektronik:


(15)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks. Pemerintah memiliki hak dan wewenang untuk mengatur kehidupan warga negaranya. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengatur kepemilikan dan penggunaan kekuasaan yang telah diberikan kepada negara (atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya) sehingga semua tanah diseluruh wilayah kedaulatan bangsa Indonesia dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan mengemban tiga fungsi hakiki yaitu pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Jadi selain melaksanakan pembangunan, pemerintah juga memberikan pelayanan publik.

Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara yang profesional dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks pemerintahan, kebutuhan masyarakat menjadi tuntutan dan tanggung jawab pemerintah. Karena itu, pemerintahan perlu diselenggarakan secara dinamis, tanggap, cepat dan tepat sasaran.

Era globalisasi menuntut adanya kompetisi dari beberapa negara untuk saling bersaing guna merebutkan kedudukan sebagai negara penentu dalam dunia baik dalam bidang perekonomian, sosial budaya, politik dan sebagainya. Perkembangan sumber daya manusia juga dituntut agar lebih baik karena kemajuan teknologi, perdagangan dan sebagainya ditentukan oleh sumber daya manusia selaku pelaku dan penggerak semua itu.

Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di dalam pembangunan, disamping unsur lainnya seperti bahan, modal, dan teknologi. Pembangunan nasional dapat tercapai dengan baik, apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia


(16)

merupakan unsur yang sangat penting untuk tercapainya keberhasilan pembangunan.

Manajemen sumber daya aparatur secara profesional dapat dimulai sejak perekrutan pegawai, penyelesaian, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya. Instansi atau lembaga, mempunyai banyak pegawai yang secara potensi berkemampuan tinggi tetapi tidak mampu berprestasi dalam kerja. Hal ini dimungkinkan karena manajemen sumber daya aparatur yang kurang dikelola secara profesional. Karena itu, faktor manusia merupakan modal utama yang perlu diperhatikan oleh pemimpin atau kepala dalam suatu instansi atau lembaga.

Peran yang begitu besar sumber daya manusia sebagai pelaku utama dan juga merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut tercapai. Salah satu faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja. Jika aparatur dalam organisasi atau perusahaan mempunyai kinerja yang baik, maka diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap organisasi atau perusahaan.

Keberhasilan suatu organisasi pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, sebab hal tersebut dapat memberikan dampak positif bagi upaya pencapaian tujuan organisasi. Kinerja suatu organisasi dapat dinilai salah satunya dari efektifitas aparatur didalam memahami dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar waktu yang telah direncanakan.

Kota Bandung sebagai ibu kota Propinsi Jawa Barat merupakan kota satelit yang mempunyai kedudukan sangat penting dan strategis, terutama sebagai salah satu kota tujuan wisata. Karena itu pembangunan sarana dan prasarananya sangat ditentukan oleh keberadaan lingkungan yang mempengaruhinya seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertambahan penduduk yang semakin pesat dan perkembangan kota-kota yang kian meningkat. Sehingga perkembangan dan pertumbuhan tersebut


(17)

memerlukan pengaturan tata ruang dan peruntukan lahan yang sesuai dengan kegiatan penataan kota yang sehat, rapi, aman, dan nyaman tidak terjadi tumpang tindih yang dapat menimbulkan ketidaktertiban dan kesemrawutan kota.

Instansi Pemerintahan yang mengatur tentang rencana tata ruang di Kota Bandung adalah Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Manajemen sumber daya aparatur di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung yang dimana diantaranya susunan organisasi pemerintah yang masih belum sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan. Pembagian tugas antar instansi atau unit yang kurang jelas, menyebabkan munculnya aparatur yang kurang profesional, dan prosedur standar yang belum tersedia secara baku serta sistem pengawasan/pengendalian yang masih belum efektif.

Hal ini merupakan bukti, bahwa suatu organisasi maupun para aparatur belum dapat mengatur para aparatur di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung secara maksimal serta mengarahkan para aparatur menjadi aparatur yang profesional di bidangnya. Masalah manajemen sumber daya aparatur di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung ini akan mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat terhambat, tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan dalam SOP.

Bagi suatu instansi pemerintah, dalam menjalankan aktivitasnya selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah aparat, salah satunya adalah masalah prestasi kerja aparat yang cenderung tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga pemerintah. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung sebagai salah satu Instansi pemerintah, akan selalu dihadapkan dengan masalah kinerja atau prestasi kerja tersebut.

Aparatur adalah orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan. Aparatur memiliki peranan strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Peranan aparatur tersebut sesuai dengan tuntutan zaman terutama untuk menjawab tantangan masa depan.


(18)

Aparatur yang berkualitas adalah aparatur yang memiliki kecakapan dan kemampuan, yang sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan tersebut. Kemampuan untuk melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Hal lainnya adalah mampu memelihara dan mengembangkan kecakapan dan kemampuannya secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas pimpinan pada setiap organisasi pemerintahan untuk memelihara dan membina semua aparatur agar dapat lebih berkualitas dalam rangka pencapaian tujuan.

Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang. Penataan ruang dilakukan berdasarkan, 1). Fungsi utamanya, meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. 2). Aspek administrative, meliputi ruang Wilayah Nasional, Wilayah Propinsi dan Wilayah Kabupaten.

Rencana Tata Ruang sebagai acuan dalam pembangunan wilayah adalah pembangunan yang dilandasi oleh pengwilayahan fakta. Wilayah fakta inilah yang mencerminkan persamaan-persamaan ataupun perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat, yang selanjutnya akan mencerminkan kebutuhan-kebutuhan anggota masyarakat.

Rencana Tata Ruang Wilayah pada dasarnya merupakan suatu alat bantu yang disusun dengan perspektif menuju ke keadaan masa depan yang diharapkan. Perencanaan RTRW bertitik tolak dari data dan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan metode penyusunan. Lingkup data yang digunakan mencakup data dan informasi fisik alami, social budaya dan hubungan ketergantungan wilayah perencanaan dengan wilayah lainnya. Kegiatan berencana pada umumnya dan pembangunan berencana pada khususnya adalah suatu kegiatan berangkai, atau suatu proses yang meliputi aspek Kebijakan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian (Plan, Planing,Implementation,Monitor). Kebijakan pembangunan dapat dirumuskan dengan baik jika ditopang oleh fakta-fakta yang baik dan sejalan dengan sasaran atau tujuan yang akan dicapai. Pengwilayahan adalah usaha untuk menyajikan fakta keruangan (spatial) se-efektif mungkin


(19)

dengan tujuan supaya penetapan kebijaksanaan pembangunan bisa lebih cermat.

Kegiatan perencanaan terdiri dari usaha untuk menetapkan prioritas proyek, sebagai kelanjutan usaha penjabaran kebijaksanaan pembangunan ke dalam pelbagai proyek, kemudian menetapkan proyek-proyek penunjangnya, dananya, jangka waktu pelaksanaannnya, memikirkan kemungkinan dampaknya, kebutuhan personalianya dan akhirnya kebutuhan tanahnya (ruang).

Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi tata ruang kota Bandungsemakin hari semakin tidak jelas dan menjurus kepada hilangnya ruang-ruang publik. Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota telah mengabaikan hak-hak publik dan lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan lingkungan yang ada saat ini tidak memiliki dukungan sosial, dan ekologi. Tentu saja dampak yang dirasakan adalah kesemrawutan yang akan berakibat pada timbulnya persoalan sosial.

Perubahan pemanfaatan ruang dapat mengacu pada 2 hal yang berbeda, yaitu pemanfaatan ruang sebelumnya, atau rencana tata ruang. Perubahan yang mengacu pada pemanfaatan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya, sedangkan perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah “pemanfaatan baru atas tanah (lahan) yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disahkan.

Maksud dari KKL ini adalah untuk mengetahui manajemen sumber daya aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam KKL ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui pengorganisasian aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung.


(20)

3. Untuk mengetahui penstafan aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pengendalian aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mencoba menulis dengan mengajukan judul sebagai berikut:

“Manajemen Sumber Daya Aparatur Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung (Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Rencana Kota (KRK))”.

1.2 Kegunaan KKL

Pelaksanaan KKL ini dilakukan dengan kegunaan, sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

Laporan ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Manajemen Sumber Daya Aparatur Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pembuatan surat Keteranga Rencana (KRK).

2. Secara Teoritis

Secara teoritis, laporan ini untuk mengembangkan teori-teori yang penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam usulan laporan ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat. 3. Secara Praktis

Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan Manajemen Sumber Daya Aparatur Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung mengenai pemberian pembuatan surat Keteranga Rencana (KRK).


(21)

1.3 Metode KKL

Metode KKL yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisa data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yang nyata di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Laporan ini menggunakan metode deskriptif, karena laporan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang manajemen sumber daya aparatur dalam pemberian surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, serta mendeskripsikan sejumlah konsep yang berkenaan dengan masalah pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) tersebut. Berdasarkan metode tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penulisan kualitatif merupakan pendekatan yang mempelajari dari tingkah laku manusia khususnya aparatur Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK). Pemahaman terhadap aparatur mengenai tingkah laku manusia, penulis harus dapat mamahami proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang aparatur.

1.3.1 Tehnik Pengumpulan Data 1.3.1.1 Studi Pustaka

Kegiatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Menggunakan studi pustaka ini, penulis dapat memperoleh informasi tentang teknik-teknik laporan yang diharapkan dari buku-buku, makalah, dan intrnet sehingga pekerjaan penulis tidak merupakan duplikasi dengan mencantumkan semua sumber yang digunaka tersebut dan tidak asal-asalan dalam pembuatan penelitian ini.

1.3.1.2 Studi Lapangan

Peninjauan yang dilakukan langsung pada Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung yang menjadi objek penulisan laporan dengan


(22)

tujuan yakni, mencari bahan-bahan sebenarnya, bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu penulis juga melakukan suatu laporan dengan cara Observasi Penulis laporan tentang manajemen sumber daya aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pengumpulan data dengan penulis ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang aparatur lakukan. Sehingga saya sebagai penulis dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan.

1.3.2 Teknik Analisis Data

Analisa data dalam laporan ini menggunakan metode kualitatif, langkah-langkah penulisan metode kualitatif yaitu;

1) Tahapan persiapan/pra-lapangan, 2) Tahapan pekerjaan lapangan, dan 3) Tahapan analisis data.

Hal ini sejalan dengan laporan mengumpulkan data yang lengkap atau yang dibutuhkan dan kemudian dapat dianalisa oleh penulis yang menekankan pada Manajemen Sumber Daya Aparatur Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam surat Keterangan Rencana Kota (KRK).

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL

Lokasi yang diambil sebagai tempat KKL di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, Alamat: Jl. Cianjur No. 34 Bandung. Telepon: (022) 7217451. E-mail: distarcip@bandung.go.id

1.4.1 Gambaran Umum Tempat KKL

1.4.1.1 Sejarah Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota Bandung

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung berawal dari pemecahan satu seksi yang berada dalam organisasi Dinas Pekerjaan Umum (PU). Pada kondisi awal yaitu tahun 1964-1965, dalam organisasi


(23)

Dinas PU terdapat beberapa seksi yaitu seksi perencanaan gambar, seksi jalan dan jembatan, serta seksi alat berat

Untuk meningkatkan pelayanan, seksi perencanaan memisahkan diri dari Dinas PU dan membentuk Badan baru dengan nama Dinas Perencanaan Pembangunan Kota (DPPK). Istilah pembangunan kota di sini pada fisik saja, karena itu maka pada tahun 1970-an DPPK berganti nama menjadi Biro Planologi Kota.

Pada tahap berikutnya, struktur organisasi PEMDA Kota Bandung mengalami perubahan yang berupa pengelompokan-pengelompokan organisasi. Salah satu organisasi tersebut adalah EKBANGPAL (Ekonomi, Pembangunan dan Peralatan) Biro Planologi berada di bawah organisasi ini. Namun hal ini tidak berlangsung lama, pada tahun 1974 EKBANGPAL berubah menjadi Dinas Tata Kota dengan Surat Keputusan Walikota Bandung tahun 1974 dan Perda No. 12 tahun 1974. Selanjutnya pada tahun 2007 berubah menjadi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dengan surat Keputusan Walikota Bandung dan dengan perda N0. 13 tahun 2007.

1.4.2 Visi dan Misi Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota Bandung 1.4.2.1 Visi Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota Bandung Visi Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota Bandung 2009-2013 adalah “Memantapkan Ruang Kota Yang Bermartabat”.

Visi tersebut mengandung makna bahwa: pertama, ruang kota harus dapat berkontribusi terhadap terwujudnya kondisi lingkungan yang bersih, aman, tertib, stabil, dinamis, sehat, indah dan hijau. kedua, ruang kota harus dapat berkontribusi terhadap peningkatan sarana hunian yang layak serta didukung dengan peningkatan kegiatan ekonomi kota dan ketiga, tata ruang kota harus dapat ditaati oleh seluruh komponen kota.

1.4.2.2 Misi Dinas Tata Runag dan Cipta Karya Kota Bandung Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(24)

a. Misi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur yang didukung dengan fasilitas kerja yang memadai.

b. Misi meningkatkan kualitas penataan ruang kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

c. Misi meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan kawasan pemukiman yang didukung dengan keberadaan prasarana dan sarana yang memadai.

Tabel 1.1 Jadwal KKL

Dalam menyusun laporan KKL ini penulis melaksanakan selama 8 bulan mulai dari observasi lokasi KKL sampai seminar KKL seperti pada tabel berikut :

Waktu Kegiatan

Tahun 2012

Mei Jun Jul Ags Sep okt Nov Des Pengajuan Judul KKL

Penyusunan Usulan KKL Pengajuan surat ke tempat KKL

Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan KKL Pengumpulan Laporan KKL


(25)

11

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Sumber Daya Aparatur 2.1.1 Manajemen

2.1.1.1 Definisi Manajemen

Manajemen merupakan unsur utama dalam sebuah organisasi. Organisasi bisa dikatakan berhasil, apabila sudah mengatur anggota-anggotanya untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Menurut Andrew F. Sikula manajemen adalah:

“Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating and decision making activities performade by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product to service. (Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien (Hasibuan,1996:2).

Berdasarkan definisi di atas, manajemen merupakan kegiatan untuk mengatur suatu perencanaan supaya tujuan organisasi tercapai dengan baik. Dalam melakukan kegiatan manajemen, terdiri dari adanya proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, penempatan, dan motivasi. Sehingga tercipta koordinasi yang baik sesama anggota yang melaksanakan organisasi tersebut.

Sejalan dengan definisi di atas, menurut G.R Terry manajemen adalah:

Management is a distinc proses consisting of planning, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources. (Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (Terry ,1996:2).


(26)

Berdasarkan definsi di atas, manajemen merupakan suatu kegiatan untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi. Peranan manajemen dalam organiasi merupakan mengatur tingkah laku anggota-anggotanya untuk melaksanakan kegiatan yang telah diperintahkan. Dalam bidang pemerintahan kepala dinas memliki kewenangan mengatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan aparatur dalam suatu organisasi.

Sejalan dengan definisi-definisi di atas, menurut Harol Koontz and Cyril O’Donnel manajemen adalah:

“Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plens, organizes, staffs, direct and control the activities other people. (Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian) (Hasibuan,1996:3).

Pendapat tersebut di atas, mengemukakan bahwa manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam organisasi. Kegiatan-kegiatan yang diperintahkan oleh manajer kepada anggotannya untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Di bidang pemerintahan manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang kepala dinas dalam mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas aparatur untuk mencapai tujuan organisasi.

Sejalan dengan definisi di atas, Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah mengemukakan, bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Ernie dan Saefullah, 2006:6).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa manajemen merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan kegiatan untuk mengatur anggotanya supaya mau melakukan kegiatan yang dibebankan kepadanya.


(27)

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Manajemen

Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari :

1. Pembagian kerja (Division of work)

2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) 3. Disiplin (Discipline)

4. Kesatuan perintah (Unity of command) 5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri 7. Penggajian pegawai

8. Pemusatan (Centralization) 9. Hirarki (tingkatan)

10. Ketertiban (Order) 11. Keadilan dan kejujuran 12. Stabilitas kondisi karyawan 13. Prakarsa (Inisiative)

14. Semangat kesatuan, semangat korps

Berdasarkan definsi di atas, Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.

Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.

Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan


(28)

lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yg memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yg suka memaksa dengan cara-cara yg kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena padad dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam sesuatu pekerjaan dpt terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak ukt mewujudkan sesuatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yg datang dari karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah ukt menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dgn pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya 2 perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh


(29)

karena itu, perlu alur yg jelas dari mana karyawan mendapat wewenang ukt pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam sesuatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pd dasarnya tdk ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam sesuatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan sesuatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewemang terbesar adalah manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.

Dengan adanya prinsip orang yang tepat ditempat yang tepat (the right man in the right place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci


(30)

bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.

Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dpt dijalankan dgn baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepad serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.

Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan sesuatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dpt tercapai dengan baik.

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam sesuatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority).


(31)

2.1.1.3 Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen yang berarti adalah segenap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai kegiatan yang telah ditetapkan dengan cara yang diatur sedemikian rupa dan sistematis sehingga tujuan dapat tercapai secara tertib, efektif dan efesien. Menurut Dessler dalam bukunya Manajemen personalia, bahwa fungsi manajemen ada 4, yaitu :

1. Perencanaan. 2. Pengorganisasian. 3. Penstafan.

4. Pengendalian. (Dessler, 1997: 2)

Berdasarkan fungsi manajemen diatas, perencanaan merupakan dasar fundamental manajeman yang terlebih dahulu dibuat dan direncanakan untuk masa akan datang, agar resiko yang ditanggung relatif kecil. Pengorganisasian merupakan suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Penstafan merupakan adalah suatu proses memutuskan tipe atau jenis orang yang akan dipekerjakan, merekrut calon karyawan, mengevaluasi kinerja, menyuluh karyawan, melatih dan mengembangkat karyawan. Pemimpinan merupakan proses cara membuat orang lain menyelesaikan pekerjaan, mempertahankan semangat kerja, dan memotivasi bawahan. Pengendalian merupakan proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Adapun Fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Manajemen sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planing)

2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Penggerakan (Actuating) 4. Pengawasan (Controlling) (Terry, 2008: 77-78)

Berdasarkan fungsi manajemen diatas, Perencanaan adalah proses tentang mengambil keputusan mengenai keinginan yang berisi pedoman


(32)

pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan organisasi. Pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas berdasarkan yang diperlukan organisasi untuk mencapai tujuan. Penggerakan adalah proses menggerakan setiap bawahan agar menjalankan sesuatu kegiatan yanga akan menjadi tujuan bersama. Pengawasan adalah proses mengamatiberbagai macam pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Adapunfungsi manajemen menurut Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

3. Pengarahan (Actuating)

Pengarahan adalah suatu proses mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai suatu tujuan.

4. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Pengadaan (procurement)

Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

6. Pengembangan (development)

Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoretis,

konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. 7. Kompensasi (compensation)

Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.


(33)

Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan (maintenance)

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

10. Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.

11. Pemberhentian (separation)

Pemberhentian adalah putusnya hubungan seseorang dari suatu perusahaan.

(Hasibuan, 1996:95).

Berdasarkan pendapat diatas, fungsi manajemen tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk merumuskan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Muh. Ilham, Perencanaan adalah menetapkan tujuan dan standar; mengembangkan standar dan prosedur; mengembangkan rencana dan peramalan-peramaln atau memproyeksi beberapa peristiwa dimasa yang akan datang (Ilham, 2008:05).

Menurut Dharma Setyawan Salam, perencanaan adalah usaha membuat suatu pilihan tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin dapat tersedia dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Salam, 2004:14).

Hal ini sejalan dengan pendapatnya Melayu S.P. Hasibuan bahwa :

“Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan” (Hasibuan, 1995:95).

Berdasarkan penjelasan diatas, perencanaan adalah usaha untuk melakukan tindakan/pekerjaan dalam rangka mencapai hasil yang diinginkan pada masa akan datang.

Dalam menentukan sebuah rencana ada jenis-jenis rencana yang harus diperhatikan dalam menentukan sebuah rencana, jenis rencana tersebut menentukan sebuah rencana itu bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berjalan. Dalam hal ini ada beberapa jenis-jenis


(34)

rencana menurut Dharma Setyawan Salam dalam bukunya Manajemen Pemerintahan Indonesia.

Jenis-jenis rencana itu ialah:

1. Kebijakan adalah pernyataan atau pengertian umum yang memberikan bimbingan berfikir dalam menentukan keputusan. 2. Anggaran adalah suatu ihtiar dari hasil yang diharapkan dan

pengeluaran yang disediakan untuk mencapai hasil tersebut dinyatakan dalam kesatuan uang.

3. Prosedur adalah suatu rangkaian tugas yang mewujudkan urutan waktu dan rangkaian yang harus dilaksanakan.

(Salam, 2004:15).

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa dalam perencanaan itu harus ada kebijakan untuk melaksanakan program yang akan dilaksanakan dan menentukan atau merinci anggaran yang akan dipergunakan serta menyusun prosedur atau rangkaian tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Bertolak ukur dari pendapat diatas, bahwa fungsi perencanaan ini mencakup juga penetapan alat yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Hasil yang diharapkan dari fungsi ini adalah kesepakatan tentang sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh anggota organisasi secara proposional dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Ada beberapa keuntungan dalam perencanaan yaitu :

1. Dengan adanya perencanaan tujuan jelas, obyektif dan rasional. 2. Perencanaan menyebabkan semua aktivitas terarah, teratur dan

ekonomis.

3. Perencanaan akan meningkatkan pendayagunaan semua fasilitas yang dimiliki.

4. Perencanaan menyebakan semua aktivitas teratur dan bermanfaat.

5. Perencanaan dapat memperkecil resiko.

6. Perencanaan memberikan landasan untuk pengendalian. 7. Perencanaan merangsang prestasi kerja.

8. Perencanaan memberikan gambaran mengenai seluruh pekerjaan dengan jelas dan lengkap.

(Hasibuan, 1995:111).

Berdasarkan penjelasan diatas, Keuntungan dalam perencanaan mempunyai tujuan yang jelas dan terarah dalam merumuskan sesuatu


(35)

pekerjaaan yang akan dilaksanakan sehingga hasil yang di inginkan sesuai dengan tujuan yang di rencanakan serta dapat memperkecil resiko munculnya masalah.

Ada beberapa syarat perencanaan yang baik adalah : 1. Merumuskan dahulu masalah yang akan direncanakan.

2. Perencanaan harus didasarkan pada informasih, data dan fakta. 3. Menetapkan beberapa alternatif.

4. Putuskanlah suatu keputusan yang menjadi rencana. (Hasibuan, 1995: 112).

Berdasarkan pendapat diatas, Perencanaan yang dilaksanakan dengan baik, maka akan dihasilkan suatu rencana yang baik dengan memperhatikan syarat-syarat perencanaan yang berdasarkan kesepakatan bersama.

Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan fungsi perencanaan, karena pengorganisasian pun harus direncanakan. Pengertian Pengorganisasian dan organisasi berbeda. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan hal yang statis yang menggambarkan pola-pola, skema, bagan dan menunjukan garis-garis perintah serta hubungan-hubungan yang ada. Organisasi hanya merupakan alat, dan wadah tempat seorang pemimpin melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hubungan Pengorganisasian dengan organisasi adalah hasil dari pengorganisasian yaitu apabila organisasi baik, maka organisasi pun akan baik dan tujuan pun relatif mudah dicapai.

Organisasi ini terdiri dari dua bagian dasar yaitu : 1. Bagian-bagian/departemen/devisi.

2. Hubungan-hubungan, yakni hubungan antar manusia, antar departemen yang harus ditetapkan dengan jelas dan tegas.

(Hasibuan, 1995: 121).

Berdasarkan penjelasan diatas, Pengorganisasian adalah suatu penetapan hubungan-hubungan antar manusia dalam suatu departemen atau perusahaan, ini merupakan salah satu syarat tercapainya kerja sama (Team work) antara pegawai. Pengorganisasian menurut para ahli sebagai berikut :


(36)

“Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan memerlukan aktifitas tersebut” (Hasibuan, 1995:123).

Berdasarkan pendapat diatas, pengorganisasian adalah kelompok orang yang bekerja sama, dengan adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan, serta adanya pendelegasian wewenang.

Menurut pendapat salam dalam bukunya Manajemen Pemerintahan Indonesia bahwa pengorganisasian yaitu:

Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai kegiatan, penempatan orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan-kegiatan dari penyediaan fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan hubungan wewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan yang diharapkan (Salam, 2004:19).

Berdasarkan pendapat di atas, maka fungsi pengorganisasian ini meliputi semua kegiatan manajemen yang diwujudkan dalam struktur tugas dan wewenang.Pengorganisasian mengatur kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh unit-unit organisasi seperti pendelegasian wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, hubungan informasi vertikal dan horizontal, dalam suatu koordinasi yang efektif dan efesien.

Ada beberapa tahap dalam proses pengorganisasian yaitu:

1. Penentuan kegiatan adalah seorang pimpinan harus mengetahui dan merumuskan kegiatan yang diperlukan serta menyusun daftar kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Pengelompokan kegiatan harus mengelompokan kegiatan atas dasar tujuan yang sama, hal ini berdasarkan atas dasar proses atau peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan. 3. Pendelegasian wewenang adalah seorang pemimpin harus

menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada bawahan.

(Salam, 2004:19).

Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan fungsi penstafan, karena penstafan merupakan fungsi untuk menentukan jenis orang yang akan dipekerjakan sesuai dengan kemampuannya. Pengertian menurut Dr.


(37)

Muh. Ilham, M.Si dalam bukunya Manajemen Sumber Daya dan Manajemen sumber daya aparatur Pemerintahan daerah adalah memutuskan tipe atau jenis orang yang akan dipekerjakan; merekrut calon karyawan; mengevaluasi kinerja; menyuluh karyawan; melatih dan mengembangkan karyawan.

Ada beberapa proses dalam fungsi penstafan,yaitu:

1. Memutuskan tipe atau jenis orang yang akan dikerjakan. 2. Merekrut calon karyaawan.

3. Mengevaluasi kinerja.Menyuluh karyawan. 4. Melatih dan mengembangkan karyawan. (Ilham, 2008:05).

Berdasarkan pendapat di atas, maka fungsi penstafan ini meliputi semua kegiatan manajemen yang diwujudkan dalam bentuk menentukan orang yang akan direkrut dan dikerjakan serta mengevaluasi dan menyuluhkan karyawan melalui pengembangan dan pelatihan karyawan sehingga tujuan akhir dari sebuah organisasi dapat tercapai.

Adapun fungsi pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengawasi kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai. Apabila kegiatan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik dalam suatu organisasi, maka harus dikendalikan supaya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut, terarah dan terencana dengan baik.

Beberapa proses pengendalian melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Menentukan standar atau dasar kontrol agar pengawasan yang

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama.

2. Ukuran yang telah ditetapkan harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar penyimpangan dan kesalahan dalam melakukan kegiatan dapat dicegah serta diperbaiki.

(Salam, 2004:21).

Sebuah proses pengendalian, harus ditentukan sebuah standar kontrol pengawasan dimaksudkan dengan adanya standar kontrol diharapkan perencanaan yang telah dibuat dapat diawasi secara terkendali sehingga tujuan akhir dari sebuah perencanaan dapat terwujud secara baik.


(38)

Proses pengendalian pun harus adanya ukuran yang telah ditetapkan, artinya setiap perencanaan yang dibuat harus memiliki sebuah target, hal ini dimaksudkan agar perencanaan yang dibuat memenuhi apa yang menjadi target sebuah organisasi.

Tahap terakhir dari sebuah pengendalian adalah melakukan perbaikan, hal ini diperuntukan agar adanya evaluasi dari sebuah perencanaan agar hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam sebuah perencanaan dapat diatasi dalam proses perencanaan yang akan datang sehingga hal-hal yang terjadi dalam perencanaan yang telah berlalu tidak terulang pada perencanaan dikemudian hari.

Dengan adanya pengendalian diharapkan agar pemanfaatan semua unsur manajemen efektif dan efesien. Dalam bidang pemerintahan pengendalian merupakan tahap terakhir yang dilakukan seorang kepala dinas dalam mengendalikan aparatur-apartur pemerintahan agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

2.1.2 Aparatur

Setiap aparatur pemerintahan dalam menjalankan tugasnya, harus selalu dilandasi dengan tanggung jawab, dalam melakukan tugasnya agar dapat menciptakan kualitas kerja yang optimal dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Aparatur adalah orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan. Aparatur memiliki peranan strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Peranan aparatur tersebut sesuai dengan tuntutan zaman terutama untuk menjawab tantangan masa depan. Aparatur yang berkualitas adalah aparatur yang memiliki kecakapan dan kemampuan, yang sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan tersebut. Kemampuan untuk melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Hal lainnya adalah mampu memelihara dan mengembangkan kecakapan dan kemampuannya secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas pimpinan pada


(39)

setiap organisasi pemerintahan untuk memelihara dan membina semua aparatur agar dapat lebih berkualitas dalam rangka pencapaian tujuan.

2.1.3 Sumber Daya Aparatur

2.1.3.1 Pengertian Sumber Daya Aparatur

Sumber daya aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu, sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam melakukan pekerjaan.

Sumber daya aparatur menurut Badudu dan Sutan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah terdiri dari kata sumber yaitu, tempat asal dari mana sesuatu datang, daya yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan, sedangkan aparatur yaitu pegawai yang bekerja di pemerintahan. Jadi, sumber daya aparatur adalah kemampuan yang dimilki oleh pegawai untuk melakukan sesuatu (Badudu dan Sutan, 1996:1372).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa sumber adaya aparatur merupakan sesuatu yang dimiliki seorang pegawai yang berkemampuan untuk melakukan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya. Sumber daya aparatur merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja suatu pemerintahan. Untuk itu sumber daya aparatur perlu dikelola melalui pemberian pendidikan dan latihan yang diterapkan oleh pemerintah, untuk mengembangkan sumber daya aparatur. Sehingga kinerja suatu pemerintah khususnya di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Daerah dapat mewujudkan profesional pegawai. Sehingga kinerja para aparatur tersebut berdasarkan jabatan dan pekerjaan yang dibebankan kepada aparatur tersebut dapat berjalan dengan baik.

Berkaitan dengan sumber daya aparatur di atas, untuk mewujudkan profesional pegawai. Menurut Jhon M. Echols dan Hassan Shadily dalam Kamus Inggris Indonesia, bahwa profesional adalah seorang tenaga ahli,


(40)

pekerjaan yang sesuai di bidangnya, dan berdasarkan jabatan (Echols dan Hassan, 1996:449).

Berdasarkan penadapat di atas, bahwa profesional merupakan kinerja seseorang sesuai dengan jabatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang diberikan kepada orang tersebut harus dipertanggungjawabkan, karena merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan serta pekerjaan yang diberikan kepadanya tidak boleh ditinggalkan sebelum pekerjaan itu selesai.

2.1.4 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan setiap kegiatan, baik bersifat teknis maupun operatif. Manusia sangat berperan penting dalam sebuah organisasi, karena organisasi tidak akan berjalan kalau tidak ada angotanya. Dalam sebuah organisasi yang telah berjalan, perlu adanya anggota-anggota yang diatur untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.

Berkaitan faktor manusia di atas, Menurut Wayne F. Cascio dan Elias M. Awad, manajemen sumber daya manusia adalah:

“Human resources management is the attraction, selection,retention, development and utilization of human resources in order to achive both individual and organizational objectives”. (Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, penerimaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan baik individu maupun organisasi). (Bambang, 2002: 10).

Berdasarkan definisi di atas, manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni atau proses memperoleh, memajukan atau mengembangkan, dan memelihara tenaga kerja yang kompeten sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien dan ada kepuasan pada diri pribadi. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.


(41)

Manajemen sumber daya manusia dalam bukunya Gary Dessler yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah keadilan. (Gary, 2004:2).

Pendapat di atas mengemukakan, bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan untuk mengatur pegawai agar mau melakukan tugas-tugas yang telah diberikan oleh pimpinannya. Manajer yang telah memberikan tugas kepada pegawainya pun tidak lupa memperhatikan kesehatan dan keselamatan para pegawainya.

Menurut Suwatno, manajemen sumber daya manusia adalah proses kegiatan mengatur relasi sumber daya manusia dalam organisasi secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan organisasi, individu, dan masyarakat. (Suwatno, 2001:5) Pendapat tersebut di atas mengemukakan manajemen sumber daya merupakan suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi suatu lembaga. Unsur manajemen sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja atau pegawai pada suatu lembaga. Dengan demikian fokus yang dipelajari manajemen sumber daya manusia ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja.

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya organisasi. Tujuan tersebut tidak mungkin terwujud, tanpa peran aktif pegawai, bagaimanapun canggihnya alat-alat yang dimilki suatu lembaga tersebut. Alat-alat canggih yang dimiliki suatu lembaga tidak ada manfaatnya bagi suatu lembaga, jika peran aktif pegawai tidak diikutsertakan.

2.2 Tata Ruang Kota

Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya Land use adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang


(42)

dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut:

1. Perumahan dan permukiman 2. Perdagangan dan jasa 3. Industri

4. Pendidikan

5. Perkantoran dan jasa 6. Terminal

7. Wisata dan taman rekreasi 8. Pertanian dan perkebunan 9. Tempat pemakaman umum 10. Tempat pembuangan sampah

Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkoaan yang tidak diikuti adalah kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.


(43)

Menurut Erna Witoelar (2001:34) kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan komparatif di suatu wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan tertinggal.

Menurut Slamet Darwani (2005:87), tata ruang kota dan wilayah itu adalah menentukan, merencanakan, dan memastikan bagaimana penggunaan ruang secara proporsional sehingga area yang ada di Jakarta dapat memenuhi aspek kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup pada kawasan kota tersebut ketiga aspek tesebut sangat penting bagi keamanan, kesejahteraan, dan kemajuan pada masyarakat yang tinggal pada kawasan tersebut.

Menurut Nurkholis Hidayat (2003:94), tata ruang kota dan wilayah itu adalah suatu usaha pemegang kebijakan untuk menentukan visi ataupun arah dari kota yang menjadi tanggung jawab pemegang kekuasaan di wilayah tersebut.

Menurut Abidin Kusno, tata ruang tidak hanya berupa tampak fisik dari lingkungan saja tapi juga mempengaruhi pengakuan identitas. Baik individual atau kolektif. Ruang dengan kapasitas tersebut bisa menghapuskan identitas individu ataupun komunitas bahkan populasi sekalipun, melalui (sains, tekhnologi, dan ekonomi) ilmu pengetahuan, politik etik dan simbol-simbol ritual yang dibuat oleh aparat-aparat kekuasaan. Tujuan penyusunan rencana tata ruang adalah:

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan berlandaskan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;

2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budi daya;

3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk

a. mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera;


(44)

b. mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;

c. meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d. mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan (contoh yang paling sering kita alami adalah banjir, erosi dan sedi mentasi);

e. mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan

2.3 Surat Keterangan Rencana Kota (KRK)

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 tahun 2011 tanggal 26 Agustus 2011 tentang Penyelenggaraan, Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Dan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Pasal 36 yaitu tentang persyaratan permohoan KRK adalah sebagai berikut :

a. Foto Kopi KTP Bagi Pemohon Perorangan;

b. Foto Kopi Akta Pendirian Badan Bagi Pemohon Yang Berbentuk Badan;

c. Foto Kopi Register Badan Hukum Yang Telah Dilegalisasi Oleh Pejabat Departemen Hukum Dan Ham Yang Berwenang Bagi Pemohon Yang Berbadan Hukum;

d. Foto Kopi Bukti Kepemilikan Tanah Dan/Atau Surat Tanah Yang Yang Dilegalisasi Oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dan/Atau Pejabat Yang Berwenang;

e. Denah Lokasi Lahan/Tanah;

f. Surat Keterangan Persetujuan Pemakaian Tanah Dari Pemilik Untuk Lahan/Tanah Yang Bukan Milik Pemohon;

g. Surat Kuasa (Bagi Pengurusan Yang Dikuasakan) Beserta Foto Kopi KTP Penerima Kuasa;


(45)

h. PBB Lunas Terakhir

i. Gambar Rencana Tapak (Site Plan) Untuk Luas Lahan/Tanah Lebih Dari 1.000 m2 (Seribu Meter Persegi).

Masa berlaku Keterangan Rencana Kota (KRK) selama satu tahun, bila ditindaklanjuti dengan IMB maka jangka waktu sepanjang tidak ada perubahan peruntukkan. Jangka waktu proses pembuatan Keterangan Rencana Kota (KRK) Maksimal 12 hari terhitung setelah persyaratan teknis dari Dinas Teknis Terkait dipenuhi dan tanpa biaya. Kendala yang dihadapi yang mengakibatkan tertundanya proses penerbitan IMB adalah berupa kendala teknis, dan belum memenuhi aturan diatas.

Langkah pertama adalah kita mengajukan permohonan pengukuran ke DTR CK Bidang Perencanaan Bagian Pengukuran. Dimana mereka akan menerjunkan petugas surveyor guna mengukur luas fisik existing lahan yang kita miliki di lapangan, dicocokkan dengan data luasan sertipikat. Output dari tahapan ini adalah berupa Resi Pengukuran yang menyebut soal data luasan hasil ukur dan juga data ketinggian DPL (dari permukaan laut). Waktunya lebih kurang 2 minggu.

Dengan bekal Resi Pengukuran, selanjutnya kita mengajukan penerbitan REKPER (Rekayasa Perencanaan) atau dikenal juga sebagai KRK (Keterangan Rencana Kota). Lampiran terpenting di tahapan ini tentu saja rencana siteplan yang sudah kita buat. Karena outputnya sebenarnya berupa pengesahan siteplan.

Pada saat ajukan RekPer akan diverifikasi apakah lahan bersisian dengan; Sungai, Jalan Raya kelas negara, atau Rel KA. Jika kena maka butuh ADVIS TEKNIS dari masing-masing instansi terkait. Misal; Dinas Bina Marga, Dinas Sumber Daya Air, PT KAI, DLLAJR. Advis Teknis mesti diurus dahulu sebelum permohonan RekPer diproses.

Pengurusan KRK atau Rekper memakan waktu kisaran 2 - 3 minggu, dan nanti outputnya berupa Pengesahan Gambar Site Plan yang dilampiri ketentuan ketentuan teknis seperti; KDB (koefisien dasar bangunan), KLB (koefisien lantai bangunan), KTB (koefisien tinggi basement), KDH (koefisien


(46)

dasar hijau), juga menyebut jumlah massa bangunan yang diijinkan berdasarkan ketentuan tabulasi kavling.

Dalam KRK juga mesti ditampilkan rencana outlet pembuangan air kotor yang mesti terkoneksi ke saluran riol (brandgang). Dan di Kota Bandung, saluran riol ini tak boleh diletakkan di muka kavling atau mepet jalan, tapi justru dibelakang kavling.


(47)

60

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka, penulisi menyusun kesimpulan, sebagai berikut :

1. Perencanaan sumber daya aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, telah berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dengan adanya kegiatan perencanaan kegiatan awal perencanaan adalah pengadaan sarana dan prasarana guna mendukung kerja pegawai serta kegiatan operasional khususnya dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK), kegiatan yang kedua adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sumber daya aparatur dengan mengikut sertakan pegawai dalam khususnya dalam Rencana Kota, ketiga adalah mengalokasikan dana untuk pengembangan aparatur dalam surat Keterangan Rencana Kota (KRK) serta harus dapat mendisiplinkan para pegawai agar pelaksanaan tugas yang dilakukan sesuai dengan rencana.

2. Pengorganisasian sumber daya aparatur dalam Rencana Kota di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung berjalan secara baik hal ini bisa dilihat dari adanya struktur organisasi yang ada di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, aparatur yang bekerja sesuai dengan pengorganisasian. Hal ini menyebabkan pengorganisasian yang dibuat oleh dinas berjalan dengan baik. 3. Penstafan sumber daya aparatur dalam pembuatan surat

Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam hal ini sudah berjalan cukup baik, namun masih banyak permasalahan-permasalahan lain, seperti penempatan-penempatan aparatur yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan setiap aparatur sehingga


(48)

menyulitkan pembinaan dan pengembangan sumber daya aparatur dalam Rencana Kota.

4. Pengendalian manajemen sumber daya aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung sudah berjalan cukup baik. Pengendalian terhadap efektifitas dari pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK). Disamping itu Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung juga yang harus menilai, apakah pihak-pihak tertentu yang menggunakan fasilitas pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) sudah cukup puas dengan pelayanan yang telah diberikan.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:

1. Perencanaan yang harus dilakukan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) meningkatkan perencanaan kegiatan berupa pengadaan sarana dan prasarana, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sumber daya aparatur, mengalokasikan dana untuk pengembangan aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK).

2. Penggorganisasian yang dibuat oleh dinas pendapatan dan pengelolaan daerah hendaklah berdasarkan struktur organisasi yang telah dibuat agar kinerja aparatur bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsi sesuai dengan pengorganisasian. 3. Penstafan yang harus dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta

Karya Kota Bandung, melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dan menempatan setiap aparatur sesuai


(49)

dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan setiap aparatur sehingga dapat berjalan dengan baik.

4. Pengendalian yang harus dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dari Kepala Dinas sangat dibutuhkan agar pengamatan dan pemantauan lebih ditingkatkan, sehingga dalam memberikan pelayana yang memuaskan kepada masyarakat. Dikarenakan pengendalian dilakukan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan atau ketidaksesuaian selama berlangsungnya pelaksanaan pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK).


(50)

33

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 Hasil Kegiatan KKL

Kuliah Kerja Lapangan ini dilakukan sejak tanggal 9 Juli sampai 31 Agustus 2012 yang bertempat di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung Jl. Cianjur No. 34. Di dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan, penulis ditempatkan di Sub. Bagian Umum dan Perlengkapan yang berada di bawah tanggung jawab Kepala Sub. Bagian Umum dan Perlengkapan pada Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.

Selama 17 Hari pelaksanaan KKL, banyak kegiatan yang dilakukan penulis selama di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung yang penulis uraikan sebagai berikut :

Minggu pertama pada Senin, 9 Juli 2012. Hari pertama KKL di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung penulis datang pada pukul 07.30 dan langsung menemui Bapak Umar Mahmudi, S.Sos yang mengurusi penempatan mahasiswa yang KKL di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Tetapi saat penulis datang keruangannya ternyata Bapak Umar belum datang dan penulis pun disuruh untuk menunggu diruang tunggu oleh Bapak Satpan, Penulis bertanya Kepada Bapak Satpam ada apel pagi tidak pak disini? Dan ternyata di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung tidak ada apel pagi. Sambil menunggu Bapak Umar datang penulis melihat-lihat persyaratan-persyaratan pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yang terpampang di dinding ruang tunggu tersebut, sekitar pukul 08.00 sudah banyak masyarakat yang akan membuat surat Keterangan Rencana Kota (KRK). Setelah sekitar pukul 08.30 Bapak Umar telah datang di ruangan Kepegawaian dan penulispun masuk keruangan, Pak Umar melihat buku penempatan yang melakukan KKL, ternyata semua Sub. Bagian yang ada di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung telah terisi penuh oleh yang KKL dan hanya ada satu yang kosong yaitu di Sub. Bagian Umum dan perlengkapan. Penulis pun di tunjukan ruangan yang akan ditempati yaitu


(1)

memerlukan tenaga. Setelah dinyatakan lulus calon karyawan ditempatkan sesuai formasi yang diperuntukkan padanya dengan memperhatikan pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian penempatan yang bersangkutan didasarkan kebutuhan organisasi dan didasarkan pada orang yang benar dan penempatan pegawai yang tepat.

Adapun prinsip pengisian lowongan jabatan adalah menempatkan pegawai yang tepat pada tempat yang tepat atau dengan perkataan lain pegawai yang ditunjuk untuk menduduki sesuatu lowongan jabatan haruslah mempunyai kecakapan dan kemampuan yang diperlukan untuk lowongan jabatan itu dengan memperhatikan faktor mental dan kejujurannya serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh calon pegawai.

3.2.4 Pengendalian Aparatur Dalam Pemberian Surat Keterangan Rencana Kota (KRK) Di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Pengendalian memiliki tujuan utama untuk mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Mekanisme pengendalian/pengawasan secara umum dapat dijelaskan untuk mengukur penyimpangan atau masalah yang dilakukan dalam melaksanakan tugas aparatur oleh kepala dinas dan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pengendalian dilakukan pada saat proses pekerjaan sedang berjalan atau sedang berlangsung pengendalian yang dilakukan setelah pekerjaan selesai.

Secara umum, pengendalian dapat dilakukan dengan langkah untuk mengukur kegiatan atau pekerjaaan yang dilaksanakan oleh aparatur di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pembuatan surat KRK dan membandingkan hasil pengendalian yang dilakukan oleh Kepala


(2)

Dinas dengan hasil pekerjaan serta Melakukan tindakan korektif atau mengkoreksi pekerjaan terhadap penyimpangan yang terjadi.

Lingkungan pengendalian suatu organisasi mencerminkan keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan para anggota dewan pengawas, manajemen, dan pemilik organisasi, sehubungan dengan pentingnya pengendalian dan penekannya pada organisasi. Secara umum, lingkungan pengendalian ini menyediakan pola bagi terciptanya pengendalian dalam sistem operasi dan pencatatan dalam organisasi.

Prosedur pengendalian memuat unsur-unsur organisasi yang tepat pelaksanaan kegiatan pemisahan fungsi sehingga peluang seseorang untuk berbuat salah dan menyembunyikan kesalahan atau kecurangan dalam organisasi normal menjadi minimum, misalnya pemisahan fungsi yang membedakan tanggung jawab untuk mengotorisasi dan menyimpan pada aparatur-aparatur yang berbeda. Dokumen dan catatan dirancang dan digunakan secukupnya untuk menjamin pencatatan kejadian dan transaksi secara tepat, misalnya pemantauan Nomor Urut Formulir dan pengamanan yang cukup terhadap Asset serta catatan itu sendiri. Review yang bebas, termasuk pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dan atas penilaian terhadap jumlah-jumlah yang tercatat, seperti misalnya pengecekan ketelitian penulisan, rekonsiliasi dan pencocokan fisik dengan catatan.

Faktor lingkungan pengendalian termasuk integritas, etika, kompetensi, pandangan, dan filosopi manajemen dan cara manajemen membagi tugas dan wewenang/tanggung jawab serta arahan dan perhatian yang diberikan pimpinan puncak. Setiap entitas dalam melaksanakan aktivitas menghadapi berbagai risiko, baik internal maupun eksternal yang harus diperhitungkan terkait dalam mencapai tujuan sehingga membentuk suatu basis penetapan bagaimana risiko tersebut seharusnya dikelola. Penaksiran risiko mensyaratkan adanya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari


(3)

manajemen untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya tindakan dengan mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi. Di dalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja, dan pengamanan harta serta pemisahan tugas. Informasi yang relevan perlu diidentifikasi, dicatat, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat sehingga memungkinkan pelaksanaan tanggung jawab yang baik oleh anggota organisasi. Sistem Informasi menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan keuangan serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tugas.

Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja Sistem Pengendalian Manajemen pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini diselenggarakan melalui aktivitas pemantauan yang berkesinambungan dan melalui review intern atau melalui kedua-duanya. Kegiatan pengawasan oleh atasan langsung terhadap bawahan kegiatan pelaksanaan pengawasan oleh atasan langsung yaitu penciptaan struktur organisasi, penyusunan kebijaksanaan pelaksanaan, penyusunan rencana kerja, Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan Pembinaan personil serta Prosedur kerja.

Pengendalian pekerjaan pada suatu organisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh pimpinan untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan prosedur atau instruksi yang telah ditetapkan. Pengendalian bertujuan untuk mendidik supaya para aparatur dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang ditentukan, serta untuk mempertebal rasa tanggung jawab terhadap aparatur yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

Perencanaan yang dibuat sebaik mungkin namun di dalam prosesnya bisa juga mengalami suatu kegagalan pada saat penerapan


(4)

sedang berjalan, oleh karena itu apabila tidak adanya pengendalian dari seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin maka rencana tersebut susah terkontrol. Disini peran seorang pimpinan supaya dapat mengatur semuanya agar tugas-tugas berjalan sesuai dengan rencana atau maksud yang telah ditetapkan, maka pimpinan harus dapat melakukan langkah-langkah antisipasi seperti pemeriksaan, inspeksi, tindakan disiplin dan peninjauan kembali, sehingga perencanaan yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik.

Pengendalian merupakan suatu proses untuk mengamati pekerjaan yang telah dilaksanakan, menilainya dan mengkoreksi bila perlu, dengan maksud supaya pelaksanaan dari sebuah pekerjaan dapat sesuai dengan rencana semula. Pengendalian juga diperlukan untuk mengatur dan mencegah kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan atau ketidaksesuaian, maka pimpinan harus segera mengambil langkah-langkah dengan mengadakan penilaian dan mengambil keputusan atau usaha perbaikannya. Sistem pengendalian sumber daya aparatur dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dilakukan langsung oleh kepala Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung. Dengan demikian diharapkan agar seluruh aparatur yang ada dapat bekerjasama di dalam mengawasi jalannya pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) tersebut, sehingga program yang sedang berjalan dapat terkontrol secara baik.

Pengendalian yang dilakukan Kepala Dinas Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung mengenai pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dalam mengelola keuangan daerah dengan melakukan pemeriksaan dari hasil laporan-laporan yang diberikan oleh aparatur. Pengendalian pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yaitu dengan adanya rapim untuk mengevaluasi pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK).


(5)

Aparatur secara langsung diharuskan memberikan laporan pengawasan pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) kepada pimpinan, setelah itu hasil laporannya akan diperiksa oleh pimpinan untuk dikaji ulang. Oleh karena itu tahap-tahap pengendalian yang dilakukan Kepala Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung meliputi penerimaan laporan tentang pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK), pemantauan dan evaluasi.

Tahap pertama yang dilakukan ialah memberikan laporan oleh aparatur kepada pimpinan mengenai pelaporannya yaitu usaha atau kegiatan dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK). Hasil dari laporan tersebut berupa pelaksanaan tentang pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK), apakah didalam penerapannya sudah sesuai dengan yang diharapkan atau sebaliknya tidak sesuai apa yang telah ditetapkan, sehingga berjalannya sistem tersebut dapat selalu dikontrol perkembangannya.

Tahap kedua yang dilakukan ialah pemantauan yaitu usaha atau kegiatan mengamati, mengawasi dan memeriksa secara cermat terhadap kegiatan pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung yang berdasarkan hasil dari kegiatan pelaporan yang memungkinkan terjadi penurunan kualitas. Sehingga di dalam proses pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dapat selalu diamati, diawasi dan diperiksa terus-menerus oleh aparatur yang terlibat secara fokus.

Tahap ketiga yang dilakukan ialah evaluasi terhadap penerapan pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yaitu usaha atau kegiatan untuk menilai kemajuan kegiatan penerapan sistem informasi tersebut dalam proses memberikan informasi mengenai kegiatan pelaporan dan pemantauan. Dengan demikian ketiga tahap tersebut yang telah dilakukan aparatur diharapkan dari pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dalam memberikan informasi kepada kepala dinas,


(6)

pengawasannya dapat di pantau dengan efektif oleh Kepala Dinas maupun aparatur Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung.

Terwujudnya efektivitas pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) di Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung, maka fungsi pengendalian dari Kepala Dinas sangat dibutuhkan agar pengamatan dan pemantauan terhadap sistem tersebut lebih ditingkatkan, pengendalian dilakukan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan atau ketidaksesuaian selama berlangsungnya pelaksanaan pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK).

Dapat dikatakan bahwa pengendalian yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung dalam pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) sudah berjalan cukup baik, walaupun masih banyak kendala-kendala yang terjadi seperti masih kurangnya tingkat kesadaran aparatur dalam menjalankan tugasnya secara objektiv.

Berdasarkan observasi maka, pengendalian terhadap efektifitas dari pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dalam memberikan informasi pengelolaan keuangn daerah ialah kepala Dinas yang membutuhkan fasilitas pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK). Disamping itu Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung juga yang harus menilai, apakah pihak-pihak tertentu yang menggunakan fasilitas pembuatan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) sudah cukup puas dengan pelayanan yang telah diberikan.