Histopatologi dan stadium Karsinoma Nasofaring 2. Anatomi nasofaring

GEJALA NILAI Massa terlihat di nasofarinh 25 Limfadenopati Leher 25 Gejala di hidung seperti epistaksis dan hidung buntu 15 Gejala telinga seperti tinitus dan penurunan pendengaran 15 Sakit Kepala unilateral atau bilateral 5 Gangguan neurologi 5 Eksoftalmus 5 Dikutip dari Chew,2003

2.2.5 Histopatologi dan stadium

WHO menetapkan KNF sebagai kanker yang berasal dari sel skuamous dan dibedakan menjadi 3 tip 1 WHO tipe I: keratinizing squamous cell carcinoma, menunjukkan differensiasi skuamosa dengan adanya jembatan interseluler dan atau keratinisasi di atasnya. 2 WHO tipe II: differentiated non keratinizing carcinoma, sel tumor menunjukkan diferensiasi dengan rangkaian maturasi yang terjadi di dalam sel, terdiri dari sel-sel yang bervariasi mulai dari sel matur sampai anaplastik dan hanya sedikit sekali membuat keratin atau tidak sama sekali. 3 WHO tipe III: Undifferentiated carcinoma, mempunyai gambaran patologi yang sangat heterogen. Sel ganas memiliki inti bulat sampai oval dan vesikuler, batas sel yang tidak jelas, dapat ditemukan sel ganas berbentuk spindle dengan inti hiperkromatik. Tumor tipe 2 dan tipe 3 lebih radiosensitif dan memiliki hubungan yang kuat dengan virus Epstein-Barr Chan dan Felip, 2009. Penentuan stadium dilakukan berdasarkan klasifikasi TNM dalam AJCC American Joint Committee on Cancer tahun 2008 sebagai berikut: Deschler dan Day, 2008 T = Tumor primer Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan T0 : Tidak ditemukan adanya tumor primer Tis : Karsinoma insitu T1 : Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas ke orofaring dan atau kavum nasi tanpa perluasan ke parafaring. T2 : Tumor meluas sampai pada jaringan lunak T2a: Tumor meluas sampai daerah orofaring dan atau rongga hidung tanpa Perluasan ke parafaring T2b: Dengan perluasan ke parafaring T3 : Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak dan atau sinus paranasal. T4 : Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau terlibatnya saraf kranial, hipofaring, orbita atau dengan perluasan ke fossa infratemporal atau ruang mastikator. N = Pembesaran kelenjar getah bening regional Nx : Pembesaran kelenjar getah bening regional tidak dapat ditentukan N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening regional N1 : Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, diatas fossa supraklavikula dan atau unilateral atau bilateral kelenjar getah bening retrofaring dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang. N2 : Metastase kelenjar getah bening bilateral dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas fossa supraklavikula. N3 : Metastasis pada kelenjar getah bening di atas 6 cm dan atau pada supraklavikula N3a: Ukuran kelenjar getah bening 6 cm N3b: Kelenjar getah bening meluas ke fossa supraklavikula M = Metastase jauh Mx : Adanya metastasis jauh tidak dapat ditentukan M0 : Tidak ada metastasis jauh M1 : Terdapat metastasis jauh Stadium klinik Stadium 0 : Tis N0 M0 Stadium I : T1 N0 M0 Stadium IIA : T2a N0 M0 Stadium IIB : T1 N1 M0 T2a N1 M0 T2b N0, N1 M0 Stadium III : T1 N2 M0 T2a, T2b N2 M0 T3 N0, N1, N2 M0 Stadium IVA : T4 N0, N1, N2 M0 Stadium IVB : Semua T N3 M0 Stadium IVC : Semua T semua N M1

2.2.6 Diagnosis