Ukhuwwah dalam perspektif al-Quran

DALAM PERSPEKTIF AL QURÂN

Oleh :
S H O I M U D D I N
NIM : 1060340012459

Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

1432 H/ 2011 M

DALAM PERSPEKTIF AL QURÂN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Syarat Syarat Mencapai Gelar sarjana Tafsir Hadis

Oleh:

S H O I M U D D I N

NIM : 1060340012459

Di bawah Bimbingan :

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, M.A
NIP: 19560821 1996 1 001

Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
1432 H/ 2011 M

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA
DALAM PERSPEKTIF

Skrip yang berjudul

AL QURÂN telah

diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas ushuluddin UIN Syaris Hidayatullah Jakarta

pada Tanggal 14 Maret 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Tafsir Hadis.
Jakarta, 14 Maret 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua

Sekretaris

Drs. Suryadinata, MA
NIP: 1960090 198903 1 005

Drs. Lilik Ummi Kalsum, MA
NIP: 19711003 199903 2 001
Ketua

Penguji I

Penguji II

Dr. M. Edwin Syarif, MA

NIP:10670918 199703 1 001

Drs. Suryadinata, MA
NIP: 19600908 198903 1 005

Pembimbing

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, M.A
NIP: 19560821 1996 1 001

Kata Pengantar

ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0
Puji dan

penulis panjatkan kehadirat swt. Karena berkat, rahmat dan

hidayah7NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademisi (skripsi) ini,
shalawat dan salam senantiasa Allah swt. Curahkan kepada nabi saw, beserta keluarga
dan sahabatnya, dan semoga kita semua mendapat syafaat7nya.

Penyelesaian skripsi ini, sungguh sangat tidak mungkin bila tidak melibatkan
banyak pihak, karena itu karena itu penulisingin menyampaikan rasa terimakasih yang
mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Zainul Kamaluddin F. M.Ag, selaku dekan, dan Prof. Dr. M. Ikhsan
Tanggok, M.Si. selaku pudek, Dan Dr. Bustamin SE, M.Si selaku ketua
jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada para penguji yang
dengan sabar, menguji dan mengkoreksi skripsi ini, yaitu Dr. M. Suryadinata,
M.Ag, sebagai penguji I, Dr. M. Edwin Syarif, MA, sebagai penguji II, dan
Drs. Lilik Ummi Kalsum, MA sebagai sekretasis.
3. Dr. Ahsin Sakho Muhammad, M.A, selaku pembimbing, yang dengan sabar
telah membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini sampai rampung,
dengan kesabaran beliau sungguh sangat berarti bagi kelancaran penulisan
skripsi ini, penulis hanya bisa berdoa “

.

4. Segenap dosen civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah, khususnya Jurusan
Tafsir Hadis, yang dengan


dan tulus mencurahkan dan mentransfer

wawasan serta pengetahuannya selama penulis menempuh studi di kampus
tercinta ini.

5. Segenap Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,
Perpustakaan Ushuluddin dan juga tak lupa kepada seluh staf perpustakaan
Iman Jama Lebak Bulus yang telah memberikan fasilitas sumber rujukan dan
referensi.
6. Ayahanda Sya’roni dan dan Ibunda Chuzaimah yang telah mengasuh,
mendidik dan memberikan dukungan, baik moril ataupun materil selama
penulis menjalani studi sampai penyelesaian skripsi ini, dan juga kepada
kakak penulis: kang Udin beserta keluarga, kang Wahid dan keluarga, kang
Hasanah beserta keluarga, kang Qoriah dan keluarga, dan kang Ihah beserta
calon kakak ipar dan tak lupa kepada adik7adik tersayang penulis yang cantik,
imut Nok Atun dan Nok Jizah,

yang kesemuanya selalu memberikan

semangat kepada penulis selama menempuh studi di kampus ini.

7. dan tak lupa ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada MUIS yang selalu
mendukung, mensuport dan “menemani” penulis baik dalam keadaan suka
ataupun duka selama penulisan ini.
8. Kepada teman7teman saya yang satu nasib satu perjuangan yang tangguh dan
gagah berani di kelas Tafsir Hadis A ataupun B, terutama sahabat saya Rizki
Ediputratama, Muhtar Hafifi, Rahmat Hidayatullah, Tomi Sutrisno, Sulaiman,
Sugeng Sugiarto, Surna, Mujiburrohman, Jenal Muttaqin dan teman7teman
penulis yang telah sukses, Suryadi, Taufik (petong), Su’aib.
9. Dan teman7teman penulis satu kamar yang selalu mendukung dan memberi
semangat dan penuh pengertian yaitu kang Samsul Ma’arif, Muhammad Rizki
dan Rahmat.

Dengan rampung dan selesainya karya tulis ini, Penulis sangat menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan disana7sini dan jauh dari kesempurnaan, baik berkaitan dari
segi penulisan susunan kalimat ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang yang membangun

sangat penulis harapkan, dan semoga tulisan yang sangat

sederhana ini ada manfaatnya bagi nusa, bangsa dan agama, dan lebih khusus bagi

penulis sendiri. Dan denga harapan karya tulis yang sederhana ini dapat dijadikan amal
bagi penulis,

.

Jakarta 15 Maret 2011

PEDOMAN TRANSLITERASI
PEDOMAN TRANSLITERASI1
Konsonan
Huruf Arab

Huruf Latin

tidak dilambangkan

‫ﺍ‬

1


Keterangan

‫ﺏ‬

B

Bep

‫ﺕ‬

T

Te

‫ﺙ‬

Ts

te dan es


‫ﺝ‬

J

Je

‫ﺡ‬

H

h dengan garis bawah

‫ﺥ‬

Kh

ka dan ha

‫ﺩ‬


D

da

‫ﺫ‬

Dz

De dan zet

‫ﺭ‬

R

Er

‫ﺯ‬

Z


Zet

‫ﺱ‬

S

Es

‫ﺵ‬

Sy

es dan ye

‫ﺹ‬

S

es dengan garis bawah

‫ﺽ‬

D

de dengan garis bawah

‫ﻁ‬

T

te dengan garis bawah

‫ﻅ‬

Z

zet dengan garis bawah

‫ﻉ‬



koma terbalik keatas, menghadap ke kanan

Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 7 105

‫ﻍ‬

Gh

ge dan ha

‫ﻑ‬

F

Ef

‫ﻕ‬

Q

Ki

‫ﻙ‬

K

Ka

‫ﻝ‬

L

El

‫ﻡ‬

M

Em

‫ﻥ‬

N

En

‫ﻭ‬

W

We

‫ﻫـ‬

H

Ha

‫ﺀ‬



Apostrof

‫ﻱ‬

Y

Ye

Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah
sebai beeriku:
Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

___َ___

a

___ِ___

i

___ُ___

u

Keterangan

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

‫__َ__ي‬

ai

a dan i

‫__َ__ و‬

au

a dan u

Vokal Panjang (

)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (

), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

Mَ‫ــ‬

â

a dengan topi di atas

P‫ــ‬

î

i dengan topi di atas

R‫ـــ‬

û

u dengan topi di atas

Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh huruf
maupun

Contoh:
(

7

bukan

7

bukan

)
atau

yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda
huruf yang menerima tanda
huruf7huruf


7

!

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika

itu terletak setelah kaata sandang yang diikuti oleh

Misalnya yang secaraa lisan berbunyi
”, melainkan “ 7

!

7

, tidak ditulis

”, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf

!

terdapat pada kata yang

berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di
bawah). Hal yang sama juga berlaku jika
" # $ (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf
benda (

!

tersebut diikuti oleh kata sifat
!

tersebut diikuti oleh kata

), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:
no

Kata Arab

Alih aksara

1

‫ﻃﺮﻳﻘﺔ‬

tarîqah

2

‫ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬

al7jâmî ah al7islâmiyyah

3

‫ﻭﺣﺪﺓ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ‬

wahdat al7wujûd

Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih aksara ini
huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain yang menuliskan
kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan lain7lain. Penting
diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Contoh: Abû Hâmid al7Ghazâli bukan Abû Hamid Al7Ghazâli, al7Kindi bukan Al7Kindi.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….

i

PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………………

iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .……………………………………….....

1

B. Perumusan dan Pembatasan masalah …………………………….

8

C. Tujuan penelitian …………………………………………………

9

D. Tinjauan pustaka …………………………………………………

10

E. Metodologi penelitian ……………………………………………

10

F. Sistematika Penulisan …………………………………………….

11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG %&'%(( '
A. Pengertian %

…………………………………………....

13

B. Teladan %

………………………………………….......

14

C. Hakekat %

………………………………………………

18

…………………………………….

21

D. Faktor penunjang %

E. Upaya Nabi Dalam Menciptakan %

……………………

29

BAB III AYAT AYAT %&'%(( ' DALAM AL QURÂN
A. Lafad7lafad %

dalam al7Qurân …………………………

33

B. Garis besar %

…………………………………………

39

………………………………………………

44

C. Hikmah %

D. Pilar Utama Dalam ber7%

………………………………

49

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………….

55

B. Saran7saran ………………………………………………………..

57

Daftar pustaka
Lampiran7lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Islam, mengandung ajaran untuk menuntun umatnya pada jalan hidup manusia

yang paling sempurna, kepada kebahagiaan, kesejahteraan, ketentraman dan kedamaian,
diketahui bersama dasar7dasar perundang7undangannya didalam ajaran agama Islam
bersumber dari al7Qurân. Al7Qurân adalah sumber utama yang memancarkan ajaran
agama Islam. hukum7hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang
pokok7pokok aqidah, pokok7pokok

, keutamaan akhlaq, pokok7pokok aqidah

keagamaan, perbuatan7purbuatan dan prinsip7prinsip umum hukum perbuatan dapat
dijumpai sumbernya yang asli dalam ayat7ayat al7Qurân.2
Al7Qurân adalah )

Allah swt. yang telah diwahyukan kepada nabi

Muhammad saw. memiliki urgensi ganda dan sangat mutlak kebenarannya, yaitu sebagai
dan

bagi segenap manusia yang beriman di muka bumi ini, manakala

mengharap ridho Allah dan ampunanya7Nya. Al7Qurân merupakan otoritas tertinggi
dalam Islam ia adalah sumber fundamental bagi

,

,

, etika dan

hukum. Secara kuantitatif, persoalan keimanan menempati bagian terbesar dalam al7
Qurân. Persoalan moral datang berikutnya, disusun ritual, dan kemudian aturan7aturan
hukum.3
Al7Qurân juga menegaskan di beberapa tempat ia adalah firman Allah yang maha
agung, yang diwahyukan kepada nabi7Nya dalam bentuk kata7kata yang kita baca dari al7

2

Allamah M.H Thabatthaba’I * + + ,
Muhammad Abdul Halim, *
1 hal. 19

3

,* *

‘(Bandung, Mizan, 1997) cet. IX hal. 21
+
*
(Bandung, Marja, 2010) cet.

Qurân dan untuk membuktikan bahwa ia adalah firman Allah, bukan hasil ciptaan
manusia, dalam beberapa ayat, al7Qurân menantang makhluk7NYA untuk mendatangkan
apapun yang menyamai al7Qurân walaupun satu ayat. Seperti dalam surat Al7Baqoroh [2]
ayat 23 “.

" * ,$

*,

"
,*

+ ,*

* +
4

$
+

*

+

-

"

$

*

menunjukkan bahwa al7Qurân itu berkekuatan

+
+ *
+

#

+

+ *

”. Ini

yang tidak seorangpun sanggup

mendatangkan yang semisal dengan al7Qurân.5
Tujuan yang terpadu dan menyeluruh dalam al7Qurân, bukan hanya mewajibkan
pendekatan religius yang bersifat ritual atau mistik saja, yang dapat menimbulkan
formalitas dan kegersangan dalam beragama, al7Qurân adalah petunjuk7Nya, bila
dipelajari akan membantu menemukan nilai7nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi
penyelesaian berbagai problem hidup.6 dan apabila dihayati dan diamalkan akan
menjadikan pikiran, rasa, dan karsa mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan
bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.
Sesungguhnya sebaik7baiknya ucapan adalah

sebaik7baiknya

petunjuk adalah tuntunan Muhammad saw. Seburuk7buruk perkara adalah sesuatu yang
diada7adakan dalam agama, setiap yang diada7adakan dalam agama adalah
#

4

#

, setiap

adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.7

ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat
ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa Karena ia merupakan mukjizat nabi
Muhammad s.a.w. [penjelasan dalam tafsir digital Quran in word]
5
Lihat juga pada Q.S 11:13, Q.S 17:88 Q.S 10:38 Q.S 4:82
6
Drs. M. Quraish Shihab, Wawasan al7Qurân, Tafsir maudu’I atas pelbagai persoalan umat (Mizan,
Bandung, 1998) Cet. VII hal. 13
7
Shoih Muslim

Rasulullah adalah pemilik

yang utama sebagaimana disebutkan dalam

Firman7Nya dalam al7Qurân

∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7‾ΡÎ)uρ
“Dan Sesungguhnya kamu benar7benar berbudi pekerti yang agung”
Q.S. al7Qolam [68] ayat 4

×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
Q.S. Al7Ahzab [33] Ayat 21

Pengutusan Muhammad (dan nabi7nabi sebelumnya) sebagai seorang nabi dan atau
Rasulallah diutus dimuka bumi, selain mengemban tugas menyampaikan sebuah
mereka juga menjalankan, memeragakan, menjelaskan maksud dan bagaimana
menerapkan dan mengamalkan apa yang disampaikannya. Nabi dan Rasul apabila mereka
dipandang dari dua sisi akan jelas siapa mereka sebenarnya. /*

apabila ditinjau dari

segi fisik mereka adalah manusia biasa dalam segala hal sama seperti kita. Mereka
makan, minum, beristri, berdagang dan membaur dengan umatnya. &*

bila ditinjau

dari segi rohani, mereka adalah orang7orang yang mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi dengan Allah, dan para Malak7Nya.
Diantara Tugas7tugas kerasulan Muhammad diantaranya yaitu (1) Menerangkan
Allah dengan sebenar7benarnya, (2) Menerangkan kebesaran dan keagungan Allah, (3)
Menerangkan bagaimana cara manusia memuliakan dan membesarkannya, (4) Mengatur
dan memelihara penghidupan manusia (seperti Muamalah, Munakakhah, hukum jinayat
dsb), (5) Menyatakan segala jalan yang dapat memperbaiki urusan hidup (dengan
beramal, usaha, bekerja dan melarang bermalas7malas), (6) Juga yang tidak kalah penting

yaitu memerintahkan manusia untuk berakhlaq baik, beradab sempurna. Dari perangai7
perangai itu ada yang faedahnya kembali pada diri mereka sendiri seperti: berlaku benar,
memelihara lidah, tidak berdusta, tidak memelihara barang yang haram, dan adapula yang
bermanfaat untuk umum seperti: bermurah tangan, memberi pertolongan, memberi
makan fakir miskin dan lain sebagainya8.
(Muhammad) adalah suri tauladan dalam aspek kehidupan baik dalam

0

beribadah kepada Allah, maupun dalam bergaul dengan sesama manusia, beliau
aplikasikan dengan orang7orang terdekat seperti dengan Istri, anak, orang tua, saudara,
tetangga dan karib kerabat, hingga kepada manusia yang paling jauh, yaitu kepada kita
yang hidup di zaman ini.
Diantara tauladan yang ditunjukkan oleh Rasulullah adalah melakukan semua
perbuatan dengan memperhatikan adab dan etikanya, seperti mengawali dan mengakhiri
semua rutinitas dengan doa, menggunakan tangan kanan untuk hal7hal yang mulia tangan
kiri untuk hal7hal yang kotor dan buruk, menghormati yang lebih tua dan menyayangi
yang lebih muda.
Tidak heran tentunya mengapa Muhammad sanggup melekukan itu semuanya.
Karena disebutkan dalam sebuah riwayat
*

+

,* *

1

+ *3



**

&
-

+
2

*

*,
0

”, dimana dalam al7Qurân itu sangat banyak yang

bersangkutan dengan akhlaq dan budi pekerti yang baik.
Akhlaq, Adab dan Etika yang yang dicontohkan Rasulullah adalah yang
membedakan antara perbuatan manusia dengan binatang dalam beraktifitas, disamping
itu juga, etika yang diajarkan Islam akan mempererat tali %
8

Muhammad Al7Ghozali,

*

+

, karena etika Islam

(Wicaksana, Semarang 1993) cet. IV hel. 9

sesungguhnya merupakan pengejawantahan akhlaq Islam yang di dalamnya terkandung
unsur saling hormat7menghormati dan saling menyayangi dan saling memelihara hak dan
kewajiban masing7masing. Dan yang tidak kalah pentingnya lagi, bahwa Akhlaq yang
diajarkan Islam akan mengokohkan keimanan seseorang.
Tuntunan al7Qurân tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan saja
(

), akan tetapi al7Qurân juga mengatur hubungan manusia dengan

manusia (

)9 juga, dan tidak sedikit terkadang mengatur hubugan

dan prilaku dengan sesama makhluk tuhan seperti hubungan dengan saudara, tetangga
yang muslim ataupun yang bukan muslim dan prilaku manusia sebagai

di bumi.

Al7Qurân adalah kitab suci yang mencakup seluruh ajaran7ajaran

Allah

menurunkannya, Allah menjamin kebahagian dunia akhirat bagi siapa yang beriman dan
mengamalkannya, dan memberikan ancaman bagi siapa saja yang berpaling darinya dan
tidak mengamalkannya dengan ancaman kesengsaraan di dunia dan di akhirat10.
Setidaknnya dari kesemua isi kandungan yang ada dalam al7Qurân, apabila
dijabarkan satu7persatu tidak akan habis7habisnya. Maka. Dalam karya tulisini

hanya

akan diaplikasikan beberapa dari sekian banyak kandungan dan rahasia dalam al7Qurân
akan kami torehkan dalam karya tulis ini tentang kata ,*
4

atau

. Isi pokok kandungan al7Qurân dari berbagai pendapat setidaknya pendapat

Hasbi ash7shidieqy dan senada dengan pendapat Ibnu Arobi, bahwa inti kandungan al7
Qurân terdiri dari tiga hal pokok, yaitu: Aqidah, hukum dan akhlaq dan dari masing7

9

Akan hina didepan keduanya bila manusia tidak mengikuti keduanya, sebagaimana dalam surah ali7imron
ayat 112 sebutkan
10
Demikian Allah menegaskan, “barang siapa mengikuti petunjukku niscaya tidak akan sesat.” (Q.S.
Thaha[]: 123)

masing kandungan pokok itu masih dapat dibagi lagi dalam beberapa bagian yang lebih
rinci.11
Sedangkan Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya &

4

membagi

ajaran Islam kepada aqidah, syariah dan akhlaq. Aqidah terbagi kepada rukun iman yang
enam, syariah dibagi kepada ibadah dalam arti khusus dan muamalah, ibadah terdiri dari;
thaharoh, shalat, zakat, shaum, dan haji. Muamalah terbagi kepada; hukum perdata dan
hukum publik. hukum perdata mencakup hukum niaga, hukum nikah, hukum waris, dan
lain sebagainya. Hukum publik mencakup; hukum pidana, hukum negara, hukum perang
dan damai (hukum jihad), dan lain sebagainya. Adapun akhlaq terdiri dari akhlaq kepada
kholiq dan makhluk. Akhlaq kepada makhluk terdiri dari akhlaq kepada manusia dan
bukan manusia, akhlaq kepada manusia terdiri dari akhlaq kepada diri sendiri, kepada
tetangga, kepada mansyarakat lain. Akhlaq kepada selain manusia seperti, kepada flora,
fauna dan lain sebagainya12
Sedemikian luas dan luhur al7Qurân diturunkan dan diwahyukan kepada rasul7
Nya, kaitan akan

+

+ yang ada di dalamnya mengatur akan berbagai unsur

dengan sesama makhluk7Nya. kaitannya dengan karya tulis ini, penulis bermaksud untuk
sedikit mengurai tentang

-

dengan hubungan manusia dengan manusia (
sang kholiq (

. Kaitanya kata ini diaplikasikan
) bukan manusia dengan

), kiranya dianggap perlu dan penting untuk dibahas karena

dirasakan oleh penulis dengan realita akhir7akhir ini yang terjadi ditanah tercinta, dan
beberapa belahan bumi Allah yang lainnya, banyak sekali yang memfonis salah sebuah
ibadah seseorang yang lain madzhab, dianggap ahli neraka karena berbeda dalam hal7hal
11

Drs. H. Imam Muchlas MA., * 3 ;
*
* + ,*
Penerbit Pustaka Progresif, 1996) cet. 1 hal.41
12
Dr. Bustanuddin Agus M.A 4
(jakarta: Rajawali Pers, 1993) cet. 1 hal 68

, (Surabaya:

yang bersifat furuiyyah, bahkan lebih parah lagi saling saling menuduh dengan cara
mengkafirkan sesorang yang seiman hanya karena beda partai dan kelompok atau etnis.
Bukan hanya itu saja penulis menganggap penting dalam membahas
dalam

-

ini karena realita sekarang dengan anggapan dan penilaian miring

terhadap Islam dengan pernyataan keras dan keji bahwa Islam adalah agama yang
mengajarkan kekerasan, kriminalisme, intimidasi, individualis, kebencian terhadap
umat/golongan lain, lebih parah bahkan ada segolongan orang yang menjustifikasi
bahwasannya Islam adalah agama yang mengajarkan peperangan, terorisme dan lain
sebagainya.
Ironi memang. Mungkin saat ini sudah waktunya kita kembali kepada al7Qurân
dan as7sunnah, karena didalam dua qonun itu terdapat sebuah sejarah gemilang kuatnya
ajaran tentang

, persaudaraan dan pertemanan. persaudaraan (yang mendekati

kekerabatan) dua golongan yang berbeda suku, berbeda asal usul, berbeda watak, berbeda
prilaku dan berbeda kultur dibukukan kisahnya dalam al7Qurân. yah benar! Kaum
(dari Makkah) dan

(dari madinah). kesuksesan itu dipelopori oleh seorang nabi

yang bernama Muhammad bin Abdillah. Sepertinya sejarah ini dianggap hanya masa lalu
ditelinga, dianggap sebuah hal yang sangat susah dilakukan dan mustahil untuk diulang
kembali di era sekarang ini.
Peristiwa di atas, setidaknya membuat penulis ingin tahu lebih dalam tentang
realisasi pengamalan seorang Muhammad sebagai seorang tauladan dalam menjunjung
persaudaraan pada masanya, dan kesuksesan7kesuksesan apa yang dapat dan diambil
pelajaran atas hikmah yang dapat di amalkan, sebagaimana kewajiban sebagai umat
Islam.

Setidaknya inilah yang menjadi latar belakan penulisan skripsi yang berjudul
%
B.

,

+

4

Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penguraian dan menghindari pengulangan penguraian yang tidak
mengarah pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, kiranya perlu membuat
DALAM

perumusan dan pembatasan masalah dalam skripsi tentang “
PERSPEKTIF AL QURÂN” , ini sebagaimana akan diuraikan di bawah :
1. Pembatasan Masalah

Tidak dapat dipungkiri tentang luasnya ilmu yang ada dalam ajaran Islam, dan telah
disepakati bahwasannya al7Qurân dan hadis adalah dasar utama umat Islam dalam
berpijak, dan berkenaan dengan tema skripsi ini penulis akan menggali dan meng explor
kata dan ayat7ayat yang ada dalam al7Qurân, dan sebagai dalil penguat penulis akan
menggunakan hadis nabi sebagai penunjang,
Berkaitan dengan ukhuwwah ini akan penulis ungkap historis upaya dan amaliyah
nabi dalam merealisasikan persaudaraan ini. dan tentu fokus pembahasan yang akan
diurai hanya akan terfokus pada akhlaq antar sesama manusia saja (
tentang %

1 ) saja, yaitu

4

2. Perumusan Masalah

ôN‰
y Ï tΡ $¨Β 9çtø2r& èπyèö7y™ Íνω÷èt/ .ÏΒ …ç푉ßϑtƒ ãóst7ø9$#uρ ÒΟ≈n=ø%r& >οtyfx© ÏΒ ÇÚö‘F{$# ’Îû $yϑ‾Ρr& öθs9uρ
∩⊄∠∪ ÒΟŠÅ3ym ̓tã ©!$# ¨βÎ) 3 «!$# àM≈yϑÎ=.x
Dan seandainya pohon7pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan

habis7habisnya (dituliskan) kalimat Allah [Ilmu dan hikmahnya]. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Q.S al7Luqman [31]: 27

Penulispun sadar akan kemampuannya. Dalam skripsi ini penulis tidak akan
membahas Aqidah lain secara gamblang kecuali hanya pada %

dalam kaitannya

, dan aspek yang terkandung dalamnya pun tidak panjang lebar

'

(kecuali jika memang diperlukan).
Perubahan zaman dan perubahan masa menuntut manusia di dalamnya untuk berubah
sikap dan berubah dalam beberapa hal, tidak bisa dipungkiri akan hal itu,. Skripsi ini akan
mempertanyakan pertanyaan mendasar dalam hal ini,

C.

1.

Bagaimanakah

dalam perspektif AlQuran dan sunnah?

2.

Bagaimana realita ajaran tersebut di masa sekarang ini?”
Tujuan Penelitian
1. Membantu memberikan pemahaman tentang pemahaman al7Qurân yang baik
dan proporsional melelui beberapa pendekatan
2. Mengetahui sejauhmana al7Qurân dibahas oleh mufassir tentang Ukhuwwah ini
3. Untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan
4. Sebagai sumber informasi tambahan untuk rujukan literatur ke7Islam7an
terutama tentang al7Qurân dari segi historisnya
5. Dalam rangka memenuhi kelulusan dan tugas akhir untum memperoleh gelar
sarjana (S1) Theologi Islam dari Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis di
universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yang paling penting dari semua harapan diatas mudah7mudahan karya tulis yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin dan orang orang yang mau belajar

secara umum

penulis sendiri, sekaligus dengan harapan dapat dijadikan

sebagai catatan ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah bagi penulis.
D.

Tinjauan Pustaka
Adapun kajian tentang Ukhuwwah ini secara umum, penulis memfokuskan

penelitiannya pada al7Quran, al7Hadis dan tafsir7tafsir Al7Qurân sebagai data primernya
dan data skundernya penulis akan menggali dari buku7buku, majalah skripsi dan yag
sudah ada yang membahas senada dengan tema pokok penulis yaitu tentang Konsep
Ukhuwwah

Islamiyah dalam Islam, menurut ibnu katsir

dalam Tafsir al7Quran

al’adzim, (kajian surat al7Hujarot [49] ayat 9712) akan tetapi dalam skripsi tersebut
hanya membahas ikatan yang berdasarkan Islam saja yang di fokuskan pembahasannya
dikhususkan kepada ikatan antara sesama muslis saja Sedangkan dalam skripsi ini
penulis mencoba menggali lebih dalam tentang persaudaraan dengan sesama muslim
ditinjau dari sang revolusioner akhlaq yaitu nabi Muhamma pada masanya lewat hadis
#
E.

dan

.

Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini memusatkan pada pendekatan

kepustakaan (

* * 3 ) karena sumber7sumber datanya berasal dari kepustakaan

seperti al7Qurân sebagai data primer, dan juga dibantu sebagai data skundernya seperti
kitab7kitab tafsir, buku7buku, majalah, artikel, jurnal dan lainnya sebagai penunjang yang
berhubungan dengan masalah dan berkaitan dengan topik dan pembahasan yang
menunjang.
Adapun metode pembahasan yang dugunakan yaitu menggunakan analisa sebagai
penjelas dari ayat7ayat al7Qurân untuk kesempurnaan kajian dalam pembahasan kajian

penelitian ini, dan penulispun menggunakan

#

-

karangan Muhammad Fuad Abdul baqi sebagai pencarian kata

dalam al7Qurân.

Sedangkan tehnik penulisannya berpedoman pada “pedoman penulisan skripsi, tesis
dan desertasi” yang dikeluarkan oleh UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2006/2007.
F.

Sistematika Penulisan
Agar supaya penulisan skripsi ini terlihat efisien dan terarah dalam pembahasannya,

maka penulis akan menguraikannya dalam beberapa bab yang memuat beberapa sub bab
di dalamnya, adapun uraiannya akan terlampir dibawah:
Bab pertama; yaitu meliputi

Latar belakang masalah; dalam bab ini berisikan

tentang pendahuluan, kronologis masalah, dan kemudian abstraksi yang kemudian
menjorok kepada alasan akan pentingnya penyusunan karya tulis ini.

Perumusan dan

Pembatasan masalah; dalam subab ini dijelaskan bagaimana penulis menorehkan secuil
pengetahun metode penulisannya.

Tujuan penelitian; akan dilampirkan urgensi akan

pentingnya pembuatan skripsi ini bagi penulis dalam kepentingannya dalam studi
Tinjauan pustaka

Metodologi penelitian;

Sistematika penulisan.

Bab ke dua: Tinjauan Umum Tentang
subab diantaranya

Pengertian Ukhuwwah,

persaudaraan dari beberapa pakar

; dalam bab ini meliputi beberapa
dalam subab ini dijelaskan tentang

Teladan Ukhuwwah: agar pembahasan dibab

selanjutnya lebih mudah, dalam bab ini dijelaskan ukhuwwah pada masa7masa transisi
(sebelum datangnya nabi sampai setelah Islam tersebbar luas di jazirah arab) sampai
sekarang

Hakekat Ukhuwwah; penyariaatan ukhuwaah didalam agama Islam bukan

tanpa tujuan dan keutamaan maka dalah subab ini akan diterangkan
dari penyariatannya bagi manusia

Faktor penunjang %

ditinjau

; pada subab ini akan

dipaparkan unsur7unsur penunjang tegaknya ukhuwwah
menanamkan %

Upaya Nabi Dalam

; amat sangat penting ukhuwwah sebagai pondasi dalam Islam,

maka. nabi menanamkan tauladan pada umatnya, baik berupa -

ataupun

nya.
Bab ke tiga: Ayat7ayat Ukhuwwah: meliputi beberapa bab; diantaranya;

Lafaz7lafa

dalam al7Qurân; amat sangat penting penggalian data tentang penyariaatan
ukhuwwah dalam al7Qurân agar supaya lebih mapan dalam membahasnya

Garis besar

Ukhuwwah; dari pondasi dalil yang kuat yaitu dalil dari al7Qurân, pendapat para pakar
membagi ukhuwwah menjadi beberapa macam

Hikmah Ukhuwwah; Ukhuwwah dalam

syariat Islam bukan hanya perintah yang terus menerus didengung7dengungkan tanpa
timbal balik yang setimpal bagi pelakunya, Allah memberikan pahala bagi yang
menjalankannya

Pilar Utama Dalam ber7%

; dalam bab ini dipaparkan hal7

hal yang menyangkut terwujud atau tidaknya ukhuwwah
Bab ke empat: Penutup;

Kesimpulan, dari uraian yang telah dipaparkan dari bab I

sampai bab III, pada bab ini penulis berusaha mancari inti dari tema pokok ini
saran: semampu penulis dalam menyarankan guna terealisasinya dalam kehidupan.

Saran7

BAB

II

TINJAUAN UMUM TENTANG UKHUWWAH
A.

Pengertian Ukhuwwah
biasa diartikan sebagai ‘,*

%

akar kata yang pada mulanya berarti ‘ * ,*

’. Dimana kata ini terambil dari
’. Maknia asal ini memberikan

kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian dari semua pihak yang
merasa bersaudara.13
Asal kata %

adalah

, yang artinya dua orang yang bersaudara baik

seayah seibu, salah satu diantara keduanya atau karena susuan. Kata ini juga digunakan
untuk orang7orang yang sama (menyatu) dalam segi ras, agama, karakter, persahabatan,
jalinan cinta dan lain7lain.14
Sedangkan pengertian
*

-

mengatakan bahwa:

Menurut Prof. M. Quraish Shihab, dalam bukunya
+

,*
padamulanya berarti “,*

*

,
**

”. Oleh karenya, persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan,
persamaan dalam sifat juga mengakibatkan persaudaraan. Semakin banyak persamaan
akan semakin erat pula hubungan persaudaraan yang tumbuh dihati mereka.15 Oleh
karenanya kesamaan merupakan faktor penunjang lahirnya persaudaraan, seperti:
persamaan dalam rasa dan cita merupakan faktor yang sangat dominan yang mendahului
lahirnya persaudaraan yang hakiki, dan yang pada akhirnya menjadikan seorang saudara

13

Jamal Syarif Ibrani, M.M. Hidayat, * +*
4
(Jakarta, al7Kahfi, 2004) cet.1 hal. 217
Dr. Mustafa al7Qudhat, *
1
1
%
, (Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2002), cet. 1
hal. 13
15
Quraish Shihab. *
(bandung; Mizan 1993 ) cet ke IV hal 357
14

merasakan derita saudara yang lainnya. Sehingga unsur rela berkorban demi orang lain,
ringan tangan untuk saling menolong tanpa dasar mengambil keuntungan sementara atau
meminta sesuatu imbalan atau balasan dan lain7lain.
Ditemukan dalam kamus bahasa seperti

karangan al7imam al7lamah

abi al7fadl Jamaluddin Muhammad bin Mukrim ibnu al7Mandzur al7Afriqi al7Mishri,
bahwa kata

juga diartikan dalam arti ‘teman akrab’

(\]^_`‫)ا‬

atau ‘sahabat’

(bcd_`‫)ا‬.16

B.

Teladan Ukhuwwah
Kita telah mengetahui dan memahami benar bahwasannyaa sesama muslim adalah

bersaudara, akan tetapi pengertian saudara dalam hal itu masih terbatas, pada pengertian
secara umum, dan belum kongkrit. Adapun yang dimaksud mempersaudarakan satu
muslim dengan muslim yang lainnya yaitu yang bukan saudara kandung, bukan keluarga
dan juga bukan kerabat. Rasulullah menerapkan prinsip ajaran Islam dalam kehidupan
nyata, persaudaraan muslim yang satu dengan muslim dengan muslim yang lain tidak
boleh berkurang bobotnya dari persaudaraan dengan sesama muslim yang se7ayah dan se7
ibu. Dalam hal ini jelas ada konsekwensi yang tidak boleh tidak akan terealisasi kuatnya
persaudaraan yang sebagaimana yang dikatakan oleh nabi yaitu bagaikan satu tubuh.
Bilamana ada anggota badan yang sakit maka sekujur badanpun akan merasakannya.
Jelas ini adalah sebuah sejarah baru dimuka bumi. Dimana sama7sama diketahui
sebelum Islam datang, tidak ada hubungan semonolite itu: satu Tuhan yaitu Allah
&
16

5

, satu Nabi dan Rasul yaitu pimpinan umat didunia dan akhirat, satu konstitusi
al7imam al7allamah abi al7fadl jamaluddin muhammad bin mukrim ibnu al7mandzur al7afriqi al7Mishri,
, (Beirut, Libanon 1990) juz, 1, hal. 19

yaitu

, satu akidah dan keyakinan, satu kiblat yaitu

-

, satu tujuan yaitu *

& #

Allah didunia dan akhirat, satu

cita harapan yaitu terwujudnya

+

! (negeri yang baik,

adil dan sejahtera, dibawah naungan Allah tuhan maha pengampun dosa).
Zaman

. semua tahu adalah sebuah dekade suram yang menguasai sebelum

Islam datang dimana pada masa itu oleh para ahli diterjemahkan dengan “zaman
kepicikan” (

*

* 3*) atau zaman kebiadaban (

+

*

*). Zaman

kepicikan dikaitkan dengan pandangan mereka bahwa orang yang diluar mereka adalah
musuh yang harus dimusnahkan, sedangkan zaman kebiadaban dikaitkan dengan
tindakan mereka yang tidak mengenal dengan prikemanusiaan karena dorongan hawa
nafsu yang tak terkendalikan untuk mewujudkan keinginan.
Tidak luput dalam al7Qurân mendeskripsikan tentang ciri dari kehidupan
/*

.

, mereka yang mementingkan diri sendiri dan menyangka yang tidak benar

terhadap Allah,17 *

, berkaitan dengan hukum, dimana kaum Yahudi memberlakukan

hukum untuk memenangkan yang salah atas dasar kekuatan, bukan atas dasar keadilan.18
&* + , Kesombongan hati7hati orang kafir yang merasa benar sendiri.19 Pengertian
adalah keadaan orang arab sebelum Islam yang mendurhaka kepada Allah
kepad Rasul7Nya kepada syariat agama membangakan Nasab dan lain sebagainya.
Islam hadir untuk menghilangkan warisan yang turun temurun diturunkan oleh
kakek buyut orang7orang yang hidup di masa itu, Rasulullah sebagai seorang
revolusioner dalam segala bidang (

,

dan

) dimasa priode awal hijrah

menerapkan dan mengaplikasikan ajaran Islam sebagai sumber pegangan dalam
17

Q.S Ali7Imron [3] ayat 154
QS Al7Maiah [5] ayat 50
19
QS Al7Fath [48] ayat 26

18

merealisasikan sebuah negara yang aman dan tentram. Mempersaudarakan antar Islam
yang

satu

dengan

Islam

yang

lain

mempersaudarakan antara kaum

diantaranya.

Gelombang

dengan kaum

dengan mempersaudarakan antarakaum

pertama

nabi

, kemudian disusul

dengan kaum

, dimana

langkah itu bertujuan agar mencairkan semangat fanatisme kekabilahan sisa7sisa masa
. Dengan ikatan persaudaraan yang berlandaskan keagamaan itu maka semangat
persaudaraan, solidaritas dan kesetiakawanan diabdikan kepada kebenaran Allah, Islam,
dan bukan lagi kepada prinsip kesamaan kabilah, persamaan keturunan, persamaan warna
kulit, persamaan ras kebangsaaan, atau persamaan tanah air dan lain7lain. Dan keutamaan
seseorang tidak ditentukan oleh semuanya itu, akan tetapi dinilai dari ketaqwaannya
kepada Allah dan keberaniaannya membela keadilan dan kebenaran7Nya.20
%

atau Persaudaraan yang nabi realisasikan “bukan lidah tak bertulang”

dan juga bukan “pameran keindahan” melainkan terbukti dalam kenyataannya. Telah
dibuktikan oleh kaum

dan

bahwasannya mereka rela membela Islam

dengan harta benda, darah dan air mata, kesadaran mengutamakan kepentingan Islam dan
kaum muslimin dan kesadaran membela Allah dan Rasul7Nya benar7benar menjiwai
persaudaraan yang agung itu.
Imam bukhori meriwayatkan21 sebuah hadis
*
0
* +
#
0
# **
#
"
$6 2
*
4
*
+
*,
* ,
+
5
+
3*
*
*
6 2
*,
,
*
20

yang menggambarkan “
* ,*
"
$ *
+
*,
,*
**
* *
*
+
,
*
+

H.M.H Al7Hamid al7Qurân7Husaini *
+ ,*
*
*
(Bandung. Pustaka Hidayah, 2000) cet I hal 458
21
bab persaudaraan antara muhajirin dan anshor 1:533

( *

*
*,
+

*
+

* ,

,*
* *

#
*

*
*

*
*
*

*

2 ,

*
*

*
2*

,

-

7* * ,

* ,
*

**
* + + /
* *, 8
2 * , "
$
* *


*
*

*,*
+ * +
*
62
+* +
*

,
8

Dan juga imam bukhori menyampaikan berita yang pernah didengarnya “
**
*
*,
+
*
*
**
+
* +
* +
+
**
*
*
*
62 +
*
+
* +
2
* +*
*
*
*
,
%
**
*
* +
*
*
.22
*

Masih banyak tauladan yang begitu besar perhatian kaum
saudaranya kaum

kepada saudara7

dengan keihlasan yang tinggi dan rasa persaudaraan yang

setulus7tulusnya, mereka rela mengorbankan sebagian harta kekayaan mereka untuk
membantu penghidupan kaum muhajirin. Namun kaum muhajirin tidak mau
menggunakan kesempatan itu beroleh bantuan tanpa bekerja. Dan mereka tidak mau
menerima bantuan lebih dari yang diperlukan sementara waktu yaitu makanan.
Kemudian lebih lanjut, dalam sejarah membuktikan bahwa rasul bukan hanya
memperhatikan umatnya saja, akan tetapi beliau juga memperhatikan orang yang ada
disekitar beliau yang berbeda keyakinan dengan beliau seperti orang Nashrani, Yahudi
dan orang keturunan kafir Quraish. Bagaimanakah sikap beliau? Apakah mengucilkan
mereka?, menindas hak7hak mereka?, mengusir mereka?, memusuhi, atau bahkan
mengancam nyawa mereka?
Jelas tidak!. Muhammad memberikan hak7hak mereka sebagaimana layaknya
seorang manusia, menghormati dan memberikan hak mereka sebagai seorang dari bagian
masyarakat muslim. Diantara buktinya yaitu terealisasinya “Piagam Madinah” sebagai

22

I: 312

sebuah pengakuan atas keberadaan orang7orang yang berada di Madinah (lebih lanjur dan
BAB ke III akan di jelaskan tentang hak7hak dan batasan7batasannya).
C.

Hakekat Ukhuwwah
Dalam kenyataan sosial, karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan

kerja sama antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipungkiri juga, bahwa
manusia memiliki kencenderungan hidup berkelompok. Dimana setiap, kelompok dapat
dibedakan dari segi keyakinan dan agama yang mereka anut, dari segi etnis, dan geografis
mereka, dari segi prinsip polotik, dari segi kepentingan ekonomi, dari segi pola berfikir,
dan pandangan hidup (ideologi), adat7istiadat dan lain sebagainya.
Dalam al7Qurân juga sosok manusia sebagai seorang makhluk yang diberi mandat
oleh Allah sebagai

23

(yang umumnya memiliki sifat dan watak kuat, hebat,

tangguh, gagah dan ksatria) akan tetapi juga dinyatakan dalam al7Qurân sebagai makhluk
yang lemah (ß $Z ‹Ïè|Ê≈|¡ΡM}$#!t,Î=äzuρ )24 oleh karena itu mereka harus membentuk bekerja sama
dalam kebaikan dan taqwa.
Sebagaimana ibnu Khaldun dalam bukunya
“*
+
*
* ,
* *
+
9 ,
*
*
* +
* ,
* +
* *
*
* +
1
*
”. Oleh karena
itu para filusuf dan sosiolog berpendapat bahwa manusia menurut tabiatnya adalah
makhluk sosial atau makhluk politik yang suka berkumpul dan bekerja sama yang
memerlukan pengorganisasaian.25
4
,

Senada dengan pernyataan diatas, Miriam Budiharjo dalam bukunya .
.
/
mengatakan bahwasannya “
* +
*
+ * *
+
:
,
**
+
* *
,
**
3* * +
*
+ * +
*

23

Lihat Q.S Al7Baqoroh [2] ayat 30
Lihat Q.S An7Nisa [4] ayat 28
25
J. Suyuthi Pulungan, /
,/
, /* *
/ +
(PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994) cet. I hal 127
24

,

+

”. sehingga mau tidak mau faktor7faktor tersebut mengakibatkan mudahnya
timbul konflik diantara mereka, disebabkan masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan dan mempunyai berbagai kepentingan yang tajam dalam bidang sosial,
ekonomi dan politik dan sebagainya cenderung ingin saling menghancurkan.26
Teringat kiranya kita dengan kasus 11 september 2001 yang terjadi di sebuah
negara adidaya yang berujung dengan pemojokan sebuah agama, kasus di Mumbay pada
tahun 2008, di Palestina dengan konflik yang berkepanjangan, pembantaian di bosnia,
Chechnya, tragedi bom Bali, tragedi 13 mei di Jakarta, tragedi Priuk, tragedi Poso,
tragedi Ambon, tragedi Sampit dan tragedi7tragedi yang lain yang tidak terekam oleh
sejarah. Dari semua tragedi7tragedi diatas semuanya hanya menyisakan trauma, dendam,
kerusakan, kehancuran dan kekacauann yang turun temurun diwarisi oleh sejarah saja.
Kerusuhan dan kekisruhan kapanpun dan dimanapun bisa terjadi bak bom waktu
yang tinggal menunggu waktu yang siap meledak kapan saja dan dimana saja. Penting
kiranya sebuah antisipasi untuk mengatasi terjadinya hal7hal yang tidak diinginkan itu.
Manusia diciptakan oleh Allah selain sebagai

, sebagai pengemban

untuk

menjaga kemakmuran dimuka bumi ini, maka. Wajib kiranya amanah itu diemban dan
direalisasikan adanya.
Untuk merangkum kesemuanya kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
urgensi %

perlu dan penting di jaga dan di

kekisruhan, perpecahan, keributan dan

#

7kan agar supaya kekerasan,

jangan sampai terjadi,

turun

sebagaimana Allah turunkan pada umat7umat terdahulu karena selalu ma’siat, durhaka
dan ingkar di bumi Allah. Kita tengok dalam Qur’an Surat Ali7Imron [3] ayat 103 untuk
tolak ukur mengapa Islam memerintahkan untuk berpegang teguh kepada agama Allah.

26

Soerjono seokarto,

+

/* +

(Rajawali. Jakarta. 1982) Hal. 94

y#©9r'sù [!#y‰ôã&r ÷ΛäΖä. øŒÎ) öΝä3ø‹n=æ
t «!$# |Myϑ÷èÏΡ (#ρãä.øŒ$#uρ 4 (#θè%§x s? Ÿωuρ $Yè‹Ïϑy_ «!$# È≅ö7tp ¿2 (#θßϑÅÁtGôã$#uρ
3 $pκ÷]ÏiΒ Νä.x‹s)Ρr'sù Í‘$¨Ζ9$# zÏiΒ ;οtø ãm $x x© 4’n?tã ÷ΛäΖä.uρ $ZΡ≡uθ÷zÎ) ÿÏ/ÏFΚu ÷èÏΖÎ/ Λäóst7ô¹r'sù öΝä3Î/θè=è% t÷t/
∩⊇⊃⊂∪ tβρ߉tGöκEs ÷/ä3ª=èy s9 Ï/ÏG≈tƒ#u öΝä3s9 ª!$# ßÎit6ムy7Ï9≡x‹x.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh7musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu Karena nikmat Allah, orang7orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat7ayat7Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Q.S Ali7Imron [3] ayat 103

Ayat

ini merupakan perintah Allah untuk masyarakat Islam agar mereka

bersatu dan berpegang teguh kepada kitab dan sunnah serta memperkokoh persaudaraan
mereka, dalam ayat ini juga Allah menjanjikan hati mereka sehingga bersaudara. Karena
Allah tidak menghendaki perpecahan diantara mereka, melainkan persatuan dan
persaudaraan, serta taat kepada7Nya serta Rasul7Nya. Orang7orang yang berpegang teguh
kepada kitab dan sunnah hubungannya akan baik dengan Allah, Rasul dan sesama
manusia sehingga mereka bersatu dan dengan peraturan Allah, bersaudara dan bersatu
dengan sesama manusia.27
Kiranya sudah sangat jelas. Untuk membantah pernyataan7pernyataan kaum dan
kalangan yang selalu sinis, selalu benci, memusuhi dan selalu mencari celah, borok dan
cacat ajaran Islam dengan pernyataan7pernyataan mereka yang mendiskreditkan Islam
dengan menyatakan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan,
kriminalisme, intimidasi, individualis, kebencian terhadap umat/golongan lain, lebih

27

/
,/
, /* *
/ +
Grafindo Persada, Jakarta, 1994) cet. I hal 147

,

+

-

(PT. Raja

parah bahkan ada segolongan orang yang menjustifikasi bahwasannya Islam adalah
agama yang gemar berperang dan mengajarkan terorisme.
Di bab selanjutnya penulis akan mengetengahkan seberapa indah ajaran Islam
mengajarkan kedamaian sebagai sebuah agama yang mempelopori perdamaian, seberapa
universal ajaran agama Islam sebagaimana universaly ajaran yang diturunkan untuk
seluruh umat, seberapa agung dan mulianya Islam sebagai agama yang diturunkan
sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.
D.

Faktor Penunjang Ukhuwwah
Seberapa indah ajaran agama Islam mengajarkan kedamaian sebagai sebuah agama

yang mempelopori perdamaian, seberapa universal ajaran agama Islam, sebagaimana
universal ajaran yang diturunkan untuk seluruh umat, seberapa agung dan mulianya
Islam, sebagai agama yang diturunkan sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Islam mengajarkan tentang %
agar supaya ;

, tidak lepas dari tuntunan dan bimbingan,

* yang akan didapat bukan hanya pahala duniawi saja akan tetapi

juga. Persaudaraan akan berdiri dengan kokoh, teguh, tegak di bumi Allah,
bilamana syarat7syarat dan pilar7pilar sebagai pondasinya terpenuhi. tanpa terpenuhinya
syarat dan pilar itu, ikatan

tidak akan terjalin dengan kuat, dan sudah barang

tentu permusuhan, kerusuhan, kekisruhanpun otomatis akan menggantikan posisinya.
Syarat dalam ber7

dan juga untuk dapat menggapai seluruh keutamaan

yang terkandung di dalamnya, tentu seorang muslim harus dapat mengetehui syarat7
syarat dan pilar yang penting dan mendasar sebagai pondasi utama yang harus
dipenuhinya terlebih dahulu. Diantara syarat7syaratnya adalah:
1. Ikhlas Karena Mengharapkan Ridhlo Allah Semata

Persaudaraa seorang muslim terhadap muslim lainnya, haruslah dilandasi dengan
keikhlasan kepada Allah SWT. %

yang terlahir bukan karena sesuatu yang

bersifat keduniaan, atau karena termotivasi oleh kepentingan tertentu. Dan apabila
telah tercampur dengan ketidak ikhlasan seperti itu, maka sudah menjadi hak
Allah apabila tidak menerima

yang seperti itu.

Tentang sebuah keikhlasan, digambarkan dalam sebuah kisah yang terdapat dalam
hadits, yang menceritakan seorang pemuda yang ingin mengunjungi saudaranya.

‫ﻪ‬ ‫ﹶﻠﻴ‬‫ﺎ ﺃَﺘﹶﻰ ﻋ‬‫ﻠﹶﻜﹰﺎ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ ﻤ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﺠ‬‫ﺭ‬‫ﺩ‬‫ﻠﹶﻰ ﻤ‬‫ ﻋ‬‫ ﻝﹶﻪ‬‫ ﺍﻝﻠﱠﻪ‬‫ﺩ‬‫ﺼ‬‫ﻯ ﻓﹶﺄَﺭ‬‫ ﺃُﺨﹾﺭ‬‫ﺔ‬‫ﻴ‬‫ﻰ ﻗﹶﺭ‬‫ ﻓ‬‫ ﺃَﺨﹰﺎ ﻝﹶﻪ‬‫ﺍﺭ‬‫ﻼﹰ ﺯ‬‫ﺠ‬‫ﻥ ﺭ‬
 َ‫ﺃ‬
‫ﺎ ﻗﹶﺎلَ ﻻﹶ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ﺔ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﻨ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ل ﻝﹶﻙ‬
ْ ‫ ﻗﹶﺎلَ ﻫ‬.‫ﺔ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻝﹾﻘﹶﺭ‬‫ﻩ‬‫ﺫ‬‫ﻰ ﻫ‬‫ ﺃَﺨﹰﺎ ﻝِﻰ ﻓ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﺃُﺭﹺﻴﺩ‬‫ ﺘﹸﺭﹺﻴﺩ‬‫ﻥ‬‫ﻗﹶﺎلَ َﺃﻴ‬
‫ﺎ‬‫ ﻜﹶﻤ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺃَﺤ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ ﺍﻝﻠﱠﻪ‬‫ ﺒﹺﺄَﻥ‬‫ﻙ‬‫ ﺇِﻝﹶﻴ‬‫ل ﺍﻝﻠﱠﻪ‬
ُ ‫ﻭ‬‫ﺴ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﻓﹶﺈِﻨﱢﻰ ﺭ‬.‫لﱠ‬‫ﺠ‬‫ ﻭ‬‫ﺯ‬‫ ﻋ‬‫ﻰ ﺍﻝﻠﱠﻪ‬‫ ﻓ‬‫ﺘﹸﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ ﺃَﻨﱢﻰ ﺃَﺤ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻴ‬
7‫ﻴﻪ‬‫ ﻓ‬‫ﺘﹶﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺃَﺤ‬
Diceritakan bahwasannya ada seseorang yang mengunjungi sauadaranya yang
berada didesa lain, kemudian Allah mengutus malaikat untuk mengikutinya di jalan,
kemudian malaikat menemu orang tersebut, dan maikat bertanya kepada Orang
yang mau berkunjung “mau pergi kemana kamu?” dan ia menjawab saya hendak
menginjungi saudaraku didesa ini. Dan malaikatpun bertanya lagi “apakah kamu
memiliki kepentingan yang harus ia lakukan untukmu” dan ia menjawab “tidak!
Akan tetapi saya mencintainya karena Allah
Dan kemudian
malaikatpun berkata “sesungguhnya saya adalah diutus Allah untuk menemuimu
karena sesungguhnya Allah benar7benar mencintaimu sebagaimana kamu mencintai
saudaramu”