TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN KABUPATEN SIMALUNGUN.

TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN
PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA
DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN
JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN
KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RIRIS GEETHA MUNTHE
NIM 2103140040

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK


RIRIS GEETHA MUNTHE, NIM 2103140040. Tortor Parsaoran Pada
Upacara Adat Pernikahan Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba di Desa
Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Hambi Timuran Kabupaten
Simalungun. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna simbol pada Tortor
Parsaoran pada masyarakat Batak Toba, struktur gerak yang terdapat pada Tortor
Parsaoran dan bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada masyarakat Batak Toba.
Dalam pembahasan penulisan ini, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan
topik penulisan, seperti teori makna, teori simbol, teori struktur, pengertian tortor
serta pengertian upacara adat.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk melengkapi
data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, video,
wawancara dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyrakat
Batak Toba yang berada di Kabupaten Simalungun Kecamatan Jawa Maraja Bah
Jambi Timuran, seniman dan tokoh adat setempat.
Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa Suku
Batak Toba pada zaman dahulu menganut kepercayaan Ugamo Malim sebagai
sebuah aliran kepercayaan yang ada sejak nenek moyang masyarakat Batak Toba.
Orang yang masuk dalam Ugamo Malim disebut Parugamo Malim (pengikut

Ugamo Malim) atau biasa disingkat dengan kata Parmalim. Tortor Parsaoran
dalam aliran kepercayaan ugamo malim (Parmalim) pada masyarakat Batak Toba
bermakna persaudaraan, persekutuan antara sesama masyarakat, ragam gerak
tortor ini sedikit dan mengalami pengulangan. Ragam gerak terdiri dari enam
gerakan yaitu hohom, mangurdot somba, mangurdot manea, mangurdot
mangorai, mangurdot manghorus, embas, yang masing-masing gerak memiliki
makna simbol gerak. Struktur Tortor pada upacara adat pernikahan parmalim,
yaitu diantaranya 1.Tortor mula-mula dilakukan oleh pihak hasuhuton (pihak
penyelenggara pesta), kerabat semarga dan kedua pengantin. 2.Tortor somba
dilakukan oleh pengantin penghormatan kepada hula-hula, tulang dan seluruh
tamu. 3.Tortor mangaliat dilakukan oleh hula-hula yang memberi berkat kepada
boru 4.Tortor hasahatan/sitio-tio dilakukan oleh kelompok orang yang dituakan
di dalam desa. 5.Tortor Parsaoran dilakukan oleh seluruh pihak keluarga yang
pesta. Tortor Parsaoran dalam pelaksanaan atau penyajiannya pada upacara adat
pernikahan parmalim ini ditarikan oleh seluruh keluarga penyelenggarakan pesta.
Sedangkan musik pengiring dalam tortor ini berupa gondang Idang-Idang,
dimana gondang tersebut memiliki peran dari tortor yang merupakan musik
pengiring.
Kata kunci : Tortor Parsaoran.


i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang
telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul “Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat Pernikahan
Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Mariah Jambi Kecamatan
Jawa Maraja Bah Jambi Timuran Kabupaten Simalungun”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan
Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam
menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahanan yang
yang diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, rasa
hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1.

Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2.


Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

3.

Uyuni Widiastuti. M.Pd Selaku Ketua Jurusan Sendratasik

4.

Nurwani, S.S.T.M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari

5.

Drs. Inggit Prastiawan M.Sn selaku Pembimbing Skripsi I.

6.

Dra. Dilinar Adlin, M.Pd selaku Pembimbing Skripsi II.


7.

Dra. Tuti Rahayu M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik.

ii

8.

Teristimewa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang
tua tercinta Ayahanda Ferry Munthe dan Ibunda Sutriani br. Manullang
terima kasih Bapak dan mamak yang telah banyak memberikan dukungan,
semangat, kesabaran, dan do’anya kepada penulis serta abang Jeffry
Munthe, adik Dian Munthe, serta keluarga yang selalu mendukung penulis.

9.

Terima kasih kepada St. Roktur Panjaitan dan Enti Saragih S.Pd dan Putra
Jaya Panjaitan yang banyak memberi banyak bantuan dari awal hingga
akhir skripsi ini, doa dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi.


10. Pulungan Butarbutar, Jenni Manik, Desi Butarbutar, selaku narasumber
yang memberikan banyak informasi

dan masukan mengenai Tortor

Parsaoran.
11. Ucapan terima kasih kepada seluruh sahabat “Sortali Dancer”, khususnya
Afrianty, Rosa, Nuri, Novia, Reysita, Launi dan semua teman-teman yang
membantu yang tidak bisa dituliskan satu per satu.
Penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin

Penulis
Medan,

Februari 2015

RIRIS GEETHA MUNTHE
NIM. 2103140040


iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................

i

KATA PENGANTAR........................................................................

ii

DAFTAR ISI......................................................................................

iv

DAFTAR TABEL.............................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................


viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................

1

A. Latar Belakang .............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah......................................................................

6

C .Pembatasan Masalah.....................................................................

7

D. Rumusan Masalah..........................................................................


8

E. Tujuan Penelitian......................................... ..................................

8

F. Manfaat Penelitian..........................................................................

9

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 10
A. Landasan Teoritis............................................................................

10

1. Teori Makna................................................................................

11


2. Teori imbol...................................................................................

12

3. Teori Struktur...............................................................................

13

4. Teori Bentuk.................................................................................

14

5. Pengertian Tortor Parsaoran.........................................................

15

6. Pengertian Upacara.......................................................................

16


7. Upacara Adat Pernikahan..............................................................

17

8. Pengertian Sistem kekerabatan......................................................

18

B. Kerangka Konseptual.................................................................... ...

19

BAB III METODELOGI PENELITIAN..........................................

21

A. Metodologi Penelitian .....................................................................

21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................

22

1. Lokasi Penelitian .............................................................................. 22
2. Waktu Penelitian ............................................................................... 23

iv

C. Populasi dan Sampel ............................................................................

23

1. Populasi ...........................................................................................

23

2. Sampel .............................................................................................

23

D. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................

24

1. Kepustakaan...................................................................................... 24
2. Wawancara ....................................................................................... 26
3. Observasi........................................................................................... 27
4. Dokumentasi ..................................................................................... 27
E. Tehnik Analisis Data ............................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 29
A. Gambaran Umum .................................................................................. 29
1. Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi................................

29

2. Sistem Kepercayaan Parmalim......................................................... 31
3. Sistem Kekerabatan pada masyarakat Batak Toba...........................

33

4. Upacara adat pernikahan parmalim pada masyarakat Batak Toba..... 35
5. Upacara Mamasumasu......................................................................

37

a. Dasar Hukum Mamasumasu.......................................................

37

B. Struktur tortor dalam upacara adat pernikahan parmalim masyarakat Batak
Toba......................................................................................................

39

1. Tortor Mula-mula.............................................................................

39

2. Tortor Somba...................................................................................

40

3. Tortor Mangaliat..............................................................................

41

4. Tortor Hasahatan.....................................……......................……...

41

5. Tortor Parsaoran.....………. ......................…..................................

42

C. Makna Simbol Tortor Parsaoran....................................................…..

42

D. Bentuk Penyajian Tortor Parsaoran ………..……..............................

45

1. Deskripsi gerak tortor parsaoran....................................................

45

2. Musik Pengiring Tortor Parsaoran...............................................

54

3. Busana dan Tata Rias dalam Tortor Parsaoran............................. 59
4. Tempat pelaksanaan Tortor Parsaoran.......................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 62

v

A. Kesimpulan…………………………. ……………............……..…..

62

B. Saran…………………………………….…...........…………..… .…

63

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

66

DAFTAR NARASUMBER…………………………………………….

69

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Makna ragam gerak tortor Parsaoran.........................

43

Tabel 4.2. Deskripsi Tortor Parsaoran.........................................

47

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Simalungun..................................................... 30
Gambar 4.2. Tortor mula-mula.....................................................................

40

Gambar 4.3. Tortor somba...........................................................................

40

Gambar 4.4. Tortor mangaliat....................................................................... 41
Gambar 4.5. Tortor hasahatan/sitio-tio.......................................................... 42

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka
ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang
ada di bumi nusantara. Keanekaragaman budaya ini membuat semaraknya
kekayaan bangsa indonesia. Bahkan dari budaya bangsa yang ada di Indonesia
beberapa masih dipertahankan keberadaannya sampai saat ini, walaupun zaman
teknoligi maju yang telah nyata di era globalisasi sekarang ini telah merubah
sebagian nilai-nilai budaya di berbagai pelosok nusantara.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang senantiasa
dijaga dan dilestarikan secara turun temurun itu merupakan gambaran kekayaan
bangsa Indonesia menjadi modal dan landasan pembangunan dan pengembangan
kebudayaan nasional.Pengembangan kebudayaan nasional berarti memelihara,
melestarikan, menghadapkan, memperkaya, menyebarluaskan, memanfaatkan,
dan meningkatkan mutu serta daya guna kebudayaan.
Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar yang terdapat di
Indonesia yang memiliki khas tersendiri dalam masyarakatnya, hal ini disebabkan
karena banyaknya suku yang berbeda di pulau ini. Salah satu provinsi di Sumatera
yaitu provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari beberapa suku diantaranya yaitu
Batak Simalungun, Batak Karo, Pak-pak Dairi, Batak Mandailing, Pesisir Sibolga,
Melayu, Nias serta Batak Toba. Masing-masing suku memiliki bermacam
kebudayaan dan tradisi yang berbeda pula baik di bidang musik, tari, adat istiadat,
bahasa dan agama. Tiap suku memiliki adat istiadat serta perbedaan budaya yang

1

masing-masing mengungkapkan ciri khas mereka, salah satunya adalah Suku
Batak Toba, yang mempunyai adat dalam setiap upacara salah satunya upacara
pernikahan.
Suku Batak Toba pada zaman dahulu menganut kepercayaan Ugamo
Malim sebagai sebuah aliran kepercayaan yang ada sejak nenek moyang
masyarakat Batak Toba sejak dahulu. Sedangkan menurut istilah Ugamo Malim,
ugamo atau agama adalah jalan perjumpaan antara manusia dengan Debata
melalui sesaji yang bersih lagi suci (dibagas pardomuan ni hajolmaon tu Debata
marhite pelean na ias). Orang yang masuk dalam Ugamo Malim disebut
Parugamo Malim (pengikut Ugamo Malim) atau biasa disingkat dengan kata
Parmalim.Secara harfiah par- adalah awalan kata yang berarti “penganut atau orang
yang menganut ajaran” sedangkan malim dalam bahasa Batak adalah suci atau bersih
rohani tidak bernoda dan bermoral tinggi, maka Parmalim adalah pengikut ajaran
malim yang suci dan bermoral tinggi. Parmalim berarti orang yang menuruti ajaran
malim atau berkehidupan malim yang diwujudkan dengan pengumpulan ramuanramuan benda-benda pelean (sesaji) berdasarkan pada ajaran Debata Mulajadi
Nabolon.

Dalam sistem kekerabatan pada suku Batak Toba terdapat ikatan yang
disebut Dalihan Natolu yang mengandung arti “ tungku yang tiga”. Dalihan na
tolusangat unik dan spesifik untuk dibahas. Begitu juga dengan bentuk upacara
religi maupun upacara adat yang selalu mewarnai bentuk kesenian atau sosial
kemasyarakatan dari suku Batak Toba tersebut. Dalihan na tolu terdiri dari Hulahula (pihak pemberi istri), Boru (pihak keluarga istri), Dongan Sabutuha (kerabat
semarga).

2

Masyarakat Batak Toba adalah merupakan salah satu suku yang terdapat
di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak merupakan sebuah suku yang memiliki
bahasa kebanggaannya yaitu bahasa Batak Toba. Bahasa ini mempunyai kosakata
yang tersendiri dan tidak memiliki kosakata yang sama dengan bahasa suku yang
lain. Selain itu, dalam bidang bahasa tulis dan surat menyurat, suku Batak juga
memiliki sebuah aksara tersendiri yang digunakan dalam berkomunikasi secara
tertulis. Aksara yang dimaksudkan itu ialah aksara Batak yang lazim juga disebut
surat Batak. Kedua ciri kebudayaan Batak ini boleh dikatakan merupakan budaya
yang tertua dalam sejarah Batak. Sejak dahulu para orangtua warga Parmalim,
tidak lupa mewariskan pusaka nenek moyang itu secara turun-temurun walaupun
dengan cara pengajaran informal di rumah. Mengetahui aksara Batak dengan
sempurna adalah merupakan apresiasi secara tidak langsung kepada karya nenek
moyang dahulu. Alasan ini ialah karena peraturan yang termuat dalam pustaha
habonoron (kumpulan peraturan) itu adalah menggunakan bahasa Batak dan
beraksara Batak pula.
Dari segi kesenian, suku Batak juga memiliki kesenian yang spesifik baik
seni suara, seni ukir, seni musik (tradisional), maupun seni tari. Dalam bidang seni
ukir masyarakat Batak memang tidak begitu menonjol dibandingkan dengan suku
yang lainnya. Tetapi walaupun begitu ada juga ukiran khas Batak dengan
bermacam-macam ukiran, misalnya: tongkat tunggal panaluan dan gorga.
Sementara dalam bidang tenun, masyarakat Batak memiliki tradisi bertenun
khusus untuk membuat ulos. Jenis ulos ini beragam-ragam baik dari segi motif
maupun peringkatnya. Selain itu, seni tari-tarian dalam budaya Batak disebut

3

dengan Tortor. Pada masyarakat Batak Toba Tortor mempunyai fungsi sebagai
pelengkap kegiatan-kegiatan adat. Adapun peristiwa-peristiwa adat yang ada pada
masyarakat Batak Toba dengan menyertakan Tortor antara lain, upacara adat
kematian, upacara mengangkat tulang belulang, upacara pengobatan, dan upacara
adat pernikahan.
Upacara adat saur matua (kematian), Tortor mempunyai makna sebagai
ungkapan rasa duka cita dan hormat terhadap orangtua yang telah mengantarkan
anak-anaknya menjadi orang-orang yang sukses. Upacara adat mangongkal holi
(mengangkat tulang-belulang orang yang telah lama meninggal dunia), Tortor
mempunyai makna untuk mengenang petuah dan jasa baik leluhur. Upacara ritus
mangobati (pengobatan), Tortor mempunyai makna sebagai media penyembuhan
dengan cara menyembah roh-roh nenek moyang agar diberi kesehatan dan
menolak segala bala.
Pada upacara adat pernikahan terdapat beberapa struktur Tortor
dilaksanakan sesuai dengan sistem kekerabatannya, yaitu diantaranya
1. Tortor mula-mula dilakukan oleh pihak hasuhuton (pihak penyelenggara
pesta), kerabat semarga dan kedua pengantin.
2. Tortor somba dilakukan oleh pengantin penghormatan kepada hula-hula,
tulang dan seluruh tamu.
3. Tortor mangaliat dilakukan oleh hula-hula yang memberi berkat kepada
boru
4. Tortor hasahatan/sitio-tio dilakukan oleh kelompok orang yang dituakan
di dalam desa.
5. Tortor Parsaoran dilakukan oleh seluruh pihak keluarga yang pesta.

4

Upacara adat mamasumasu (memberkati pernikahan), Tortor Parsaoran
mempunyai makna sebagai penyampai rasa sukacita untuk pengantin yang
biasanya dilaksanakan pada akhir upacara adat.
Tortor Parsaoran ini diadakan dalam upacara pernikahan dalam aliran
kepercayaan Parmalim. Salah satu yang tidak boleh diabaikan oleh penganut
Parmalim ialah mamasumasu. Istilahmamasumasudalam aliran kepercayaan
Parmalim dapat diartikan “pemberkatan pernikahan”. Upacaramamasumasu ini
biasanya dipimpin langsung oleh ihutan atau boleh juga diwakilkan kepada
ulupunguan (ketua cabang) setempat.
Tortor Parsaoran dalam aliran kepercayaan ugamo malim (Parmalim)
pada masyarakat Batak Toba bermakna persaudaraan, persekutuan antara sesama
masyarakat. Sehingga nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat Batak Toba yang
berupa kegembiraan, kesedihan, perjuangan hidup serta pengharapan dapat
diwujudkan melalui gerak tubuh, TortorParsaoran yang diiringi musik gondang
(Sinaga 1994:9). Perpaduan musik ini yang disebut Gondang Sabangunan yang
terdiri dari alat musik sarune bolon (sejenis alat tiup), taganing (terdiri dari lima
kendang), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat
gong, hesek (alat perkusi) juga merupakan musik pengiring Tortor Parsaoran ini.
Ragam gerak dalam Tortor Parsaoran ini meliputi gerak siubeon, somba adat,
memikul beban, menolak bala, serta embas. Tortor ini dibawakan oleh laki-laki
dan perempuan. Ragam gerak dalam Tortor Parsaoran ini tidaklah sulit sehingga
dapat dengan mudah dipelajari para kaum muda mudi. Tortor Parsaoran ini
ditarikan pada akhir upacara adat pernikahan, semua keluarga manortor untuk

5

mengungkapkan rasa syukur kepada Mula Jadi Nabolon dan rasa gembira untuk
kedua pengantin karena upacara adat pernikahannya berjalan dengan lancar.
Makna dari Tortor Parsaoran ini adalah ucapan syukur kepada Mula jadi
Na Bolon atas segala penyertaanNya sehingga upacara adat pernikahan Parmalim
berjalan dengan lancar.Dalam bentuk penyajiannya Tortor ini tidak ditentukan
berapa jumlah penarinya, karena yang menjadi penari dalam Tortor ini adalah
pihak keluarga yang melaksanakan upacara adat pernikahan. Gerak dalam Tortor
Parsaoran memiliki makna dan simbol, namun terkadang banyak orang yang
tidak mengerti dan memahami maksud dari gerak yang ada pada Tortor tersebut,
bahkan penganut aliran kepercayaan parmalim sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengangkat tari ini
menjadi topik penelitian dengan judul “Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat
Pernikahan Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Timuran Kabupaten Simalungun”

B. Identifikasi masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi terarah, serta cakupan masalah tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hadeli (2006 :23 ) yang menyatakan bahwa : “Identifikasi masalah
adalah suatu situasi yang merupakan akibat interaksi dua atau lebih faktor ( seperti
kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya ) yang menimbulkan
beberapa pertanyaan-pertanyaan.
Dari

uraian

di

atas

maka

permasalahan

diidentifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :

6

penelitian

ini

dapat

1. Bagaimana asal usul Tortor Parsaoran pada upacara adat pernikahan
Parmalim pada masyarakat Batak Toba?
2. Bagaimana struktur Tortor pada upacara adat pernikahan Parmalim pada
masyarakat Batak Toba?
3. Bagaimana makna symbol gerak Tortor Parsaoran pada saat upacara adat
pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?
4. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada upacara adat
pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?
5. Bagaimana peranan instrument musik yang digunakan untuk mengiringi
Tortor Parsaoran pada upacara adat pernikahan Parmalim pada
masyarakat Batak Toba?

C. Pembatasan Masalah
Setelah di identifikasi masalah, maka arah penelitian ini harus dibatasi
agar tidak melebar dan meluas kemana-mana. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dalam proses menganalisis dan penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah di
atas maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur Tortor pada upacara adat pernikahan Parmalim pada
masyarakat Batak Toba?
2. Bagaimana makna simbol gerak Tortor Parsaoran pada upacara adat
pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?
3. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada upacara adat
pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba?

7

D. Rumusan Masalah
Seperti yang telah di uraikan dalam latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, maka diperlukannya rumusan masalah dalam
sebbuah penelitian agar semakin terarah dalam melaksanakan penelitian. Menurut
pendapat M. Hariwijaya dan Triton P.B (2008:46) menyatakan bahwa “rumusan
masalah disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat tanya yang isinya
mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau yang perlu
dijawab”. Dari pendapat diatas penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut: “Bagaimanakah Tortor Parsaoran Pada Upacara Adat
Pernikahan Parmalim Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Mariah Jambi
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Timuran Kabupaten Simalungun?”.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam sebuah penelitian harus lebih terarah, menurut M.
Hariwijaya dan Triton P.B (2008:50) mengemukakan bahwa “tujuan penelitian
memerlukan penelitian dan mengacu pada permasalahan”. Pendapat lain menurut
Hendra Mahayana (2010:54) menyatakan, “tujuan penelitian merupakan sasaran
hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah
dirumuskan”.
Dari beberapa pernyataan yang telah dijelaskan sebelumnya, sudah jelas
bahwa seluruh penelitian selalu memiliki tujuan sebagai pusat orientasi. Dengan
tujuan yang jelas, maka kegiatan penelitian semakin terarah. Adapun tujuan
penelitian tersebut adalah untuk:
1. Mendeskripsikan makna simbol gerak Tortor Parsaoran pada upacara adat
pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba.

8

2. Mendeskripsikan struktur Tortor pada upacara adat pernikahan Parmalim
pada masyarakat Batak Toba.
3. Mendeskripsikan bentuk penyajian Tortor Parsaoran pada upacara adat
pernikahan Parmalim pada masyarakat Batak Toba.

F. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian pasti akan memperoleh hasil yang bermanfaat, manfaat
penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen masyarakat baik
dari instansi yang berkaitan dan lembaga-lembaga kesenian maupun praktisi
kesenian, serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. Maka
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan wawasan
mengenai Tortor Parsaoran.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Batak Toba tentang Tortor
Parsaoran pada upacara adat pernikahan Parmalim pada masyarakat
Batak Toba.
3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca yang menekuni atau
mendalami tari
4. Diharapkan

dapat

membangkitkan

keinginan

masyarakat

untuk

melestarikan budaya Batak Toba
5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti bentuk
kesenian ini lebih lanjut
6. Sebagai salah satu bahan masukan di Jurusan Sendratasik

Program Studi Seni Tari, Universitas Negeri Medan.

9

khususnya

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat Batak Toba memiliki adat istiadat perkawinan sebagai suatu
tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, yaitu
upacara yang dilakukan untuk membuat sebuah ikatan sosial dan ikatan
kekeluargaan. Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian, Tortor Parsaoran
merupakan Tortor dalam konteks perkawinan parmalim. Pada pernikahan
Parmalim terdapat bagian penting yang disebut simasumasu yang artinya
memberkati pernikahan.Pada seluruh pelaksanaan upacara adat suku Batak Toba
dalihan na tolu pasti berperan. Tortor bagi orang Batak, bukan hanya berarti
gerakan yang indah semata, tetapi berlandaskan falsafah hidup yang merupakan
bagian dari ritus dan aturan adat yang memiliki makna religius serta digerakkan
secara simbolis.
Adapun kesimpulan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:
1. Tortor

dalam

Upacara

Perkawinan

merupakan

tarian

Batak

yangmempunyai keistimewaannya sendiri,selain mempunyai keunikan
menyampaikan makna dalam tarian,juga menjadi proses pemberian dan
penerimaan adat dalam sistem kekerabatan, yang menggunakan simbolsimbol, tarian ini juga mempunyai keunikan di tiap makna simbol yang
sesuai dengan ketentuan adat istiadat batak Toba yang mempunyai arti
atau nasehat adat yang terkandung dalam makna simbol dalam tarian ini.

62

63

2. Pemahaman tentang pesan makna simbol sangat penting untuk dipahami
bukannya hanya sekedar menikmati keindahan estetika dalam tarian in
itetapi sebagai masyarakat Batak Toba khususnya, kita harus tetap
menjaga kelestarian budaya Batak yang turun temurun.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka peenliti dapat menyimpulkan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Tortor sebagai salah satu kebudayaan Batak toba seharusnya dapat
dipahamimasyarakat Batak Toba, bukan hanya gerakannya saja tetapi juga
makna yang terkandung pada tarian tortor disaatupacara perkawinan.
2. Masyarakat harus lebih peduli terhadap budaya Batak khususnya pada
tarian tortor dalam upacara perkawinan serta melestarikan dan
mempertahankan budaya Batak toba yang kita banggakan karena kita suku
Batak, agar nanti nya generasi selanjutnya dapat mengetahui dan terus
melestarikan budaya tradisional Batak toba yang mana tidak kalah bila
dibandingkan dengan tarian asing yang terus mengikjuti perkembangan
zaman.

64

DAFTAR PUSTAKA
Anya, Peterson Royce. 2007. The Antropology of Dance. Terjemahan F.X
Widaryanto. Bandung : STSI Press.
Devi, Kurnia. 2013. Makna dan simbol gerak tari resam berume pada masyarakat
Gayo kabupaten aceh tengah, Medan : Universitas Negeri Medan
Dian, Saragih. 2013. Makna Simbolis Gerak Tortor Dalahi dan Daboru dalam
Konteks Upacara Pernikahan Pada Masyarakat Simalungun di Desa
Sipispis, Medan : Universitas Negeri Medan
Dra. RHD Nugrahaningsih, SST, M.Hum. Yusnizar Heniwaty, 2012. TARI:
Identitas dan Resistensi. Medan: UNIMED PRESS.
Drs. Margono S. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar
Maju.
Ester, Debora. 2012. Gondang Sabangunan pada Tortor Sigale-gale di Desa
Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Skripsi. Universitas
Negeri Medan : Medan.
Fernandus, 2011. Struktur Tortor dalam upacara pernikahan masyarakat Batak
toba di kecamatan siborong-borong, Medan : Universitas Negeri Medan.
Golda, Simarmata. 2013. Husip-Husip Dalam Tortor Hatasopisik Pada
Masyarakat Batak Toba Kajian Interaksi Simbolik, Medan : Universitas
Negeri Medan
Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang : Quantum Teaching.
Hadi, Sutrisno. 1997. Metodologi Research, Yogyakarta: Andy Offset
Hermin, Kusmayati. 1989. Makna Tari dalam Upacara di Indonesia. pidato
Hutasoit, 1979. Komunikasi Batak, Jakarta : Bumi Aksara.
Ibrahim, Gultom. 2010.Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara
Khabdul,Ibnu. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Rieneka Cipta.
Koerantjraningrat, 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama

65

Kostan, Sirait. 2009. Pembelajaran Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi
di SMK Negeri 11 Medan, Medan : Universitas Negeri Medan.
Mauly, Purba. 2012. Mengenal Tradisi Gondang dan Tortor Batak Toba. Medan
: Universitas Sumatera Utara
Mardiana, Alita. 2013. Kajian Makna simbol gerak dasar tortor Batak Toba,
Medan: Universitas Negeri Medan
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari, Diktat Jurusan Sendratasik, FBS Universitas
Negeri Medan.
Panji, Suroso. 2012. Teori Interaksionisme Simbolik. Tugas Mata Kuliah.
Universitas Airlangga.
Prof. Dr. Mr. Soekanto dan Dr. Soerjono Soekanto, S.H, M.A.1981.pokok-pokok
hukum adat, Bandung : Penerbit Alumni
Rajamarpodang, DJ. Gultom, 1992. Dalihan Natolu Dan Prinsip Dasar Nilai
Budaya Batak, Medan: CV Armada.
Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.
Richard, Kraus, 2000. History Of The Dance In Art and Aducation. Terjemahan
Dwi Wahyudianto. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metodologi Penelitian, FKIP: Universitas Muria
Kudus.
Sadar, Sibarani. 2006, Raja Batak, Jakarta : Partano Bato
Sarma, Sirait. 2008. Tor-tor Dalam Upacara Adat Pada Masyarakat Batak Toba
Medan: Universitas negeri Medan.
Sedyawati,Edi. 1981, Tari :Tinjauan Seni Pertunjukan. Jakarta: Dunia Pustaka
Jaya.
Sedyawati,Edi, 2007, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Afabeta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,Bandung :
Alfabeta.

66

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Surachmad, Winarno. 1995. Metode Penelitian, Bandung: Tarsito
Surachmad, Winarno. 1990. Penghantar Pendidikan Ilmiah, Bandung: Tarsito
Suzanne, Langger. 1988.K. Problem of Art. Terjemahan Widaryanto. Bandung:
ASTIBandung
http:// statiskian. blogspot. com/2012/ 10/ populasi-dan-sampel html#
http:// ISI Denpasar/html#
http://pepenk26.blogspot.com/2012/09/pengantar-pengetahuan-tari.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/TortorBatakTobahttp://sinaukomunikasi.wordpress.co
m/2011/08/20/interaksi-simbolik/
http://www.aminudin.com/2013/03/mengenal-musik-gardang-batak
sumatera.html#sthash.ek8BTgN8.dpuf

DAFTAR NARASUMBER

1. Nama

: Pulungan ButarButar

Alamat

: Huta Raya Timuran, Kabupaten Simalungun

Kel / Desa

: Mariah Jambi

Kecamatan

: Jawa Marajabah Jambi

Jenis Kelamin : Laki-laki
Profesi

: Ulupunguan Parmalim ( Kepala cabang Parmalim )

Pekerjaan

: Petani

Umur

: 56 Tahun

2. Nama

: Jenni Manik

Alamat

: Huta Raya Timuran, Kabupaten Simalungun

Kel / Desa

: Mariah Jambi

Kecamatan

: Jawa Marajabah Jambi

Jenis Kelamin : Perempuan
Profesi

: Pengikut Malim

Pekerjaan

: Pembuat Ulos

Umur

: 48 Tahun

3. Nama

: Desi Andryani

Alamat

: Huta Raya Timuran, Kabupaten Simalungun

Kel / Desa

: Mariah Jambi

Kecamatan

: Jawa Marajabah Jambi

Jenis Kelamin : Perempuan
Profesi

: Panortor Parmalim

Pekerjaan

: Mahasiswa

Umur

: 20 Tahun

67

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riris Geetha Munthe dilahirkan di Medan, pada tanggal 28 September 1992 dari ayah
yang bernama Ferry Munthe dan ibu Sutriani br. Manullang. Merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997 Penulis memulai masa sekolahnya di
pendidikan usia dini di TK Santo Thomas Medan dan lulus pada tahun 1998
kemudian pada tahun 1998 melanjutkan pendidikannya di SD Santo Thomas 5
Medan dan lulus pada tahun 2004, lalu penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 30 Medan dan lulus tahun 2007, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan
di SMA YPK Markus Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis
melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Sendratasik
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan dan lulus pada tahun 2015.