PENDAHULUAN Survei tentang kinerja profesi guru penjasorkes sma-smk di Kabupaten Klaten tahun 2013 JURNAL SKRIPSI

commit to user VOCATIONAL HIGH SCHOOL IN DISTRICT KLATEN YEAR 2013. Faculty of Teacher Training and Education 11 th March University Surakarta. February 2015. The purpose of this study was to determine the performance of sport and physical education teacher high school health-Vocational High School in Klaten district in 2013. Based on the analysis of data obtained by the level of performance sports physical education teacher and health high school -Vocational High School in Klaten district in 2013 as follows: 1 Indicators relating to pedagogical quite well with the number of teachers as many as 15 people 57.26. 2 Indicators relating to the competence of personality quite well with the number of teachers as many as 16 people 60.49. 3 Indicators relating to social competence quite well with the number of teachers as many as 18 people 66.05. 4 Indicators relating to professional competence quite well with the number of teachers as many as 14 people 52.38. This study used a descriptive method with survey techniques. The subjects of this study were teachers of physical education health and sport high school -Vocational High School in Klaten district, amounting to 27 people. Collecting data using questionnaires and observation. Data were analyzed using validity test to determine the validity of the validity of the questionnaire research and percentages to know the answers to each item. Keywords : Pedagogic Competence, Personality competence, social competence, professional competence.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri seseorang. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terus mengalami inovasi-inovasi dalam meningkatkan mutu melalui komponen-komponen dalam pendidikan yang terdiri dari pendidik, peserta didik, materi pendidikan, perbuatan mendidik, metode, evaluasi pendidikan, tujuan pendidikan, alat-alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan Rosleny Marliani, 2010: 244. Komponen-komponen pendidikan tersebut satu sama lain memiliki peranan penting dalam hal penyelenggaraan pendidikan yang bermuara kepada menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dari aspek pengetahuan dan moralnya. Sebagaimana tercantum dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 mengenai pengertian pendidikan yang berbunyi : “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. commit to user Berdasarkan pengertian mengenai pendidikan tersebut maka dalam melaksanakan proses pendidikan perlu adanya suatu rencana dan usaha yang dilakukan secara terprogram, sistematis sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan dalam pendidikan. Tujuan pendidikan sebagaimana terurai dalam UUSPN No. 20 maka dibutuhkan guru yang profesional. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas, maka melihat rendahnya kualitas pendidikan saat ini merupakan suatu indikasi perlunya keberadaan guru yang profesional. Maka dari itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi memiliki interst yang kuat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan kaidah-kaidah profesionalisme guru yang dipersyaratkan Rusman, 2012: 34-35. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1992, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaanya mata pencahariannya mengajar. Dalam undang-undang guru dan dosen no.14 tahun 2005 pasal 2, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Guru adalah sebuah profesi yang mulia. Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Artinya bahwa suatu profesi itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Orang yang menjalankan profesi tersebut harus mempunyai keahlian khusus dan mempunyai kemampuan yang didapat dari pendidikan khusus bagi profesi tersebut. Namun di Indonesia tidak demikian disebutkan di atas. Dalam hal ini adalah profesi seorang guru, banyak guru di Indonesia yang mengajar tanpa didasari dengan kemampuan kompetensi seorang guru. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Banyak cara yang dapat ditempuh guna mencapai kompetensi guru. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru yang bermutu dan profesional menjadi tuntutan masyarakat seiring dengan tuntutan persyaratan kerja yang semakin ketat mengikuti kemajuan era globalisasi. Guru sebagai seorang pendidik juga sangat berpengaruh pada mutu pendidikan karena peran seorang guru adalah mengajarkan berbagai commit to user pengetahuan kepada siswanya. Selain itu, seorang guru juga harus mampu mengembangkan segala potensi dan kepribadian siswanya. Membentuk guru yang profesional sangat tergantung pada banyak hal yaitu guru itu sendiri, pemerintah, masyarakat dan orang tua. Kinerja guru merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas pembelajaran. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Dengan demikian, untuk meningkatan mutu pendidikan maka kualitas kinerja guru perlu mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan. Salah satunya adalah sertifikasi guru. Dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja guru, pemerintah telah mengupayakan berbagai hal, diantaranya adalah sertifikasi guru. Dengan adanya sertifikasi bagi guru, diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru yang lebih baik sehingga peningkatan mutu pendidikan akan berjalan kearah yang lebih baik pula. Sertifikasi merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan meningkatkan kualitas guru serta kesejahteraannya. Untuk meningkatkan kualitas guru dengan karakteristik yang dinilai kompeten maka salah satu caranya adalah dengan sertifikasi. Diharapkan seluruh guru di Indonesia nantinya mempunyai sertifikat atau lisensi mengajar. Tentu saja dengan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional. Hal ini merupakan implementasi dari Undang-Undang tentang guru dan dosen bab IV pasal 8 yang menjelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional Undang-Undang, Nomor 14, 2005. Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya juga bagus maka KBM-nya juga bagus. KBM yang bagus diharapkan dapat commit to user membuahkan pendidikan yang bermutu Masnur Muslich, 2007: 8. Dengan adanya program sertifikasi tersebut, diharapkan kualitas mengajar guru akan lebih baik. Program sertifikasi tersebut juga dapat diterapkan untuk guru pendidikan jasmani agar dapat memiliki standar kompetensi sebagai guru profesional. Guru pendidikan jasmani diharapkan mampu memahami dan menguasai materi ajar dalam kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran yang terkait dan menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan jasmani dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu melalui sertifikasi, guru pendidikan jasmani diharapkan mampu menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi pendidikan jasmani. Masalah sertifikasi guru, masih sering terjadi pro kontra. Sebagian pihak menilai sertifikasi guru itu penting karena sangat berpengaruh terhadap kelayakan pengajaran guru, tapi sebagian lain menilai sertifikasi guru itu tidak penting, karena dinilai hanya memboroskan uang negara tanpa bisa memberikan peningkatan kualitas guru secara signifikan. Adanya motivasi yang sangat kuat untuk ikut serta dalam sertifikasi profesi adalah disamping keinginan memperoleh legitimasi sebagai guru profesional atau guru yang kompeten, tentunya daya tarik dari disediakannya tunjangan profesi dan fasilitas lainnya yang lumayan menggiurkan. Kinerja guru dinilai meningkat hanya saat guru-guru belum lolos sertifikasi dan setelah mendapatkan sertifikasi kinerja guru menjadi menurun. Sebagaimana halnya para guru menjadi enggan mengikuti seminar atau pelatihan untuk peningkatan kualitas diri, padahal sebelum mendapat sertifikasi para guru menjadi lebih sering mengikuti pelatihan untuk peningkatan kualitas diri. Guru yang telah mendapatkan sertifikasi pendidikan mengalami perubahan dalam pekerjaannya. Beban kinerja guru yang telah bersertifikasi pendidik minimal 24 jam mengajar setiap minggunya, tanggung jawab yang lebih dibandingkan guru yang belum bersertifikasi pendidikan. Peranan atau kinerja guru penjasorkes terlebih yang telah bersertifikasi pendidikan tidak terbatas dalam proses pembelajaran saja, namun peranan sebagai orangtua kedua disekolah juga sangat penting untuk proses pembelajaran peserta didik. Guru penjasorkes merupakan orang yang dekat dengan siswa, baik secara lahiriah maupun batiniah. Kinerja yang dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran commit to user penjasorkes, penguasaan materi pembelajaran penjasorkes, sikap dan tingkah laku, komunikasi dengan guru maupun peserta didik dan sebagai seorang motifator dalam proses belajar mengajar maupun kehidupan sehari-hari. Guru yang telah bersertifikasi pendidikan mendapatkan tunjangan atau gaji yang lebih besar, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang guru. Dengan gaji yang besar tersebut diharapkan menjadi penyemangat guru dalam melaksanakan kinerjanya sebagai tenaga pendidik. Namun juga gaji yang besar tersebut malah menjadi hambatan tersendiri dari guru dalam melaksanakan kinerjanya. Anggapan dari guru sendiri bahwa kinerja seperti apapun yang dilakukan tidak akan mempengaruhi pendapatannya, karena telah ditanggung oleh pemerintah menjadi kekurangan tersendiri dari guru yang telah bersertifikasi pendidik yang dapat mempengaruhi kinerjanya dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Khususnya pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Tugas guru pendidikan jasmani yang seharusnya mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, namun sekarang ini tidak terwujud dengan baik. Masih banyak anggapan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hanya pelengkap pendidikan di sekolah, sehingga kebutuhan dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran dan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sering diabaikan oleh sekolah. Hal tersebut semakin diperparah dengan sikap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang melakukan pembelajaran tidak sesuai dengan kompetensi guru sebagai tenaga pendidik. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di beberapa sekolah-sekolah di Kabupaten Klaten khususnya di sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan memiliki berbagai masalah yang ada, khususnya adalah guru penjasorkes yaitu masih banyaknya guru penjasorkes yang mengajar dengan cara yang konfesional, yaitu pembelajaran yang monoton dan kurang bisa menarik minat siswa dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Jika siswa sudah tidak berminat untuk mengikuti pembelajaran maka dampaknya adalah materi ajar kuarang bisa diserap atau dipahami oleh peserta didik. Apabila siswa sudah tidak berminat mengikuti pembelajaran maka disinilah peran dan tugas seorang guru akan terlihat. Guru harus bisa menyikapi, harus bagaimana bertindak. Namun kebanyakan dari mereka masih belum mampu harus bagaimana menyikapi dan commit to user menanggapi hal tersebut. Seorang guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam memberikan materi ajar, sehingga minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bisa meningkat. Wilayah Kabupaten Klaten sendiri terdiri dari 26 kecamatan. Dari beberapa kecamatan tersebut terdapat 53 SMK baik negeri maupun swasta dan 29 SMA baik negeri maupun swasta. Namun catatan yang diperoleh dari Disdikpora Kabupaten Klaten pada tahun 2013 khususnya dari bulan Januari sampai bulan Desember 2013 jumlah guru pendidikan jasmani yang telah mendapatkan tunjangan profesi pada tingkat SMA dan SMK baik negeri maupun swasta hanya berjumlah 27 orang. Untuk mengetahui bagaimana kinerja guru penjasorkes di kabupaten Klaten yang telah mengikuti program sertifikasi guru maka perlu dilakukan penelitian untuk dapat melihat kinerjanya apakah baik atau tidak. Penelitian ini dilakukan pada guru penjasorkes SMA- SMK di Kabupaten Klaten tahun 2013 yang telah bersertifikat pendidik profesional yang sejauh ini belum diketahui bagaimana kinerjanya dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan beberapa masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti mengenai kinerja guru penjasorkes yang telah bersertifikasi tersebut sebagai permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Survei Tentang Kinerja Profesi Guru Penjasorkes SMA-SMK di Kabupaten Klaten Tahun 2013.” Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja guru penjasorkes SMA-SMK di Kabupaten Klaten tahun 2013..

II. PEMBAHASAN